Anda di halaman 1dari 28

1

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA TN. S


DENGAN DIAGNOSA CHF (CONGESTIF HEART FAILURE)

DI RUANG ICU RSUD RA. KARTINI KAB. JEPARA

Disuun untuk memenuhi tugas program profesi ners

stase keperawatan medikal bedah

Disusun Oleh :

Asroni

Nisfaul Khasanah

Eni R Oktaviani

Fitriatul Khasanah

Dwi Kristiani

Siti Nailin Ni’mah

Siti Rokhani

Indah Fitriyani

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

2018
2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas


segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA CHF
(CONGESTIVE HEART FAILURE) DI RUANG ICU RSUD RA.
KARTINI KAB. JEPARA” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
program profesi ners stase keperawatan Medikal bedah.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,


bimbingan, serta petunjuk yang telah diberikan selama proses penyusunan
makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah keperawatan medikal bedah dan
rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Tidak ada satu orangpun di dunia ini yang terlahir sempurna di antara
orang lainnya, seperti makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan, sehingga memerlukan saran yang membangun sehingga penulis
dapat menjadi panduan dalam menyusun makalah agar menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi semua pihak umumnya dan
penulis pada khususnya.

Jepara, 07 Februari 2018

Penyusun
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................
1
KATA PENGANTAR ............................................................................
2
DAFTAR ISI...........................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................
4
B. Rumusan Masalah ......................................................................
5
C. Tujuan..........................................................................................
5
BAB II KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi .......................................................................................
6
B. Etiologi........................................................................................
6
C. Tanda Dan Gejala .......................................................................
7
D. Pathofisiologi .............................................................................
8
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian ..................................................................................
12
B. Analisa Data ...............................................................................
17
C. Diagnosa Keperawatan ...............................................................
17
4

D. Intervensi Keperawatan...............................................................
18
E. Implementasi Keperawatan ........................................................
19
F. Evaluasi ......................................................................................
23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................
26
B. Saran............................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan salah satu penyebab
morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden gagal
jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi
menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang
mendahului dan menyertai gagal jantung. Kondisi
tersebut dinamakan faktor resiko. Faktor resiko yang
dapat dimodifikasi artinya dapat dikontrol dengan
mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi dan faktor
resiko yang non modifiable yang merupakan
konsekuensi genetik yang tak dapat dikontrol.
Contohnya ras dan jenis kelamin. Gagal jantung adalah
keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi
ini adalah pertama definisi gagal adalah relatif terhadap
kebutuhan metabolik tubuh, kedua penekanan arti gagal
ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart
Failure) adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah keseluruh tubuh. Risiko CHF akan
meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini
dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-
penyakit lain, seperti : hipertensi, penyakit katub
jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. Saat ini congestive
Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut dengan
gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya
penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden
dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara 5 – 10% pertahun pada gagal jantung
ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat. Selain itu, CHF merupakan penyakit yang
paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah
sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan
telah diberikan secara optimal. Masalah kesehatan
dengan gangguan sistem kardiovaskuler masih
6

menduduki peringkat yang tinggi. Menurut data WHO


dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika
menderita CHF. Sedangkan pada tahun 2005 di jawa
tengah terdapat 520 penderita CHF. Pada umumnya
CHF diderita lansia berusia 50 tahun, insiden ini akan
terus bertambah setiap tahun pada lansia diatas 50 tahun.
Sebagian besar lansia yang didiagnosis CHF tidak dapat
bertahan hidup lebih dari 5 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori Congestive Heart Failure
(CHF)?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF)?

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Adapun tujuan umumnya adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan Gawat Darurat
b) Tujuan Khusus
7

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi

Suatu keadaan patofisiologi di mana jantung gagal


mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh (Wood,
1958, dalam Gray, 2008, hlm.81).
Suatu sindrom di mana disfungsi jantung berhubungan dengan
penurunan toleransi latihan, insidensi aritmia yang tinggi, dan
penurunan harapan hidup (Cohn, 1988, dalam Gray, 2008, hlm.81).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare,
2009, hlm.805).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung
adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompa
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh baik oksigen maupun nutrisi
secara adekuat dan dapat menyebabkan penurunan angka harapan
hidup.
B. Etiologi
1. Kelainan otot jantung.
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
ateroskelrosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif
atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat).infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
8

Meningkatkan bebean kerja jantung dan pada gilirannya


mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
melalui jantung (misalnya stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung mengisi darah (misalnya temponade
pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV).
6. Faktor sistemik
Meningkatnya laju metabolisme (misalnya demam, tirotoksikosis),
hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
(respiratorik/metabolic) dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.

C. Tanda dan gejala


1. Edema pada tungkai
2. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaranvena hepar.
3. Asites
Jika pembesaran vena dihepar berkembang, maka tekanan dalam
pembuluh portal meningkatsehingga cairan terdorong keluar rongga
9

abdomen. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat


menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernapasan.
4. Anoreksia dan mual
Terjadi akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga
abdomen.
5. Nokturia
Terjadi karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada
saat berbaring, karena curah jantung akan membaik dengan
istirahat.
6. Lemah
Karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan
pembuangan produk sampah,katabolisme yang tidak adekuat dari
jaringan.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktifitas jantung yang menyebabkan curah jantung
lebih rendah dari curah jantung normal CO = HR x SV dimana curah
jantung (CO = Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR =
Heart Rate) volum sekuncup (SV = Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila
curah jantung berkurang, sistemik saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan diri untuk mempertahankan
curah jantung. Tetapi pada gagal jantung pada masa itu utama
kerusakan dan tekanan serabut otot jantung volume sekuncup berkurang
dan Scurah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume
sekuncup jumlah darah yang dipompa pada saat kontraksi tergantung
pada tiga factor yaitu preload, kontraktifitas dan overload.
CO yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi
yang berusaha untuk mempertahankan fungsi dua kali orang-orang
tubuh vital.Respon awal adalah stimulus kepada setiap saraf simpatis
yang menimbilkan dua pengaruh utama yaitu meningkatkan kecepatan
10

dan kekuatan kontraksi miocorsium dan vasokonstriksi perifer.


Vasokontriksi perifer menggeser kea rah darah arteri ke organ-organ
yang kurang vital seperti kulit dalam ginjal dan juga ke organ-organ
lain seperti otot. Kontraksi vena meninggalkan peregangan serabut otot
cardium meningkatkan kontraktilitas.
Pada respon berdampak perbaikan terhadap kardiak, namun
selanjutnya meningkatkan kebutuhan O2 untuk miokarsium dibawah
garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak berada dalam kekurangan
cairan untuk memulai status peningkatan volume ventrikel dengan
mempercepat preload dan kegagalan komponer.
Jenis kompensasi yang kedua terdiri dari pengaktifan system
renin angiotensin, penurunan darah dalam ginjal dan dampak dari
kecepatan filtrosi glomerolus memicu terlepasnya renin yang terinfeksi
dengan angiotensin I dan II yang selanjutnya berdampak vasokontriksi
perifer dan peningkatan reabsorbsi Na dan H2O oleh ginjal. Kejadian
ini meningkatkan volume dan mempertahankan tekanan dalam waktu
singkat. Namun menimbulkan tekanan baik preload maupun afterload
pada waktu jangka panjang.
Pada permulaan sebagian dari jantung mengalami kegagalan
jantung dimulai dari ventrikel kiri. Namun karena kedua ventrikel
merupakan bagian dari system ventrikel, maka ventrikel manapun dapat
mengalami kegagalan. Gejala-gejala kegagalan jantung merupakan
dampak dari CO dan kongesti yang terjadi pada system vena atau
sisetem pulmonal atau system lainnya (Long, 1996, hlm.580).

7. Pathways
Terlampir

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiografi toraks
Seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR)
>50%) terutama bila gagal jantung sudah kronis.
2) EKG
11

Memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien


(80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertrofi LV,
gangguan konduksi, aritmia.
3) Ekokardiografi
Harus dilakukan semua pasein dengan dugaan klinis gagal jantung.
4) EKG ambulatory
Harus dilakukan jika diduga terdapat aritmia.
5) Tes darah
Direkomendasikan untuk menyingkirkan anemia dan menilai fungsi
ginjal sebelum terapi dimulai
6) Pencitraan radionuklida
Menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel
(ventrikulograf) dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari
ekokardiografi sulit diperoleh.
7) Tes latihan fisik
Seringkali dilakukan untuk menilai adanya iskemia miokard dan
beberapa kasus untuk mengukur konsumsi oksigen maksimum.

9. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah
sebagai berikut:
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan
tambahan bahan-bahan farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretic, diet dan istirahat.
4. Adapun penatalaksanaan yang diberikan adalah:

1. Penatalaksanaan farmakologis
a. Digitalis/ Digoxin
Peningkatan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung, efek yang dihasilkannya peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah, peningkatan diuresis.
12

b. Diuretik/ Lasix
Memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal, efeknya dapat
mendilatasi venula, sehingga meningkatkan kapasitas vena yang
akhirnya mengurangi preload (darah vena yang kembali ke
jantung).
c. Vasodilator/ Natrium Nitroprusida/ Nitrogliserin
Digunakan untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel,yang dapat memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena,
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan
dapat dicapai penurunan dramatis kongesti paru dengan cepat
2. Penatalaksanaan lain
a. Meningkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melaluiistirahat dan pembatasan
aktivitas.
b. Diet, klien dianjurkan untuk diet pantang garam dan pantang
cairan.
13

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan tanggal 10 Desember 2017 pukul 11.00 WIB di
Ruang ICU RSUD RA Kartini Jepara

1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Tn.S

Umur : 66 tahun

Jenis kelamin : Laki- Laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Mulyoharjo, Jepara

No Register : 000645xxx

Diagnosa Medis : CHF

Tanggal Masuk RS : 9 Desember 2017

Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2017

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. S

Umur : 32 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan


14

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Mulyoharjo , Jepara

Hubungan dengan pasien : Anak

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Pasien terlihat sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pada tanggal 9 Desember 2017 pukul 04.00 WIB keluarga
mengatakan bahwa Tn.S mengalami sesak nafas. Oleh keluarga ,
pasien dibawa ke IGD RS. R.A Kartini, sampai di IGD pukul 05.00
WIB. Sesampainya di IGD, Tn.S mendapat pemeriksaan TD :
240/120 mmHg, RR : 32 x/menit, S : 36◦C, SPO2 : 90%, GCS : E1
V2 M4 , keadaan umum lemah, lalu di IGD diberikan O2 kanul 3
lpm, RL : 20 tpm. Pasien dipindahkan ke ICU pukul 06.30 WIB
dilakukan tindakan pemasangan ventilator dengan TD : 124/74, RR
30 x/menit, S : 36,5◦C, Nadi 89 x/menit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus dan hipertensi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak adda yang memiliki diabetes melitus
dan hipertensi
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi makanan,
lingkungan maupun obat – obatan.

3. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway : pasien terlihat terpasang ventilator CPAP, terdapat
penumpukan sekret pada Endotracheal Tube warna sekret tampak
putih kental .
2. Breathing : pasien tampak terpasang ventilator dengan mode CPAP,
RR : 28x/menit,tidal volume : 790, PEEP :8, Sens : 8, F1 02 : 28,
SPO2 :97%
15

3. Circulation : irama HR tidak teratur, nadi cepat, ekstremitas teraba


hangat dengan TD : 124/74 mmHg , HR : 102 x/ menit, CRT < 2
detik, SPO2 : 97%
4. Disability : pasien terlihat gelisah, reaksi pupil +/+ kesadarannya
sedasi ( memberikan obat tertentu untuk membuat pasien tenang)

Pengkajian Sekunder

1) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga Tn.S mengatakan bahwa keluarganya yaitu kakek
menderita penyakit hipertensi
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Tn.S mengatakan bahwa Tn.S memiliki penyakit asma
dan PPOK sejak 30 tahun yang lalu, terkadang periksa ke dokter
3) Pola Fungsional
a. Pernafasan dan oksigenasi
Terpaang ventilator dengan mode CPAP , SPO2 : 97%
dan RR 28 x/menit. Pemeriksaan ECG : sinus tachycardia CRT
< 2 detik, akral hangat
b. Nutrisi
Jenis diet isocal 250 cc 3x/sehari x/telur Hb 11,1 gr/dl,
kolesterol 281, GDS : 99 mg/dl. Pasien terlihat terpasang
selang makan dihidung.
c. Gerak dan keseimbangan
Postur tubuh simetris badrest total, nadi 102 x/menit
d. Kebutuhan eliminasi
BAB 1x/hari konsistensi lembek , periistaltik usus 10
x/menit , BAK 13200 cc/24 jam. Terpasang kateter warna
kuning jernih , laboratorim ureum 55,6 mg%
e. Istirahat tidur
Lama tidur malam 100-14 jam , lama tidur siang 3-5 jam
f. Kebutuahn mempertahan suhu tubuh
S : 36◦C mengguakan selimut
g. Menjaga kebersihan
Tampilan tubuh bersih, aroma tidak sedap, tampilan rambut bersih
beruban, kebersihan gigi tidang ada (ompong) kotor.
h. Kebutuhan bekerja
16

Keluarga pasien mengatakan Tn.S sebelum dan sesudah sakit tidak


bekerja
i. Kebutuhan beribadah
Sebelum sakit shalat 5 waktu sesudah sakit tidak beribadah
j. Kebutuhan berpakaian
Pakaian saat ini bersih, menggunakan baju khusus pasien ICU.
k. Kebutuhn belajar
Dikarenakan pasien terlihat cemas dan gelisah serta faktor umur Tn,S
tidak mengetahui penyakitnya . Sehingga hanya keluarga yang
memahami kondisi Tn.S
l. Kebutuhan rekreasi
Pasien tidak berekreasi
m. Kebutuhan komunikasi
Karena terpasang Endotracheal tube, ketika berbicara menjadi terbatas
(tidak keluar suara).

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak terdapat luka, berminyak
Mata : mata simetris, pupil 3mm/3mm reflek cahaya +/+
Hidung : hidung kotor, terpasang selang NGT
Mulut : bibir kering, tidak punya gigi, terpasang ET, kotor
Telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen \
Leher : leher bersih, tidak ada luka
Dada : simetris kanan dan kiri
Paru :
I : ada tarikan dinding dada saat bernafas
P : tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada pneumonia
A : suara paru vesikuler
Jantung :
I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tidak teraba
P : pekak
A : irama jantung cepat S1, S2 lemah
Abdomen :
I : perut oedam kw 1,2,3,4
A : bising usus 10x/menit
P : tidak ada benjolan, nyeri tekan di kw 1 kanan atas
P : tympani
Genetalia : bersih DC (+)
17

Ekstremitas : atas kiri infus (+)


Tangan kanan dan kiri di restrain
Ekstremitas bawah

5. Prosedur diagnostik dan laboratorium


- Pemeriksaan penunjang
Tanggal 10-12-2017
Haemoglobin : 15,8 gr% (14-18)
Leucoccyt : 19,760 mm3 (4000-10.000)
Trombocit : 270.000 mm3 (150.000-400.000)
Hematokrit : 50,4% (40-48)
Tanggal 10-12-2018
GDS : 209 mg% (80-150)
Ureum : 55,6 mg% (10-50)
Creatinin : 1,2 mg/dl (0.7-1.2)
Ucicacid : 3,9 mg% (2-6)
CKMB : 154 ( <25U/L)
SGOT : 24 2 U/L 37’L (s/d 39)
SGPT : 178 U/L 37’L (s/d 40)
Cholestrol : 281 mg% (150-250)
Trigliserid : 87 mg% (74-150)
HDI : 69 mg% (35-55)

- Obat-obatan pasien
P.O : captopril 25mg/8j
Spironolactin 1x25 mg/24j
Clopidagrul 78 mg/24j
Asam saksilat 80mg/24j

Injeksi : - methil prednisolon 62,5 / 12j


- ceftriaxon 2gr/24j
- infus RF 30cc/jam

SP : - fasorbid 1 mikro/j
- midazolam 1mg/j
- furosemid 2mg/j
- heparin 750mg/j

Program : Nebul combivent 2 ml dan pulmicort 0,5mg/4j


GDS /8j
18

B. Analisa Data

No Hari, Tgl Data Fokus Problem Etiologi


Jam ( Ds dan Do)
1. Minggu, Ds : - Bersihan Penumpukan
10/12/2017 Do : Terpasang jalan nafas akumulasi sekret
ventilator CPAP, tidak
terdapat sputum efektif
dijalan nafas
(Endotracheal
tube) dengan :
TD : 124/ 74
mmHg
RR : 28 x/ menit
S : 36,5 °C
N : 102 x/ menit
2. Minggu, Ds : - Intoleransi Ketidakseimbangan
10/12/2017 Do : - Pasien aktivitas O2 dan kelemahan
terlihat gelisah umum
dan terengah –
engah dengan
nafas cepat
- RR naik
dari
biasanya
RR : 28
x/menit
- N: 102 x/
menit
- Pasien
sering
berkering
at

C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada paru
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2 dan
kelemahan umum.
19

D. Intervensi Keperawatan

N Tujuan & KH Intervensi Rasional


o
Dx
1. Setelah dilakukan 1. Observasi R/ Mengetahui
tindakan keperawatan pernafasan, pernafasan,
selama 3 x 24 jam frekuensi, frek, irama dan
diharapkan pasien dapat irama, kedalaman
bernafas dengan efektif, kedalaman
KH : 2. Berikan posisi R/
- Menunjukkan semi fowler Mempermuda
pola nafas efektif 3. Lakukan h ekspansi
dengan frekuensi suction paru
dan kedalaman R/ Untuk
rentan normal : 4. Kolaborasi membuka
dengan medis jalan nafas
RR: 16 – 22 untuk obat R/ Untuk
x/menit nebulizer mengencerkan
SPO2 : 98 – 100 pulmicort & dahak dan
% ventolin membuka
- Tidak ada sekret jalan nafas
2. Setelah dilakukan 1. Observasi R/ Untuk
tindakan keperawatan TTv mengetahui
selama 2 x 24 jam keadaan umum
diharapkan dapat 2. Catat nadi R/ Untuk
melakukan aktivitas sebelum dan mengetahui
secara mandiri dengan sesudah adanya
KH : aktivitas peningkatan
- Berpartisipasi 3. Berikan frek. Jantung
pada aktivitas tindakan R/ Untuk
yang diinginkan restrain jika membatasi
- Mencapai aktivitas tidak gerak, jika
peningkatan terkontrol, tidak
toleransi yang mekanik terkontrol
dapat diukur, 4. Evaluasi
dibuktikan oleh peningkatan R/ Dapat
menurunnya intoleransi menunjukkan
kelemahan. aktivitas dekempensasi
jantung
daripada
kelebihan
aktivitas
20

E. Implementasi Keperawatan

Hari, No. Implementasi Respon TT


Jam, Dx D
Tgl
10/ 12/ I. 1. Mengobservasi Ds : -
2017 pernafasan, Do : Irama nafas
frekuensi, irama, tidak efektif,
kedalaman dangkal, lemah,
menggunakan alat
bantu,

Ds : -
2. Memberikan Do : Posisi bed
posisi semi pasien terlihat
fowler semi fowler
Ds : -
Do : Suara nafas
3. Melakukan pasien terdengar
suction bersih ( tidak ada
bunyi tambahan ),
pasien terlihat
lebih nyaman
Ds : -
Do : Pasien
dinebulizer dan
4. Kolaborasi terlihat nyaman
dengan medis
untuk obat Ds : -
II. nebulizer Do : TD : 165/ 95
pulmicort & mmHg ; N : 93 x/
ventolin menit ; RR : 15
x/menit ; S : 36
°C ; SpO2 : 95 %
1. Mengobservasi
TTv Ds : -
Do : Pasien
terlihat masih
lemah, belum
dapat beraktivitas
N : 96 x/menit

Ds : -
Do : Pasien
2. Mencatat nadi direstrain pada
sebelum dan kedua tangan dan
sesudah aktivitas kaki
21

Ds : -
Do : Pasien belum
dapat beraktivitas
dengan penuh.
Ekstremitas atas
3. Memberikan dan bawah masih
tindakan restrain lemas dengan
jika aktivitas kekuatan otot :
tidak terkontrol,
mekanik 2 2

2 2

4. Evaluasi - Makan
peningkatan melalui
intoleransi selang
aktivitas NGT dan
BAK
melalui
selang
kateter
11/12/2 I 1. Mengobserv Ds : -
017 asi Do : Irama :
pernafasan, inefektif, dangkal,
frekuensi, lemah,
irama, menggunakan alat
kedalaman bantu ventilator

Ds : -
3. Melakukan Do : Sekret
suction terlihat encer
berwarna bening,
nafas pendek,
suara nafas
terdengar bersih
(tidak terdapat
cairan )
Ds : -
Do : Pasien
4. Kolaborasi dinebulventilator
dengan dengan combiven
medis untuk dan pulmicort,
obat pasien tampak
nebulizer nyaman dengan
pulmicort & tindakan yang
ventolin diberikan.
22

Ds : -
Do : TD : 141/79
mmHg, N :
93x/menit, RR :
II 15 x/menit, S :
36,4 °C

1. Mengobserv
asi TTv Ds : -
Do : Pasien belum
dapat beraktivitas
dengan penuh
N : 97x/menit

Ds : -
2. Mencatat Do : Pasien
nadi sebelum direstrain pada
dan sesudah kedua tangan dan
aktivitas kakinya

Ds : -
Do : Pasien
3. Memberikan terlihat belum
tindakan dapat beraktivitas,
restrain jika ekstremitas masih
aktivitas lemas dengan
tidak kekuatan otot
terkontrol,
mekanik

2 3

4. Evaluasi 2 2
peningkatan
intoleransi Makan melalui
aktivitas selang NGT dan
BAK melalui
selang kateter

12/12/2 I 1. Mengobservasi Ds :-
017 pernafasan, Do : Pasien ketika
frekuensi, irama, bernafas masih
kedalaman terenggah-engah
di monitor terlihat
RR : 24 x/menit
- Irama :
23

inefektif
dan
dangkal
- Mengguna
kan
ventilator
- Di selang
ET
terdapat
sekret
bening

Ds : -
Do : Pasien tidur
dengan posisi
2. Memberikan semi fowler
posisi semi
fowler
Ds : -
Do : Terdapat
sekret encer
berwarna bening,
3. Melakukan suara nafas
suction terdengan bersih

Ds :-
Do : Pasien di
nebul dengan
ventilator dan
4. Kolaborasi pasien terlihat
dengan medis nyaman
untuk obat
nebulizer
II pulmicort &
ventolin Ds : -
Do : Dimonitor
terlihat TD :
150/98 mmHg,
1. Mengobserv N : 93 x/menit ,
asi TTv RR : 24 x/menit ,
S : 36,5 °C, SPO2
: 97 %

Ds : -
Do : Pasien masih
direstrain pada
2. Mencatat kedua tangan dan
24

nadi sebelum kaki, masih


dan sesudah terlihat gelisah , N
aktivitas : 102x/menit

Ds :

3. Memberikan
tindakan
restrain jika
aktivitas Ds : -
tidak Do : Pasien
terkontrol, terlihat tidur
mekanik dengan tenang

4. Evaluasi
peningkatan
intoleransi Ds : -
aktivitas Do : Pasien masih
direstrain untuk
membatasi
aktivitas, terlihat
cemas N :
120x/menit, RR :
26x/menit

F. Evaluasi Keperawatan

Hari, No Evaluasi TTD


Jam, Tgl .
Dx
10/12/201 I S :-
7 O : - Frekuensi nafas 22x/menit
- SPO2 : 95%
- Irama inefektif, dangkal dan lemah
- Masih terdapat sekret encer
berwarna bening
- Memakai ventilator
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 3 dan 4
II
S:-
O : Pasien terlihat keletihan dengan
kekuatan otot

2 2
2 2
25

TD : 141/79 mmHg, N : 93x/menit, RR :


22x/menit, S : 36°C
SPO 2 : 95 %
- Belum bisa beraktivitas penuh,
,makan dan minum melalui selang
NGT, BAK melalui kateter.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2 dan 4
11/12/201 I S :-
7 O : - Frekuensi nafas 15x/menit
- SPO2 : 95%
- Irama inefektif, dangkal dan lemah
- Masih terdapat sekret encer
berwarna bening
- Memakai ventilator
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3 dan 4
II
S:-
O : Pasien terlihat lemas dan berkeringat
TD : 165/95 mmHg, N : 93x/menit, RR :
15x/menit, S : 36°C
SPO 2 : 95 %
- Belum bisa beraktivitas penuh,
,makan dan minum melalui selang
NGT, BAK melalui kateter.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3 dan 4
12/12/201 I S :-
7 O : - Frekuensi nafas 24x/menit
13.30 - SPO2 : 98%
- Irama inefektif, dangkal dan lemah
- Masih terdapat sekret encer
berwarna bening
- Memakai ventilator
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3 dan 4
II
S:-
O : Pasien terlihat keletihan dengan
kekuatan otot

2 2
2 2

TD : 150/80 mmHg, N : 93x/menit, RR :


24x/menit, S : 36,5 °C
26

SPO 2 : 97 %
- Belum bisa beraktivitas penuh,
,makan dan minum melalui selang
NGT, BAK melalui kateter.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2 dan 4
27

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
CHF (Congestive Heart Failure) adalah suatu kegagalan jantung
dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Suatu
keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri. Faktor-faktor yang dapat memicu
perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang
mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik, infeksi paru-paru
dan emboli paru-paru. Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum
untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap
krtiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri
maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.

B. Saran
Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung
kongestif ini dilakukan dengan menghindari penyebab dari penyakit ini
misalnya menjaga gaya hidup yang sehat terutama pada makanan yang
dikosumsi diharapkan tidak melihat enaknya saja tetapi juga
mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.
28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Askep CHF. http://www.scribd.com/doc/60830231/Askep-


CHF/ diperoleh tanggal 06 September 2011
Doenges, Marlyn. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Gray, Huon H., Dawkins, K. D., Simpson, I., Morgan, J. (2008). Lecture Notes
Kardiologi. Jakarta : Erlangga
Long, Barbara C. (2011). Perawatan Medikal Bedah. Vol. 2. Bandung :
Yayasan Alummi Pendidikan Keperawatan Padjajaran
Noer, Sjaifoellah. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta: FKUI

Smeltzer & Bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta : EGC

Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai