Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE


(CHF)

Disusun Oleh:

Nurul Hayati
1830702030

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkatnya kepada kelompok kami, sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan
kritis pada pasiemn CHF. Makalah ini telah penulis susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu
semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
rasa hormat penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini untuk selanjutnya. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Tarakan, 09 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
A. Konsep Dasar Medis Congestive Heart Failure (CHF)................................6
B. Konsep Dasar Keperawatan........................................................................24
BAB III..................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................29
3.1 Kesimpulan...................................................................................................29
3.2 Saran.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk
didalammya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat
yang tinggi, menurut data WHO pada tahun 2007 dilaporkan bahwa gagal
jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat
seiring pertambahan usia dan mengenai pasien dengan usia lebih dari 65
tahun, dan sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita.
Pada tahun 2030 WHO memprediksi peningkatan penderita gagal jantung
mencapai 23 juta jiwa di dunia. Gagal jantung juga menjadi masalah khas
utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia.
Menurut Kompas (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami
gagal jantung, dan 500.000 kasus baru gagal jantung telah di diagnosis tiap
tahunnya. Harapan hidup penderita gagal jantung lebih buruk dibandingkan
dengan kanker apapun kecuali kanker paru-paru dan kanker ovarium karena
sampai 75% penderita gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 5 tahun
sejak diagnosis. Sedangkan menurut profil kesehatan Indonesia pada tahun
2005 gagal jantung merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanyak di
rumah sakit seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang
tinggi, perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor
pemicu munculnya penyakit gagal jantung.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk membuat makalah
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan Congestive Heart Failure
(CHF) atau gagal jantung untuk menggali lebih dalam terkait dengan
penyakitnya ataupun asuhan keperawatannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan menggali lebih dalam tentang asuhan keperawatan gawat
darurat pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Menggali pengkajian keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF)
2) Menggali diagnosa keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF)
3) Menggali perencanaan keperawatan pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF)
4) Menggali pelaksanaan keperawatan pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF)
5) Menggali evaluasi keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Congestive Heart Failure (CHF)


2.1 Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi
karena adanya kelainan fungsi jantung sehingga mengakibatkan
jantung gagal untuk memompa darah untuk memenuhi
metabolisme (Padila, 2012, p. 365).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen (Bararah, dkk
2013)
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan
kelebihan beban (overload) cairan dan perfusi jaringan yang buruk
(Smeltzer 2016)
2.2 Klasifikasi
1) Menurut derajat sakit yang dirasakan penderita gagal jantung
kongestif menurut (Putri, 2016, p. 87) yaitu:
1. Derajat 1: Tanpa keluhan
Masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa
disertai kelelahan ataupun sesak nafas
2. Derajat 2: Ringan
Aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak
napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun
akan hilang.
3. Derajat 3: Sedang
Aktivitas ringan menyebabkan kelelahan atau sesak nafas,
tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan.
4. Derajat 4: Berat
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan
pada saat istirahatpun keluhan tetap ada dan semakin berat
jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan.
2) Menurut lokasi terjadinya
1. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang
dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru.
2. Gagal jantung kanan.
Bila ventrikel kanan gagal yang menonjol adalah kongesti
visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
2.3 Etiologi
1) Kelainan otot jantung
Kelainan jantung sering terjadi pada pasien yang memderita
kelainan otot jantung, dimana kelainan ini disebabklan oleh
menurunnya kontraktilitas jantung. Penyebab kelainan fungsi
otot jantung yakni aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit degeneratif atau inflamas.
2) Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat.
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung.
3) Hipertensi sistemik atau pulmunal (peningkatan apter load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan mengakibatkan
terjadinya hipertropi serabut otot jantung.
4) Peradanagn dan penyakit myocardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung sehingga menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung
yang sebenarnya yang secara langsung mempengaruhi
jantung. Mekanismenya yaitu aliran darah yang masuk ke
jantung mengalami gangguan (sianosis katiub semiluner),
ketidakmampuan jantung, untuk mengisi darah (tamponade,
perivcardium, pericarditif konstriftif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak afterload.
5) Faktor sistemik
Meningkatnya laju metabolisme (demam dan tirotoksikosis).
Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan
abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung. Grade gagal jantung menurut New York Association
dibagi menjadi 4 kelainan fungsional yaitu:
1. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
2. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
3. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
4. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat.
2.4 Patofisiologi
Setiap hambatan pada aliran darah (forward flow) dalam
sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah berlawanan
dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran
(forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward
failure dalam sistem srikulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi
jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk
mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada
gagal jantung ialah: dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan
rangsang simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi perifer,
peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan
badan dan peningkatan ekstraksi oksigen oleh jaringan. Bila
jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-sama dalam keadaan
gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka
akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik
dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal jantung kongestif
(CHF).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa
adaptasi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume
kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas
atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat.
Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir
diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika
kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel. Output
kardiak pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan
tekanan diastolik yang berlngsung lama/kronik akan dijalarkan ke
kedua atriumdan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan
transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan output kardiak, terutama jika berkaitan dengan
penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan
mengaktivasikan beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu
kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena;
perubahan yang terakhir ini akan meningkatkan volume darah
sentral yang selanjutnya meningkatkan preload.
2.4 Pathway

Gangguan aliran Aterosklerosis Faktor sistemik Penyakit


darah ke jantung koroner (hipotensi, anemia) jantung

Disfungsi Beban volume Pasukan O2


miokardium berlebih ke jantung

Gagal jantung

Gagal pompa Gagal pompa


ventrikel kiri ventrikel kanan

Forward failure Tekanan diatolik

Kotraktilitas Metabolisme Bendungan


jantung anaerob atrium kanan

Penurunan ATP Hepar


curah jantung

Fatigue Hepatomegali

Intoleransi
Nyeri akut
aktivitas Mendesak diafragma

Sesak nafas

Ketidakefektifan
pola nafas

(Nurarif dan Kusuma, 2015)


2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2016) tanda dan gejala gagal
jantung dapat dihubungkan dengan ventrikel yang mengalami
gangguan. Gagal jantung kiri memiliki manifestasi klinis yang
berbeda dari gagal jantung kanan. Pada gagal jantung kronik,
pasien bisa menunjukkan tanda dan gejala dari kedua tipe gagal
jantung tersebut:
1) Gagal jantung kiri
1. Kongesti pulmonal: disspnea, batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung
tambahan bunyi jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa
dideteksi melalui auskultasi.
2. Dispnea saat beraktivitas (DOE), ortopnea, dispnea nokturnal
paroksimal (PND).
3. Batuk kering dan tidak berdahak di awal, lama kelamaan
dapat berubah menjadi batuk berdahak.
4. Sputum berbusa, banyak, dan berwarna pink (berdarah).
5. Krekels pda kedua basal paru dan dapat berkembang menjadi
krekels di seluruh area paru.
6. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
7. Oliguria dan nokturia.
8. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-
gejala seperti; gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala,
konfusi, gelisah, ansietas; kulit pucat atau dingin dan lembap.
9. Takikardi, lemah, pulsasi lemah; keletian.
2) Gagal jantung kanan
1. Kongesti pada jaringan viseral dan perifer
2. Edema ekstremitas bawah (edema dependen), hepatomegali,
asites (akumulasi cairan pada rongga peritoneum), kehilangan
nafsu makan, mual, kelemahan, dan peningkatan berat badan
akibat penumpukan cairan.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (2010) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu:
1) Elektro kardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia,
disritmia, takikardi, fibrilasi atrial
2) Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
3) Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas
ventricular.
4) Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan
stenosis katub atau insufisiensi.
5) Rongent Dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan
dalam pembuluh darah abnormal 6. Elektrolit Mungkin
berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik
6) Oksimetri Nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
7) Analisa Gas Darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
8) Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid
sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif
2.8 Komplikasi
Menurut Bararah (2013) komplikasi dapat berupa:
1) Kerusakan atau kegagalan ginjal.
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal,
yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di
tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialisis untuk pengobatan.
2) Masalah katup jantung.
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga
dapat terjadi kerusakan pada katup jantung.
3) Kerusakan hati.
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan
yang menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati.
Cairan ini dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengakibatkan hati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4) Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada
gagal jantung daripada di jantung yang normal, maka
semakin besar kemungkinan anda akan mengembangkan
pembekuan darah, yang dapat meningkatkan resiko terkena
serangan jantung atau stroke.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung dibagi atas:
1) Terapi Non Farmakologi
Menurut Bararah, dkk (2013) Pengobatan dilakukan agar
penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai
aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta
meningkatkan harapan hidupnya. Pendekatannya dilakukan
melalui 3 segi, yaitu:
1. Mengobati penyakit peyebab gagal jantung.
a. Pembedahan bisa dilakukan untuk:
 Memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup
jantung.
 Memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-
ruang jantung.
 Memperbaiki penyumbatan arteri koroner yang
kesemuanya bisa menyebabkan gagal jantung.
b. Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
c. Kombinasi obat-obatan, pembedahan dan terapi
penyinaran terhadap kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
d. Pemberian obat anti-hipertensi.
3. Menghilangkan faktor yang memperburuk gagal jantung.
Menghilangkan aktivitas fisik yang berlebihan merupakan
tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam
penanganan gagal jantung. Dianjurkan untuk berheti
merokok, melakukan perubahan pola makan, berhenti
minum alkohol atau melakukan olahraga ringan secra
teraturuntuk memperbaiki kondisi tubuh secara
keseluruhan.
4. Mengobati gagal jantung.
Prinsipnya adalah pencegahan dan pengobatan dini
terhadap penyebabnya. Pengobatan tahap ini adalah secara
medis dan dilakukan oleh dokter.
2) Terapi farmakologi
Menurut Bararah, dkk (2013) terapi farmakologi gagal jantung
kongestif antara lain:
1. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan:
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan
volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi
edema.
2. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator
Obat-obat vasoaktif digunakan untuk mengurangi
impedansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Diet
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
B. Konsep Dasar Keperawatan
2.1 Pengkajian
1) Keluhan utama
1. Dada terasa sesak (seperti memakai baju ketat)
2. Palpitasi atau berdebar-debar
3. Paroxysmal Noctural Dyspnea (PND) atau orthpnea, sesak
napas saat beraktivitas, batu (hemopte), tidur harus memakai
bantal lebih dari dua buah.
4. Tidak nafsu makan, mual dan muntah.
5. Latergi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
6. Insomnia.
7. Kaki bengkak dan berat badan bertambah.
8. Jumlah urine menurun.
9. Sering timbul mendadak atau sering kambuh.
2) Riwayat Penyakit: hipertensi renal, angina, infark, miokard
kronis, diabetes melitus, bedah jantung dan disritmia.
3) Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan,
alkohol.
4) Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obatan penekan fungsi
jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat
tertentu.
5) Pola eleminasi urine: oliguria, nokturia.
6) Merokok: perokok, jumlah cairan perbatang setiap hari, jangka
waktu.
7) Postur, kegelisahan dan kecemasan.
8) Faktor predesposis dan presipitasi: obesisas, asma, atau COPD
yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja dan
mempercepat perkembangan CHF.
2.2 Pemeriksaan fisik
Adapun pemeriksaan fisik menurut (Juni Udjianti, 2011)
adalah sebagai berikut::
1) Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan,
kelemahan, toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral
PMI/iktus kordis, tekanan darah, bunyi jantung, denyut
jantung, pulsus alternans, gallop’s, murmur.
2) Respirasi: dispnea, orthopnea, PND, suara napas tambahan
(Ronkhi, rales, wheezing)
3) Tampak pulsasi vena jugularis, JVP lebih dari 3 cmH2O,
hepatojugular refluksi.
4) Evaluasi faktor stress: menilai insomnia gugup atau rasa
cemas/takut yang kronis.
5) Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites.
6) Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7) Capilary refill time (CRT) lebih detik, suhu akral dingin,
diaforsis, warna kulit pucat, dan pitting edema
2.3 Pemeriksaan Diagnostik
1) Hitung sel darah lengkap: anemia berat anemia gravis atau
polisitemia vera.
2) Hitunglah sel darah putih: lekositosis (endokarditid
dan miokarditis) atau keadaan infeksi lain.
3) Analisis gas darah (AGD): menilai
derajat
gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik maupun
respiratorik
4) fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol
5) serum katekolami: pemeriksaan untuk
mengkesampingkan penyakit adrenal.
6) Sedimentasi meningkat akibat adannya inflamasi akut.
7) EKG: menilai hipertrofi atrium/vemtrikel, iskemia, infark,
Diahnosis Keperawatan
2.4 Diagnosis Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
3) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
2.5 Intervensi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
Tujuan: Setelah dilaukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan penurunan curah jantung klien meningkat dengan
kriteria hasil:
1. Kekuatan andi perifer klien meningkat
2. Gambaran aritmia menurun
3. Bradikardi dan takikardi klien menurun
4. Dyspnea klien menurun
5. Tekanan darah klien membaik
Intervensi:
1. Identifikasi tanda/gejala penurunan curah jantung
(dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
noctumal dtyspnea, peningkatan cvp)
2. Monitor tekanan darah
3. Monitor keluhan neyeri dada
4. Monitor EKG 12 sadapan
5. Monitor aritmia
6. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
7. Berikan diet jantung yang sesuai
8. Anjurkan aktifitas fisik sesuai toleransi
9. Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
10. Anjurkan berhenti merokok
11. Kolaborasi pemberian aritmia
12. Rujuk ke program rehabilitas jantung
2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan nyeri akut klien menurun dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis klien menurun
3. Gelisah klien menurun
4. Kesulitan tidur klien menurun
5. Frekuensi nadi klien membaik
Intervensi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
4. Identifikasi pengetahuan terhadapa respon nyeri
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
6. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
10. Ajarkan teknik nonfarmkologis untuk mengurangi nyeri
11. Kolaborasi pemberian analgetik
3) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan intoleransi aktivitas klien meningkat dengan
kriteria hasil:
1. Frekuensi nadi klien meningkat
2. Saturasi oksigen klien meningkat
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
meningkat
4. Keluhan lelah klien menurun
5. Dyspnea saat aktivitas dan setelah aktivitas klien menurun
Intervensi:
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Monito kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
4. Sediakan lingkungan yaman dan rendah stimuluslakukan
latihan rentang gerak pasif atau aktif
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
2.6 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2010).
2.7 Evaluasi
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan
Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gagal jantung kongestif atau bawaan yaitu ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. Karena ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
keseluruh tubuh maka akan mengakibatkan terjadinya penumpukan darah dan
tekanan yang kuat sdehingga menyebabkan akumulasi cairan ke paru-paru.
Jika penyakit mempengaruhi jantung sebelah kiri maka darah akan kembali
keparu paru dan jika terjadi pada jantung kanan maka sirkulasi sistemik akan
kelebihan beban.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi
mahaiswa yang kuliah dibidang kesehatan sehingga dapat mengenali tanda
dan gejala gagal jantung kongestif agar mampu memberikan pengkajian yang
tepat bagi pasien yang mengalami gagal jantung kongestif.
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi. Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Doenges E. Marlynn. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Hariyanto, A. and Sulistyowati, R. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah 1Dengan Diagnosis Nanda International. Jogjakarta: AR-
RUZZ MEDIA.
juni udjianti, W. (2011) Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction Publishing
Padila (2012) Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
Smeltzer, Suzanne C. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi: 12. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai