Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

SISTEM KARDIOVASKULER DAN SISTEM PERNAPASAN

OLEH :
KELOMPOK 2

1. Burhanuddin (NIM:P07120421010A)
2. Dewa Ayu Linda Mahayani (NIM:P07120421014A)
3. Kamilia Hastuti (NIM:P07120421018A)
4. Nirmalawati (NIM: P07120421020A)
5. Nur Maulina (NIM:P07120421021A)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN MATARAM
SEMESTER I
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “SISTEM KARDIOVASKULER DAN PERNAPASAN”. Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik, saran dan usulan dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun
demi kesempurnaan penyusun ke depannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi pembaca dan dapat bermanfaat
baik bagi penulis maupun pembaca. Tugas makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka,
dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Mataram, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
A. Kasus Sistem Kardiovaskuler................................................................2
1. Konsep Gagal Jantung.....................................................................2
2. Asuhan Keperawatan Gagal jantung...............................................5
B. Kasus Sistem Pernapasan....................................................................22
1. Konsep Gagal Napas.....................................................................22
2. Asuhan Keperawatan Gagal Napas ..............................................25
BAB III PENUTUP.....................................................................................36
A. Kesimpulan..........................................................................................36
B. Saran....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................37

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya sistem kesehatan ini tujuan
pembangunan dapat tercapai efektif, efisien, dan tepat sasaran. Keberhasilan
sistem pelayanan kesehatan bergantung pada berbagai komponen yang ada
baik dana, fasilitas penunjang maupun sumber daya manusia yang ada
dalam hal ini perawat, dokter, radiologi, ahli fisioterapi, ahli gizi, dan tim
kesehatan lain.
Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah pelayanan
intensif, dimana pelayanan intensif yang dimaksud adalah pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien dalam kondisi kritis yang
membutuhkan penanganan dan pemantauan intensif di ruangan intensive
care unit (ICU)
Pentingnya bagi perawat di ruang kritis untuk melaksanakan proses
asuhan keperawatan secara komprehensif sehingga layanan yang diberikan
dan penatalaksanaan intensif lainnya dapat termonitoring, terobservasi, dan
angka kematian ditekan, kualitas dan kuantitas perawatan meningkat,
pelayanan keperwatan kritis dapat lebih efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas
tentang proses keperawatan pada penyakit kritis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses keperawatan pada sistem kardiovaskuler ?
2. Bagaimana proses keperawatan pada sistem pernapasan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses keperawatan pada sistem kardiovaskuler
2. Untuk mengetahui proses keperawatan pada sistem pernapasan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kasus Sistem Kardiovaskuler


1. Konsep Gagal Jantung Kongestif
a. Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan
fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Smeltzer & Bare, 2001).
b. Etiologi
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif
atau inflamasi
2) Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas
menurun.

3) Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)


meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4) Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5) Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang
masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load 6.
6) Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
c. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi
yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
1) Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau
kemoreseptor
2) Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan
terhadap peningkatan volume
3) Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
4) Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi
terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume
darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi
vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek
waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan
menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium.
Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan
oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung
iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
d. Manifestasi klinis
1) Gagal jantung kiri :
a) Letargi dan diaforesis
b)Dispnea/orthopnea
c) Palpitasi (berdebar-debar)
d)Pernapasan cheyne stokes
e) Batuk (hemaptoe)
2) Gagal jantung kanan
a) Edema tungkai /kulit
b) Central Vena Pressure (CVP) meningkat
c) Pulsasi vena jugularis
d) Bendungan vena jugularis/JVP meningkat
e) Distensi abdomen, mual, dan tidak nafsu makan
f) Asites
e. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Non Farmakologis
a) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b) Oksigenasi
c) Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah,
mengontrol atau menghilangkan oedema
2) Terapi Farmakologi
a) Glikosida jantung

b) Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan


memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasillkan adalah
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
c) Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
d) Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel.
2. Asuhan Keperawatan Gagal Jantung
a. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan/Perawatan
Keluhan Utama
- Nyeri
- Sesak napas
- Edema
2) Riwayat kesehatan
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang
mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
- Nyeri (PQRST)
- Integritas neurovaskuler (mengalami panas, mati rasa dan perasaan
geli)
- Status pernapasan (sukar napas, napas pendek, orthopneo,
paroxysmal nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan)
- Gangguan sirkulasi (perubahan berat badan, perdarahan, pasien
mudah lelah)
- Riwayat kesehatan sebelumnya (penyakit yang pernah diderita,
obat yang digunakan dan potensial penyakit keturunan)
- Kebiasaan pasien (diet, olahraga, merokok dan konsumsi alcohol)
3) Riwayat perkembangan
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
- Efek perkembangan fisik denyut jantung.
- Produksi zat dalam darah.
- Tekanan darah
4) Riwayat social
- Cara hidup pasien.
- Latar belakang pendidikan
- Sumber-sumber ekonomi
- Agama
- Kebudayaan dan etnik
5) Riwayat psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan
rencana asuhan keperawatan.
- Mengidentifikasi stress/sumber stress.
- Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber
coping.
6) 11 pola kesehatan fungsional (Gordon)
a) Pola persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan : klien
merasakan kondisi kesehatan dan bagaimana cara menangani
b) Pola nutrisi/metabolik : gambaran pola makan dan kebutuhan
cairan b/d kebutuhan metabolik dan suplai nutrisi
c) Pola eliminasi : gambaran pola fungsi pembuangan (BAB, BAK,
melalui kulit)
d) Pola aktifitas/olah raga : gambaran pola aktifitas, olahraga, santai,
rekreasi
e) Pola tidur-istirahat : gambaran pola tidur, istirahat, dan relaksasi
f) Pola kognitif dan perceptual : gambaran pola
konsep diri klien dan persepsi terhadap dirinya
g) Pola peran/hubungan : gambaran pola peran dalam
berpartisipasi/ berhubungan dengan orang lain
h) Pola seksualitas/reproduksi : gambaran pola kenyamanan/tidak
nyaman dengan pola seksualitas dan gambaran pola reproduksi
i) Pola koping / toleransi stress : gambaran pola koping klien
secara umum dan efektifitas dalam toleransi terhadap stress
j) Pola nilai/keyakinan : gambaran pola nilai-nilai, keyakinan-
keyakinan (termasuk aspek spiritual) dan tujuan yang dapat
mengarahkan, menentukan pilihan/keputusan
7) Pemeriksaan fisik
Jantung
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan
khusus pada jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus
pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien secara
keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah,
denyut nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan. Keadaan umum
secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
a) Bentuk tubuh gemuk/kurus
b) Anemis
c) Sianosis
d) Sesak nafas
e) Keringat dingin
f) Muka sembab
g) Edema kelopak mata
h) Asites
i) Bengkak tungkai/pergelangan kaki
j) Clubbing ujung jari-jari tangan

Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan


pemeriksaan nadi adalah :
a) Kecepatan/menit
b) Kuat/lemah (besar/kecil)
c) Teratur atau tidak
d) Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

a) Inspeksi

(1) Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis

Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada
pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu
diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of
Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals
V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini
bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau
jantung terdorong atau tertarik kekiri.
(2) Toraks/dada

Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada


“Veussure Cardiac” dinding totaks di bagian jantung
menonjolm menandakan penyekit jantung congenital.
Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.

b) Palpasi

Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan


denyut jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk
mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui
katup yang menyempit atau mengalami gangguan.Dengan posisi
pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada
inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari
tengah) atau dengan telapak tangan.

Yang perlu dinilai adalah :

(1) Lebar impuls iktus kordis


(2) Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu
perlu pula dirasakan (dengan telapak tangan)
(3) Bising jantung yang keras (thrill)
(4) Apakah bising sistolik atau diastolic
(5) Bunyi murmur
(6) Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari
pembesaran/hipertropi otot jantung akibat latihan/atlit,
hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.

c) Perkusi

Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan


pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas
jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut
penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan
khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut
sonor, redup dan timpani.

d) Auskultasi

(1) Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung,


irama jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub).
(2) Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi
jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya
katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
(3) Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup
atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
(4) Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup
semilunar (aorta dan pulmonal).

(5) Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler


dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan
mengikuti S2.
(6) Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi
ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya
tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan
ventrikel.
(7) Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan
penutupan katup jantung yang tidak sempurna. Yang perlu
diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
a. Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
b. Kenyaringan (keras-lemah) bising.
c. Lokasi bising (yang maksimal).
d. Penyebaran bising.

Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh

a. Kecepatan aliran darah yang melalui katup.


b. Derajat kelainan/gangguan katup.
c. Tebal tipisnya dinding toraks.
d. Ada tidaknya emfisema paru.

Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :

a. Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat


sunyi.
b. Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
c. Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah
didengar.
d. Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
e. Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
f. Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.

Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan


pembuluh darah besar disebabkan oleh bertambahnya
turbulensi aliran. Pada murmur dapat ditentukan :
a. Lokasi : daerah tertentu/menyebar
b. Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
c. Intensitas :
Tingkat 1 (sangat redup)
Tingkat 2 (redup tingkat)
Tingkat 3 (agak keras)
Tingkat 4 (keras)
Tingkat 5 (sangat keras)
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
d. Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa
rendah, medium dan tinggi.
e. Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh
atau serak. Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh
parietal dan visceral oleh perikarditis. Bunyi kasar, intensitas,
durasi dan lokasi tergantung posisi klien.
Pembuluh Darah
a) Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi ukuran, warna dan
sirkulasi perifer.
b) Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat
menekan tempat tersebut dengan ketentuan :

+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.

+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.

+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.

+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.

c) Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi
arteri
b. Diagnosa
1) Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan tubuh.
3) Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan
kesehatan- status sosio-ekonomi; ancaman kematian.

4) (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi,


irama dan konduksi listrik jantung; penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
5) (Risiko tinggi) Penurunan perfusi jaringan b/d
penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6) (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi
ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma.
7) Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang
fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status
kesehatan yang akan datang.

c. Intervensi
Diagnosa kep Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Noc : Nic :
Nyeri akut b/d iskemia
- Pain level - Lakukan
miokard akibat
- Pain control pengkaian nyeri
sumbatan arteri
- Comfort level secara
koroner.
Kh : komprehensif
- mampu (PQRST)
mengontrol - Kaji kultur yang
nyeri, mempengaruhi
- melaporkan respon nyeri.
bahwa nyeri - Control
berkurang lingkugam yang
dengan dapat
menggunakan mempengaruhi
manageman nyeri seperti
nyeri suhu ruangan,
- mampu pencahayaan dan
mengenal nyeri kebisingan.
(skala intensitas, - Ajarkan tentang
frekuensi dan teknik non
tanda nyeri. farmakologi
- Mengatakan untuk
nyaman setelah mengurangi nyeri
rasa nyeri seperti relaksasi
berkurang. napas dalam
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Noc : Nic :
Intoleransi aktivitas
- Energy - Kolaborasi
b/d ketidakseimbangan
conservation dengan tenaga
suplai oksigen
- Activity rehabilitasi
miokard dengan
tolerance medic dalam
kebutuhan tubuh.
- Self care merencanakan
KH : program terapi
- Mampu yang tepat.
melakukan - Bantu klien
aktivitas sehari- untuk
hari (ADLs) mengidentifikasi
secara mandiri aktivias yang
- Tanda tanda vital mampu
normal dilakukan
- Mampu - Bantu klien
berpindah: untuk membuat
dengan atau jadwal latihan
tanpa bantuan diwaktu luang.
- Status respirasi : - Bantu pasien
pertukaran gas nuntuk
dan ventilasi mengembangkan
adekuat. motivasi diri dan
penguatan.
- Monitor respon
fisik, emosi,
social dan
spiritual.
Kecemasan (uraikan Noc : Nic :
tingkatannya) b/d - Anxiety self control - Gunakan
ancaman/perubahan - Anxiety level pendekatan yang
kesehatan- status - Coping menenangkan
sosio-ekonomi; KH : - Jelaskan semua
ancaman kematian. - Klien mampu prosedur dan apa
mengidentifikasi yang akan
dan dirasakan selama
mengungkapkan prosedur
gejala cemas - Indentifikasi
- Mengidentifikasi, tingkat
mengungkapkan kecemasan
dan menunjukan - Bantu pasien
teknik untuk mengenal situasi
mengontrol cemas. yang
- Ttv dalam batas menimbulkan
normal kecemasan
- Postur tubuh, - Dorong pasien
ekspresi wajah, untuk
bahasa tubuh dan mengungkapkan
tingkat aktivitas perasaan,
menunjukkan ketakuta,
berkurangnya persepsi
kecemasan. - Intruksikan
pasien
mengunkan
teknik relaksasi
(Risiko tinggi) Noc : Nic :
Penurunan curah - Circulation status - Evaluasi adanya
jantung b/d perubahan - Vital sign status nyeri dada
frekuensi, irama dan KH : - Catat adanya
konduksi listrik - Tanda vital dalam disritmia
jantung; penurunan rentan normal jantung
preload/peningkatan - Dapat mentolerasi - Monitor status
tahanan vaskuler aktivitas, tidak kardiovaskuler
sistemik; kelelahan - Monitor status
infark/diskinetik - Tidak ada edema pernapasan yang
miokard, kerusakan paru, perifer, dan menandakan
struktuaral seperti tidak ada ansietas gagal jantung
aneurisma ventrikel - Tidak ada - Monitor belance
dan kerusakan penurunan cairan
septum. kesdaran. - Monitor adanya
perubahan
tekanan darah
- Atur priode
latihan dan
istirahat pasien
untuk
menghindari
kelelahan.
- Monitor adanya
dspneu, fatigue,
takipneu dan
ortupneu.
(Risiko tinggi) Noc : Nic :
Perurunan perfusi - Cardiac pump - Catat adanya
jaringan b/d effectiveness disritmia
penurunan/sumbatan - Circulation status jantung
aliran darah koroner. - Vital sign status - Catat adanya
KH : tanda dan gejala
- Tekanan systole penurunan
dan diastole cardiac putput
dalam rentang - Monitor status
yang diharapkan kardiovaskuler
- Cvp dalam batas - Monitor belance
normal cairan
- Nadi perifer kuat - Monitor status
dan simetris pernafasan yang
- Tidak ada udema menandakan
- Denyut jantung, gagal jantung
AGD, ejeksi - Monitor
fraksi dalam batas abdomen
normal. sebagai
indicator
penurunan
perfusi
- Monitor
toleransi
aktivitas
- Monitor adanua
dyspneu,
fatigue,
takipneu dan
ortopneu.
- Anjurkan untuk
menurunkan
stress.
- Monitor kualitas
drai nadi
- Monitor jumlah
irama jantung
- Monitor suara
jantung
- Monitor adanya
cushing triad
- Monitor
membrane
mukosa dan
turgor kulit,
serta rasa haus.
(Risiko tinggi) Noc : Nic :
Kelebihan volume - Elektrolit and acid - pertahankan
cairan b/d penurunan base balance catatan intake
perfusi ginjal; - Fluid balance dan output yang
peningkatan - hydration adekuat
natrium/retensi air; KH : - pasang kateter
peningkatan tekanan - terbebas dari dari jika diperlukan
hidrostatik atau edema, efusi, - monitor hasil hb
penurunan protein anaskari yang sesuai
plasma. - bunyi nafas dengan retensi
bersih, tidak ada cairan
dypneu/ortupneu - monitor vital
- terbebas dari sign
distensi vena - monitor status
jugularis, reflek hemodinamika
hepatojugular (+) termasuk CVP,
- terbebas dari MAP, PAP dan
kelelahan, PCWP.
kecemasan atau - Monitor indikasi
kebingungan retensi/
kelebihan cairan
- Monitor
masukan
makanan /
cairan dan
hitung intake
kalori
- Monitor status
nutrisi
Kurang pengetahuan Noc : Nic :
(tentang kondisi dan - Knewledge : dease - Kaji tingkat
kebutuhan terapi) b/d processe pengetahuan
kurang terpajan atau - Knewledge : health pasien dan
salah interpretasi behavior keluarga
terhadap informasi KH : - Gambarkan
tentang fungsi - Pasien mengatakan tanda dan gejala
jantung/implikasi mengerti tentang yang biasa
penyakit jantung dan penyakit, kondisi, muncul pada
perubahan status prognosis, dan penyakit,
kesehatan yang akan program dengan cara
datang. pengobatan yang tepat.
- Pasien dan - Gambarkan
keluarga mampu proses penyakit
melakukan dengan cara
prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara - Identifikasi
benar kemungkinan
- Pasien da keluarga penyebab
mampu penyakit
menjelaskan - Diskusikan
kembali apa yang pilihan terapi
dijelaskan atau penanganan
perawat/ tim - Beri kesempatan
kesehata lainnya. kepada pasien
dan keluarga
untuk bertanya
tentang
penyakitnya.
- Beri kesempatan
kepada pasien
dan keluarga
pasien untuk
mengulang
kembali apa
yang sudah
dijelaskan oleh
perawat atau tim
kesehatan
lainnya.

d. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010). Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan .
Implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti &
Muryanti, 2017)
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya(Padila,
2012).

Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan


Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
Menurut (Asmadi, 2008) Terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni
subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon pasiendan keluarga terkai pelayanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan


keperawatan, yaitu :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
Tujuan tidak tercapai/masalah belum terata

B. Kasus Sistem Pernapasan


1. Konsep Gagal Napas
a. Definisi Gagal Napas
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).
b. Etiologi
1) Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang
otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2) Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang
otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan.
Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot
pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan
akan sangat mempengaruhi ventilasi.
3) Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.
4) Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
napas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran
dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi
jalan napas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks
dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal
napas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal napas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5) Penyakit Akut Paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pneumonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan
materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasi, emboli
paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan
gagal napas.
Penyebab gagal napas berdasarkan lokasi adalah :
a) Penyebab sentral
(1) trauma kepala : contusio cerebri
(2) radang otak : encephaliti
(3) gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
(4) Obat-obatan : narkotika, anestesi
b) Penyebab perifer
(1) Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical,
muscle relaxans
(2) Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
(3) Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
(4) Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
Haematothorak
c. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan
penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi
toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan
asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor
otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari
analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat
mengarah ke gagal nafas akut.
d. Manifestasi Klinis
1) Tanda
Gagal nafas total
a) Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
b) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra
klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada
inspirasi
c) Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan
ventilasi buatan

Gagal nafas parsial


a) Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing
dan whizing.
b) Ada retraksi dada
2) Gejala
a) Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
b) Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun)
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
2) Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang
tidak diketahui
a) Hemodinamik
Tipe I : Peningkatan PCWP
b) EKG
Mungkin memperhatikan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
distritmia
2. Asuhan Keperawatan Gagal Napas
a. Pengkajian
Primary Survey
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi

2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Menggunakan otot aksesori pernapasan
c) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d) Papiledema
e) Penurunan haluaran urine
4) Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS,
dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
5) Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat,
tampak lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat
secara objektif.

Secondary Survey

1) Sistem kardiovaskuler
a) Tanda : Takikardia, irama ireguler S3S4/Irama gallop
b) Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
c) Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung
menandakan udara di mediastinum)
d) TD : hipertensi/hipotensi

2) Sistem pernafasan
a) Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru ,
keganasan, “lapar udara”, batuk
b) Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot
asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal,
perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak),
dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada
tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak.
c) Sistem integumen
Sianosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah,
bingung, stupor
d) Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4.
e) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai
g) Sistem Neurologi
Sakit kepala
h) Sistem urologi
Penurunan haluaran urine
i) Sistem reproduksi
Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada
rahim/serviks
j) Sistem Indera
Penglihatan : penglihatan buram, diplopia, dengan atau tanpa
kebutaan tiba-tiba
Pendengaran : telinga berdengung
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap

Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap


panas/dingin, tajam/tumpul.
k) Sistem abdomen
Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam
l) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat
menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba
saat batuk
Tanda : melindungi bagian nyeri, perilaku distraksu, ekspresi
meringis

m) Keamanan
Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat
radiasi/kemoterapi
n) Penyuluhan/pembelajaran-Gejala : riwayat faktor resiko keluarga
dengan tuberculosis
b. Diagnosa Keperawatan
1) Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya
fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan
resistensi jalan nafas
2) Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
4) Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
5) Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi
1. Tidak efektifnya Setelah dilakukan 1. Catat perubahan dalam
jalan nafas tindakan keperawatan bernafas dan pola
berhubungan dengan jalan napas efektif nafasnya
hilangnya fungsi Kriteria Hasil : 2. Observasi dari
jalan napas, - Pasien dapat penurunan
peningkatan sekret mempertahankan pengembangan dada dan
pulmonal, jalan napas peningkatan fremitus
peningkatan dengan bunyi 3. Catat karakteristik dari
resistensi jalan nafas nafas yang jernih suara nafas
dan ronchi (-) 4. Catat karakteristik dari
- Pasien bebas dari batuk
dispneu 5. Pertahankan posisi
- Mengeluarkan
tubuh/posisi kepala dan
sekret tanpa
gunakan jalan napas
kesulitan
tambahan bila perlu

6. Kaji kemampuan batuk,


latihan nafas dalam,
perubahan posisi dan
lakukan suction bila ada
indikasi

7. Peningkatan oral intake


jika memungkinkan
kolaboratif

8. Berikan oksigen, cairan


IV : tempatkan di kamar
humidifier sesuai indikasi

9. Berikan therapi aerosol,


ultrasonik nabulasasi

10. Berikan fisiotherapi


dada misalnya : postural
drainase, perkusi
dada/vibrasi jika ada
indikasi

11. Berikan
bronchodilator misalnya :
aminofilin, albuteal dan
mukolitik
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,
efektif b.d tindakan keperawatan kedalaman dan kualitas
penurunan ekspansi pasien dapat pernapasan serta pola
paru mempertahankan pernapasan
pola pernapasan yang 2. Kaji tanda vital dan
efektif tingkat kesadaran setiap
Kriteria hasil : jam
- Frekuensi irama 3. Monitor pemberian
dan kedalaman trakeostomi bila PaCo2
pernapasan 50 mmHg atau
normal PaO2<60 mmHg
- Adanya 4. Berikan oksigen dalam
penurunan bantuan ventilasi dan
dispneu humidifier sesuai
- Gas-gas darah dengan pesanan
dalam batas 5. Pantau dan catat gas-gas
normal darah sesuai indikasi
6. Auskultasi dada untuk
mendengarkan bunyi
nafas setiap 1 jam
7. Pertahankan tirah baring
dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 30
sampai 45 derajat untuk
mengoptimalkan
8. Berikan dorongan untuk
batuk dan napas dalam,
bantu pasien untuk
membebat dada selama
batuk
9. Instruksikan pasien
untuk melakukan
pernapasan diafragma
atau bibir
10. Berikan bantuan
ventilasi mekanik bila
PaCO>60 mmHg. PaO2
dan PaCO2 meningkat
dengan frekuensi 5
mmHg/jam PaO2 tidak
dapat dipertahankan
pada 60 mmHg atau
lebih, atau pasien
memperlihatkan
keletihan atau depresi
mental atau sekresi
menjadi sulit untuk
diatasi
3 Gangguan Setelah diberikan 1. Kaji terhadap tanda dan
pertukaran gas tindakan keperawatan gejala hipoksia dan
berhubungan dengan pasien dapat hiperkapnia
abnormalitas mempertahankan 2. Kaji TD, nadi apikal
ventilasi-perfusi pertukaran gas yang dan tingkat kesadaran
sekunder terhadap adekuat setiap[ jam dan prn,
hipoventilasi Kriteria Hasil : laporkan perubahan
- Bunyi paru bersih tingkat kesadaran pada
- Warna kulit 3. Pantau
dokter. dan catat
normal pemeriksaan gas
- Gas-gas darah darah, kaji adanya
dalam batas kecenderungan
normal untuk usia kenaikan dalam PaCO2
yang diperkirakan atau penurunan dalam
PaO2
4. Bantu dengan
pemberian ventilasi
mekanik sesuai
indikasi, kaji perlunya
CPAP atau PEEP.
5. Auskultasi dada untuk
mendengarkan bunyi
nafas setiap jam

6. Tinjau kembali
pemeriksaan sinar
X dada harian,
perhatikan peningkatan
atau penyimpangan
7. Pantau irama jantung
8. Berikan cairan
parenteral sesuai
pesanan

9. Berikan obat-obatan
sesuai pesanan :
bronkodilator,
antibiotik, steroid.
4 Kelebihan volume Setelah diberikan 1. Timbang BB tiap hari
cairan b.d. edema tindakan perawatan 2. Monitor input dan
pulmo pasien tidak terjadi output pasien tiap 1
kelebihan volume jam
cairan 3. Kaji tanda dan gejala
Kriteria hasil : penurunan curah
- TTV normal jantung
- Balance cairan 4. Kaji tanda-tanda
dalam batas kelebihan volume
normal : edema, BB
- Tidak terjadi ,CVP
edema 5. Monitor
parameter
Hemodinamik
6. Kolaborasi untuk
pemberian cairan
dan elektrolit
5 Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kesadaran
jaringan b.d tindakan
2. Kaji penurunan perfusi
penurunan curah keperawatan pasien
jaringan
jantung mampu
3. Kaji status hemodinamik
mempertahankan
4. Kaji irama EKG
perfusi jaringan
5. Kaji system
Kriteria Hasil :
gastrointestinal
- Status
hemodinamik
dalam batas
normal
- TTV normal

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2010). Implementasi keperawatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan .
Implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti
& Muryanti, 2017)

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya(Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan
Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada
tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Menurut (Asmadi, 2008) Terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang
dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan
pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi
sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan
pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
pelayanan, menanyakan respon pasiendan keluarga terkai
pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
layanan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan.
B. Saran
Perawat harus memahami konsep proses asuhan keperawatan
kritis dan memiliki kemampuan untuk melakukan layanan asuhan
keperawatan kritis

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.dkk. (2000) .Rencana Asuhan Keperawatan &


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I MadeKriasa.EGC.Jakarta
Doenges, M E dkk (2002) . Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien .
Jakarta : EGC.
Indrawati, U., & Romli, L. Y. (2018). Modul Pembelajaran Keperawatan
Kritis. Keperawatan Kritis, 11–13.

Anda mungkin juga menyukai