OLEH :
NIM : 18144010028
SEMESTER/KELAS : IV/A
D-III KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW .
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
(Fitriani Sahlan)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik factor alam
maupun faktor non alam,maupun factor manusia ,sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan kerugian harta benda,dan dampak psikologi.
(Suratman Woro Suprojo, Prosiding pengindraan jauh dan system informasi
geografi.2012)
Jalur evakuasi adalah jalur yang ditujukan untuk membuat orang agar dapat
menyikapi saat terjadi bencana dan tidak (berhamburan saat terjadi bencana) panik saat
terjadi bencana melainkan dapat memposisikan apa yang akan mereka lakukan dengan
melihat arah panah maupun tanda lain demi menekan jumlah korban yang disebabkan
oleh kepanikan saat terjadi bencana. seperti gunung meletus, banjir maupun gempa bumi.
Peran siswa yang juga adalah sebagai masyarakat sekolah yang menempati aspek
penting dalam ikut campur (partisipasi) dalam pembuatan jalur evakuasi, membutuhkan
peran dari masyarakat sekolah pengetahuan terhadap mengenai resiko bencana juga
sangat penting, upaya tersebut juga dituangkan dalam hyogo frame work for action Tahun
2005 dimana salah satu butirnya memprioritaskan tentang pendidikan mitigasi bencana.
(prosding spatial thinking )
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Defenisi Evakuasi
B. Syarat Evakuasi
1 PENOLONG
Teknik ini juga dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada teknik kondisi
korban tengkurap.
- Korban berada di dalam reruntuhan gedung
Teknik ini lebih sering dipakai ketika kondisi kebakaran yang terjadi di dalam
gedung. Prioritas utama adalah korban yang kita tolong, sehingga posisi penolong
harus berada di atas korban untuk melindungi tubuh korban dari reruntuhan.
- Teknik membopong
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini bisa digunakan karena lebih praktis
dibandingkan dengan teknik-teknik lainnya. Namun jika penolong memiliki
tenaga yang lebih, teknik ini pun bisa dilakukan untuk korban orang dewasa.
- Tenaga penolong yang lemah
Tarikan bahu
Tarikan Lengan
Tarikan Kain
Tarikan Selimut
b) Korban Sadar
Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu untuk berjalan, penolong dapat
menggunakan teknik ini.
- Teknik memapah
Jika korban masih mampu berjalan namun dengan kondisi yang lemah, maka
penolong diajurkan memilih teknik ini. Teknik ini juga disarankan bagi penolong
yang tidak memiliki cukup tenaga untuk mengangkat korban.
-Teknik,mempopong
Teknik ini sama seperti teknik membopong pada korban tidak sadar. Hanya saja
korban diminta untuk meletakkan tangan sebelah kirinya pada leher/ atas bahu kiri
penolong agar tidak menyulitkan penolong dalam melakukan pemindahan.
2 PENOLONG
a) Korban Tidak Sadar
- Teknik angkat langsung
Teknik ini adalah teknik umum yang digunakan ketika kita tak
menemukan alat apapun untuk proses evakuasi korban. Caranya adalah dengan
melipatkan kedua tangan korban ke dada, lalu tangan kanan penolong 1
memegang lengan kanan bawah dan tangan kiri memegang lengan kiri bawah
korban. Sedangkan penolong 2 memegang bagian lutut korban.
b) Korban Sadar
- Teknik Memapah
Teknik ini dilakukan jika korban masih mampu berjalan namun dengan
kondisi fisik yang sangat lemah.
- Duduk 2 tangan
Teknik ini dilakukan jika korban sama sekali tak mampu berjalan. Kondisi
korban dengan cedera kaki pada bagian bawah juga lebih tepat menggunakan
teknik evakuasi ini.
- Duduk 4 tangan
Teknik ini digunakan pada kasus sama seperti teknik pada evakuasi duduk
2 tangan.
3 PENOLONG
Teknik 3 penolong atau lebih, secara umum diprioritaskan bagi korban tak
sadar. Selebihnya, untuk mengatasi jarak evakuasi yang jauh, maka digunakan
alat bantu berupa tandu dan peralatan-peralatan lain dengan jumlah penolong
variatif. Berikut macam-macam teknik evakuasi dengan 3 penolong:
Teknik ini adalah yang paling sering digunakan pada evakuasi korban
dengan 3 penolong. Posisi penolong pada 1 sisi menjadikan perjalanan evakuasi
lebih terarah. Kekompakan dan koordinasi tim menjadi penentu berhasilnya
teknik evakuasi ini. Jika penguncian korban benar, maka korban tidak akan terasa
berat.
- 3 penolong berhadapan
Teknik ini digunakan ketika kondisi penolong memiliki tinggi badan yang
tidak sama. Penolong berhadapan pada kedua sisi korban dengan tangan penolong
saling berpegangan di bawah tubuh korban.
4 PENOLONG
Jika jumlah penolong lebih banyak, maka proses evakuasi akan lebih baik.
Beban korban akan semakin berkurang dan akurasi dalam proses evakuasi pun
semakin baik. Tekniknya adalah dengan saling berpegangan tangan di bawah
tubuh korban dengan posisi penolong saling berhadapan.
6 PENOLONG
Jika korban memiliki berat badan yang cukup besar, maka dapat dilakukan
evakuasi dengan 6 penolong. Tekniknya sama seperti evakuasi dengan 4
penolong.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika Anda tidak mengetahui prosedur pemindahan korban, hal ini bisa
memperparah kondisi korban, atau bahkan bisa mengakibatkan penolong
mengalami cedera juga. Contohnya, ketika mengangkat tubuh korban yang
mengalami patah leher, jika tidak mengetahui teknik yang benar bisa
mengakibatkan kelumpuhan. Patahnya bagian leher bisa berakibat pada
terhentinya pernapasan dan jantung.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://safetysignindonesia.id/tidak-boleh-asal-ini-teknik-memindahkan-korban-
cedera-yang-benar/
http://www.ensiklopediapramuka.com/2012/10/pppk-transportasi-evakuasi-
korban.html?m=1