Anda di halaman 1dari 18

Tugas Mandiri

Mata Kuliah : Kesehatan Matra

INDIKASI KORBAN PADA TEKNIK EVAKUASI

OLEH :

NAMA : FITRIANI SAHLAN

NIM : 18144010028

SEMESTER/KELAS : IV/A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

D-III KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW .

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Kesehatan Matra yang berjudul “Indikasi Korban Pada Teknik Evakuasi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ternate,14 Mei 2020

(Fitriani Sahlan)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................


B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Evakuasi ..........................................................................


B. Syarat Evakuasi..............................................................................
C. Cara Pengangkutan Korban ........................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik factor alam
maupun faktor non alam,maupun factor manusia ,sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan kerugian harta benda,dan dampak psikologi.
(Suratman Woro Suprojo, Prosiding pengindraan jauh dan system informasi
geografi.2012)

Jalur evakuasi adalah jalur yang ditujukan untuk membuat orang agar dapat
menyikapi saat terjadi bencana dan tidak (berhamburan saat terjadi bencana) panik saat
terjadi bencana melainkan dapat memposisikan apa yang akan mereka lakukan dengan
melihat arah panah maupun tanda lain demi menekan jumlah korban yang disebabkan
oleh kepanikan saat terjadi bencana. seperti gunung meletus, banjir maupun gempa bumi.

Peran siswa yang juga adalah sebagai masyarakat sekolah yang menempati aspek
penting dalam ikut campur (partisipasi) dalam pembuatan jalur evakuasi, membutuhkan
peran dari masyarakat sekolah pengetahuan terhadap mengenai resiko bencana juga
sangat penting, upaya tersebut juga dituangkan dalam hyogo frame work for action Tahun
2005 dimana salah satu butirnya memprioritaskan tentang pendidikan mitigasi bencana.
(prosding spatial thinking )

B. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi Evakuasi?

2. Apa syarat Evakuasi?

3. Bagaimana cara pengangkatan korban?


C. Tujuan

a. Untuk mengetahui defenisi Evakuasi

b. Untuk mengetahui syarat Evakuasi

c. Untuk mengetahui cara pengangkatan korban


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Evakuasi

Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke


tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di
daerah-daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong
harusmelakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan.

B. Syarat Evakuasi

a. Keadaan korban umumnya cukup baik 


b. Tidak ada gangguan pernapasan
c. Pendarahan sudah di atasi
d. Luka sudah dibalut

Patah tulang sudah dibidai, sepanjang pelaksanaan pemindahan korban


perlu dilakukan pemantauan dari korban tentang: keadaan umum korban seperti
sistem persyarafan (kesadaran) - sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan
darah)- sistem pernapasan- bagian yang mengalami cedera.

Keadaannya harus stabil, jalan nafas harus dijamin terbuka/bebas, terus


dimonitor secara ketat kondisi : jantung, nadi, paru-paru
C. Cara pengangkutan korban

Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual. Pada umumnya


digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan.

1 PENOLONG

a) Korban Tidak Sadar

- Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi tengkurap)

Teknik ini dilakukan ketika sudah dipastikan bahwa korban tidak


mengalami patah tulang, urai sendi, atau cedera semacamnya. Jika korban
mengalami patah tulang punggung, maka teknik ini jangan dilakukan. Sebab
hanya akan menyebabkan kondisi korban semakin fatal.

- Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi terlentang)

Teknik ini juga dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada teknik kondisi
korban tengkurap.
- Korban berada di dalam reruntuhan gedung

Teknik ini lebih sering dipakai ketika kondisi kebakaran yang terjadi di dalam
gedung. Prioritas utama adalah korban yang kita tolong, sehingga posisi penolong
harus berada di atas korban untuk melindungi tubuh korban dari reruntuhan.

- Teknik membopong

Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini bisa digunakan karena lebih praktis
dibandingkan dengan teknik-teknik lainnya. Namun jika penolong memiliki
tenaga yang lebih, teknik ini pun bisa dilakukan untuk korban orang dewasa.
- Tenaga penolong yang lemah

Ketika kita tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan


pertolongan terhadap korban, secara darurat kita dapat memindahkan korban ke
tempat yang aman. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko terjadinya kondisi
yang lebih darurat dibandingkan jika korban berada pada wilayah bencana.
Kita dapat menggunakan tangan kosong maupun alat seadanya sebagai fasilitas
pendukung. Alat yang digunakan dapat berupa kain atau selimut. Usahakan untuk
memilih kain yang tebal untuk meminimalisir luka ketika tubuh korban
bergesekan dengan tanah/ ground. Teknik ini hanya layak dilakukan untuk
pemindahan korban pada jarak yang relatif dekat.

Tarikan bahu
Tarikan Lengan

Tarikan Kain

Tarikan Selimut

b) Korban Sadar

- Teknik sampir bahu

Jika korban tidak mengalami patah tulang punggung, kaki, maupun


lengan, teknik ini dapat dilakukan. Teknik ini dipakai ketika korban dalam kondisi
yang sangat lemah yang membutuhkan pertolongan dengan segera.
- Teknik gendong

Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu untuk berjalan, penolong dapat
menggunakan teknik ini.

- Teknik memapah

Jika korban masih mampu berjalan namun dengan kondisi yang lemah, maka
penolong diajurkan memilih teknik ini. Teknik ini juga disarankan bagi penolong
yang tidak memiliki cukup tenaga untuk mengangkat korban.
-Teknik,mempopong
Teknik ini sama seperti teknik membopong pada korban tidak sadar. Hanya saja
korban diminta untuk meletakkan tangan sebelah kirinya pada leher/ atas bahu kiri
penolong agar tidak menyulitkan penolong dalam melakukan pemindahan.

2 PENOLONG
a) Korban Tidak Sadar
- Teknik angkat langsung

Teknik ini adalah teknik umum yang digunakan ketika kita tak
menemukan alat apapun untuk proses evakuasi korban. Caranya adalah dengan
melipatkan kedua tangan korban ke dada, lalu tangan kanan penolong 1
memegang lengan kanan bawah dan tangan kiri memegang lengan kiri bawah
korban. Sedangkan penolong 2 memegang bagian lutut korban.

- Evakuasi menggunakan kursi

Teknik ini lebih praktis dan akan mempermudah penolong dalam


melakukan evakuasi.

b) Korban Sadar
- Teknik Memapah

Teknik ini dilakukan jika korban masih mampu berjalan namun dengan
kondisi fisik yang sangat lemah.
- Duduk 2 tangan

Teknik ini dilakukan jika korban sama sekali tak mampu berjalan. Kondisi
korban dengan cedera kaki pada bagian bawah juga lebih tepat menggunakan
teknik evakuasi ini.

- Duduk 4 tangan

Teknik ini digunakan pada kasus sama seperti teknik pada evakuasi duduk
2 tangan.
3 PENOLONG

Teknik 3 penolong atau lebih, secara umum diprioritaskan bagi korban tak
sadar. Selebihnya, untuk mengatasi jarak evakuasi yang jauh, maka digunakan
alat bantu berupa tandu dan peralatan-peralatan lain dengan jumlah penolong
variatif. Berikut macam-macam teknik evakuasi dengan 3 penolong:

- 3 penolong pada satu sisi korban

Teknik ini adalah yang paling sering digunakan pada evakuasi korban
dengan 3 penolong. Posisi penolong pada 1 sisi menjadikan perjalanan evakuasi
lebih terarah. Kekompakan dan koordinasi tim menjadi penentu berhasilnya
teknik evakuasi ini. Jika penguncian korban benar, maka korban tidak akan terasa
berat.

- 3 penolong berhadapan
Teknik ini digunakan ketika kondisi penolong memiliki tinggi badan yang
tidak sama. Penolong berhadapan pada kedua sisi korban dengan tangan penolong
saling berpegangan di bawah tubuh korban.

4 PENOLONG

Jika jumlah penolong lebih banyak, maka proses evakuasi akan lebih baik.
Beban korban akan semakin berkurang dan akurasi dalam proses evakuasi pun
semakin baik. Tekniknya adalah dengan saling berpegangan tangan di bawah
tubuh korban dengan posisi penolong saling berhadapan.

6 PENOLONG

Jika korban memiliki berat badan yang cukup besar, maka dapat dilakukan
evakuasi dengan 6 penolong. Tekniknya sama seperti evakuasi dengan 4
penolong.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian pertolongan pertama harus cepat dan tepat berdasarkan keadaan


korban. Pertolongan pertama pada kecelakaan, jika salah penanganannya, alih-alih
menyelamatkan, malah bisa memperparah kondisi korban. Termasuk dalam hal
mengangkat dan memindahkan korban ke tempat yang lebih aman.

Jika Anda tidak mengetahui prosedur pemindahan korban, hal ini bisa
memperparah kondisi korban, atau bahkan bisa mengakibatkan penolong
mengalami cedera juga. Contohnya, ketika mengangkat tubuh korban yang
mengalami patah leher, jika tidak mengetahui teknik yang benar bisa
mengakibatkan kelumpuhan. Patahnya bagian leher bisa berakibat pada
terhentinya pernapasan dan jantung.

Terdapat persyaratan atau hal-hal yang perlu diperhatikan dan beberapa


teknik yang direkomendasikan Palang Merah Indonesia dan American Red
Cross jika Anda terpaksa harus memindahkan korban cedera atau kecelakaan.

B. Saran

Ada baiknya dalam pengangkatan korban lebih berhati-hati supaya tidak


membahayakan korban juga penolong, karena ada saja kesalahan dalam
pengangkatan korban baik itu dalam pemindahan posisi korban ataupun dari
penolong

DAFTAR PUSTAKA

https://safetysignindonesia.id/tidak-boleh-asal-ini-teknik-memindahkan-korban-
cedera-yang-benar/

http://www.ensiklopediapramuka.com/2012/10/pppk-transportasi-evakuasi-
korban.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai