Anda di halaman 1dari 60

0

PENGARUH DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


PADA PASIEN PRE OPERATIF SEDANG DI RUANG
RAWAT INAP RUMAH SAKIT CIREMAI
KOTA CIREBON TAHUN 2016

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
TAUFIK
NIM. 4201.0112.A.053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2016
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan menurut Suliswati (2005) adalah respons emosi tanpa objek

yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara

interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang

akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan

tidak menentu dan tidak berdaya.(1)

Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan

pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat

secara langsung. Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah

adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat

dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu

kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau

objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak

berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasi/pembedahan

(misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran

terhadap anestesi/pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan anestesi/

meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain.(1)

Cemas merupakan bagian dari kehidupan sehari hari. Kecemassan selalu ada

dan bukan milik masyarakat atau budaya tertentu. Kecemasan melibatkan fisik

seseorang, persepsi diri, dan hubungan orang lain, menjadikan kecemasan sebagai
2

konsep dasar dalam studi keperawatan kesehatan jiwa dan perilaku manusia.

Diperkirakan hanya sekitar seperempat dari gangguan kecemasan menerima

perawatan. Namun, orang-orang dengan kecemasan merupakan konsumen yang

banyak menggunakan pelayanan perawatan kesehatan karena mereka mencari

pengobatan untuk berbagai gejala yang 1disebabkan oleh kecemasan, seperti nyeri

dada, palpitasi, pusing, dan sesak nafas.(2)

Sebagianbesarpasienyangakanmenjalanioperasimengalamikecemasan

karenamenganggaptindakanoperasimerupakanpengalamanyangmenakutkan.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2007,

Amerika Serikat menganalisis data dari 35.539 klien bedah dirawat di unit

perawatanintensifantara1Oktober2003sampai30September2006,sebanyak

8.922 klien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan dan 2.473 klien (7%)

mengalami kecemasan. Pada tahun 2007 401 RSU Depkes dan Pemda di

Indonesia, operasi yang dilaksanakan sebanyak 642.632 klien yang dirinci

menuruttingkatkelasA,B,C,danD,datatersebutdiklasifikasikanberdasarkan

jenisoperasi.PadakelasAjumlahoperasimayoradalah8.364klien(16,2%),

kelas B jumlah operasi mayor adalah 76.969 (19,8%), pada kelas C jumlah

operasimayoradalah65.987(34,0%),danpadakelasDjumlahoperasimayor

adalah3.307(41,0%).(3)

Sebelum dilakukan operasi terdapat masalah kecemasan yang merupakan

reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini sebagai respon antisipasi

pasien terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai suatu ancaman terhadap

peran dalam kehidupan pasien, integritas tubuh dan bahkan kehidupannya.


3

Ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian

asuhan keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk menurunkan

tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit. Dalam menghadapi ketakutan

dan kecemasan pasien, kepercayaan spiritual memiliki peranan penting.(4)

Islam sebagai agama yang bermuatan nilai-nilai spiritual yang tinggi,

Memberikan jalan penyelesaian atas masalah masalah psikologis manusia.

Kandungan ajaran Islam, sepetti keimanan, peribadatan, akan mengenal dirinya

untuk mengenal tuhannya. Zikir berimplementasi positif terhadap psikologis

individu. Melalui dzikir seorang individu menjadi bersih hatinya dari belenggu

dosa dan maksiat. Mempererat hubungan kemanusiaan dengan tuhannya,

mengikat tali cinta kebersamaan dengan tuhan dalam pengawasan dan penjagaan,

dan menimbulkan sinaran dan cahaya ilahi dalam hati sehingga terbebas dari

perilaku buruk yang dapat menyebabkan kerisauan, kegundahan, dan kegalauan

hati.(5)

Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga

dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota badan yang

mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa dengan cara-cara yang diajarkan

oleh Allah dan Rasul-Nya, untuk memperoleh ketentraman batin, atau

mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan

serta terhindar dari siksa Allah.(6)

Dzikir memiliki sejumlah kenikmatan dan rahasia yang positif bagi

individu. Dengan berdzikir seseorang individu akan memperoleh kebaikan sebagai

implementasi dari pengawasan illahi. Dzikir mengantarkan seseorang individu


4

kepada keampunan dan surga di akhirat. Dengan berdzikir menjadikan individu

hidup di dalam kebahagiaan karena dekat dengan allah, memperoleh pengawasan,

dan mendapat tajalliyah al-nafs yaitu mutmainah (ketenangan jiwa).(5)

Hasil penelitian Edi Nurfadilah (2014) menunjukkan terdapat pengaruh

dari membaca dzikir terhadap kecemasan pada pasien pre operasi di RS PKU

Muhammadiyah Bantul dengan nilai p value = 0,00.(7)

Keperawatan perioperatif menurut Suzanne (2001) adalah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan

dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperatif adalah suatu istilah

gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan yaitu praoperatif,

intraoperatif dan pascaoperatif. Masing-masing dari tiap fase ini dimulai dan

berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk

pengalaman bedah, dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas

keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses

keperawatan dan standar praktik keperawatan.(8)

Fase preoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika

keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke

meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat

mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik atau di rumah,

menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang

diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin

dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien praoperatif di tempat atau ruang

operasi.(8)
5

Data dari Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon pasien pre operatif sedang

dari bulan Desember tahun 2015 sampai dengan bulan Januari tahun 2016

sebanyak 103 orang.(9)

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 12 Februari 2016 terhadap 10

pasien pre operatif di ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon

diketahui 5 orang (50%) mengalami kecemasan sedang, 4 orang (40%)

mengalami kecemasan ringan dan 1 orang (10%) mengalami kecemasan berat.

Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Dzikir Terhadap

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Sedang di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Ciremai Kota Cirebon Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya

adalah apakah ada pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien

pre operatif sedang di ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon tahun

2016 ?.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada pasien pre operatif sedang di ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai Kota

Cirebon tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus


6

a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan sebelum dilakukan dzikir pada

pasien pre operatif sedang di ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai

Kota Cirebon tahun 2016.


b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan sesudah dilakukan dzikir pada

pasien pre operatif sedang di ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai

Kota Cirebon tahun 2016.


c. Untuk mengetahui pengaruh pengaruh dzikir terhadap tingkat

kecemasan pada pasien pre operatif sedang di ruang rawat inap Rumah

Sakit Ciremai Kota Cirebon tahun 2016.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh dzikir terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operatif. Subjek penelitian ini adalah semua pasien pre

operasi sedang di ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai Cirebon tahun 2016.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2016. Alasan penelitian ini

dilakukan karena masih banyaknya pasien pre operatif sedang yang mengalami

kecemasan pada saat akan dilakukan operasi di Rumah Sakit Ciremai Kota

Cirebon. Jenis penelitian ini menggunakan. rancangan pra eksperimen one group

pre test post test.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat bagi teoritis

dan manfaat bagi praktis, adalah sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis


a. Bagi Institusi Pendidikan
7

Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan

ilmupengetahuankhususnyatentangpengaruhdzikirterhadappasien

preoperasiyangmengalamikecemasan,sertadapatdigunakansebagai

bahanpustakaataubahanperbandinganuntukpenelitianselanjutnya.

b. Bagi Peneliti

Mendapatkan informasi/pengetahuan berdasarkan kebenaran

ilmiah tentang pengaruh dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien

pre operatif sedang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data baru yang relavan yang terkait dengan dzikir dapat

menurunkan kecemasan pasien pre operatif.

c. Bagi Ilmu Keperawatan

Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang

pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre

operatif sedang yang akan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang ilmu keperawatan.

1.5.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi bidang keperawatan, khususnya

keperawatanmedikalbedahdankeperawatankritisdalammemberikan

asuhankeperawatanpadapasienyangmengalamikecemasanmasapre

operasi.

b. Bagi Perawat
8

Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan bagi perawat

dalam memahami pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada pasien pre operatif sedang di Rumah Sakit Ciremai

Kota Cirebon sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan.

c. Bagi Pasien

Membantu pasien dalam meningkatkan, memulihkan dan

mengatasi masalah yang sedang dialami pasien melalui kebutuhan

spiritual pasien agar pasien dapat lebih tenang dan ikhlas dalam

menghadapi kondisi pasien.

BAB II
9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pre Operatif

2.1.1 Pengertian

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh.

Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau

pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.(8)

Keperawatan perioratif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperatif adalah suatu istilah

gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan-praoperatif

itraoperatif, dan pascaoperatif. Seperti yang diperlihatkan pada bagan 19-1,

masing-masing dari setiap fase ini dimulai dan berakhir pada waktu tertentu dalam

urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah, dan masing-masing

mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan

oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standard praktik

keperawatan.(10)

Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika

keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir pasien dikirim ke meja

operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup

penetapan pengkajiandasar pasien di tatanan klinik atau di rumah, menjalani

wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan

pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga

melakukan pengkajian pasien praoperatif di tempat atau ruang operasi.(11)


9
10

2.1.2 Tipe Pembedahan

Pembedahan, baik elektif maupun darurat, adalah peristiwa kompleks

yang penuh stres. Pembedahan mungkin dilakukan karena beragam alasan.

Pembedahan bisa saja untuk menegakkan diagnosis (misal, spesimen biopsi,

laparatomi eksplorasi). Pembedahan dapat bersifat menyembuhkan (misal, eksisi

massa tumor). Pembedahan dapat bersifat reparatif atau perbaikan (misal,

perbaikan luka). Pembedahan dapat bersifat rekonstruktif atau kosmetik (misal,

facelift). Pembedahan mungkin bersifat paliatif (misal, meredakan nyeri).

Pembedahan dapat juga diklasifikasikan sesuai dengan derajat urgensi kasus

(darurat, mendesak, diperlukan, elektif, dan pilihan).(11)

1. Menurut fungsinya (tujuannya) membagi menjadi: (12)


1) Diagnostik : Biopsi, laparatomi eksplorasi.
2) Kuratif (ablatif) : Tumor, appendiktomi.
3) Reparatif : Memperbaiki luka multiple.
4) Rekonstruktif : Mamoplasti, perbaikan wajah.
5) Paliatif : Menghilangkan nyeri.
6) Transplantasi : Penanaman organ tubuh untuk

menggantikan organ atau struktur tubuh yang malfungsi

(cangkok ginjal, kornea).


2. Menurut tingkat urgensinya :
1) Kedaruratan

Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang

diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau

kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.

2) Urgen

Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 30 jam.

3) Diperlukan
11

Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu

atau bulan.

4) Elektif

Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika

tidak dilakukan.

5) Pilihan

Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi

klien).

3. Menurut Luas atau Tingkat Resiko :


1) Mayor

Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat

resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.

2) Minor

Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko

komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

2.1.3 Operasi Sedang

Pembedahan/operasi yang dapat dikategorikan 4 bagian, diantaranya:

1. Operasi besar khusus (Operasi besar yang memiliki tingkat kesulitan yang

tinggi dan butuh waktu lama mengerjakanya).

2. Operasi besar (Operasi yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi).

3. Operasi sedang (Operasi yang tidak terlalu sulit dan tidak butuh waktu lama

dalam mengerjakanya). Contohnya tonsilektomi (angkat amandel),

appendektomi (angkat usus buntu), mastitis, herniotomy, sterilisasi dll.


12

Appendiktomi (memotong usus buntu). Jenis operasi tersebut, merupakan

operasi yang dianggap mudah dan tidak butuh waktu lama dalam

mengerjakan, biasanya 30 60 menit bisa selesai.

4. Operasi kecil (Operasi yang dianggap mudah dan cukup bius lokal).(13)

2.1.4 Penyuluhan Pra Operatif

Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan.

Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan rencana asuhan

keperawatan bedah, risiko pembedahan, dan komplikasi pasca operatif dapat

diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukkan bahwa penyuluhan pra

operatif yang diberikan secara terstruktur dapat mempersingkat waktu rawat pasien

di rumah sakit.(14)

Penyuluhan pra operatif adalah bagian penting asuhan keperawatan. Penelitian

telah membuktikan bahwa penyuluhan pra operatif dapat menurunkan kecemasan

klien dan komplikasi pascaoperatif serta meningkatkan kepuasan klien dalam

pengalaman pembedahan. Penyuluhan pra operatif yang baik juga memfasilitasi

klien untuk kembali bekerja atau aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Empat dimensi penyuluhan pra operatif yang diidentifikasi penting bagi klien : (15)

1. Informasi, antara lain apa yang akan terjadi pada klien, kapan, dan apa yang

akan dialami klien, seperti sensasi dan ketidaknyamanan yang akan dirasakan.

Perawat perlu mendengarkan klien dengan cermat dan penuh perhatian untuk

mengidentifikasi kekhawatiran dan rasa takut klien yang spesifik.

2. Dukungan psikososial untuk menurunkan ansietas. Perawat memberikan

dukungan dengan mendengar aktif dan memberikan informasi yang akurat.


13

Perawat harus mengoreksi semua kesalahan persepsi klien.

3. Peran klien dan orang terdekat dalam persiapan praoperatif, prosedur

pembedahan, dan selama fase pascaoperatif. Pemahaman klien mengenai

perannya selama pengalaman perioperatif akan meningkatkan rasa kendali dan

menurunkan kecemasan klien. Hal ini termasu apa yang akan dijalani klien,

perilaku yang diinginkan, aktivitas perawatan diri, dan apa yang dapat

dilakukan klien untuk memfasilitasi pemulihan.

4. Pelatihan keterampilan. Hal ini mencakup pergerakan, napas dalam, batuk,

menyokong luka insisi dengan tangan atau bantal, dan menggunakan

spirometer insentif.

2.1.5 Persiapan Pra Operatif (Pra Bedah)

1. Persiapan Mental

Secara mental, penderita harus dipersiapkan untuk menghadapi

pembedahan karena selalu ada rasa cemas atau tajut terhadap penyuntikan,

nyeri luka, anesthesia, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati.(16)

2. Persiapan Fisik

Sebelum pembedahan (dengan anesthesia umum) dimulai. Lambung

harus kosong. Refluks esophagus mudah terjadi terutama pada permulaan

anestesia. Sehingga dapat terjadi aspirasi isi lambung yang merupakan suatu

penyulit berbahaya karena menimbulkan pneumonia yang tidak mudah diatasi.

Oleh karena itu, pasien dipuasakan selama enam jam sebelum pembedahan.(16)
14

Kulit tubuh, khususnya di daerah lapangan operasi harus bersih.

Penderita harus mandi atau dimandikan dengan sabun atau larutan antiseptik,

seperti klorhek atau larutan yang mengandung yodium, selain itu harus bebas

infeksi sehingga operasi elektif harus ditunda selama ada infeksi kulit.(16)

Suhu badan sebaiknya dipertahankan kurang lebih normal. Penderita

yang demam, metabolismenya meningkat dan memerlukan lebih banyak zat

asam sehingga stabilitas miokard meningkat dan keadaan syok tidak dapat

dikompensasi seperti biasa. Suhu harus diturunkan dahulu, umpamanya

dengan sediaan salisilat. Hipotermia di bawah 34,5oC juga membawa risiko

karena metabokisme berlangsung terlalau lambat sehingga misalnya,

pembekuan darah melambat. Iritabilitas miokard pun meningkat. Terutama

bila penderita syok sehingga penderita terancam mengalami fibrilisasi

ventrikel. Penderita seperti itu harus dihangatkan dahulu perlahan lahan

dengan selimut hangat atau dimandikan dengan air hangat 40oC. suhu air harus

dipantau karena suhu air 42,2oC sudah mengakibatkan luka bakar.(16)

Syok umumnya disertai dengan peredaran darah yang buruk dan

gangguan perfusi organ vital seperti jantung dan otak harus diatasi sebelum

pembedahan. Hipertensipun harus dikoreksi sebelum pembedahan, dalam

artian tekanan diastolik diusahakan dibawah 100 mmHg, jika mungkin

dibawah 90 mmHg.(16)

Diuresis menjadi pegangan penting dalam menentukan kesimbangan

cairan. Jika diuresis mencapai 30 ml/jam, lidah lembap, mukosa lain tampak

basah. Dan turgor kulit memadai. Hidrasi penderita dapat dianggap normal.
15

Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa juga harus dikoreksi. Pada

penderita diabetes mellitus bila perlu dilakukan koreksi kadar gula darah dan

ketonuria.(16)

3. Keadaan Gizi

Kebanyakan penderita yang akan dibedah tidak membutuhkan perhatian

khusus untuk masalah gizi. Pada umumnya mereka dapat berpuasa untuk

waktu tertentu sesuai penyakit dan pemebedahannya. Akan tetapi, tidak jarang

juga penderita datang dalam keadaan gizi yang kurang baik. Misalnya yang

terjadi pada penderita penyakit saluran cerna, keganasan, infeksi kronik, dan

trauma berat.(16)

Malnutrisi berat mempengaruhi morbiditas karena terganggunya

penyembuhan luka dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Namun, malnutrisi protein kalori yang ringan tidak banyak mempengaruhi

hasil operasi.(16)

4. Penilaian Status Gizi

Puasa selama 3-4 hari yang pada umumnya dijalankan oleh pasien bedah.

Termasuk yang menderita malnutrisi protein-kalori ringan tidak

mempengaruhi status gizinya. Gangguan nutrisi umumnya terjadi bila

kekurangan asupan makanan berlangsung dari sepuluh hari. Tanda keadaan

gizi yang kurang memuaskan adalah bila berat badan turun lebih dari 10%

dalam waktu singkat. Berat badan terakhir kurang dari 80% berat badan

ideal.dan kadar serum kurang dari 3 gr%.(16)

5. Kebutuhan Nutrisi
16

Untuk menentukan kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal.

Sedangkan untuk menentukan Basal Energy Expenditure (BEE) ini digunakan

suatu rumus Harris-Benedict.

Perempuan : 68.5 + ( 9.6 x BB) + (1,7 x tinggi badan )

(4,7 x umur )

Laki-laki : 66,0 + (1,7 x BB) + (5,0 x tinggi badan )

(6,9 x umur)

6. Diit

Kecuali pada bedah perut dimana pasien mendapat diit rendah residu,

makanan biasa diberikan satu hari sebelum operasi, tapi 8 jam sebelum operasi

pasien tidak diperbolehkan makan. Diit harus sesuai dengan kondisi sebelum

bedah. Cairan tidak diperbolehkan 4 (empat) jam sebelum operasi.

Terdapatnya makanan atau cairan dalam perut meningkatkan kemungkinan

aspirasi isi lambung yang seharusnya termuntahkan pada saat pasien

dianasthesi. Aspirasi dapat menjadi pneumonia. Bila diketahui pasien makan

atau minum pada saat hars puasa ahli bedah harus diberitahu, karena operasi

bisa mengalami penjadwalan ulang. Bila dilaksanakan anasthesi lokal atau

spinal, makanan ringan diperbolehkan.(17)

7. Persiapan Perut

Pemberian huknah sebelum operasi hanya dilaksanakan pada bedah

saluran pencernaan atau pelvis, perineal, daerah perineal. Bila huknah sebelum

bedah kurang berhasil, harus diulangi. Tujuan dari huknah sebelum operasi

adalah untuk mencegah cedera kepada colon, untuk memungkinkan visualisasi


17

yang lebih baik kepada daerah yang akan dioperasi, mencegah konstipasi atau

pengerasan tinja pada pasca bedah.(17)

8. Persiapan Kulit

Tujuan persiapan kulit sebelum operasi adalah untuk membebaskan

sedapat mungkin daerah operasi dari mikro organisme, dalam beberapa contoh

menyiram kulit dengan sabun hexazhlorophene yang baik sudah dianggap

memadai. Pada operasi tertentu, seperti pemasangan alat pada orthopedi dapat

berada berakibat disfungsi cara membersihkan khusus dipesan. Tidak boleh

pakai sabun, alkohol, atau larutan yang mengandung alkohol bercampur

dengan larutan hexazhlorophene, karena bahan itu mengurangi keampuhan

antisepsis dari hexazhlorophene.(17)

9. Transportasi ke Kamar Bedah

Para petugas yang megantarkan pasien mengambil brankar dari kamar

bedah dan memperkenalkan diri kepada para petugas kamar bedah. Perawat

dari unit yang ditugaskan untuk ke kamar bedah meneliti status pasien

ditemani oleh teman pengantar ke tempat tidur pasien, memeriksa gelang

pengenal, menandatangani lembar identifikasi.(17)

2.2 Kecemasan
2.2.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-

hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat

diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek
18

yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk

mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara

keseimbangan hidup.(1)

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik secara

subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah

kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab

yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak

berdaya.(1)

Gangguan kecemasan adalah sekelompok gangguan dimana kecemasan

merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum dan gangguan panik) atau

dialami jika seseorang berupaya mengendalikan perilaku maladaptif tertentu

(gangguan jobik dan gangguan obsesif-kompulsif). Kecemasan menjadi merusak

jika orang mengalaminya dari peristiwa yang oleh sebagian besar tidak dianggap

stres.(18)

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu

sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang

dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian

dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat

membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh

dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.(19)

2.2.2 Faktor Predisposisi


19

Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu: teori

psikoanalitik, teori interpersonal, teori perilaku, teori keluarga, dan teori biologi.
(1)

1. Teori Psikoanalitik

Kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu terhadap

ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi seksual

yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat

timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang

berlebihan. Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga

melampaui kemampuan individu untuk menanganinya.(1) Ada dua tipe

kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan subsekuen.

1) Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulusi

tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan

kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau

kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau

dorongan yang diakibatkan oleh faktor eksternal.

2) Kecemasan subsekuen

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis

kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian

yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka

posisi ego sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi

bahaya.
20

2. Teori Interpersonal

Kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan

interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila

individu mempuyai kepekaan lingkungan. Kecemasan pertama kali

ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal kehidupannya, bayi

berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan bertambahnya

usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul akibat tindakannya sendiri

dan diyakini bahwa ibunya setuju atau tidak setuju dengan perilaku itu.(1)

Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang tua berarti atau

kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang

timbul pada masa berikutnya muncul pada saat individu mempresepsikan

bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya. Harga diri seseorang

merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kecemasan. Orang

yang mempuntyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang yang

mudah terancam, mempunyai opini negatif terhadap dirinya atau meragukan

kemampuannya.

3. Teori Perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi

akibat berbagai hal yang mempengaruhi induvidu dalam mencapai tujuan

yang diinginkan mis: memperoleh pekerjaan, bekeluarga, kesuksesan dalam

sekolah. Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah

dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan

yang saling berlawanan dan induvidu harus memilih salah satu. Konflik
21

menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi

terhadap konflik dengan timbulnya perasaan ketidak berdayaan.

Konflik muncul dari dua kecenderungan yaitu: approach dan

avoidance. Approach merupakan kecenderungan untuk melakukan atau

menggerakkan sesuatu. Avoidance adalah kebalikkannya yaitu tidak

melakukannya atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu.

4. Teori Keluarga

Studi pada keluarga dan epidemiologi memperklihatkan bahwa

kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan

sifatnya heterogen.

5. Teori Biologi

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor

tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut

berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric acid

(GABA)yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang bertanggung

jawab menghasilkan kecemasan.

Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor

GABA pada membran post-sinaps akan membuka saluran/pintu reseptor

sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan mengakibatkan eksitasi

sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini menjelaskan bahwa individu

yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses

neurotransmiter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena

pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya suplay darah, perubahan


22

hormon dan sebab fisik lainnya. Kelelahan dapat meningkatkan iritabilitas

dan perasaan cemas.(1)

2.2.3 Faktor Presipitasi

Terkait dengan faktor ini ada dua kelompok faktor dalam presipitasi

kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap harga diri.(1)

1. Ancaman terhadap integritas fisik

Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

1) Sumber internal

Meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi

suhu tubuh, perubahan biologis normal seperti hamil.

2) Sumber eksternal

Meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan

lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat

tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

1) Sumber internal: Kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah

dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai

ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

2) Sumber eksternal: Kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.2.4 Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan,

sedang, berat, dan panik.(1)


23

1. Tingkat kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu

masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat

memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara

efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada tingkat ini,

biasanya menimbulkan beberapa respon seperti:

1) Respon fisiologi: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

2) Respon kognitif: lapang persepsi melebar, mampu menerima

rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menjelaskan

masalah secara efektif.

3) Respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada

tangan, suara kadang-kadang meninggi.

2. Tingkat kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,

terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu

dengan arahan orang lain. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa

respon seperti:

1) Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan tekanan

darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, gelisah.

2) Respon kognitif: lapang persepsi menyempit, rangsan luar tidak

mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.


24

3) Respon prilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas tangan),

bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

3. Tingkat kecemasan berat

Pada kecemasan tingkat berat lapangan persepsi individu sangat

sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak

dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk

mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/ arahan untuk terfokus

pada area lain. Pada tingkat ini, menunjukkan respon seperti:

1) Respon fisiologi: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan.

2) Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi: perasaan ancaman meningkat, verbalisasi

cepat, blocking.

4. Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena

hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun

dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya

kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan

hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya

disertai dengan disorganisasi kepribadian. Pada tahap ini, akan menunjukkan

beberapa respon seperti:

1) Respon fisiologi: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,
25

pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.

2) Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis.

3) Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,

berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau kontrol diri,

persepsi kacau.

Skema 1. Rentang Respon Kecemasan(1)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


2.2.5 Terapi Kecemasan

Obat kecemasan seperti arplazolam, chlordiazepoxide, clonazepam,

clorazepate, Diazepam, halazepam, Lorazepam, oxazepam.

2.2.6 Respon Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon

kecemasan antara lain: (1)

1. Respon fisiologis terhadap kecemasan

Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan

mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem

saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf

parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh. Reaksi tubuh terhadap

kecemasan adalah fight atau flight.

Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana


26

terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan

menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik,

sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan

menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah

meningkat baik sistolik maupun diastolik. Bila korteks otak menerima

rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan

melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga efeknya antara lain napas

menjadi lebih dalam, nadi meningkat. Darah akan tercurah terutama ke

jantung, susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis

maka gula darah akan meningkat.

2. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal.

Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan

mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan

dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan

orang lain.

3. Respon kognitif

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir

maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan,

konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung.

4. Respon afektif

Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan

dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.


27

2.2.7 Hamilton Anxiety Rating Scale

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) terdiri dari 14 item masing-masing

ditegaskan dengan serangkaian tanda dan gejala. Mempunyai 5 skala yaitu 0

(tidak ada) 4 (berat). HARS adalah satu dari skala penelitian utama yang

dikembangkan untuk mengukur tingkat keseriusan atau keparahan gejala

kecemasan. Sejak pertama kali dikenalkan Max Hamilton pada tahun 1959, dan

sudah digunakan secara meluas dan diterima untuk evaluasi kecemasan pada uji

coba klinik yang termasuk dalam National insitute of menthal healths early

clinical drug evaluayions program assesement manual yang dibentuk untuk

menyediakan sederetan penilaian standart yang digunakan dalam evaluasi obat

psikotropika.(20) Adapun gejala-gejala adalah sebagai berikut :

1. Perasaan cemas:
1 Firasat buruk
2 Takut akan pikiran sendiri
3 Mudah tersinggung
2. Ketegangan:
1) Merasa tegang
2) Lesu
3) Mudah terkejut
4) Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
5) Mudah menangis
6) Gemetar
7) Gelisah
3. Ketakutan:
1) Takut akan gelap
2) Ditinggal sendiri
3) Pada orang asing
4) Pada binatang besar
5) Pada keramaian lalu lintas
6) Pada kerumunan banyak orang
4. Gangguan tidur:
1 Sukar memulai tidur
2 Terbangun pada malam hari
3 Tidak pulas
4 Mimpi buruk
28

5 Mimpi yang menakutkan


6 Bangun tidur yang pulas
5. Gangguan kecerdasan:
1) Daya ingat buruk
2) Sulit berkonsentrasi
3) Sering bingung
6. Perasaan depresi:
1) Kehilangan minat
2) Sedih
3) Bangun dini hari
4) Berkurangnya kesukaan pada hobi
5) Perasaan berubah-ubah pada hobi
7. Gejala somatik:
1) Nyeri otot
2) Kaku
3) Kedutan otot
4) Gigi gemeretak
5) Suara tidak stabil
8. Gejala sensorik:
1 Telinga berdengung
2 Penglihatan kabur
3 Muka merah dan pucat
4 Merasa lemah
5 Perasaan ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler:
1) Denyut nadi cepat
2) Berdebar-debar
3) Nyeri dada
4) Denyut nadi mengeras
5) Rasa lemah seperti mau pingsan
10. Gejala pernafasan:
1) Rasa tertekan didada
2) Perasaan tercekik
3) Merasa napas pendek/sesak
4) Sering menarik napas panjang
11. Gejala gastrointestinal:
1) Sulit menelan
2) Mual/muntah
3) Berat badan menurun
4) Sulit buang air besar
5) Perut melilit
6) Gangguan pencernaan misalnya diare
7) Nyeri lambung sesudah dan sebelum makan
8) Rasa panas diperut
9) Perut terasa penuh
12. Gejala urogenital:
29

1 Sering kencing
2 Tidak dapat menahan kencing
3 Menstruasi tidak teratur
4 Firginitas menjadi dingin
13. Gejala vegetatif:
1) Mulut kering
2) Muka kering
3) Mudah berkeringat
4) Pusing/sakit kepala
5) Bulu roma berdiri
14. Tingkah laku saat wawancara:
1) Gelisah
2) Tidak tenang
3) Mengerutkan dahi, muka tegang
4) Tonus/ketegangan otot meningkat
5) Nafas pendek dan cepat
6) Muka merah

2.3 Dzikir
2.3.1 Pengertian

Dzikir sebagaimana yang kita pahami selama ini adalah ucapan lisan,

gerakan raga, maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama

dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Alllah. Dzikir dalam arti sempit

adalah zikir yang dilakukan dengan lisan atau lidah saja.(21)

Dzikir dengan lisan adalah menyebut-nyebut Allah atau apa yang berkaitan

dengannya, seperti mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan lain lain. Bisa

juga pengucapan lidah disertai dengan kehadiran hati, yakni membaca kalimat

kalimat tersebut dengan kehadiran hati dengan kebesaran Allah yang dilukiskan

oleh kandungan makna kata-kata yang disebut-sebut itu.(21)

Sedangkan dzikir dalam pengertian luas adalah kesadaran tentang kehadiran

Allah dimana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaannya dengan
30

makhluk, kebersamaannya dalam arti pengetahuannya terhadap apapun di alam

raya ini serta bantuan dan pembelaannya terhadap hamba-hambanya yang taat.(21)

Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga

dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota badan yang

mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa dengan cara-cara yang diajarkan

oleh Allah dan Rasul-Nya, untuk memperoleh ketentraman batin, atau

mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan

serta terhindar dari siksa Allah.(5)

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi

wa Sallam bersabda, Mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaha

Illallah, dan Allahu Akbar lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar

matahari.(22)

Dzikir dalam pengertian khusus adalah segala lafadz (ucapan) yang disukai

ummat membacanya dan membanyakan membacanya untuk menghasilkan jalan

mengingat dan mengenang akan Allah SWT, seperti lafazh-lafazh Al Baqiytus

shalihat.(5)

Arti dzikir dari segi bahasa, dzikir berasal dari kata dzakara, yadzkuru,

dzukr/dzikr yang artinya merupakan perbuatan dengan lisan (menyebut,

menuturkan, mengatakan) dan dengan hati (mengingat dan menyebut). Kemudian

ada yang berpendapat bahwa dzukr (bidlammi) saja, yang dapat diartikan

pekerjaan hati dan lisan, sedang dzkir (bilkasri) dapat diartikan khusus pekerjaan

lisan. Sedangkan dari segi peristilahan, dzikir tidak terlalu jauh pengertiannya

dengan makna-makna lughawi-nya semula. Bahkan di dalam kamus modern


31

seperti al-Munawir, al-Munjid, dan sebagainya, sudah pula menggunakan

pengertian-pengertian istilah seperti adz-dzikr dengan arti bertasbih,

mengagungkan Allah swt. dan seterusnya.(23)

2.3.2 Kalimat Adz-Dzikr dalam Al-Quran

Dalam Al Quran lafazh Adz-Dzikr memiliki sepuluh penggambaran:(22)

a. Dzikir merupakan suatu kewajiban yang diperintahkan.


b. Larangan untuk melakukan apa yang menjadi lawan dari dzikir yaitu

kelalaian dan lupa diri.


c. Syarat kemenangan adalah konsekuensi dari dzikir dan banyak

mengulang-ulangnya.
d. Pujian kepada ahli dzikir, dan kabar gembira tentang apa yang telah

dipersiapkan Allah Subhanahu wa Taala bagi mereka, yakni surga dan

ampunan-Nya.
e. Berita tentang kerugian bagi orang yang lalai untuk berdzikir karena

urusan lain.
f. Allah Subhanahu wa Taala telah menjadikan dzikir sebagai sebab

kebanggaan-Nya kepada seorang hamba yang senantiasa menyebut-Nya.


g. Dzikir lebih besar dari segala sesuatu.
h. Allah telah menjadikan dzikir kepada-Nya sebagai penutup amal shalih

dan juga kuncinya.


i. Ahli dzikir adalah golongan yang dapat mengambil manfaat dari ayat-

ayat Allah. Merekalah yang dimaksud dengan ulul albab.


j. Allah telah menjadikan dzikir sebagai pendamping semua amal shalih

dan ruhnya; apabila suatu amal shalih tidak disertai dzikir kepada Allah,

maka ia bagaikan jasad yang tidak memiliki ruh.(22)


2.3.3 Manfaat Dzikir
32

a. Surat Al Jumu ah ayat 10 : Apabila telah ditunaikan sembahyang,

maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan

INGATLAH Allah banyak-banyak supaya kamu BERUNTUNG. (22)

b. Surat An Anfal ayat 45 : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

memerangi pasukan (musuh), maka berteguhlah hati kamu dan sebutlah

(nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung (BERANI

DAN YAKIN). (22)

c. Surat Ar Ra ad ayat 28 : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati

mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya

dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(22)

d. Surat Al Ankabut ayat 45 : Bacalah apa yang telah diwahyukan

kepadamu, yaitu Al Qur an dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat

itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan

sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar

keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa

yang kamu kerjakan.(22)

e. Surat Ali Imran ayat 135 : Dan (juga) orang-orang yang apabila

mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat

akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa

lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka

tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.(22)


33

f. Surat Ali Imran ayat 190 : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan

bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

orang-orang yang berakal.(22)


2.3.4 Situasi dalam Berdzikir

Untuk melakukan dzikir, seseorang tidak harus berdiam diri dalam satu

tempat kemudian membaca lafadz dzikir, terapi dzikir (mengingat allah SWT)

dapat dilakukan dalam setiap saat, sambil berdiri, duduk, atau berbaring.

Firman Allah :

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah diwaktu

berdiri, diwaktu duduk dan di waktu berbaring(Q.S. An-nisa : 103).

2.3.5 Bentuk-Bentuk Dzikir

Ibnu Ata , seorang-Hikamsufi (Kata-Kata Hikmah) yang menulis membagi

dzikir atas tiga bagian: dzikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi (dzikir samar-

samar) dan dzikir haqiqi (dzikir sebenar-benarnya).(24)

a. Dzikir Jali

Ialah suatu perbuatan mengingat Allah swt. dalam bentuk ucapan lisan yang

mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa kepada Allah swt. yang lebih

menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati. Mula-mula dzikir ini

diucapkan secara lisan, mungkin tanpa dibarengi ingatan hati. Hal ini biasanya

dilakukan orang awam (orang kebanyakan). Hal ini dimaksudkan untuk

mendorong agar hatinya hadir menyertai ucapan lisan itu.

b. Dzikir Khafi
34

Adalah dzikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik disertai

dzikir lisan ataupun tidak. Orang yang sudah mampu melakukan dzikir seperti ini

merasa dalam hatinya senantiasa memiliki hubungan dengan Allah swt. Ia selalu

merasakan kehadiran Allah swt. kapan dan dimana saja. Dalam dunia sufi terdapat

ungkapan bahwa seorang sufi, ketika melihat suatu benda apa saja, bukan melihat

benda itu, tetapi melihat Allah swt. Artinya, benda itu bukanlah Allah swt., tetapi

pandangan hatinya jauh menembus melampaui pandangan matanya tersebut. ia

tidak hanya melihat benda itu akan tetapi juga menyadari akan adanya Khalik

yang menciptakan benda itu.

c. Dzikir Haqiqi

Yaitu dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah,

kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya memelihara seluruh jiwa raga

dari larangan Allah swt. dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Selain itu

tiada yang diingat selain Allah swt. Untuk mencapai tingkatan dzikir haqiqi ini

perlu dijalani latihan mulai dari tingkat dzikir jali dan dzikir khafi.

2.3.6 Keutamaan Dzikir

Keutamaan dzikir secara umum banyak sekali menurut Samsul A.

Ghofur dalam karyanya Rahasia dzikir dan doa, diantaranya ialah :(25)

a. Terlindung dari bahaya godaan setan

Setan tak pernah berhenti untuk menggelincirkan manusia dari rida Allah.

segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia agar lalai dan terlena.

Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada Allah supaya terlindung dari

godaan setan yang terkutuk.


35

b. Tidak mudah menyerah dan putus asa

Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan. Adanya

permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan

seseorang. Bagi yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut, acap kali

cenderung berputus asa. Padahal, berputus asa adalah perbuatan yang dilarang

oleh Islam.

c. Memberi ketenangan jiwa dan hati

Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi

kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar

kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya, tidak

tenang. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati ibarat

cermin dan dosa adalah debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin memupuk

debu yang mengotori cermin. Karena itu, untuk meraih ketenangan jiwa dan hati

kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir.

d. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah

Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua ini berasal dari suku

kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah terhadap hamba-

Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah harus kita raih dengan

memperbanyak zikir.

e. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan hidup di

dunia hanya sementara. Begitu pun segala hal yang diraih dalam kehidupan

dunia. Kenikmatan dunia adalah fana. Jelas, segala kesenangan dan


36

kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak disikapi dengan bijaksana.

Dengan kejernihan hati dan senantiasa mengingat Allah melalui dzikir,

kenikmatan dunia itu bisa menjadi perantara untuk meraih kebahagiaan

akhirat.(25)

Masih banyak sekali keutamaan dzikir dalam kehidupan ini. Dengan dzikir

akan terbuka kemudahan dalam memahami suatu hal, terhindar dari segala

macam penyakit hati, terhindar dari segala macam penyakit ruhani maupun

jasmani, terhindar dari rasa takut, cemas dan gelisah serta merasa aman dari

segala macam gangguan. Bahkan, dzikir bisa membuat kita mendapatkan

kedudukan yang mulia di sisi Allah dan memperoleh kemudahan dalam

melewati titian Shirath al-Mustaqim.

2.3.7 Psikologi Zikir

Zikir berimplementasi positif terhadap psikologis individu. Melalu dzikir

seorang individu menjadi bersih hatinya dari belenggu dosa dan maksiat,

mempererat hubungan kemanusiaan dengan Tuhannya, mengikat tali cinta

kebersamaan dengan Tuhan dalam pengawasan dan penjagaan, dan menimbulkan

sinaran dan cahaya Illahi dalam hati sehingga terbebas dari perilaku buruk yang

dapat menyebabkan kerisauan, kegundahan, dan kegalauan hati.(26)

Dzikir kepada Allah semestinya menguasai hati manusia dan menghapus

segala sesuatu yang memungkinkan menghambat proses penguasaan hati yang

menjadi implikasi dzikir. Dzikir dapat dilakukan dengan sepenuh hati dalam

keadaan duduk, berdiri, dan berjalan. Dzikir adalah menyibukkan diri dengan
37

merenungkan kehadiran-Nya sehingga muatan-muatan yang lain dapat

disingkirkan, dan yang ada hanyalah Allah yaitu zikrullah.(26)

Firman Allah SWT.

Artinya : Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Q.S. Al-

Jumah: 10).

Berdzikir kepada Allah SWT dapat mendekatkan seorang hamba dengan

Tuhannya. Jika Tuhan mendekati hamba-Nya, maka Dia akan melindunginya,

melimpahinya dengan rahmat dan kebahagiaan, serta kedamaian jiwa.(27)

2.3.8 Prosedur Terapi Dzikir


1. Persiapan diri
1) Tempat tidur
2) Tasbih
2. Persiapan lingkungan
Lingkungan yang tenang

Tahap Orientasi

1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan keutamaan dzikir
4. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
5. Inform consent
6. Posisikan tubuh klien senyaman mungkin

Tahap Pelaksanaan

1. Memilih bacaan dzikir dengan kalimat Mengucapkan Subhanallah,

Alhamdulillah, Laa ilaha Illallah, dan Allahu Akbar sebanyak 33

kali yang di baca secara berulang-ulang.


2. Lakukan selama sepuluh menit

Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi respon klien setelah melakukan terapi dzikir


2. Menyimpulkan hasil kegiatan
38

Pendokumentasian

Mencatat hasil tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberi terapi dzikir.

2.4 Dzikir dan Kecemasan

Penelitian penelitian yang terdahulu terkait dengan konsep dzikir dan

kecemasan telah pernah dilakukan. Yang berkaitan dengan konsep dzikir,

misalnya pernah dilakukan oleh Nursatriatri (2014) dengan judul Pengaruh Dzikir

Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi. Seksio Sesarea Penelitian

tersebut dilakukan di ruang kebidanan RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe kota

Gorontalo.(28)

Subyek penelitian adalah pasien pre operasi di ruang kebidanan RSUD Prof.

DR. Hi. Aloei Saboe kota Gorontalo, yang masing-masing diambil sebanyak 20

orang untuk kelompok eksperimen dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Hasil

penelitian tersebut membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan

pasien pre operasi antara pasien yang diberi dzikir dengan yang tidak (t=-3,34 dan

p=0,002). Penelitian berkaitan dengan dzikir juga telah di lakukan oleh Sitepu,

Nunung 2009, dimana hasilnya menunjukkan nilai yang signifikan pada pasien

dengan operasi bedah pada bagian perut. Penelitian tersebut menggunakan kalimat

Subhannallah, Alhamdullillah dan La illahaillah sebanyak 33 x selama 10 menit

yang dilakukan pada hari pertama dan kedua pasca operasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyono dkk pada tahun 2007 yang

meneliti tentang efek dzikir terhadap kecemasan pasien yang akan dioperasi juga

menunjukkan nilai yang signifikan (p=< 0.05). Penelitian tersebut (n=70)

menggunakan kata Subhannallah selama 25 menit sebelum dilakukan operasi


39

dimana seluruh pasien menunjukkan hasil tidak cemas. Hal senada juga di jumpai

pada penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan Zulekha (2007) yang

menemukan bahwa terapi relaksasi religius dapat menurunkan insomnia.

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau

batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian

yang akan dilakukan.(29)

Pembedahan/operasi (pre operatif) dikategorikan 4 bagian, yaitu :

operasi kecil, operasi sedang, operasi besar dan operasi besar khusus. Pada

penelitian ini peneliti hanya mengambil pasien pre operatif tentang operasi

sedang yaitu operasi yang tidak terlalu sulit dan tidak butuh waktu lama

dalam mengerjakannya. Pasien pre operatif ini mengalami kecemasan

(ringan, sedang, berat dan panik), dan untuk menurunkan kecemasan

tersebut dengan menggunakan terapi dzikir.

Pre Operatif : (13)


1. Operasi kecil
2. Operasi sedang
3. Operasi besar
4. Operasi besar khusus
40

Kecemasan : (1)
Dukungan Spiritual :
1. Ringan
Dzikir (24)
2. Sedang
3. Berat 1. Dzikir Jali
4. Panik 2. Dzikir Khafi
3. Dzikir Haqiqi

Sumber : (1, 13, 24)

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

: Diteliti

: Tidak diteliti

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep

atau teori yang mengacu pada masalah-masalah yang akan diteliti atau

berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram.(28)

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif

sedang di Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Kecemasan pasien
Dzikir menjelang operasi

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


41

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian

yang telah dirumuskan.(30) Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas maka

dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut :

Ha : Terdapat pengaruh dzikir terhadap tingkat kecemasan pasien

preoperasi sedang.

Ho : Tidak terdapat pengaruh dzikir terhadap tingkat kecemasan pasien

preoperasi sedang.

3.3 Definisi Operasional

Berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan


43
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan

parameter yang dijadikan ukuran dalam peneliti.(30)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
A. Independen
Dzikir Pengembangan dari Observasi Lembar - -
respon relaksasi observasi
dengan ritme yang
teratur serta sikap
pasrah kepada objek
trasendensi yaitu
Tuhan, dengan
pengulangan kata atau
frase secara ritmis
dapat menimbulkan
tubuh menjadi rileks
dan memberikan
kekuatan dalam hati
maupun jiwa dengan
cara memasrahkan
sifat dan perbuatan-
42

Nya, hidup dan mati


kepada-Nya sehingga
tidak takut maupun
gentar menghadapi
segala macam
marabahaya dan
cobaan.(31)
B. Dependen
Tingkat Tingkat kecemasan Kuesioner Skoring : 1. Tidak ada Ordinal
kecemasan yang dialami dengan 0 = Tidak ada kecemasan
pre operasi responden sebelum menggunakan gejala sama (score <14)
sedang operasi skala sekali 2. Tingkat
kecemasan 1 = Satu dari kecemasan
Hamilton gejala yang ringan (score
Anxiety ada 14-20)
Rating Scale 2 = Sedang/ 3. Tingkat
(HARS) separuh dari kecemasan
gejala yang sedang
ada (score 21-27)
3 = Berat/lebih 4. Tingkat
dari gejala kecemasan
yang ada berat (score
4 = Sangat berat 28-41)
semua gejala 5. Tingkat
ada kecemasan
berat sekali
(score 42-56)
43

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental designs jenis one

group pretest posttest dengan question eksperiment dengan widault control

yaitu hanya satu kelompok dilakukan test sebelum diberi perlakuan,

kemudian diintervensi dan diberikan test kembali setelah intervensi tanpa ada

kelompok kontrol. Rancangan ini berupaya mengungkapkan hubungan sebab

akibat tanpa melibatkan satu kelompok kontrol disamping kelompok

eksperimental.(30) Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh

dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif sedang di

ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon tahun 2016.

4.2 Variabel Penelitian


44

Variabel penelitian adalah objek apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian.(30)

4.2.1 Variabel Bebas (Independet Variable)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini juga dikenal

dengan nama variabel bebas yaitu bebas dalam mempengaruhi variabel

lain atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas

(independent variable) dalam penelitian ini adalah dzikir.

4.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)


46
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh atau

menjadi akibat karena variabel lain. Variabel ini tergantung dari variabel

bebas. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian

ini adalah tingkat kecemasan pasien preoperatif.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang

akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut. (28)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien preoperasi sedang di

ruang rawat inap Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon tahun 2016 yang

berjumlah 35 orang.
45

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

yang dapat mewakili populasi.(30)

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara total

sampling yakni pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh

populasi yang hadir saat dilakukan penelitian yang sesuai dengan kriteria.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang bersedia menjadi responden


b. Pasien beragama Islam.
Kriteria Eksklusi:
a. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.
b. Pasien nonmuslim (bukan beragama Islam).

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data, dimana peneliti

mendapatkan keterangan penelitian secara lisan maupun tertulis dari

responden yang akan diteliti.(32)

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner

yang diartikan sebagai daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, sudah

matang dimana responden (dalam hal angket) tinggal memberikan jawaban

atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu.

Adapun alat pengumpul data yang peneliti gunakan adalah kuisioner.

Bagian pertama instrument penelitian tentang data demografi pasien yang

meliputi: umur, tingkat pendidikan, suku, pekerjaaan, penghasilan, status

menikah, dan pengalaman operasi.

Bagian kedua instrumen yang digunakan adalah instrumen untuk


46

mengkaji data yang berkaitan dengan tingkat kecemasan, menggunakan

skala Hamilton anxiety rating scale (HARS) yang sudah dimodifikasi sesuai

kebutuhan penelitian dalam menyusun pertanyaan kuisioner.

Kemudian pada saat responden mengisi kuisioner, peneliti

mendampingi responden untuk memberikan petunjuk dan mengklarifikasi

isi kuisioner selama proses pengisian kuisioner yang dilakukan selama

sepuluh menit.

Masing-masing gejala dikelompokkan dengan diberi penilaian 0

sampai 4 dan di kategorikan sebagai berikut:

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada

3 = Berat/lebih dari gejala yang ada

4 = Sangat berat semua gejala ada

Kemudian dicocokkan dengan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale) dengan deskripsi:

Total nilai : <14 (Tingkat kecemasan rendah)

Total nilai : 14-20 (Kecemasan ringan)

Total nilai : 21-27 (Kecemasan sedang)

Total nilai : 28-41 (Kecemasan berat)

Total nilai : 42-56 (Kecemasan berat sekali/panik)

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kuisioner yang


47

diberikan kepada responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahuinya.(30)

Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan surat permohonan

izin ke STIKes Cirebon dahulu, setelah itu peneliti mengajukan surat

permohonan izin ke Karumkit Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon untuk

mendapatkan data responden yang akan dioperasi. Peneliti mengunjungi

calon responden di ruangan masing-masing dengan menjelaskan tujuan,

manfaat, dan prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan. Setelah calon

responden setuju dengan prosedur penelitian yang akan dilakukan, peneliti

memberikan informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan

untuk menjadi responden. Selanjutnya peneliti mengelompokkan responden

yang bersedia mengikuti kegiatan penelitian hanya kedalam satu kelompok

yaitu kelompok intervensi.

Pada kelompok intervensi diberikan perlakuan dzikir yang dilakukan

dua jam sebelum dilakukan tindakan operasi. Pasien diberi posisi yang

nyaman dapat dengan duduk atau berbaring. Pasien direlakskan atau

ditenangkan terlebih dahulu dengan cara menarik nafas dalam. Kemudian

dilakukan pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan skala

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) untuk mendapatkan data pre test.

Setelah itu dilakukan dzikir yaitu mengucapkan Subhaanallaah sebanyak 33x,

Alhamdulillaah sebanyak 33x, dan Laa ilaaha illallaah sebanyak 33x selama

lima belas menit yang diucapkan didalam hati. Penggunaan ucapan


48

Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaha Illallah karena Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Mengucapkan Subhanallah,

Alhamdulillah, Laa ilaha Illallah, dan Allahu Akbar lebih aku sukai

dari semua yang terkena sinar matahari.(22) Dalam melakukan dzikir

perhitungan dilakukan dengan menggunakan jari tangan dan dzikir dilakukan

sebanyak 4 sampai 5 siklus dalam waktu 15 menit, dengan responden

menutup mata agar lebih khusyuk dan terfokus.

Setelah diberi perlakuan dzikir maka dilakukan pengukuran tingkat

kecemasan kembali dengan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating

Scale (HARS) untuk mendapatkan data post test.

Setelah didapatkan data pre test dan post test dari kelompok intervensi

tersebut, peneliti akan mulai mengolahnya dengan menggunakan

komputerisasi untuk mengetahui perubahan dan perbedaan tingkat kecemasan

dari data kelompon intervensi.

4.6 Uji Coba Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuai instrumen(29). Sedangkan reliabilitas menunjukkan pada satu

pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya yang digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan seberapa baik suatu

instrumen digunakan untuk mengukur konsep yang seharusnya

diukur. Menurut Sugiono (2010) untuk menguji validitas konstruk


49

dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir

pertanyaan dengan skor totalnya.(29)


Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini

adalah Product Moment dari Karl Pearson, sebagai berikut:

Kemudian hasil dari rxy dikonsultasikan dengan harga kritis

product moment (rtabel), apabila hasil yang diperoleh r hitung > rtabel,

maka instrumen tersebut valid.


Dalam praktiknya untuk menguji validitas kuesioner sering

menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel dan

Statistical Product and Service Solution (SPSS).


Prinsip validitas mengacu pada pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Alat ukur yang digunakan

peneliti dalam penelitian adalah HARS. Alat ukur diatas merupakan alat ukur

baku, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.(33)


Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau

ketetapan hasil pengukuran.(34) Kuesioner dikatakan reliabel jika

dapat memberikan hasil relatif sama (ajeg) pada saat dilakukan

pengukuran kembali pada obyek yang berlainan pada waktu

yang berbeda atau memberikan hasil yang tetap.


50

Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus cronbach alpha

sebagai berikut:

Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) 0,7 maka dapat

dikatakan instrumen tersebut reliabel.(35)


Sama halnya dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas juga dapat

dilakukan dengan bantuan software Microsoft Office Excel dan

Statistical Product and Service Solution (SPSS). Namun, memang

lebih mudah dan praktis jika menggunakan software SPSS.


Pada penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas, karena skala yang

digunakan sudah dibakukan.

4.7 Pengolahan Data

4.7.1 Editing

Pada tahap editing ini peneliti melakukan proses penyeleksian

terhadap data-data yang ada terutama dalam kelengkapan data dari lembar

observasi.

4.7.2 Coding

Peneliti akan mengklasifikasikan jawaban-jawaban atau hasil-hasil

menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-

masing jawaban dengan kode berupa angka untuk memudahkan proses

data.

4.7.3 Tabulating
51

Peneliti akan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam tabel-

tabel sesuai kriteria. Hasil kegiatan yang dilakukan semua dengan benar

dimasukan kedalam hasil kompeten dan hasil kegiatan yang tidak

dilakukan dengan benar dimasukan kedalam hasil belum kompeten.

4.8 Analisa Data

Yaitu analisa yang dilakukan dengan tiap-tiap variabel dari hasil

penelitian.(30) Penelitian ini dilakukan secara univariat dan bivariat.

Metode Shapiro Wilk menggunakan data dasar yang belum diolah

dalam tabel distribusi frekuensi. Data diurut, kemudian dibagi dalam dua

kelompok untuk dikonversi dalam Shapiro Wilk. Dapat juga dilanjutkan

transformasi dalam nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal.(36)

Keterangan :

D = Berdasarkan rumus di bawaha = Koefisient test Shapiro Wilk

X n-i+1 = Angka ke n i + 1 pada data

X i = Angka ke i pada data

Keterangan :

Xi = Angka ke i pada data yang

X = Rata-rata data
52

Keterangan :

G = Identik dengan nilai Z distribusi normal

T3 = Berdasarkan rumus di atas bn, cn, dn = Konversi Statistik Shapiro-Wilk

Pendekatan Distribusi Normal

PERSYARATAN

a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)

b. Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi

c. Data dari sampel random

SIGNIFIKANSI

Signifikansi dibandingkan dengan tabel Shapiro Wilk. Signifikansi uji nilai

T3 dibandingkan dengan nilai tabel Shapiro Wilk, untuk dilihat posisi nilai

probabilitasnya (p).

Jika nilai p > 5%, maka Ho diterima ; Ha ditolak.

Jika nilai p < 5%, maka Ho ditolak ; Ha diterima.

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi

dan besarnya proporsi dari masing-masing variabel independen (dzikir)

dan variabel dependen (tingkat kecemasan pasien preoperatif) disertai

penjelasan.
53

Untuk mengetahui pengaruh dzikir terhadap tingkat kecemasan pasien

pre operatif dianalisis dengan menggunakan rumus :

F
P x 100 %
N

Keterangan :

Dimana:

P = Hasil presentase

F = Frekuensi hasil pencapaian

N = Total seluruh observasi

100% = Bilangan genap(33)

4.8.2 Analisis Bivariat

Uji paired t-test digunakan untuk menguji dua sampel

berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang berbeda secara

signifikan pada data yang bertipe riel. Maka, uji paired t-test (t test

berpasangan) digunakan untuk meneliti pengaruh dzikir terhadap

penurunan tingkat kecemasan dengan melihat nilai P (probabilitas)

diterima atau ditolak. Karena data tidak berdistribusi normal, maka

digunakan uji wilcoxon non parametrik.

Menguji kemaknaan menggunakan digunakan batas kemaknaan sebesar

5% ( = 0,05)

1. Hasil uji dikatakan ada hubungan bermakna bila nilai p < (p < 0,05).
54

2. Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan bermakna bila nilai p >

(p > 0,05).

X 1X 2


2 2
( n11 ) s1 + ( n21 ) s 2 1 1
T=
n1+ n22 (n n )
1
+
2

Ket er a n g a n :

X1 : Ra t a r a t a s a m p el 1

X2 : Ra t a r a t a s a m p el 2

S1 : si m p a n g a n b ak u s e b el u m p e rl ak u a n

S2 : si m p a n g a n b ak u s e s u d a h p e rl ak u a n

n1 : ju ml a h s a m p el s e b el u m p e rl ak u a n

n2 : ju ml a h s a m p el s e s u d a h p e rl ak u a n

4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah

Sakit Ciremai Kota Cirebon dan waktu penelitian akan dilakukan pada bulan

April 2016.

4.10 Etika Penelitian

4.10.1 Informed Consent

Merupakan bentuk pesetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan, lembar persetujuan untuk


55

menjadi responden. Tujuannya agar responden mengerti maksud dan

tujuan penelitian dan menjelaskan dampak dari penelitian ini tidak

menyebabkan kerugian bagi responden.

4.10.2 Anomity (Tanpa Nama)

Memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan dan mencantumkan nama responden pada lembar

atau alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang disajikan.

4.10.3 Confidentialitiy (Kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

4.10.4 Hak Memperoleh Jaminan Keamanan

Peneliti harus bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan

akan membawa dampak terhadap keamanan atau keselamatan bagi

responden atau keluarganya.

4.10.5 Justice (Keadilan)

Menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

jender, agama, etnis dan sebagainya. Untuk kelompok kontrol

akan dilakukan intervensi yang sama setelah dilakukan

penelitian.
56

DAFTAR PUSTAKA

1. Suliswati, dkk. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan ke-


1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005. hlm. 108-120.

2. Giacobbe, et al. General Versus Spinal Anaesthesia for Elective


Caesarean Sections: Effects on Neonatal Short-Term Outcome. A
Prospective Randomised Study. J Matern Fetal Neonatal Med.
2010;23:11148.

3. Depkes RI. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta. 2007.

4. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatn Medikal Bedah Volume 1.


Jakarta: EGC; 2001.

5. Ali, Zaidin. Agama, Kesehatan dan Keperawatan. Cetakan Pertama.


Jakarta: CV. Trans Info Media. 2010. hlm. 167-181.
57

6. Suhaimie, Muhammad Yasin. Dzikir dan Doa. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang; 2005.

7. Edi Nurfadilah. Pengaruh Membaca Dzikir Asmaul Husna Terhadap


Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul. 2014.

8. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Vol. 1. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2001.

9. Data Rekam Medik Rumah Sakit Tingkat III 03.06.01 Ciremai Cirebon.
2015.

10. Gruendemann, Barbara J & Fernsebner, Billie. Buku Ajar Keperawatan


Perioperatif. Vol. 1. Cetakan 1. Jakarta: EGC; 2006. hlm. 402.

11. Kluwer, Wolters, Williams & Wilkins. Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2014. hlm. 424.

12. Potter, P. A, dan Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan


Konsep, Proses dan Praktik (Terjemah: Komalasari et.al). Jakarta: EGC;
2005.

13. Medianers. Jangan Anggap Remeh Pembedahan. 2010. Diakses melalui :


http://medianers.blogspot.com/2012/07/jangan-anggap-remeh-
pembedahan.html tanggal 24 Maret 2016.

14. Kumala, Sari & Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Perioperatif :


Konsep, Proses dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika; 2009. hlm. 93.
15. Kozier, Erb, Berman & Snyder. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC; 2010. hlm. 367.
58
16. Wim de Jong, R. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2004. hlm. 231-233.

17. Long C, Barbara. Praktek Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan


Proses Keperawatan). Jakarta: EGC. 20. hlm. 14-15.

18. Lukaningsih, Luk Zuyina & Bandiyah, Siti. Psikologi Kesehatan. Edisi
Terbaru. Yogyakarta : Nuha Medika; 2011. hlm : 107.

19. Yusuf, AH dkk. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :


Salemba Medika; 2015. hlm. 86.
58

20. Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika; 2003.

21. Harahap, Khoirul Amru & Pahlevi D, Reza. Agar Diberi Kesehatan,
Kekayaan, dan Kebahagiaan. Cetakan Pertama. Jakarta: Qultum Media.
2008. hlm. 2-100.

22. Bayumi, Syaikh Muhammad. Hidup Sehat dengan Dzikir & Doa.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar; 2005.

23. Joko S. Kahhar & Gilang Cita Madinah. Berdzikir kepada Allah Kajian
Spiritual Masalah Dzikir dan Majelis Dzikir. Yogyakarta: Sajadah_press;
2007. hlm. 01.

24. Ensiklopedi Islam. Jilid 6. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Houve. hlm. 33.

25. Samsul, Amin Ghofur. Rahasia Zikir dan Doa. Jogjakarta: Darul
Hikmah; 2010. hlm. 143-147.

26. Rajab, Khairunnas. Psikologi Ibadah : Memakmurkan Kerajaan Ilahi di


Hati Manusia. Jakarta : Amzah; 2011. hlm. 78.

27. Ramayulis. Psikologi Agama. Cetakan Kesembilan. Edisi Revisi. Jakarta


: Radar Jaya Ofset; 2009. hlm. 164-165.

28. Nursatriatri. Pengaruh Dzikir Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre


Operasi. Seksio Sesarea Penelitian tersebut dilakukan di ruang
kebidanan RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe kota Gorontalo (Jurnal
Penelitian); 2014.

29. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010.

30. Alimul Hidayat, Aziz. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisa Data. Edisi II. Jakarta : Salemba Medika; 2007.

31. Setiyo Purwanto. Relaksasi Dzikir. 2006.

32. Notoatmojo, Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.


Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

33. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Edisi ke-V. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.

34. Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
59

35. Johnson, B and Christensen, L. Educational Research: Quantitative,


Qualitative, and Mixed Approaches. London: SAGE Publications,
Inc. 2012.

36. Anwar Hidayat. Saphiro Wilk. 2013. Diakses pada tanggal : 28 Maret
2016 melalui : http://www.statistikian.com/2013/01/saphiro-wilk.html.
Diakses

Anda mungkin juga menyukai