Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut


sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan
gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan
seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parahdisertai
muntah atau BAB berdarah.Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF)adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus.

Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar
di negara-negara Tropis dan Subtropis.Disetiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan
pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.

Timbulnya penyakit DBD di tenggara adanya korelasi antara strain dan


genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD di setiap daerah
berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari
hospesnya. Selain itu berdasarkan macammanifestasi klinik yang timbul dan
tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah
menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

P a g e 1 | 13
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah Definisi dari DHF/DBD?
1.2.2 Bagaimana Klasifikasi dari penyakit DHF/DBD?
1.2.3 Bagaimana Patogenesis dari penyakit DHF?
1.2.4 Bagaimana Patofisiologi dari penyakit DHF/DBD?
1.2.5 Bagaimana Gejala dan Tanda Klinis penyakit DHF/DBD?
1.2.6 Bagaimana Penatalaksanaan dari penyakit DHF/DBD (secara medis dan dari segi
gizi)?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Memahami Penyakit DHF/DBD meliputi: definisi,klasifikasi,gejala dsb.

1.3.2 Memenuhi Tugas mata kuliah Patologi Penyakit, mengenai Penyakit DHF/DBD

P a g e 2 | 13
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DHF


DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahanspontan seperti;
bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parahdisertai muntah atau
BAB berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)adalah


suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya
adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenaldengan DEN-1, DEN-
2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyaitingkatan manifestasi yang
berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.Morbiditas penyakit DBD menyebar di
negara-negara Tropis dan Subtropis.Disetiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda.

Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya
dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD di
tenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini adatendensi agen
penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik,
selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macammanifestasi klinik
yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudahberubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub
tropis.

P a g e 3 | 13
2.2 KLASIFIKASI DHF
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

 Derajat I

Panas 2-7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya
positif2.

 Derajat II

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala


pendarahan spontan seperti petekia ekimosa,epimosa
, epistaksis haematemesis, melena, perdarahan gusitelinga dan
sebagainya.

 Derajat III

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah


seperti nadi lemahdan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi
sempit (< 20 mmHg) tekanan darahmenurun (120 / 80 mmHg)
sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.4.

 Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah t


idak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

2.3 PATOGENESIS DHF/DBD


Patogenesis demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue (SSD)
masih merupakan masalah yang kontroversial karena sejauh ini belum ada teori yang
menjelaskan secara tuntas patogenesis DBD. Secara garis besar ada dua teori yang
banyak dianut untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan SSD yaitu
hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hypothesis
antibody dependent enhancement (ADE).
Teori infeksi sekunder, menyebutkan bahwa apabila seseorang yang pernah
mendapat infeksi primer virus dengue, akan mempunyai antibodi yang dapat
menetralisasi yang sama (homologous). Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi
P a g e 4 | 13
sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat. Pada
infeksi selanjutnya, antibodi heterologous yang telah terbentuk dari infeksi primer akan
membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue baru dari serotipe berbeda, namun
tidak dapat dinetralisasi virus baru bahkan membentuk kompleks yang infeksius.
Akibat adanya infeksi sekunder oleh virus yang heterolog (virus dengan serotipe
lain atau virus lain) karena adanya non-netralising antibodi maka partikel virus DEN dan
molekul antibodi IgG membentuk kompleks virus-antibodi. Ikatan antara kompleks
tersebut dengan reseptor Fc γ pada sel melalui bagian Fc IgG menimbulkan peningkatan
(enhancement) infeksi virus DEN. Kompleks virus-antibodi meliputi sel makrofag yang
beredar dan antibodi tersebut akan bersifat opsonisasi, internalisasi sehingga makrofag
mudah terinfeksi. Makrofag akan teraktivasi dan akan memproduksi IL-1, IL-6, dan TNF-
α dan juga “platelet activating factor” (PAF).
Karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak dapat dinetralisasi tetapi
bebas bereplikasi di dalam makrofag.12 TNF-α yang terangsang IFN γ maupun makrofag
teraktivasi antigen -antibodi kompleks. Kompleks iniakan menyebabkan kebocoran
dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan
kerusakan endotel pembuluh darah yang mekanismenya sampai saat ini belum jelas.
Hal tersebut akan mengakibatkan syok.12 Patogenesis terrjadinya syok
berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection, sebagai akibat infeksi
sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada pasien, mengakibatkan terbentuknya
komplek virus - antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen,
agregasi trombosit, dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel
pembuluh darah.

2.4 PATOFISIOLOGI DHF/DBD

Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai dari gigitan nyamuk
Aedes sp. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue. Nyamuk Aedes sp
akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang mengalami
viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk virus dengue akan
bereplikasi yang berlangsung selama 8─12 hari. Namun, proses replikasi ini tidak
memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian, serangga ini akan
mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit manusia lainnya.
P a g e 5 | 13
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue, akan
berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam peredaran darah
orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan menginvasi leukosit dan
bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan mengeluarkan protein
cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala-gejala
seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.

Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila replikasi virus
bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sum-sum tulang. Sel-sel
stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga
mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan trombosit ini
akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan,
sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau
ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.

Replikasi virus yang terjadi pada hati, akan menyebabkan pembesaran hati dan
nyeri tekan, namun jarang dijumpai adanya ikterus. Bila penyakit ini berlanjut, terjadi
pelepasan zat anafilatoksin, histamin, dan serotonin, serta aktivasi sistem kalikrein yang
meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Kemudian akan diikuti terjadinya
ektravasasi cairan intravaskular ke kedalam jaringan ekstravaskular. Akibatnya, volume
darah akan turun, disertai penurunan tekanan darah, dan penurunan suplai oksigen ke
organ dan jaringan. Pada keadaan inilah akral tubuh akan terasa dingin disebabkan
peredaran darah dan oksigen yang berkurang, karena peredaran darah ke organ-organ
vital tubuh lebih diutamakan. Ektravasasi yang berlanjut akan menyebabkan
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada keadaan ini, penderita
memasuki fase DSS.

P a g e 6 | 13
2.5 GEJALA DAN TANDA KLINIS DHF/DBD

Demam berdarah adalah kondisi yang dapat mengakibatkan kerusakan dan


kebocoran pembuluh darah, serta menurunkan kadar trombosit atau sel keping darah.
Kondisi ini berbahaya dan dapat menyebabkan kematian, sehingga harus segera
ditangani. Gejala demam berdarah, antara lain adalah demam, nyeri perut, muntah, dan
tubuh lemas. Penderita demam berdarah juga mengalami perdarahan, seperti pada
hidung, gusi, atau di bawah kulit, sehingga tampak seperti memar. Darah juga bisa
terdapat dalam urine, feses, atau muntah. Segera cari pertolongan medis, bila timbul
sesak napas atau keringat dingin.

Sedangkan demam dengue adalah bentuk ringan dari infeksi virus Dengue. Sama
halnya dengan demam berdarah, demam dengue dimulai dengan gejala demam.
Gejalanya muncul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan bisa berlangsung selama 10 hari.
Sejumlah gejala demam dengue meliputi:

 Suhu badan tinggi yang bisa mencapai 40 derajat Celcius atau lebih.
 Sakit kepala berat
 Nyeri pada sendi, otot, dan tulang.
 Hilang nafsu makan.
 Nyeri pada bagian belakang mata.
 Mual dan muntah.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Ruam kemerahan (muncul sekitar 2-5 hari setelah demam).

Pada demam dengue, biasanya penderita akan sembuh dalam 7 hari. Gambaran
klinis bervariasi dari tidak bergejala, kemudian demam yang tidak khas sampai dengan
gambaran perdarahan (mimisan, bintik bintik merah di kulit) dan yang paling berat dapat
menimbulkan syok (penurunan tekanan darah dan gangguan sirkulasi tubuh).
Biasanya penderita mengalami fase demam 2-7 hari, fase kritis berlangsung sekitar 2-3
hari.

P a g e 7 | 13
Pada fase kritis yang terjadi, pasien tidak demam namun dapat terjadi risiko syok
jika tidak mendapat pertolongan yang ade kuat. Masa inkubasi berlangsung 3-14 hari,
dengan gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang dan lemah badan. Kriteria
DBD menurut WHO adalah sbb:

 Demam 2 – 7 hari biasanya bifasik yaitu demam tinggi hari hari pertama
kemudian dapat mencapai suhu normal dan sekitar hai ke 5 diikuti demam
lagi.
 Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan yaitu : uji bendung positif,
bintik bintik merah di kulit yang timbul sponatan, perdarahan gusi,
mimisan, muntah darah atau buang air besr hitam.
 Jumlah trombosit < 100.000/uL Terdapat minimal satu tanda kebocoran
plasma yaitu peningkatan hematokrit >20% awal atau penurunan nilai
hematokrit setelah mendapat terapi caira dan tanda tanda kebocoran
plasma yaitu terdapat cairan di rongga paru, rongga perut yang diketahui
dengan pemeriksaan roentgenologis atau USG, serta penurunan jumlah
protein darah.

2.6 PENATALAKSANAAN DHF/DBD

SEGI MEDIS
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
(Anak dirawat di rumah sakit)

 Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
 Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
 Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

P a g e 8 | 13
 Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
 Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.

P a g e 9 | 13
SEGI GIZI

Penilaian status gizi merupakan bagian terpenting dalam hal evaluasi klinis
dan perawatan pada pasien anak. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi
dalam lingkungan masyarakat itu sendiri, cara pengukuran status gizi yang paling
sering digunakan meliputi:
 Antropometri
Antropometri digunakan untuk menilai dan memprediksi kinerja,
kesehatan dan kelangsungan hidup individu baik dari segi kesejahteraan sosial
dan ekonomi. Antropometri sering digunakan karena murah dan tidak invasif
untuk mengukur status gizi secara umum dalam populasi.
 Berat badan
Berat badan adalah pengukuran status gizi secara keseluruhan dengan
usia, jenis kelamin, dan panjang/tinggi badan diperlukan untuk interpretasi
yang optimal. Berat badan seharusnya diukur di tempat terang dan tidak
menggunakan pakaian. Bayi tidak menggunakan popok. Berat badan dicatat
dengan ketepatan0,01 kg pada bayi dan 0,1 kg pada anak yang lebih tua.16
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara
lain :1.Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan
kesehatan.2.Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan
secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan.3.Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara
umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang
memerlukan penjelasan secara meluas.4.Ketelitian pengukuran tidak banyak
dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
 KMS (Kartu Menuju Sehat)
Sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan
anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.6.Karena
masalah umur merupakan faktor untuk penilaian status gizi, berat badan
terhadap tinggi badan sudah dibuktikan sebagai indeks yang tidak tergantung
pada umur.7.Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan

P a g e 10 | 13
ketelitian yang tinggi dengan menggunakan timbangan gantung yang sudah
dikenal oleh masyarakat.
 Panjang atau Tinggi Badan
Pengukuran panjang atau tinggi badan sangat penting untuk memantau
status gizi jangka panjang. Untuk bayi baru lahir sampai usia 2 atau 3 tahun,
pengukuran panjang badan menggunakan papan ukur dan juga dibutuhkan 2
orang pengukur. Posisi orang pertama yaitu lurus dengan kepala bayi yang
melawan bagian kepala ranjang. Posisi orang kedua memegang lutut bayi
sejajar dengan meja dan tumit sejajar dengan papan kaki, sehingga mencegah
mencegah pergerakan bayi saat diukur.
Berdasarkan Irene E, Olsen, Maria R,Mascarenhas dan Virginia AS
menyatakan bagi anak-anak yang dapat berdiri sendiri, tinggi badan diukur
dengan menggunakan stadiometer. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan pakaian yang tidak tebal dan tidak memakai alas kaki untuk
memungkinkan pemeriksa memeriksa dengan posisi yang benar. Selama
pengukuran, anak berdiri tegak, kedua kaki, tumit, pantat dan bagian belakang
dari kepala menempel pada stadiometer dan menatap ke depan. Pengukuran
panjang dan tinggi badan dicatat dengan ketepatan terdekat sampai 0,1 cm.16

Pengaruh Status Gizi terhadap Demam Berdarah Dengue Menurut penelitian


yang dilakukan di Thailand, didapatkan hasil status gizi kurang kemungkinan terjadi
sindrom syok dengue lebih tinggi dari pasien dengan satus gizi normal. Hal ini berasal
dari data status gizi 4532 anak dengan infeksi dengue dengan 734 anak diantaranya
memiliki penyakit lain (diare danpenumonia).
Penelitian yang dilakukan di bagian rawat inap anak Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Bali, menyimpulkan bahwa obesitas adalah faktor
risiko terjadinya sindrom syok dengue pada anak. Besarnya risiko sindrom syok
dengue pada anak obesitas 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan anak tidak
obesitas. Penelitian yang dilakukan di enam rumah sakit di Jakarta ( RSUP dr Cipto
Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSU Pasar Rebo, RSU Koja, RSAB Harapan Kita
dan RSU Sumber Waras) saat KLB DBD 2004, didapatkan 1818 kasus DD/DBD usia
0-15 tahun dan dilaporkan sebagian besar pasien DD dan DBD memiliki status gizi
baik, 1,4% pasien DBD diantaranya memiliki status gizi buruk.

P a g e 11 | 13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan
gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan
seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parahdisertai
muntah atau BAB berdarah.Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF)adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus.

Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue, akan
berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam peredaran
darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan menginvasi
leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.

Penilaian status gizi merupakan bagian terpenting dalam hal evaluasi klinis
dan perawatan pada pasien anak. Pengaruh Status Gizi terhadap Demam Berdarah
Dengue Menurut penelitian yang dilakukan di Thailand, didapatkan hasil status gizi
kurang kemungkinan terjadi sindrom syok dengue lebih tinggi dari pasien dengan
satus gizi normal. Hal ini berasal dari data status gizi 4532 anak dengan infeksi
dengue dengan 734 anak diantaranya memiliki penyakit lain (diare danpenumonia).

P a g e 12 | 13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/demam-dengue/patofisiologi
https://rscahyakawaluyan.com/blog/2014/03/demam-berdarah-dengue
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefoxb&ei=PkhXXcr6HdXD3L
UPjIqE0AI&q=patogenesis+dhf&oq=PATOGENESIS+DHF&gs_l=psyab.1.0.0j0i22i
30l2.50547.55704..58381...1.0..0.489.3017.0j4j2j3j2......0....1..gwswiz.......0i71j0i10._
hk6vtZeIME
https://www.alodokter.com/demam-berdarah/gejala
http://www.ichrc.org/622-demam-berdarah-dengue-diagnosis-dan-tatalaksana

P a g e 13 | 13

Anda mungkin juga menyukai