Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

SLE (SISTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS)

Dosen Pembimbing:

Disusun oleh:

DIAN AYU SASI

211FK04052

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021

BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi SLE ( Sistemic Lupus Erythematosus )


SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya
belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik
remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoimun dalam
tubuh.Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan
menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari penyakit ini bisa bermacam-
macam, bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis. Karena itu angka yang pasti tentang
jumlah orang yang terserang oleh penyakit ini sulit diperoleh. SLA menyeranga wanita kira –
kira delapan kali lebih sering dari pada pria. Penyakit ini sering kali bherawal pada akhir masa
remaja atau awal masa dewasa. Di amerika ga Serikat penyakit ini menyerang wanita berkulit
hitam tiga kali lebih sering dar pada wanita berkulit putih jika penyakit ini bermuncul pada uia
diatas 60 tahun, biasanya akan lebih mudh untuk diatasi.
SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan penyambung difus yang etiologinya tidak
diketahui. Kelompok ini meliputi SLE,skleroderma, polimiositis, artritis reumatoid, dan sindrom
sjogren. Gangguan-gangguan ini sering kali memiliki gejala-gejala yang saling tumpang
tindih satu dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis
menjadi semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi dari suatu
gangguan ringan sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan. Namun
demikian, keadaan yang paling sering ditemukan adalah keadaan eksaserbasi atau hampir
remisi yang berlangsung untuk waktu yang lama. Identifikasi awal dan penatalaksanaan SLE
biasanya dapat memberikan proknosis yang lebih baik

1.2 Etiologi SLE ( Sistemic Lupus Erythematosus )

Kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum
diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat obatan
tertentu memainkan peranan. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap
ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita
mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus
(SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian. Penyakit Sistemik Lupus
Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi
gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik
Lupus Erythematosus (SLE).
SLE adalah suatu penyakit autoimun kronik yang ditandai oleh terbentuknya antibodi-
antibodi terhadap beberapa antigen diri yang berlainan. Antibodi-antibodi tersebut biasanya
adalah IgG atau IgM dan dapat bekerja terhadap asam nukleat pada DNA atau RNA, protein
jenjang koagulasi, kulit, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Komplek antigen
antibodi dapat mengendap di jaringan kapiler sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas III,
kemudian terjadi peradangan kronik (Elizabeth, 2009).

1.3 Klasifikasi SLE ( Sistemic Lupus Erythematosus )

Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:


1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang
menyerang kulit.
2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh,
seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya
kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-
gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan. Pengaruh kehamilan
terhadap SLE Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan.
Jika terjadi SLE, maka eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada T.III eksaserbasi 50%, T.I &
T.II eksaserbasi 15%, postpartum 20%. Pengaruh SLE terhadap kehamilan Prognosis
b’dasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis baik, jika
< 6 bulan eksaserbasi 50% dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E,
kelahiran prematur, lupus neonatal.

1.4 Manifestasi Klinis


Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada penyakit lain,
dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnyayang tidak diketahui) menentukan gejala mana
yang akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap
penderita. Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit
yang berat. Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala (remisi)
dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu
organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
1. Sistem Muskuloskeletal
a. Artralgia
b. artritis (sinovitis)
c. pembengkakan sendi,
d. nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, dan rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem Integument (Kulit)
a. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal
hidung serta pipi
b. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3. Sistem kardiak
a. Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan
a. Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem vaskuler
a. Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
b. eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor
c. lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6. Sistem perkemihan
a. Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7. Sistem saraf
a. Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh
bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

1.5 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium yang di lakukan terhadap pasien LES meliputi:
a. ANA (anti nucler antibody). Tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi namun
spesifisitas yang rendah.
b. Anti dsDNA (double stranded). Tes ini sangat spesifik untuk LES, biasanya titernya akan
meningkat sebelum LES kambuh.
c. Antibodi anti-S (Smith). Antibodi spesifik terdapat pada 20-30% pasien.
d. Anti-RNP (ribonukleoprotein), anti-ro/anti SS-A, antikoagulan lupus)/anti-SSB, dan
antibodi antikardiolipin. Titernya tidak terkait dengan kambuhnya LES.
e. Komplemen C3, C4, dan CH50 (komplemen hemolitik)
f. Tes sel LE. Kurang spesifik dan juga positif pada artritis reumatoid, sindrom sjogren,
skleroderna, obat, dan bahan-bahan kimia lain
g. Anti ssDNA (single stranded)
h. Pasien dengan anti ssDNA positif cenderung menderita nefritis
1.6 Penatalaksanaan
Terapi dengan obat bagi penderita SLE mencakup pemberian obat-obat:
1. Antiradang nonstreroid (AINS)
AINS dipakai untuk mengatasi arthritis dan artralgia. Aspirin saat ini lebih jarang dipakai
karena memiliki insiden hepatotoksik tertinggi, dan sebagian penderita SLE juga
mengalami gangguan pada hati. Penderita LES juga memiliki risiko tinggi terhadap efek
samping obat-obatan AINS pada kulit, hati, dan ginjal sehingga pemberian harus dipantau
secara seksama.
2. Kortikosteroid
3. Antimalaria
Pemberian antimalaria kadang-kadang dapat efektif apabila AINS tidak dapat
mengendalikan gejala-gejala LES. Biasanya antimalaria mula-mula diberikan dengan
dosis tinggi untuk memperoleh keadaan remisi. Bersihnya lesi kulit merupakan parameter
untuk memantau pemakaian dosis.
4. Imunosupresi
Pemberian imunosupresif (siklofosfamid atau azatioprin) dapat dilakukan untuk menekan
aktivitas autoimun LES. Obat-obatan ini biasanya dipakai ketika:
a. Diagnosis pasti sudah ditegakkan
b. Adanya gejala-gejala berat yang mengancam jiwa
c. Kegagalan tindakan-tidakan pengobatan lainnya, misalnya bila pemberian steroid
tidak memberikan respon atau bila dosis steroid harus diturunkan karena adanya efek
samping
d. Tidak adanya infeksi, kehamilan dan neoplasma

1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita LES adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal adalah penyebab tersering kematian pada penderita LES. Gagal ginjal dapat
terjadi akibat deposit kompleks antibodi-antigen pada glomerulus disertai pengaktifan
komplemen resultan yang menyebabkan cedera sel, suatu contoh reaksi hipersensitivitas
tipe III
b. Dapat terjadi perikarditis (peradangan kantong perikadium yang mengelilingi jantung)
c. Peradangan membran pleura yang mengelilngi paru dapat membatasi perapasan. Sering
terjadi bronkhitis.
d. Dapat terjadi vaskulitis di semua pembuluh serebrum dan perifer.
e. Komplikasi susunan saraf pusat termasuk stroke dan kejang. Perubahan kepribadian,
termasuk psikosis dan depresi dapat terjadi. Perubahan kepribadian mungkin
berkaitan dengan terapi obat atau penyakitnya (Elizabeth, 2009).

1.8 Patofisiologi SLE

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan


peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit
yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat
dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan
produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal
sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut
berulang kembali.

Pathway

Genetik, kuman, virus, lingkungan, obat obat an

Gangguan imunoregulasi

Sel T sepresor yang abnormal meningkat

Antibodi yang berlebihan meningkat


Penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan

Penyakit SLE

Mencetus penyakit inflamasi pada organ


BAB III
STUDI KASUS

Ny. L usia 28 tahun MRS tanggal 31 Maret 2016 jam 13.00 WIB dibawa keluarganya dengan
keluhan adanya lebam dan bercak kehitaman di sekitar pipi dan hidung sejak 2 bulan yang lalu,
terasa panas seperti terbakar, skala nyeri 7, pegalpegal pada seluruh tubuh, nyeri sendi, badannya
terasa lemah, mudah lelah serta demam. Klien pernah menderita TBC pengobatan 6 bln berhasil dan
dinyatakan sembuh. TTV : TD: 140/90 mmHg, N : 105 x/ menit, RR : 24 x/ menit, S: 380C.

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.L
Tanggal Lahir : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Status : menikah
No. CM : 1.55.96.04
Tanggal Masuk : 31 Maret 2016 jam 13.00
WIB
Tanggal Pengkajian : 31 Maret 2016 jam 13.05
WIB
Alamat : Jombang

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.D
Umur : 30 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan Pasien : Suami
Alamat : Jombang

Hasil Analisis : pada pengkajian identitas pasien di kaji dengan baik, akan tetapi ada
poin yang tidak di kaji yaitu status Pendidikan pasien.

c. Keluhan Utama
adanya lebam dan bercak kehitaman di sekitar pipi dan hidung, terasa panas seperti
terbakar, pegal-pegal pada seluruh tubuh, nyeri sendi, badan terasa lemah, mudah lelah
serta demam.

d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. L usia 28 tahun MRS tanggal 31 Maret 2016 jam 13.00 WIB dibawa
keluarganya dengan keluhan adanya lebam dan bercak kehitaman di sekitar pipi dan
hidung sejak 2 bulan yang lalu, terasa panas seperti terbakar, skala nyeri 7, pegal-
pegal pada seluruh tubuh, nyeri sendi, badannya terasa lemah, mudah lelah serta
demam.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien pernah menderita TBC pengobatan rifampisin dan isoniazid 6 bln berhasil
dan dinyatakan sembuh.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti
klien.

Hasil Analisis : Riwayat kesehatan dikaji dengan baik , akana tetapi, Pengkajian
keperawatan menurut Muttaqin (2009) Untuk pemeriksaan riwayat penyakit
sekarang perlu adanya observasi yang mendukung keluhan utama dengan
melakukan serangkaian pertanyaan tentang nyeri klien secara PQRST. Dari riwayat
kesehatan sekarang pada kasus di atas pengkajian nyeri sudah lengkap
Genogram

e. Pola Aktifitas Sehari-hari


No ADL Saat Sehat Saat Sakit
1. Nutrisi
a. Makan
 Jenis dan kesukaan 3x sehari
 Frekwensi/Jumlah
 Pantangan
 Keluhan
b. Minum
 Jenis/kesukaan
 Frekwensi/Jumlah
 Pantangan
 Keluhan
2. Istirahat dan Tidur
a. Malam
 Lama
 Kualitas
 Keluhan
b. Siang
 Lama
 Kualitas
 Keluhan
3. Eliminasi
a. BAK
 Frekwensi 3x sehari – 1000cc 3x sehari
 Warna kuning kuning
 Bau khas khas
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
 Frekwensi 1x sehari 1x sehari
 Konsistensi padat
 Warna Kuning kecoklatan
 Bau Khas Khas
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4. Personal Hygiene
a. Mandi
 Frekwensi
 Penggunaan sabun
 Gosok gigi
 Gangguan
b. Berpakaian
 Frekwensi

Hasil Analisis : pada bagian ADL banyak sekali yang tidak dikaji.

5. Pola aktvitas lainya seperti pekerjaan atau olahraga fisik atau kebiasaan
f. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum :
 Kesadaran: Composmetis
 GCS : 15
E :4
M :5
V :6
 TTV : T : 140/90 mmHg
N : 105 x/mnt
R : 24 x/mnt
O
S : 38 C

Hasil Analisis : dikaji dengan baik dan lengkap. sudah cukup untuk
menunjukan keadaan umum klien

1. Sistem Pernafasan
Anamnese : pasien tidak mengeluh sesak nafas.
 Hidung
 Inspeksi: Hidung simetris, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung.
 Mulut
 Inspeksi: simetris, mukosa bibir kering, tidak ada alat bantu nafas, lidah

putih, rongga mulut warna merah, tenggorokan warna merah, udema.

 Leher
 Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada jaringan parut
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
 Dada
 Inspeksi: Dada simetris, pergerakan dinding dada simetris.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Perkusi : Suara paru sonor dilapang paru.
 Auskultasi: Tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing dan

ronchi.

2. Sistem kardiovaskuler
 Wajah
 Inspeksi: Tidak ada edema, tidak sianosis
 Leher
 Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada jaringan parut.
 Dada
 Inspeksi : Dada simetris.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis ICS 5 midklavikula

sinistra.

 Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung.


 Auskultasi : Tidak ada bunyi jantung tambahan, BJ1 dan BJ2 reguler,

tidak ada kelainan bunyi jantung.

 Ekstremitas atas
 Inspeksi : Tidak ada bintik-bintik merah, tidak ada edema, ada

kelemahan otot, tangan kanan dipasang infus.

 Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, suhu akral panas,

CRT <3dtk.

 Ekstremitas bawah
 Inspeksi : tidak ada edema, ada kelemahan otot, tidak ada clubbing

finger.

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, suhu akral panas,

CRT <3dtk.

3. Sistem persyarafan
 Anamnesa : pasien mengeluh nyeri di pipi dan hidung serta terdapat lebam
dan bintik kehitaman, demam.

 Tingkat kesadaran pasien : Composmetis (GCS 456)


4. Perkemihan eliminasi uri
 Anamnesa : Pasien tidak mengeluh susah BAK.
 BAK: jumlah yang keluar1000 cc, warna kuning, frekuensi 3x sehari.
3.145
5. Sistem pencernaan
 Anamnese: pasien mengeluh nafsu makan menurun.
 Mulut
 Inspeksi : Mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak ada alat bantu

nafas, rongga mulut warna merah, tenggorokan warna merah, udema.

 Lidah
 Inspeksi : Lidah tidak tremor, tidak ada lesi, warna putih.
 Abdomen
 Inspeksi : Tidak ada pembesaran abnormal
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : kuadran I hepar tidak teraba, kuadran II nyeri tekan, kuadran

III tidak ada skibala, kuadran IV tidak ada nyeri tekan apendiks.

 BAB : tidak ada masalah, sudah BAB 1x, warna kuning, padat.
6. Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
3.146 Anamnese: adanya lebam dan bercak kehitaman di sekitar
pipi dan hidung, terasa panas seperti terbakar, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, nyeri
sendi, badan terasa lemah, mudah lelah serta demam.

 Warna kulit
 Inspeksi : Kulit kering, warna kemerahan, terdapat lebam dan bercak

kehitaman di sekitar pipi dan hidung.

 Palpasi : Kulit terasa panas, tidak ada kelemahan otot, akral hangat.
 Ekstremitas atas
 Inspeksi : Tidak ada bintik-bintik merah, tidak ada edema, ada

kelemahan otot, tangan kanan dipasang infus.

 Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, suhu akral panas,

CRT <3dtk.

 Estremitas bawah
 Inspeksi : tidak ada edema, ada kelemahan otot, tidak ada clubbing

finger.

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, suhu akral panas,

CRT <3dtk.

7. Sistem Persepsi Sensori

15
8. Sistem Endokrin
 kepala
 Inspeksi: rambut mulai rontok.
 Leher
 Inspeksi: Tidak terlihat pembesaran kelenjar (tyroid, paratyroid)
 Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar (tyroid, paratyroid) tidak ada

nyeri telan.

9. Sistem reproduksi (tidak terkaji)

Hasil analisis : Pada pemeriksaan fisik masih banyak yang belum dikaji
yaitu seperti data psikologis, spiritual, persepsi sensori, genetourinaria
g. Data Penunjang
1) Labortorium
Hasil Pemeriksaan Labortorium Tanggal :
Jenis
No Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

16
2) Pemeriksaan Penunjang lainnya :
Hasil Analisis :
Tidak terdapat pemeriksaan penunjang , hanya saja pada data laboratorium
tidak terantum telah melakukan pemeriksaan laboratorium apa saja dan tidak
mencantumkan hasil nya

h. Program dan Rencana Pengobatan


a. RL 1500 cc/ 24 jam : 20 tpm
b. Inj Metil Prednison 3×125 mg iv
c. Inj Ketorolac 2 x 30 mg iv
d. Inj Ranitidin 2 x 1 Amp iv
e. Asam Folat 2 x 1 tab per oral

Hasil Analisa : program pengobatan di masukan dengan baik

2. SKOR EARLY WARNING SYSTEM (ANALISIS STATUS PASIEN DENGAN


EWS)
Hasil analisis : Skor tidak di kaji

3. PATOFISIOLOGI KASUS

4. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 2 3 4
1 DS : Agen cidera Nyeri kronis
Pasien mengeluh adanya
lebam dan bercak kehitaman
di sekitar pipi dan hidung
sejak 2 bulan yang lalu, terasa
panas seperti
DO:
KU : lemah

17
Kesadaran : composmentis,
GCS : 456
TTV : TD :140/90 mmHg
3.175 N : 105 x/ menit 3.176
RR : 24x/mnt 3.177 S : 380C

Hasil Analisa :
hasil analisa data yang terdapat pada kasus, keadaan PQRST klien tidak dimasukan kedalam
sebuah masalah.

B. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditemukan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal Nama & Paraf
1 2 3 4
1. Nyeri Kronis (00133 ) berhubungan dengan agen Nadlif
cedera

Hasil Analisis : Sudah sesuai, dikarenakan sesuai dengan kriteria diagnosa keperawatan.
Menurut Nursalam, 2015 bahwa kriteria diagnosa keperawatan sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab dan pemenuhan kebutuhan pasien

b. Diagnosa keperawatan dibuat sesuai wewenang

c. Komponen diagnosa terdiri dari PE/PES

Tanggal dan waktu tidak dimasukan dengan rinci.

18
C. Perencanaan
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
Penatalaksan aan nyeri 3.199  Lakukan pengkajian nyeri yang -
Definisi : 3.200 Meringankan komprehensif meliputi lokasi,
atau mengurangi nyeri sampai karakteristik, awitan, durasi,
pada tingkat kenyamanan yang frekuensi, kualitas, intensitas
dapat diterima oleh pasien. atau keparahan nyeri, dan faktor
presipitasinya.
 Observasi TTV dan perubahan
neurologis klien.
 Observasi tingkat kesadaran
pasien.
 Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri,
berlangsung berapa lama, dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
 Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgetik. 6.
Ajarkan tekhnik non farmakologi

19
msalnya distraksi, relaksasi.
 Tingkatkan istirahat / tidur yang
adekuat untuk memfasilitasi
pengurangan nyeri.

Hasil Analisis : Berdasarkan hasil yang analisis prioritas dalam intervensi keperawatan sudah sesuai yakni memprioritaskan terlebih dahulu masalah
yang berhubungan dengan fisiologis. Pada penulisan tujuan dan kriteria hasil harus memiliki prinsip SMART, yakni :

• Spesifik (tujuan yang spesifik)


• Measurable (memiliki tujuan yang terukur )
• Achievable (memmiliki tujuan yang mungkin untuk dicapai)
• Realistic (memiliki tujuan yang realistis

• Time based (memiliki jangka waktu )

Tetapi bagian rasional tidak di jelaskan dengan rinci

20
D. Pelaksanaan
Tanggal dan Jam Tindakan DP ke Paraf
1 2 3 4
Tindakan
R:
31- 03-2016 13.05 Melakukan pengkajian nyeri yang 1 Nadlif
komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya.
Didapatkan hasil :
 adanya lebam dan bercak kehitaman di
sekitar pipi dan hidung sejak 2 bulan
yang lalu, terasa panas seperti
terbakar, skala 7.
 Mengukur TTV pasien : - TD : 140/90
mmHg - S : 38oC - N : 105x/menit - RR :
24x/menit
 Memasang infus set ditangan sebelah
kiri kemudian diganti sebelah kanan.
 Kolaborasi dengan dokter :
Memberikan terapi rehidrasi 1500 cc/
24 jam : 20 tpm
 Terapi injeksi :  Ranitidine 2x 1 ampul
 1 ampul = 2cc  Inj Metil Prednison
3×125 mg iv  Inj Ketorolac 2 x 30 mg iv
 Terapi per-oral : asam folat 2 x 1 tab
 Mengajarkan tekhnik distraksi dan
relaksasi dengan cara tarik nafas dalam,
than dan keluarkan.
 Memantau TTV dan perubahan
neurologis klien.
 Memberikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, berlangsung

21
berapa lama, dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
 Menganjurkan untuk meningkatkan
istirahat / tidur yang adekuat untuk
memfasilitasi pengurangan nyeri.

Hasil Analisa : berdasarkan hasil analisis yang didapatkan bahwa tindakan implementasi
sudah sesuai dengan rencana keperawatan, dan perawat memiliki keterampilan dalam
melaksanakan intervensi keperawatan, melakukan pendokumentasian tindakan dan respon
pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan dan catatan asuhan keperawatan

E. Evaluasi / Catatan Perkembangan

22
Nama :Ny.L Diagnosa Medis : SLE
Umur :28 tahun No. CM :xxx

Hari/Tanggal DP ke Perkembangan Paraf


1 2 3 4
31-03- 2016 1 S: pasien mengatakan nyei berkurang Nadlif
Jam 21.0 0 tetapi lebam dan kehitaman masih tampak,
skala nyeri 6, masih terasa panas seperti
terbakar.
O: - TD: 130/80 mmHg, S: 37,9 oC, N:
98x/menit, RR: 24x/menit - Tampak
adanya ruam discoid - KU : lemah -
Kesadaran : composmentis GCS : 456
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

Hasil Analisa : berdasarkan hasil analisis evaluasi yang dicantumkan sudah jelas mengenai
observasi dan analisis status kesehatan sesuai waktu dan ditulis dicatatan perkembangan.

23

Anda mungkin juga menyukai