Anda di halaman 1dari 12

B.

Skenario Kasus

An. V, jenis kelamin perempuan usia 13 tahun datang ke UGD RS “X” dengan
keluhan sakit perut sebelah kanan bawah dekat ulu hati dan badan terasa hangat. Keluhan
dirasakan klien sejak 3 hari yang lalu, pasien merasa mual, muntah dan tidak nyaman pada
daerah ulu hati. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan pada daerah titik
Mc.Burney, nyeri lepas (÷), psoas sign (÷) dan skala nyeri 8. Tanda-tanda vital: TD: 110/70
mmHg, nadi : 80 x/menit , RR : 24x/menit dan suhu tubuh 37,7 ⁰C. Pada pemeriksaan
appendincogram yang dilakukan dan konsul dengan dokter penyakit dalam menunjukan hasil
An. V suspect appendisitis kronik.

Tindakan yang direncanakan untuk An. V akan dilakukan operasi laparaskopi pada
tanggal 18 desember 2017, jam 08:00 WIB. Pada saat ini di ruangan IKA I Bedah, perawat
sudah melakukan beberapa persiapan pre operasi antara lain : konsul ke dokter IKA Bedah =,
informed consent kepada keluarga untuk tindakan operatif, persiapan asuhan keperawatan pre
operasi di ruang perawat IKA Bedah, pemeriksaan penunjang ( rontgen foto thoraks dan
laboratorium darah), dan pelaksaan puasa 6 jam pre operasi ( mulai jam 02.00 WIB).

C. Analisa Data

No Analisa Data Diagnosa Etiologi


Keperwatan
1. DS : Pasien mengatakan sakit perut Nyeri Akut Agen Cedera
sebelah kanan bawah dekat ulu hati dan Biologis
badan terasa hangat. (Infeksi/Inflamasi
- Pasien mengatakan nyeri tekan Apendiks)
pada titik Mc Burney.
Nyeri lepas (+), Psoas Sign (+).P :
Suspect Appendisitis Kronik.
Q : Seperti tertusuk-tusuk.
R : Abdomen sebelah kanan bawah
dekat ulu hati.
S : Skala 8
T : Sejak 3 hari yang lalu

DO : Pasien terlihat selalu memegang


area abdomen dengan wajah tampak
meringgis kesakitan.
2. DS : Pasien mengatakan merasa mual, Konstipasi Depresi/Stressor
muntah. Emosi
- Pasien mengatakan nyeri
abdomen dibagian ulu hati.
-

2
- Pasien mengatakan nyeri tekan
dibagian abdomen.
DO : -
3. DS : Pasien mengatakan mual, muntah, Ansietas Stessor
merasa tidak nyaman pada bagian ulu
hati dan nyeri abdomen.
DO : TTV :
TD : 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit,
RR 24x/menit,Suhu 37,7 0C.

D. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Nursing Outcame Nursing Intervention


Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah di lakukan tindakan Pemberian Analgesik
Cidera Biologis keperwatan selama 3x24 jam (2210)
(Infeksi/Inflamasi diharapkan masalah Nyeri Akut 1. Cek adanya riwayat
Apendiks) berkurang dengan kriteria hasil : alergi obat.
Kontrol Nyeri : 1605 2. Tentukan lokasi
Indikasi Awal Akhir karakteristik, kualitas
Menggunakan 2 3 dan keparahan nyeri
tindakan sebelum mengobati
pengurangan nyeri nyeri.
berupa analgesik 3. Cek perintah
(160304) pengobatan meliputi
Menggunakan 2 3 obat, dosis, dan
analgesik yang frekuensi obat analgesik
direkomendasiakan yang diresepkan.
(160505) 4. Tentukan pilihan
Tingkat Nyeri : 2102 analgesik (narkotika,
Indikasi Awal Akhir non narkotika atau
Nyeri 2 3 NSAID) berdasarkan
yang tipe-tipe keparahan
dilaporkan nyeri.
(201201) 5. Kolaborasikan
Ekspresi 2 3 dengan dokter apakah
Wajah obat, dosis, rute
(210206) pemberian atau
perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik.
Managemen Nyeri
(1400)
1. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau

3
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
2. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri.
3. Ajarkan prinsip-
prinsip menajemen
nyeri.
4. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat.
5. Tentukan pilihan
analgesik (narkotika,
non narkotika atau
NSAID) berdasarkan
tipe-tipe keparahan
nyeri.
6.Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi
dari ketidaknyamanan
akibat prosedur.
7. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementsikan
tindakan penurun nyeri
non farmakologi sesuai
kebutuhan.
2. Konstipasi b/d Setelah di lakukan tindakan Manajemen Konstipasi
Depresi/Stressor keperawatan selama 3x24 jam (0450)
Emosi diharapkan masalah Konstipasi 1. Identifikasi faktor-
berkurang dengan kriteria hasil : faktor (misalnya
Eliminasi Usus : 0501 pengobatan dan diet)
Indikasi Awal Akhir yang menyebabkan
Pola 3 4 terjadinya konstipasi.
Eliminasi 2. Dukung peningkatan
(050101) asupan cairan jika tidak
Kemudahan 3 4 ada kontra indikasi.
BAB 3. Intruksikan pada
(050112) pasien untuk diet tinggi
Konstipasi 3 4 serat dengan cara yang

4
(050110) tepat.
4. Sarankan
penggunaan pelembut
feses dengan cara yang
tepat.
5. Monitor tanda dan
gejala terjadinya ruptur
usus dan atau
poritonitis.
6. Intruksikan pasien
atau keluarga untuk
mencatat warna,
volume, frekuensi, dan
konsistensi dari feses.
7. Evaluasi catatan
asupan untuk apa saja
nutrisi yang telah
dikonsumsi.
8. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian diet yang
tepat.
3. Ansietas b/d Stressor Setelah di lakukan tindakan Pengurangan
keperawatan selama 3x24 jam Kecemasan (5820)
diharapkan masalah Ansietas 1. Gunakan pendekatan
berkurang dengan kriteria hasil : yang tenang dan
Tingkat Kecemasan : 1211 meyakinkan.
Indikasi Awal Akhir 2. Dengarkan keluhan
Tidak dapat 3 4 klien.
beristirahat 3. Dorong keluarga
(121111) untuk mendampingi
Perasaan 3 4 klien dengan cara yang
gelisah tepat.
(121105) 4. Berikan informasi
Rasa takut 3 4 faktual terkait
yang diagnosis, perawatan
disampaikan dan prognosis.
secara lisan 5. Jelaskan semua
(121116) prosedur termasuk
sensasi yang akan
Tingkat Rasa Takut Anak : 1213 dirasakan oleh klien
Indikasi Awal Akhir selama prosedur
Sakit perut (21304) 2 3 dilakukan.
Gelisah (121327) 3 4 6. Intruksikan klien
Ketakutan(121345) 3 4 untuk mengunakan
teknik relaksasi.
7. Berikan aktifitas
pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi tekanan.

5
E. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf & Nama


Perawat
1. Nyeri Akut b/d Agen Cidera Biologis S : Pasien TTD
(Infeksi/Inflamasi Apendiks) mengatakan masih
terasa nyeri pada ulu
hati dengan skala 7.
Nyeri tekan (+)
Psoas Sign (+)
P : Suspect
Appendisitis Kronik
Q : Seperti tertusuk-
tusuk
R : Abdomen sebelah
kanan bawah dekat
ulu hati
S : skala 7
T : 3 hari

O :Pasien tampak
terlihat meringgis
kesakitan dengan
memegang area
abdomen yang sakit.
A : Masalah nyeri
teratasi sebagian
dengan skala nyeri 8
menjadi 7.
P : Lanjutkan
intervensi melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam.

2. Konstipasi b/d Depresi/Stressor Emosi S : Pasien TTD


mengatakan masih
merasa mual dan
muntah
-Pasien masih merasa
nyeri pada abdomen
di bagian ulu hati.
O : Pasien tampak
lemas.
A : Masalah
konstipasi belum
teratasi.
P : Lanjutkan

6
intervensi
berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian diet yang
tepat.

3. Ansietas b/d Stressor S : Pasien TTD


mengatakan merasa
tidak nyaman karena
masih merasa nyeri.
O : Pasien tampak
gelisah dan cemas.
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,7 C
A : Masalah ansietas
pasien belum teratasi.
P : Lanjutkan
Intervensi dengan
pemberian informasi
tentang prosedur
tindakan operasi
yang akan dilakukan.

F. Tatalaksana Edukasi yang Dapat Diberikan Orang Tua

Edukasi yang dapat diberikan kepada orang tua untuk anak apendiksitis adalah
berupa:

1. perawat harus memberikan informasi tentang tindakan atau prosedur operasi serta efek
samping setelah operasi agar orang tua tidak merasa cemas dan panik ketika anaknya di
operasi dan sudah mengerti perawatan yang akan diberikan kepada anaknya.

2. Orang tua harus menyemangati anaknya untuk selalu berdo’a dan tabah dalam menjalani
atau melalui tindakan operasi yang akan dilakukan.

3. Sebaiknya orang tua menghibur anaknya agar tidak terlalu memikirkan mengenai penyakit
yang diderita dan membantu anak mengurangi rasa takunya.

4. Orang tua senantiasa harus selalu berada disamping anaknya sebelum dan sesudah operasi
untuk mempercepat kesembuhan anaknya.

5. Perawat juga harus memberitahu kepada orang tua apabila anak yang lain merasakan nyeri
abdomen bagian kanan bawah agar untuk segera dilakukan pemeriksaan ke dokter.

6. Perawat juga harus memberitahukan kepada orang tua makanan apa saja yang harus
dihindari pasca operasi, seperti makanan yang dapat menyebabkan alergi dan sarankan orang

7
tua untuk memberi anaknya makanan antioksidan (tomat, dll) dan minum air putih 6-8
gelas/hari.

G. Nursing Theory

Betty Neuman : Model Sistem Konseptual (Model Konseptual Keperawatan).

Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neumen adalah konsep Healty Care
System yaitu model konep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujuakn
kepada penekanan penurunan stres dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel
atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Intervensi
keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer,
sekunder dann tersier model ini bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam
lingkungan yang dinamis. Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut
Neumen berfokus pada respon stresor serta faktor-faktor yang memepengaruhi adaptasi
terhadap lingkungan. Maka dari itu tindakan yang harus dilakukan menurut Neumen adalah
mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stresor.

Pencegahan primer dapat meliputi berbagai tindakan keperawatan untuk


mengidentifikasi adanya stresor, mencegah reaksi tubuh akibat stresor serta mendukung
koping pada pasien secara konstruktif. Penceggahan sekunder menurut Neumen meliputi
berbagai tindakan keperawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit
serta reaksi tubuh lainnya karena adanaya stresor dari pencegahan tersier dapat meliputi
pengobatan secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut
dari komplikasi sebuah penyakit. Upaya pencegahan tersebut dipentingkan dengan adanya
pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

8
9
H. Jurnal (EBN/EBP)

HUBUNGAN PEMBERIAN KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI


PADA PASIEN PRE OPERASI APPENDISITIS DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT
PUJI RAHAYU SURABAYA.

Abstrak :

Appendisitis merupakan kasus kondisi perut paling serius yang sering terjadi dengan
keluhan nyeri pada tulang atau nyeri yang melengkung dibandingkan keluhan utama lainnya.
Hal ini terjadi dialami banyak pasien pra operasi radang usus buntu di Rumah Sakit Puji
Rahayu Surabaya. Rancangan penelitian adalah satu pre post test dengan desain sample
sebesar 20 responden pemilihan sample dilakukan secara purposipe. Data yang dikumpulkan
menggunakan nyeri pada lembar observasi dengan pasien pra operasi radang usus buntu.
Pengolahan data dilakukan dengan mengedit, coding, scoring, tabulasi sebagai presentase dan
di analisis dengan menggunakan uji taruh. Hasil penelitian menunjukan sebelum pemberian
kompres dingin yang paling banyak mengalami nyeri di tulang, yaitu sakit ringan pada tulang
sebanyak 2 orang (10%), nyeri berat pada tulang sebanyak 6 orang (30%), dan sakit berat
ditulang terkontrol terhitung sebanyak 12 orang (60%). Sementara, setelah diberikan kompres
dingin terutama nyeri pada tulang yang awalnya 60 % menjadi 0% . Pemberian kolerasi
kompres dingin untuk degradasi rasa sakit pada tingkat nyeri dengan t hitung = 9,200 dan p =
0,000 dimana p < 0,05 maka Ho menolak artinya ada kolerasi pemberian kompres dingin
dengan degradasi nyeri.

Metode penelitian :

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian pra-eksperimental dengan


mengunakan uji “pre-post test” yang mencari hubungan pemberian kompres dingin terhadap
respon nyeri, peneliti melakukan intervensi pada sample dengan dua pengamatan yaitu
sebelum dan sesudah perlakuan.

Hasil :

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukan kompres dingin hampir semua
mengalami nyeri baik mulai dari nyeri ringan sebesar 10%, nyeri sedang 30% maupun nyeri
berat sebesar 60%. Dan data yang diperoleh setelah pemberian kompres dingin memang
untuk nyeri ringan terlihat lebih banyak yaitu 55% begitu juga dengan nyeri sedang sebnayak
45%. Namununtuk nyeri berat terkontrol menjadi 0% yang semula sebelum pemberian

10
kompres adalah 60%. Hal ini menunjukan bahwa kompres dingin mempunyai efektifitas
terhadap penurunan nyerin. Dari pembahasan juga telah dijelaskan bahwa kompres dingin
memberikan efek terapetik dimana dapat menurunkan diameter konduksi saraf sehungga
menurunkan persepsi nyeri dan memberikan perasaan nyaman sementara terhadap nyeri
(Carpenito, 1998). Dengan adanya penurunan nyeri ini maka kebutuhan akan rasa nyaman
terutama akibat nyeri dapar teratasi.

11
I. Kesimpulan

Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi diumbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dentan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.

Edukasi yang dapat diberikan kepada orang tua untuk anak apendiksitis adalah berupa:

1. perawat harus memberikan informasi tentang tindakan atau prosedur operasi serta efek
samping setelah operasi agar orang tua tidak merasa cemas dan panik ketika anaknya di
operasi dan sudah mengerti perawatan yang akan diberikan kepada anaknya.

2. Orang tua harus menyemangati anaknya untuk selalu berdo’a dan tabah dalam menjalani
atau melalui tindakan operasi yang akan dilakukan.

3. Sebaiknya orang tua menghibur anaknya agar tidak terlalu memikirkan mengenai penyakit
yang diderita dan membantu anak mengurangi rasa takunya.

4. Orang tua senantiasa harus selalu berada disamping anaknya sebelum dan sesudah operasi
untuk mempercepat kesembuhan anaknya.

5. Perawat juga harus memberitahu kepada orang tua apabila anak yang lain merasakan nyeri
abdomen bagian kanan bawah agar untuk segera dilakukan pemeriksaan ke dokter.

6. Perawat juga harus memberitahukan kepada orang tua makanan apa saja yang harus
dihindari pasca operasi, seperti makanan yang dapat menyebabkan alergi dan sarankan orang
tua untuk memberi anaknya makanan antioksidan (tomat, dll) dan minum air putih 6-8
gelas/hari.

12
Daftar Pustaka

Herman, T.Heather. Nanda Internasional, Diagnosa Keperawatan 2015-2017 Edisi


10. 2015.EGC. Jakarta

Intansari Nurjannah. Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Outcames Classifocation


(NOC).2016.Elsevier. Singapore

Intansari Nurjannah. Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Intervantions Classifocation


(NOC).2016.Elsevier.

Marta Raile Alligood. Pakar Teori Keperwatan. 2016. Elsevier. Singapore.

13

Anda mungkin juga menyukai