NGKAJIAN DATA
Nama Mahasiswa : Rista Sulistiani
Tempat Praktek : Rumah Sakit
Tanggal pengkajian : 23 Januari 2021
I. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. R No. CM : 123xxx
Tempat/tgl lahir : Yogyakarta Tgl masuk RS : 21 Januari 2021
Umur : 56 Th Sumber informasi :RM, Pasien dan Keluarga
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bantul
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus Tipe 2 dan KAD
II. Keluhan Utama
Klien mengatakan mengeluh diare cair, warna kuning, tidak hitam, berisi ampas sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah Sakit.
Ket :
= Pasien
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Tinggal serumah
- Setelah Masuk Rumah Sakit : sejak masuk RS klien makannya sedikit dari diit
RS, hanya setengah dari diit RS.
- Setelah Masuk Rumah Sakit : Selama di rawat di rumah sakit klien minum
sedikit. Klien diberikan cairan intravena melalui infus 3way: NaCl 0.9%
500cc/8jam; Drip insulin 50 UI dalam NaCL
3. Pola Eliminasi
a. Fekal
- Setelah Masuk Rumah Sakit : Di rumah sakit klien buang air kecil dibantu
dengan alat yaitu kateter. Air kencing berwarna kuning pekat, tidak ada darah
dalam satu hari keluar sebanyak 1500cc.
b. Bowel
- Setelah Masuk Rumah Sakit : Selama dirumah sakit klien BAB Sehari
kurang lebih BAB 4-5 kali
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulansi/ROM √
Keterangan :
0: mandiri,
1: Alat bantu,
Klien bedrest sehingga Kebutuhan Acivity Daily Living dibantu oleh perawat atau
keluarga.
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulansi/ROM √
Keterangan :
0: mandiri,
1: Alat bantu,
5. Oksigenasi
a. Sesak nafas saat aktivitas : [] tidak [-] ya
b. Frekuensi :-
c. Kapan terjadinya :-
d. Faktor yang memperberat :-
e. Faktor yang meringankan :-
6. Tidur dan Istirahat
- Sebelum Masuk Rumah Sakit : Keluarga mengatakan jika dirumah klien tidur dalam
sehari bisa mencapai 10-12 jam. Malam hari klien mulai tidur sekitar jam 8- 9 malam
dan bangun jam 4 pagi.Di siang hari klien juga sering tidur. Klien tidak mengalami
kesulitan tidur atau mudah terbangun dan sulit untuk tidur kembali.
- Setelah Masuk Rumah Sakit : klien tidak bisa tidur nyenyak karena merasakan nyeri
diperut kanan umbilikus.
Keluarga mengatakan Ny.RS interaksi dengan keluarga, teman, masyarakat baik. Gaya
hidupnya baik. Bahasa yang digunakan setiap hari yaitu bahasa jawa. Dukungan
sosialnya baik.
8. Koping Keluarga
Strategi koping, temperamen, perilaku menyimpang, stressor
Keluarga mengatakan sedikit cemas dengan kondisi Ny.RS. Ny.RS mnegatakan yakin
akan kesembuhan penyakit yang dialaminya
9. Kognitif dan persepsi
Sensori, persepsi dan kognitif
a. Ggn. Penglihatan : Ya / Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Ya / Tidak
c. Ggn. Penciuman : Ya / Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Ya / Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Ya / Tidak
f. Riwayat penyakit : [-] eye surgery
[-] otitis media
[-] luka sulit sembuh
Pasien mengatakan agamanya islam, Ny.RS rajin jamaah di masjid dan mengikuti
kegiatan pengajian.
I. Pengkajian Fisik
1. Kondisi Umum
Antropometri :
Tinggi Badan : 155 cm
Tanda-tanda vital
TD :130/80 mmHg
Suhu : 37 0C
Respirasi : 22 x/menit
Kulit
Inspeksi: Warna kulit sawo matang, tidak ada edema, ptekie, maupun scar, distribusi
rambut merata, adanya luka dikaki kiri disertai bau dan kulit tampak kering.
Kepala
Inspeksi: Bentuk mecocepal, rambut berwarna putih, kulit kepala tampak sedikit kotor
tidak ada lesi dikulit kepala
Mata
Inspeksi: Reaksi cahaya positif, simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva merah
muda, fungsi penglihatan mulai menurun, tidak memakai alat bantu penglihatan.
Telinga
Inspeksi: Posisi simetris, warna kulit sama dengan kulit wajah, tidak ada penumpukan
serumen, tidak menggunakan alat bantu
Hidung
Inspeksi: tidak ada lesi, terdapat sedikit secret, silia sedikit panjang, terpasang
oksigenasi jika perlu.
Inspeksi: tidak ada karies, gusi normal, mukosa kering merah muda, tidak ada
stomatitis, lidah tampak kering
Leher
Inspeksi: tidak ada edema dan lesi, tidak ada pembesaran nodus limfe pada leher,JVP 5-
2 Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Thoraks
Inspeksi: tidak terdapat retraksi interkostalis selama bernafas, tidak tampak jejas, tidak
tampak defornitas, tidak sesak napas.
Palpasi: tidak terdapat benjolan Perkusi: sonor pada kedua sisi paru
Auskultasi: ronchi (-) pada semua lapang paru, wheezing (-) pada semua lapang paru,
BJ 1&2 tunggal
Abdomen
Inspeksi: tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, dan tidak asites Palpasi: tidak teraba
hepar dan limpa
Ekstremitas
Tidak adanya edema, adanya luka diabetic pada tumit kaki kiri disertai bau, akral teraba
hangat. Terpasang infus ditangan kanan 3way NaCl 0.9% 500cc/8jam, Drip insulin 50
UI dalam NaCl
Kekuatan ekstremitas
5 5
5 3
Ket: pasien mengalami kelemahan ekstremitas bawah sebelah kiri karena luka.
Pengukuran sistolik arteri DP, TP, dan AB dengan DOPPLER KAKI
Kesadaran : Composmetis, GCS: E:4, M:6, V:5 =15 Nervus 1 (Olfaktorius) : tidak dikaji
Nervus IV (Troklearis) : Ukuran kedua pupil sama (isokor), saat diberikan cahaya dengan
penligh pupil mengecil
Nervus XI (Aksesrius) : Pasien tidak mampu melawan tahanan dengan baik pada
Nervus XII (Hipoglosus) : Pasien mampu menjulurkan lidah dan menarik kembali.
II. DataLaboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan monofilamen & kondisi luka tumit kiri : adanya luka pada tumit kiri sudah
berbau, luka tampak dalam, terdapat pus
1 DS: klien mengatakan nyeri di perut kanan bawah. Agen Cidera Biologis Nyeri Akut
P : terjadi KAD
Q : terasa diremas-remas
R : sebelah kanan pusar dan menetap S : 8-10
T : nyeri terasa tiba-tiba
DO:
- Klien tmpak kesakitan
- Sering memegang bagian perut yang sakit (kanan bawah disamping
umbilicus)
2 DS : klien mengatakan riwayat DM sejak 5tahun yang lalu dan jarang kontrol ke Peningkatan Kadar Resiko Infeksi
RS Glukosa (Sepsis)
DO :
- GDS 182mg/dl
- Adanya luka di tumit kaki kiri
- Leukositi tinggi yaitu 31.8 10^3/uL
3 DS : klien mengatakan adanya luka di tumit kaki kiri, luka sedikit berbau Gangguan Sirkulasi Kerusakan
DO : Integritas
- Tampak luka infeksi ditumit kaki kanan andriyani Jaringan
- Jaringan berbau busuk
- Adanya pus pada luka simpel
- Akral terasa hangat
XIII. PRIORITAS MASALAH
XVI. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Ny. R Ruang : Alma Ata Hospital
No. RM : Mahasiswa: Rista
Hari Kedua
No. Dx HARI/TGL IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
DP Keperawatan JAM
1. Nyeri akut b/d 08.30 WIB 1. Mengobservasi adanya gejala
agen cedera nonverbal terhadap
biologis ketidaknyamanan pasien
08.45 WIB 2. Mengajarkan penggunaan tehnik
10.00 WIB nafas dalam
3. Memberikan informasi
mengenai nyeri seperi penyebab dan
11.00 WIB lama nyeri yang akan dirasakan
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian tindakan analgesik
13.00 WIB 5. mengevaluasi bersama pasien dan
keluarga mengenai efektifitas
tindakan pengontrol nyari yang
sudah dilakukan
2. Resiko Infeksi 08.30 WIB 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
b/d Peningkatan 08.40WIB 2. Menginspeksi kulit
Kadar Glukosa 08.45 WIB 3. Membatasi jumlah pengunjung
08.50 WIB 4. Mengintruksikan pengunjung untuk
09.10 WIB mencuci tangan sebelum dan sesudah
10.00 WIB mengunjungi pasien
5. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
6. Menggunakan sarung tangan saat
memegang material infeksius
3. Kerusakan 13.30 WIB 1. Menjelaskan prosedur pada pasien
Integritas 2. Melakukan pemeriksaan daerah luka
Jaringan b/d 13.30 WIB ulkus meliputi karakteristik luka
Gangguan warna luka, luas luka, kedalaman
Sirkulasi luka, bau luka, adakah kemerahan,
bengkak, gangrene, push pada luka
3. Memantau luka adanya tanda dan
13.35 WIB gejala infeksi
4. Memantau proses penyembuhan
13.35 WIB luka
5. Membersihkan daerah luka dengan
13.40 WIB pembersihan yang tepat
13.40 WIB 6. Membersihkan mulai dari area yang
bersih ke area yang kotor
13.45 WIB 7. Melakukan perawatan luka dengan
13.55 WIB teknik moist wound healing yaitu
teknik penangganan luka dengan
cara menjaga keadaan luka agar tetap
lembab sehingga dapat menfasilitasi
pergerakan sel pada luka, serta dapat
mempercepat proses granulasi
sebesar 40% dari pada luka dengan
keadaan (Evidance Based)
8. Mengajarkan pasien untuk
mengenali adanya tanda dan gejala
infeksi atau perbaikan luka ulkus
DM
XVII. IMPLEMENTASI
Nama Klien : Ny. R Ruang : Alma Ata Hospital
No. RM : Mahasiswa: Rista
Hari Ketiga
No. Dx HARI/TGL IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
DP Keperawatan JAM
1. Nyeri akut b/d 09.00 WIB 1. Mengobservasi adanya gejala
agen cedera 09.05 WIB nonverbal terhadap
biologis 09.15 WIB ketidaknyamanan pasien
09.18 WIB 2. Mengajarkan Terapi relaksasi
autogenik antara lain relaksasi,
distraksi, massage (pijit),
.(Evidance based)
3. Menentukan akibat dari nyeri
terhadap kualitas tidur, nafsu makan,
dan perasaan
4. Mengevaluasi bersama pasien dan
keluarga mengenai efektifitas
tindakan pengontrol
nyari yang sudah dilakukan
2. Resiko Infeksi 08.30 WIB 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
b/d Peningkatan 08.40WIB 2. Menginspeksi kulit
Kadar Glukosa 08.45 WIB 3. Membatasi jumlah pengunjung
08.50 WIB 4. Mengintruksikan pengunjung untuk
09.10 WIB mencuci tangan sebelum dan sesudah
10.00 WIB mengunjungi pasien
5. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
6. Menggunakan sarung tangan saat
memegang material infeksius
3. Kerusakan 13.30 WIB 1. Menjelaskan prosedur pada pasien
Integritas 2. Melakukan pemeriksaan daerah luka
Jaringan b/d 13.30 WIB ulkus meliputi karakteristik luka
Gangguan warna luka, luas luka, kedalaman
Sirkulasi luka, bau luka, adakah kemerahan,
bengkak, gangrene, push pada luka
3. Memantau luka adanya tanda dan
13.35 WIB gejala infeksi
4. Memantau proses penyembuhan
13.35 WIB luka
5. Membersihkan daerah luka dengan
13.40 WIB pembersihan yang tepat
13.40 WIB 6. Membersihkan mulai dari area yang
bersih ke area yang kotor
13.45 WIB
XVIII. EVALUASI
3. Kerusakan Integritas S: Klien mengatakan adanya luka di tumit kaki kiri, luka sedikit berbau
Jaringan b/d O:
Gangguan Sirkulasi - Tampak luka infeksi ditumit kaki kiri
- Jaringan berbau busuk
- Warna luka merah muda adanya pus pada luka
- Luas luka ± 3 cm
- Panjang luka ± 5 cm
- Kedalaman luka ± 1 cm
- Luka tampak lembab
- Tepi luka sedikit merah
- Akral terasa hangat
- Luka sudah terbalut dengan kasa lembab
A: Masalah Kerusakan Integritas jaringan teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkaka, atau tanda-tanda
dehiscence
3. Monitor proses penyembuhan sayatan
4. Bersihakan daerah sayatan dengan pembersihan yang tepat
5. Bersihkan mulai dari area yang bersih ke area yang kotor
6. Monitor sayatan adanya tanda dan gejala infeksi
7. Berikan plester untuk menutup luka
8. Ajarkan teknik moist wound healing dengan menerapkan teknik dengan luka
lembab penyembuhan terhadap pasien diabetes mellitus dengan diabetes
9. Arahkan keluarga cara merawat luka insisi termasuk tanda gejala infeksi
XIX. EVALUASI
3. Kerusakan Integritas S : klien mengatakan tidak merasakan gatal. Dan panas pada luka, klien dan keluarga
Jaringan b/d mengatakan sudah paham cara merawat luka mandiri dengan teknik moist wound healing
Gangguan Sirkulasi O:
- Luka ulkus ditumit kaki kiri
- Balutan tak tampak kotor atau tidak merembes
- Luka sudah tidak berbau
- Warna luka merah muda
- Luas luka ± 3 cm
- Panjang luka ± 5 cm
- Kedalaman luka ± 1 cm
- Luka tampak lembab
- Tepi luka tampak mengering
- Tidak ada kemerahan pada tepi luka
- Tidak ada pembengkakan pada tepi luka
- Akral tidak hangat
A : Masalah Kerusakan Integritas jaringan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Perawatan luka dengan teknik moist wound healing dilakukan mandiru oleh pasien
atau keluarga pasien perawatan sampai 7 hari.
2. Klien mau melakukan kontrol sesuai anjuran dokter setelah pulang dari RS
BAB IV
PEMBAHASAN
A. ANALISA JURNAL
Hasil penelitian
Effect Moist Wound Healing Technique Toward Diabetes Mellitus Patients With Ulkus
Diabetikum In Dhoho Room Rsud Prof Dr. Soekandar Mojosari. Hasil penelitian pada
penelitian ini didapatkan bahwa bahwa 20 responden memiliki tingkat penyembuhan luka.
luka regenerasi; itu berarti bahwa seluruh responden dirawat dengan penyembuhan luka
lembab dalam waktu 7 hari.
Implikasi keperawatan :
Implikasi Keperawatan pada jurnal yang dapat diterapkan pada kasus trigger case bahwa
perawatan luka ulkus DM dengan Teknik moist wound healing memiliki pengaruh baik
terhadap perbaikan kerusakan integritas kulit akibat ulkus.
Teknik moist wound healing merupakan teknik penangganan luka dengan cara menjaga
keadaan luka agar tetap lembab sehingga dapat menfasilitasi pergerakan sel pada luka, serta
dapat mempercepat proses granulasi sebesar 40% dari pada luka dengan keadaan kering
(Koutoukidis & Lawrence, 2009).
Teknik moist wound healing ini menunjukkan bahwa eksudat luka dapat memberikan bahan –
bahan yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan, seperti enzim, growth factors, dan faktor
kemotaktik dimana dapat mengendalikan infeksi, serta dapat menyediakan lingkungan yang
terbaik dalam proses penyembuhan (Hendrickson, 2005). Dengan demikian harapannya
dengan hasil penelitian tersebut teknik moist wound healing dapat diimplikasikan pada
praktik keperawatan luka ulkus DM.
“ Update On Management Of Diabetic Foot Ulcer”
Publish : Ann N Y Acad Sci . Author manuscript; available in PMC 2019 January
01
Link
doi:10.1111/nyas.13569:https://www.ncb.nlm.nih.gov/pmc/article/PMC5793889/
Hasil :
Terapi Adjuvan merupakan berhasil mengurangi waktu penyembuhan luka diabetes dan tingat
amputasi. Hal tersebut setelah dilakukan peninjauan standar praktik perawatan saat ini dan
meninjau bukti kemanjuran agen adjuvan.
Impikasi Keperawatan : Implikasi jurnal yang seuai dnegan triger kasus pada jurnal ini yaitu
terapi adjuvan untuk menangani luka pada diabetes.Terapi Adjuvan diantaranya :
Debridemen autolitik yaitu pembalut khusus yang terbuat dari polimer tidak larut yang
mengikat air dalam volume yang relatif banyak. Pembalut ni dapat menyerap eksudat luka,
menghasilkan tingkat kelembaban yg optimal pada luka.
Debridemen enzimatis yaitu salep kolagenase klostridial (CCO) merupakan salep yang paling
umum diguakan pada debridemen enzimatis. CCO lebih efektif dibandngkan dengan kain
kasa yang dibasahi.
Hidroterapi yaitu sistem bedah air verajet merupakan salah satu debridemen yang
mengunakan aliran tekanan tinggi saline normal streil yg dipompa ke genggam alat potong
dan aspirasi
Dll
Alginat dan dressing yaitu berasal dari rumput laut dalam bentuk kalsium alginat atau kalsium
natrium alginat yg dapat menyerap eksudat luka dan hindari maserasi kulit opikal dan
antimikroba yaitu pengunaan madu yang dapat menarik cairan pada luka
Antiseptik
Terapi tekanan negatif yaitu manajemen luka untuk perangkat vakum yg mengumpulkan
eksudat luka, mengurangi frekuensi balutan
“Nurses’ Knowledge and Attitude towards Postoperative Pain Management in Ghana”
Publish : Received 5 October 2019; Revised 19 February 2020; Accepted 16 June 2020;
Published 8 August 2020
Link : Hindawi Pain Research and Management Volume 2020, Article ID 4893707, 7
pages https://doi.org/10.1155/2020/4893707
Hasil penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui tingkat pengetahuan perawat dan sikap
perawat terhadap manajemen nyeri pada pasien. metodologi yang diguakan pada penenlitian
ini mengunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif cross
sectional, dengan jumlah sampel 211 perawat direkrut dengan mengunakan metode
convenince sampling. Data dikumpulkan mengunakan kuesioner tentang manajemen nyeri.
Hasil statistik menunjukkan usia rata-rata perawat paling muda berusia 23 tahun, perawat
tertua usia 39 tahun. Mayoritas perawat memiliki pengetahuan sedang sejumlah 72,5%, dan
perawat yang bersikap negatif terhadap manajemen nyeri sejumlah 89,6%. Tidak
menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan jumlah tahun kerja,
pengalaman kerja dan sikap perawat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
dan sikap terhadap manajemen pasca operasi tidak memadai di antara perawat, oleh karena itu
perlu dilaksanakan in-service training tentang manajemen nyeri.
Implikasi keperawatan :
Implikasi jurnal sesuai triger kasus yaitu penilaian tingkat nyeri pada pasien mengunakan
metode observasi, respon biologis, laporn dari pasien terkait nyeri yang dirasakan
mengunakan skala nyeri, lokasi, durasi, intensitas nyeri dan menilai nyeri saat istirahat.
Implikas keperawatan lain yang dapat diaplikasian pada kasus yaitu tentang tindakan
manajemen nyeri dengan nonfarmakologis seperti relaksasi, terapi pengalihan, terapi musik.
JURNAL PENATALAKSANAAN NYERI
“Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal
Pain Di Igd Rsud Karawang 2014”
Jurnal : Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015 Halaman :
2338-7246
Link : https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/148/113
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh tehnik relaksasi yang signifikan terhadap
nyeri akut pada pasien dengan abdominal pain di IGD RSUD Karawang. Hasil analisa
diperoleh (Pv=0,000) < α (0,005). Berdasarkan hal tersebut maka rekomendasi dari hasil
penelitian ini adalah kepada unit pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan prosedur
tehnik relaksasi autogenik sebagai salah satu alternatif untuk menurunkan tingkat nyeri pada
pasien khususnya abdominal pain.
Implikasi keperawatan 2
Terapi relaksasi autogenik dapat dijadikan sebagai salah satu terapi alternatif untuk mengatasi
nyeri khususnya abdominal pain. Namu dengan demikian teknik Menejemen nyeri ini tetap
menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya termasuk pendekatan
farmakologikal (termasuk pain modifiers) pemberian obat analagesik yang artinya perawat
berkolaborasi dengan doket untuk pemberian terapi obat, kemudian pendekatan non
farmakologikal dan psikologikal.