Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN dan ANALISIS

JURNAL STASE KMB PADA Tn.M DENGAN CONGESTIVE HEART


FAILURE (CHF) di RUANG PRINGGODANI 2
RSJ. SOEROYO MAGELANG

Oleh : Kelompok N

1. Annisa Nur Ichsan 200300776


2. Bagus Alfrisa 200300724
3. Mudzakiroh 200300748
4. Rasniaty Sapsuha 200300754
5. Rista Sulistiani 200300759

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN dan ANALISIS


JURNAL STASE KMB PADA Tn.M DENGAN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) di RUANG PRINGGODANI 2
RSJ. SOEROYO MAGELANG
Disusun Oleh :
Kelompok N
Telah Mendapatkan Persetujuan dan Pengesahan
Pada Tanggal : ..................

Pembimbing Akademik Perceptor

(....................................) (........................................)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Gagal Jantung Kongestif


1. Pengertian CHF
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut
dengan "Heart Failure atau Cardiac Failure", merupakan suatu
keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang dipompa oleh
jantung seseorang setiap menitnya (curah jantung (cardiac output))
tidak mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh.
Dampak dari gagal jantung secara cepat berpengaruh terhadap
kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan kematian sel
akibat kekurangan oksigen yand dibawa dalam darah itu sendiri.
Kurangnya suplay oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia),
menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas
dengan tiba-tiba yang berujung pada kematian. Sistem kardiovaskuler
merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan
berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri
dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang
mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan
jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung
merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai
bagian tubuh.
Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar
kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung
dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung
bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan
bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin
kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot
jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan.
Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu
kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri
dan bukan dari syaraf.
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita
bahas dalam makalah ini, diantaranya yaitu :
a. Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler.
Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis
cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri.
Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta
tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200
sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan.
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut
atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium
dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis
karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium.
Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal
terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih
tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat
antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-
ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi
jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung
yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat
terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup
AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup
mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup
trikuspid.
b. Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang
memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada
atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang
disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini
berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup
pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
1) Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir
dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid
berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju
atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi
ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri
dari 3 daun katup.

2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari
dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus
pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan
kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan
dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup
pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila
ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel
kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir
dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bicuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari
atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid,
katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel.
Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel
kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh
tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel
kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali
kedalam ventrikel kiri.

Jantung adalah salah satu organ tubuh yang vital. Jantung kiri berfungsi
memompa darah bersih (kaya oksigen/zat asam) ke seluruh tubuh, sedangkan
jantung kanan menampung darah kotor (rendah oksigen, kaya karbon dioksida/zat
asam arang), yang kemudian dialirkan ke paru-paru untuk dibersihkan. Jantung
normal besarnya segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kali
per menit, denyutan bertambah cepat pada saat aktifitas atau emosi, agar
kebutuhan tubuh akan energi dapat terpenuhi. Andaikan denyutan jantung 70 kali
per menit, maka dalam 1 jam jantung berdenyut 4200 kali atau 100.800 kali sehari
semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam
jantung memompakan darah sebanyak kira-kira 7000 - 7.571 liter.

Jantung mempunyai dua fungsi :

Jantung harus menyediakan darah yang cukup mengandung oksigen dan


nutrisi untuk organ-organ dari tubuh, darah ini harus mempunyai tekanan yang
cocok untuk perfusi dan pemberian makanan. Pada saat yang sama jantung juga
harus memompakan darah yang mengandung bahan-bahan sisa ke organ-organ
ekskresi misalnya hati dan ginjal dan memompakan darah yang suhunya
berlebihan ke sistem pendingin dari tubuh, yaitu pembuluh darah di kulit. Semua
hal ini dapat dilakukan oleh jantung sebelah kiri.

Fungsi lain dari jantung ialah mengisi darah dengan oksigen yang segar
dari udara dan pada saat yang bersamaan mengekskresi salah satu hasil akhir
metabolisme yaitu karbondioksida. Pertukaran kedua gas ini dengan udara dari
alveoli paru berlangsung melaui membran alveolus yang sangat tipis. Jika tekanan
sama tingginya dengan tekanan di bilik kiri atau aorta, cairan darah segera akan
mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan penderita akan mati oleh karena edema
paru.

Gagal jantung sangat sering ditemukan. Penyakit ini termasuk salah satu
dari urutan tertinggi dalam daftar penyebab kematian dikebanyakan negara-negara
Barat, tetapi di negara tropis penyakit ini juga merupakan penyebab sangat
penting dari invaliditas dan bahkan kematian.
BAB II

TI NJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian CHF
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut
dengan "Heart Failure atau Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan
darurat medis dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung seseorang
setiap menitnya {curah jantung (cardiac output)} tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal metabolisme tubuh. Dampak dari gagal jantung secara
cepat berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga
menyebabkan kematian sel akibat kekurangan oksigen yand dibawa dalam
darah itu sendiri. Kurangnya suplay oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia),
menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas
dengan tiba-tiba yang berujung pada kematian. Gagal jantung kongestif
pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang sangat sering
dijumpai oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala
sangat bervariasi sehingga sering sulit dibedakan dengan akibat penyakit
lain di luar jantung. Kondisi pada penyakit gagal jantung bukanlah berarti
bahwa jantung stop bekerja (cardiac arrest), melainkan jantung tidak lagi
mampu memompakan darah sebagaimana tugasnya sehari-hari bagi tubuh
seseorang.
B. Patofisiologi CHF
Biasanya yang pertama mengalami kegagalan ialah bilik kiri. Lagipula,
bilik kiri mempunyai tugas yang paling berat. Jika bilik kiri tidak mampu
memompakan darah, maka timbul tiga hal :
a. Darah yang tinggal di dalam bilik kiri akan lebih banyak pada
akhir sistole daripada sebelumnya dan karena pengisian pada saat
diastole berlangsung terus, maka akan terdapat lebih banyak darah
di dalam bilikk kiri pada akhir diastole. Peninggian volume dari
salah satu ruang jantung, dalam hal ini bilik kiri (preload). Jika
penyakit jantung berlanjut, maka diperlukan peregangan yang
makin lama makin besar untuk menghasilkan energi yang sama.
Pada satu saat akan terjadi bahwa peregangan diastolik yang lebih
besar tidak lagi menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan
jantung akan gagal melakukan fungsinya (dekompensasi).
b. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darahnya yang cukup ke
aorta untuk memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak perifer,
berarti curah jantung sangat rendah dan juga akan menimbulkan
tekanan darah yang rendah. Pada kebanyakan kasus, hal ini akan
menimbulkan perasaan lelah pada penderita. Curah jntung yang
rendah menimbulkan perasaan lesu. Pada kasus-kasus yang berat,
perfusi darah arteri ke otak akan berkurang dan otak akan
menderita, yang akan menimbulkan kecendrungan timbulnya
pingsan, meskipun hal ini jarang ditemukan pada gagal jantung
kronik kecuali miokard yang mengalami kerusakan hebat atau
ritme jantung sangat abnormal.
c. Sistim Renin-angiontensin-aldosteron (sistim RAA) karena perfusi
dari glomerus berkurang, maka ultrafiltrasinya juga akan
berkurang, natrium direabsorpsi lebih sempurna di dalam nefron
dan natrium yang hilang dari urin akan berkurang. Pada saat yang
sama perfusi dari aparatus jugstaglomerular juga berkurang sistem
RAA diaktifkan akan terjadilah sekresi aldosteron oleh kelenjar
adrenal. Aldosteron ini akan menyebabkan reabsorpsi Na+ di
tubulus distal bertambah banyak yang diganti dengan ion K+ dan
H+. Akibat dari retensi natrium ini ialah tertahannya air dalam
ruang ekstra seluler dan dalam aliran darah oleh tekanan osmotik
dari natrium. Volume darah akan bertambah dan cadangan vena
akan terisi penuh dengan darah. Tekanan di dalam vena sistemik
sentral akan meninggi. Serambi dan bilik akan lebih diregangkan
dari sebelumnya (preload yang meninggi) dan dengan demikian
mekanisme kompensasi dapat diperbaiki. Namun bertambahnya isi
darah ven aakan menyebabkan hepatomegali. Penambahan jumlah
ion Na+ dan H2O pada ruang interstisial bersama-sama dengan
tekanan yang tinggi di dalam sistim vena kadang-kadang akan
menimbulkan pitting edema
C. Etiologi dan Faktor Resiko CHF
Penyebab gagal jantung dapat berupa faktor dari dalam jantung itu
sendiri maupun dari luar. Faktor dari dalam lebih sering karena terjadinya
kerusakan-kerusakan yang sudah dibawa, sedangkan faktor dari luar cukup
banyak, antara lain: penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes
mellitus. Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung,
yaitu :
a. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi
secara tunggal atau bersamaan yaitu :
1) Beban tekanan
2) Beban volume
3) Tamponade jantung atau konstriski perikard (jantung tidak
dapat diastole).
4) Obstruksi pengisian bilik
5) Aneurisma bilik
6) Disinergi bilik
7) Restriksi endokardial atau miokardial

b. Abnormalitas otot jantung


1) Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal
ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika.
2) Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif,
korpulmonal
c. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi
Di samping itu penyebab gagal jantung berbeda-beda
menurut kelompok umur, yakni pada masa neonatus, bayi dan
anak.

Periode Neonatus
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus,
dan bila ada biasanya berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan
elektrolit atau gangguan metabolik lainnya. Lesi jantung kiri seperti
sindrom hipoplasia jantung kiri, koarktasio aorta, atau stenosis aorta berat
adalah penyebab penting gagal jantung pada 1 atau 2 minggu pertama.
Periode Bayi
Antara usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab tersering ialah
kelainan struktural termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus
persisten atau defek septum atrioventrikularis. Gagal jantung pada lesi
yang lebih kompleks seperti transposisi, ventrikel kanan dengan jalan
keluar ganda, atresia tricuspid atau trunkus arteriosus biasanya juga terjadi
pada periode ini.
Periode Anak
Gagal jantung pada penyakit jantung bawaan jarang dimulai
setelah usia 1 tahun. Di negara maju, karena sebagian besar pasien dengan
penyakit jantung bawaan yang berat sudah dioperasi, maka praktis gagal
jantung bukan menjadi masalah pada pasien penyakit jantung bawaan
setelah usia 1 tahun.
Perubahan-perubahan yang terlihat pada gagal jantung :
1 2 3
Keterangan :
Gambar 1 : Jantung normal.
Gambar 2 : Dinding jantung merentang dan bilik-bilik jantung
membesar, dinding jantung merentang untuk menahan
lebih banyak darah.
Gambar 3 : Dinding-dinding jantung menebal, dinding otot jantung
menebal untuk memompa lebih kuat.
Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan
bagian mana dari jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan
darah, lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di
dalam paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas
yang hebat. Pada awalnya sesak nafas hanya dirasakan saat seseorang
melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit
maka sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak
melakukan aktivitas. Sedangkan tanda lainnya adalah cepat letih
(fatigue), gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat (tachycardia),
batuk-batuk serta irama degub jantung tidak teratur (Arrhythmia).
2. Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkan
pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung. Sehingga
hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki,
tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly). Tanda lainnya adalah
mual, muntah, keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air
kecil (urin) dimalam hari (Nocturia). CHF menurut New York Heart
Assosiation dibagi menjadi :
 Grade 1 :  Penurunan fungsi bilik kiri tanpa gejala.
 Grade 2 :  Sesak nafas saat aktivitas berat
 Grade 3 :  Sesak nafas saat aktivitas sehari-hari.
 Grade 4 :  Sesak nafas saat sedang istirahat

D. Penatalaksanaan CHF
DIET JANTUNG I
Indikasi : Diet jantung I diberikan bagi pasien dengan gagal jantung.
Dasar diet :
Karena fungsi jantung terganggu maka aliran darah ginjal juga akan
terganggu. Agar kadar ureum darah tidak meningkat maka perlu diberikan
protein yang rendah. Sebagai akibat kegagalan jantung bisa menyebabkan
timbulnya oedema. Untuk mengurangi oedema, pemberian garam harus
dibatasi.
Tujuan Diet :
1. Mengurangi beban ginjal
2. Mengurangi atau mencegah retensi natrium
Syarat-syarat :
1. Cukup kalori (sesuai dengan kecukupan normal)
2. Karbohidrat sedang
3. Lemak rendah
4. Air dibatasi
5. Mineral + vitamin cukup ( Ca dibatasi)
6. konsumsi protein rendah 0,8 - 1g/kgBB
7. konsumsi natrium dibatasi 150-180 mg/hr pada bayi, 400 mg/hr
pada anak.
Bentuk makanan : Dihidangkan dalam bentuk makanan cair,
mudah dicerna.
Contoh menu sehari :

Pagi Siang Sore


06.00 : makanan cair 12.00 : makanan cair 18.00 : makanan cair
09.00 : makanan cair 15.00 : makanan cair 21.00 : makanan cair
10.00 : Sari papaya 16.00 : Sari jeruk -

Makanan yang tidak boleh diberikan :


1. Makanan yang diolah, diawetkan dengan garam dapur.
2. Kecap, tauco,coklat
3. Minuman yang mengandung gas seperti air soda, coca cola, dan
sebagainya.
Masalah yang sering timbul pada pasien gagal jantung :
 Asupan gizi tidak adekuat, karena banyak zat gizi yang tidak
dianjurkan dalam dietnya.
 Terjadinya Hipoalbuminemia, karena asupan protein rendah.
 Gagal Ginjal, disebabkan kegagalan fungsi jantung yang
berpengaruh pada kerja ginjal.

E. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Intoleran Aktifitas b/d Masalah Sirkulasi
b. Ketidakefektifan Pola Napas b/d Hiperventilasi
F. NOC & NIC

No. Dx Keperawatan NOC NIC


1. Intoleran Aktivitasi Setelah dilakukan intervensi selama 1x Manajemen Lingkungan : Kenyamanan
b/d Masalah Sirkulasi kunjungan diharapkan Ny.M dengan masalah (6482)
keperawatan Intoleransi Aktivitas b/d Masalah 1. Sediakan lingkungan aman dan
Sirkulasi dapat teratasi dengan kriteria hasil bersih
Status Pernafasan : Pertukaran Gas (0402) 2. Pertimbangkan sumber-sumber
Indikator Awal Akhir ketidaknyamanan seperti, terlalu
Dipsnea saat istirahat 3 4 banyak beraktivitas, mengangkat
(040203) beban yang terlalu berat,
Dipsnea dengan aktivitas 3 4
lingkungan yang terlalu berdebu
ringan (040204)
3. Posisikan pasien untuk
Keterangan : menyamankan dirinya jika
3 : Cukup gejala-gejala kambuh seperti,
4 : Ringan duduk dengan posisi semifowle,
istirahat setelah beraktivitas dan
istirahat yang cukup
4. Motivasi keluarga untuk
menghindari area yang berdebu
atau yang membuat sesak
5. Hindari paparan dan aliran udara
yang tidak perlu
2. Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan intervensi selama 1x Manajemen Jalan Napas (3140)
Napas b/d kunjungan jam diharapkan Ny.M dengan 1. Posisikan pasien untuk
Hiperventilasi masalah keperawatan ketidakefektifan pola memaksimalkan ventilasi seperti,
napas b/d hiperventilasi dapat teratasi dengan duduk semifowler
kriteria hasil : 2. Posisikan untuk meringankan
Status Pernafasan : Pertukaran Gas (0402) sesak napas
Indikator Awal Akhir 3. Motivasi pasien untuk bernaps
Dipsnea saat istirahat 3 4 pelan, jika merasa sesak
(040203)
Dipsnea dengan aktivitas 3 4
ringan (040204)

Keterangan :
3 : Cukup
4 : Ringan
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

I. Identitas Diri Klien (RM : 00209311)


Nama : Tn. M Suku : Jawa
Tempat/tgl lahir : Magelang, 17-01-1951 Agama : Islam
Umur : 70 Tahun Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD Pekerjaan :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun Gugu, Gunungsari, Windusari, Kab Magelang
Tanggal Masuk RS : Senin, 29 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : Selasa, 30 Maret 2021
Sumber Informasi : Pasien dan menantu pasien

II. Riwayat Penyakit


1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan tidak bisa BAK
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan BAK tidak lancar, kaki bengkak sekitar 10 hari yang
lalu, terasa anyang-anyangan pada kadung kemih, pasien mengatakan
merasa sesak setelah melakukan aktifitas berat maupun ringan.
3. Riwayat Kesehatan yang lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
terdahulu.
4. Diagnosa medis pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang
telah dilakukan :
 Diagnose medis : Congestive Heart Failure (CHF)
 Tindakan yang telah dilakukan di UGD : dilakukan skrining, diukur
vital sign dan antropometri, pemasangan O2, pemasangan infus Nacl,
mengambil sampel lab darah, dilakukan perekaman EKG, pemasangan
folley kateter, pemberian terapi injeksi, pengambilan sampel antigen.
 Penanganan kasus : diit 2000 kalori lunak balens cairan, memonitor
KU dan vital sign, mengkaji input dan output cairan batasi asupan
cairan monitor UOP Balance cairan/hari BC-25 diit 2000 kalori lunak
balance cairan/hari, diit lunak ektra susu, kebutuhan kalori 1800 kkal,
3x makan utama, 2xselingan, kolaborasi monev aspan, monev cek nilai
lab Hb.

III. Pengkajian Saat Ini


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan : keluarga pasien mengatakan
tidak pernah mendapatkan informasi tentang penyakitnya
2. Pola nutrisi/metabolic
 Program diit RS : diit 2000 kalori lunak ekstra susu
 Intake makanan : 3x makanan utama dengan 2 selingan
 Intake cairan :
3. Pola eliminasi
 Buang air besar : 1x/hari
 Buang air kecil :
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : mandiri 3 : dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : tergantung total
2 : dibantu orang lain
5. Pola tidur dan istirahat
Pasien mengatakan semenjak sakit tidur 8-9 pasien tidur nyenyak namun
terkadang terbangun.
6. Pola persepsual
Penglihatan : penglihatan baik
Pendengaran : pendengaran pasien baik
Pengecap : normal
Sensasi : normal
1. Pola persepsi
Pasien mengatakan sempat cemas ketika pertama MRS namun saat ini
pasien mengatakan sudah mengerti dengan kondisinya.
2. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada seksual maupun
reproduksinya.
3. Pola peran hubugan
Pasien mengatakan semenjak sakit jarang berkomunikasi dengan orang
lain selain keluarganya.
4. Pola menejemen koping stress
Pasien mengatakan ikhlas dan selalu berdoa tentang kondisinya. Pasien
berharap bisa cepat sembuh dan berkumpul lagi bersama keluarganya
5. Sistem nilai dan keyakinan
Saat dikaji Tn.M mengatakan tetap shalat, yang mana sebelum sakit pasien
selalu shalat berjamaah di Masjid yang berdekatan dengan rumahnya.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Keluhan yang dirasakan saat ini : anyang-anyangan
2. TD : 118/65 mmHg N: 80x/menit RR: 25x/menit
S: 36,50C
3. BB/TB : 50Kg/160Cm
4. Kepala : Bentuk kepala normochepal, rambut pendek bewarna putih
(uban), tidak ada benjolan
5. Leher : Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan pembesaran JVP
6. Dada : simetris, Palpasi Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5
mid clavikula, Perkusi Pekak, Auskultasi S1> S2 reguler tidak ada bunyi
suara tambahan.
7. Paru-Paru : Inspeksi Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak
tampak menggunakan otot bantu penafasan, Palpasi Vocal vemitus
normal, Perkusi pekak, tidak ada suara nafas tambahan.
8. Abdomen : Inspeksi Simetris, tidak ada benjolan, Auskultasi Bising usus
normal, Palpasi Tidak ada nyeri tekan, Perkusi : Timpani
9. Ekstremitas : Atas : Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku
tampak bersih, kekuatan otot normal (555/555), terpasang IVFD D5%.
Bawah: terlihat oedema pada kedua kaki, kekuatan otot normal (555/555)
10. Kulit : Turgor kulit kering, warna sawo matang
11. Program terapi
 Allopurinol 300 1x1
 Azivol (azithromycin) inj 500 mg
 Diviti pps 2.5 mg/ 0.5 inj
 Furosemide inj
 Metil predinisolon 125 inj (MP)
 Nacl 0.9% inf widarta/otsu
 Posogan 30 mg inj
 Triofusin 500 inf
 Arixtra 2,5 mg inj

V. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Pemeriksaan : 29-03-2021


 Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Flag Satuan Nilai Normal


Hematologi
Hemoglobin 8.1 L g/dL 13.0 – 18.0
Hematokrit 27 L % 40 -54
Lekosit 20.2 H Ribu/uL 4.0 – 12.0
Trombosit 278 Ribu/uL 150 – 450
Eritrosit 3.95 L Juta/uL 4.00 – 5.50
Hitung Jenis
Basofil 0.`1 % 0.0 – 1.0
Eosinofil 0.0 L % 0.5 – 5.0
Netrofil 94.2 H % 50.0 – 70.0
Limfosit 1.0 L % 20.0 – 40.0
Monosit 4.7 % 3.0 – 12.0
Basofil Absolut 0.02 10^3/uL
Eosinofil Absolut 0.00 10^3/uL
Netrofil Absolut 19.02 10^3/uL
Limfosit Absolut 0.21 10^3/uL
Monosit Absolut 0.95 10^3/Ul
MCV/MCH/MCHC/RDW
MCV 69.4 L u3 80.0 – 100
MCH 20.5 L pg 27.0 – 34.0
MCHC 29.6 L g/dL 32.0 – 36.0
RDW 19.8 H % 11.5 – 14.5
Kimia Klinik
Diabetes
Gluokosa Darah Sewaktu 76 mg/dL 70 – 200
Elektrolit Darah
Natrium (Darah) 128.3 L mmol 135.0 – 140.0
Kalium (Darah) 3.50 mmol 3.50 – 5.50
Klorida (Darah) 84.9 L mmol 98.9 – 108.0
Fungsi Ginjal
Ureum Darah 68 H mg/dL 10 - 50
Creatinin Darah 1.4 H mg/dL 0.9 – 1.3
Fungsi Hati
SGPT 13.4 Ul 1.0 42.0
SGOT 30.3 Ul 0.0 – 37.0

 Foto thorax : cardiomegaly (LVH) dengan edema pulmo dan efusi pleura
bilateral minimal menyokong gambaran congestive cor susp TB Pulmo
aktif
ANALISA DATA

N Symptom/data Etiologi Masalah


O
1 Ds : Gangguan sensori motoric Hambatan eliminasi urine
- Pasien mengatakan tidak bisa BAK
- Pasien merasa anyang-anyangan pada
kandung kemihnya
Do :
- Terpasang DC three way
- Terdapat distensi kandung kemih
- Tangan kiri terpasang IV triofusin 1000
cc/24 jam
- Hb 8.1 gr/dl (normal 13.0-18.0)

2 Ds : Ketidakseimbangan antara suplai Intoleransi aktivitas


- Pasien mengatakan lemas dan kebutuhan oksigen
- Pasien mengatakan sesak nafas saat
melakukan aktifitas ringan maupun
berat
- Pasien mengatakan cepat lelah
Do :
- Pasien tampak berbaring ditempat tidur
- Pasien tampak lemas
- Terpasang O2 dengan 3 lpm

3 Ds : Gangguan mekanisme regulasi Kelebihan volume cairan


- Pasien mengatakan bengkak pada
kedua kaki
- Pasien mengatakan tidak dapat BAK
Do:
- Pasien tampak lemas
- Kedua kaki pasien tampak bengkak
- Td : 117/81 MmHg
- N : 84x/menit
- RR : 24x/menit
- S : 36.7oC
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan eliminasi urine b/d gangguan sensori motoric


2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Hambatan eliminasi urine b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan (4120)
gangguan sensori motoric selama 3x24 jam diharapkan masalah 1. Jaga intake/asupan yang akurat dan
teratasi dengan indicator : catat output
Eliminasi Urin (0503) 2. Berikan terapi IV seperti yang
Indicator Awal Akhir ditentukan
Pola eliminasi 3 5 Perawatan Retensi Urin (0620)
Jumlah urine 3 5
Kejernihan urine 3 5 1. Lakukan pemasangan kateter urine
Intake cairan 3 5 2. Anjurkan pasien/keluarga untuk
Nyeri saat berkemih 3 5
Retensi urine 2 5 mencatat urine output, sesuai
Keterangan : kebutuhan
Nilai 1 : sangat terganggu 3. Bantu pasien untuk melakukan
Nilai 2 : banyak terganggu toileting
Niali 3 : cukup terganggu Manajemen Nyeri (1400)
Nilai 4 : sedikit terganggu 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Nilai 5 : tidak terganggu komprehensif
2. Ajarkan penggunakan teknik
nonfarmakologi untuk pengurangan
nyeri
3. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi sesuai indikasi
2 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen (4310)
ketidakseimbangan antara selama 3x24 jam diharapkan masalah 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
suplai dan kebutuhan oksigen teratasi dengan indicator : 2. Siapkan peralatan oksigen dan berikan
Toleransi Terhadap Aktivitas (0005) oksigen sesuai indikasi
Indicator Awal Akhir 3. Monitor aliran oksigen
Saturasi oksigen 3 5 4. Monitor efektifitas terapi oksigen
ketika beraktivitas Perawatan Jantung (4040)
Frekuensi nadi ketika 3 5
1. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang
berakivitas
Tekanan darah saat 3 5 tidak membahayakan curah jantung
beraktivitas atau memprovokasi serangan jantung
Hasil EKG 3 5 2. Instruksikan pasien tentang
Keterangan :
pentingnya untuk segera melaporkan
Nilai 1 : sangat terganggu
bila merasa nyeri dada
Nilai 2 : banyak terganggu
3. Monitor EKG
Niali 3 : cukup terganggu
4. Monitor vital sign secara rutin
Nilai 4 : sedikit terganggu
5. Monitor toleransi aktivitas pasien
Nilai 5 : tidak terganggu
6. Monitor sesan napas, kelelahan,
takipnea, dan orthopnea
3 Kelebihan volume cairan b/d Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 Manajemen Hipervolemia (4170)
gangguan mekanisme jam diharapkan masalah teratasi dengan 1. Monitor pernapasan
regulasi indicator : 2. Monitor intake dan output cairan
Keseimbangan cairan (0601) 3. Monitor integritas kulit pada pasien
Indicator Awal Akhir yang mengalami imobilisasi dengan
Tekanan darah 4 5 edema dependen
Keseimbangan intake 3 5
4. Reposisi pasien dengan edema
dan output selama 24
dependen secara teratur sesuai
jam
Turgor kulit 3 5 kebutuhan
Kelembapan 3 5 5. Berikan infus IV secara perlahan
membrane mukosa untuk mencegah peningkatan preload
Keterangan :
yang cepat
Nilai 1 : sangat terganggu
6. Tinggikan kepala pasien untuk
Nilai 2 : banyak terganggu
memperbaiki ventilasi sesuai
Niali 3 : cukup terganggu
kebutuhan
Nilai 4 : sedikit terganggu
7. Kolaborasi dengan tenaga medis
Nilai 5 : tidak terganggu
pemberian terapi farmakologi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tgl/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Selasa Hambatan eliminasi 1. Menjaga intake/asupan yang S :
30 maret urine b/d gangguan akurat dan catat output - Pasien mengatakan perut masih
2021 sensori motoric 2. Memberikan terapi IV seperti anyang-anyangan
08.00 yang ditentukan - Pasien mengatakan sudah bisa
3. Melakukan pemasangan BAK namun dibantu dengan
kateter urine kateter
4. Menganjurkan
pasien/keluarga untuk O :
mencatat urine output, sesuai - Terpasang DC
kebutuhan - Urine jernih warna kehijauan
5. Membantu pasien untuk - Balance cairan -1555
melakukan toileting - Td : 95/76 MmHg
6. Melakukan pengkajian nyeri - N : 58x/menit
secara komprehensif - S :36.3oC
7. Mengajarkan penggunakan - RR : 25x/menit
teknik nonfarmakologi untuk - Azivol (azithromycin) inj 500 mg
pengurangan nyeri A : Masalah teratasi sebagian
8. Berkolaborasi pemberian P : intervensi 1-9 dilanjutkan
terapi farmakologi sesuai
indikasi
Selasa Intoleransi aktivitas 1. Mempertahankan kepatenan S :
30 maret b/d jalan napas - Pasien mengatakan sudah tidak
2021 ketidakseimbangan 2. Menyiapkan peralatan terlalu sesak
antara suplai dan oksigen dan berikan oksigen - Pasien mengatakan masih lemas
kebutuhan oksigen sesuai indikasi O:
08.30 3. Memonitor aliran oksigen - Pasien tampak berbaring ditempat
4. Memonitor efektifitas terapi tidur dengan posisi fowler
oksigen - Pasien tampak lemas
5. Memastikan tingkat aktivitas - Terpasang O2 dengan 3 lpm
pasien yang tidak - Td : 95/76 MmHg
membahayakan curah - N : 58x/menit
jantung atau memprovokasi - S :36.3oC
serangan jantung - RR : 25x/menit
6. Menginstruksikan pasien - SPo2 : 99%
tentang pentingnya untuk A : masalah belum teratasi
segera melaporkan bila P : Intervensi 1-10 dilanjutkan
merasa nyeri dada
7. Memonitor EKG
8. Memonitor vital sign secara
rutin
9. Memonitor toleransi aktivitas
pasien
10. Memonitor sesak napas,
kelelahan, takipnea, dan
orthopnea
Selasa Kelebihan volume 1. Memonitor pernapasan S:
30 maret cairan b/d gangguan 2. Memonitor intake dan output - Pasien mengatakan kedua kakinya
2021 mekanisme regulasi cairan masih bengkak namun tidak nyeri
09.00 3. Memonitor integritas kulit - Pasien mengatakan sudah bisa
pada pasien yang mengalami BAK
imobilisasi dengan edema O :
dependen - Kedua kaki pasien nampak masih
4. Mereposisi pasien dengan bengkak
edema dependen secara - Pasien terlihat gelisah
teratur sesuai kebutuhan - Td : 95/76 MmHg
5. Memberikan infus IV secara - N : 58x/menit
perlahan untuk mencegah - S :36.3oC
peningkatan preload yang - RR : 25x/menit
cepat - Balance cairan -1555
6. Meninggikan kepala pasien - Turgor kulit pasien nampak kering
untuk memperbaiki ventilasi - Mukosa mulut lembap
sesuai kebutuhan - Terapi Diviti pps 2.5 mg/ 0.5 inj
- Terapi Furosemide inj
A : masalah belum teratasi
I : intervensi 1-6 dilanjutkan
1 Rabu Hambatan eliminasi 1. Menjaga intake/asupan yang S :
31 maret urine b/d gangguan akurat dan catat output - Pasien mengatakan perut masih
2021 sensori motoric 2. Memberikan terapi IV seperti anyang-anyangan
08.00 yang ditentukan - Pasien mengatakan nyeri pada
3. Melakukan pemasangan perut bawah dengan skala 3 terasa
kateter urine seperti diremas-remas, nyeri pada
4. Menganjurkan saat beraktivitas.
pasien/keluarga untuk O :
mencatat urine output, sesuai - Terpasang DC
kebutuhan - Urine jernih warna kuning
5. Membantu pasien untuk - Balance cairan -728
melakukan toileting - Td : 122/74 MmHg
6. Melakukan pengkajian nyeri - N : 73x/menit
secara komprehensif - S :36.6oC
7. Mengajarkan penggunakan - RR : 21x/menit
teknik nonfarmakologi untuk - Azivol (azithromycin) inj 500 mg
pengurangan nyeri A : Masalah teratasi sebagian
8. Berkolaborasi pemberian P : intervensi 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8 dilanjutkan.
terapi farmakologi sesuai Intervensi tambahan :
indikasi - Bladder training
Rabu Intoleransi aktivitas 1. Mempertahankan kepatenan S :
31 maret b/d jalan napas - Pasien mengatakan sudah tidak
2021 ketidakseimbangan 2. Memonitor aliran oksigen terlalu sesak
08.30 antara suplai dan 3. Memonitor efektifitas terapi - Pasien mengatakan sudah tidak
kebutuhan oksigen oksigen lemas
08.30 4. Memastikan tingkat aktivitas O :
pasien yang tidak - Pasien tampak berbaring ditempat
membahayakan curah tidur dengan posisi fowler dan
jantung atau memprovokasi sudah dapat beraktivitas mandisri
serangan jantung maupun dengan bantuan
5. Menginstruksikan pasien - Terpasang O2 dengan 3 lpm
tentang pentingnya untuk - Td : 122/74 MmHg
segera melaporkan bila - N : 73x/menit
merasa nyeri dada - S :36.6oC
6. Memonitor EKG - RR : 21x/menit
7. Memonitor vital sign secara - SPo2 : 98%
rutin A : masalah teratasi sebagian
8. Memonitor toleransi aktivitas P : Intervensi 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8 dan 9
pasien dilanjutkan
9. Memonitor sesak napas,
kelelahan, takipnea, dan
orthopnea
Rabu Kelebihan volume 1. Memonitor pernapasan S:
31 maret cairan b/d gangguan 2. Memonitor intake dan output - Pasien mengatakan pembengkakan
2021 mekanisme regulasi cairan kakinya berkurang
09.00 3. Memonitor integritas kulit O :
pada pasien yang mengalami - Bengkak pada kedua kaki pasien
imobilisasi dengan edema nampak berkurang
dependen - Pasien terlihat lebih tenang
4. Mereposisi pasien dengan - Td : 122/74 MmHg
edema dependen secara - N : 73x/menit
teratur sesuai kebutuhan - S :36.6oC
5. Memberikan infus IV secara - RR : 21x/menit
perlahan untuk mencegah - Balance cairan -728
peningkatan preload yang - Turgor kulit pasien nampak kering
cepat - Mukosa mulut lembap
6. Meninggikan kepala pasien - Diviti pps 2.5 mg/ 0.5 inj
untuk memperbaiki ventilasi - Terapi Furosemide inj
sesuai kebutuhan A : masalah teratasi sebagian
7. Berkolaborasi pemberian P : intervensi 1-7 dilanjutkan
terapi farmakologi
1 Kamis Hambatan eliminasi 1. Menjaga intake/asupan yang S :
01 april urine b/d gangguan akurat dan catat output - Pasien mengatakan sudah tidak ada
2021 sensori motoric 2. Memberikan terapi IV seperti keluhan
08.00 yang ditentukan - Pasien mengatakan sudah tidak
3. Menganjurkan nyeri lagi
pasien/keluarga untuk O :
mencatat urine output, sesuai - Pasien sudah dapat menahan BAK
kebutuhan setelah dilakukan bladder training
4. Membantu pasien untuk - Urine jernih warna kuning pudar
melakukan toileting - Td : 121/73 MmHg
5. Melakukan pengkajian nyeri - N : 88x/menit
secara komprehensif - S :36.6oC
6. Melatih bladder training - RR : 18x/menit
7. Berkolaborasi pemberian - DC pasien dilepas
terapi farmakologi sesuai - Oral Azithromycin 500 g
indikasi A : Masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
Kamis 01 Intoleransi aktivitas 1. Mempertahankan kepatenan S :
april b/d jalan napas - Pasien mengatakan sudah tidak
31 maret ketidakseimbangan 2. Memonitor aliran oksigen sesak
2021 antara suplai dan 3. Memonitor efektifitas terapi - Pasien mengatakan sudah tidak
08.30 kebutuhan oksigen oksigen lemas
4. Menginstruksikan pasien O :
tentang pentingnya untuk - Pasien tampak berbaring ditempat
segera melaporkan bila tidur dengan posisi semifowler dan
merasa nyeri dada sudah dapat beraktivitas mandiri
5. Memonitor EKG maupun dengan bantuan
6. Memonitor vital sign secara - Terpasang O2 dengan 4 lpm
rutin - Td : 121/73 MmHg
7. Memonitor toleransi aktivitas - N : 88x/menit
pasien - S :36.6oC
8. Memonitor sesak napas, - RR : 18x/menit
kelelahan, takipnea, dan - SpO2 : 97%
orthopnea - Oral Digoxin 0.25 mg
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dipertahankan
Kamis Kelebihan volume 1. Memonitor pernapasan S:
31 maret cairan b/d gangguan 2. Memonitor intake dan output - Pasien mengatakan sudah tidak ada
2021 mekanisme regulasi cairan keluhan
09.00 3. Memonitor integritas kulit - Pasien mengatakan kakinya sudah
pada pasien yang mengalami tidak bengkak lagi
imobilisasi dengan edema O :
dependen - Kaki pasien sudah tidak bengkak
4. Mereposisi pasien dengan lagi
edema dependen secara - Pasien terlihat lebih tenang
teratur sesuai kebutuhan - Td : 121/73 MmHg
5. Memberikan infus IV secara - N : 88x/menit
perlahan untuk mencegah - S :36.6oC
peningkatan preload yang - RR : 18x/menit
cepat - Turgor kulit pasien nampak lembap
6. Meninggikan kepala pasien - Mukosa mulut lembap
untuk memperbaiki ventilasi - Oral Furosemide 40 mg
sesuai kebutuhan A : Masalah teratasi
7. Berkolaborasi pemberian P : Intervensi dipertahankan
terapi farmakologi
BAB IV

ANALISIS JURNAL

Analisa Jurnal Hasil Penelitian

1. Judul Artikel : Efektivitas Bladder Training Terhadap


Peningkatan Fungsi Berkemih Pada Imobilisasi yang Terpasang Kateter di
Ruang Rawat Inap RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta
2. Sumber Artikel :Google Scholar
3. Sumber Artikel :Diakses melalui E-Journal Keperawatan
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=9861&bid=4433
pada tanggal 31 Maret 2021
4. Analisa PICO
Tabel 1. Analisa PICO

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical


Thinking
1 P Populasi Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 8 orang
2 I Intervensi Intervensi yang dilakukan pada
jurnal adalah efektivitas bladder
training pada pasien yang
mengalami imobilisasi
3 C Controling/Comparing Penelitian ini membuktikan pada
pada dua kelompok yaitu
kelompok intevensi dan
kelompok kontrol
4 O Outcame Hasilnya adalah ada pengaruh
Bladder Training terhadap fungsi
berkemih.
5. Analisa Kritis
a. Bagaimana level pembuktian artikel/avidence based dalam hirarki
evidance based?
Jawab : dalam jurnal membahas tentang efektivitas pemberian terapi
baldder training pada pasien imobilisasi yang dilakukan di ruang rawat
inap RSUPN Dr.Ciptomangunkusumo
b. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel?
Jawab : Metode dalam penyuluhan ini yaitu menggunakan metode
deskriptif kuantitatif menggunakan Quasi Eksperimental dengan
rancangan Nonequivalent control group design rancangan one group
dan teknik total sampling.
c. Apakah hasil penelitian ini reliabel dan relevan dengan kondisi di
lapangan?
Jawab : Ya, karena pasien di lapangan sama-sama menggunakan
kateter.
d. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan?
Jawab : Etika penelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam
etika yang berlaku, meliputi lembar persetujuan menjadi responden
tanpa nama, dan menjaga kerahasiaan.
e. Bagaimana implikasi dalam keperawatan?
Jawab : Hasil dari penelitian ini adalah hubungan bladder training
dengan kemampuan berkemih pada klien dengan Imobilisasi
6. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Distribusi frekuensi data demografi umur antara 40-65 tahun adalah
sebanyak 6 orang ( 75 % ), Jenis Kelamin yang paling banyak adalah
jenis kelamin laki – laki sebanyak 5 orang ( 62,5%), Pendidikan yang
paling banyak adalah pendidikan SMA dengan jumlah 4 orang (50 %).
Adannya hubungan bladder training dengan kemampuan berkemih
pada klien dengan Imobilisasi dengan hasil nilai P value 0,0005 nilai P
< 0.05 (α)
BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan
"Heart Failure atau Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat
medis dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung seseorang setiap
menitnya (curah jantung (cardiac output)) tidak mampu memenuhi kebutuhan
normal metabolisme tubuh. Dampak dari gagal jantung secara cepat
berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan
kematian sel akibat kekurangan oksigen yand dibawa dalam darah itu sendiri.
Kurangnya suplay oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia), menyebabkan
seseorang kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba yang
berujung pada kematian. Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang
memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel
tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan
sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan
vena yang mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan
jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan
organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh.
B. Saran
Dalam asuhan keperawatan ini hanya menggunakan satu jurnal, diharapkan
untuk kedepannya lebih kreatif dalam pemilihan jurnal dan semua diagnosa
yang ditemukan pada klien bisa menerapkan jurnal dalam setiap
implementasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Black. M.J. 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta : Elsevier

Brunner & Suddarth. 2012. Keperawatan Medical Bedah Edisi ke 8. Jakarta: EGC
Waspadji. A, Soeparman, (2015), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Jakarta, Balai
Penerbit FKUI.

Herman.T.H & Kamitsuru.S. 2018. Nanda-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11. Jakarta : EGC

Moorhead Sue,dkk. 2016. Nursing Outcame Classification (NOC). Edisi 5.


Singapore : Elsevier

Bulechek M.Gloria, dkk. 2026. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi 6.


Singapore : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai