Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan


berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang
disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari
jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.

Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel.
Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian
tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan,
terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut
perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan
bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung
berkontraksi secara periodik.

Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung
manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari
otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.

Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah ini,
diantaranya yaitu :

a. Bentuk Serta Ukuran Jantung

Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh
organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan
dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan.

Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya
adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal
dengan bilik.

1
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya
tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang
tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel
kanan.

Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara
kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium
dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu
penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau
tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup
bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.

b. Katup-Katup Jantung

Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya
yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup
yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas
yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.

1) Katup Trikuspid

2
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini
terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup
trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara
menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari
3 daun katup.

2) Katup pulmonal

Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan
melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan
dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus
pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila
ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga
memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.

3) Katup bikuspid

3
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju
ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel.
Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.

4) Katup Aorta

Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini
akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh
tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah
darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.

Jantung adalah salah satu organ tubuh yang vital. Jantung kiri berfungsi memompa
darah bersih (kaya oksigen/zat asam) ke seluruh tubuh, sedangkan jantung kanan
menampung darah kotor (rendah oksigen, kaya karbon dioksida/zat asam arang), yang
kemudian dialirkan ke paru-paru untuk dibersihkan. Jantung normal besarnya segenggam
tangan kiri pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kali per menit, denyutan bertambah cepat
pada saat aktifitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energi dapat terpenuhi.
Andaikan denyutan jantung 70 kali per menit, maka dalam 1 jam jantung berdenyut 4200
kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan darah sekitar 70 cc,
jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak kira-kira 7000 - 7.571 liter.

Jantung mempunyai dua fungsi :

1. Jantung harus menyediakan darah yang cukup mengandung oksigen dan nutrisi
untuk organ-organ dari tubuh, darah ini harus mempunyai tekanan yang cocok untuk
perfusi dan pemberian makanan. Pada saat yang sama jantung juga harus
memompakan darah yang mengandung bahan-bahan sisa ke organ-organ ekskresi
misalnya hati dan ginjal dan memompakan darah yang suhunya berlebihan ke sistem

4
pendingin dari tubuh, yaitu pembuluh darah di kulit. Semua hal ini dapat dilakukan
oleh jantung sebelah kiri.
2. Fungsi lain dari jantung ialah mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara
dan pada saat yang bersamaan mengekskresi salah satu hasil akhir metabolisme
yaitu karbondioksida. Pertukaran kedua gas ini dengan udara dari alveoli paru
berlangsung melaui membran alveolus yang sangat tipis. Jika tekanan sama tingginya
dengan tekanan di bilik kiri atau aorta, cairan darah segera akan mengisi alveoli
dengan cara filtrasi dan penderita akan mati oleh karena edema paru.
Gagal jantung sangat sering ditemukan. Penyakit ini termasuk salah satu dari urutan
tertinggi dalam daftar penyebab kematian dikebanyakan negara-negara Barat, tetapi di
negara tropis penyakit ini juga merupakan penyebab sangat penting dari invaliditas dan
bahkan kematian.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gagal Jantung Kongestif

Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan "Heart Failure
atau Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya {curah jantung (cardiac output)} tidak
mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh. Dampak dari gagal jantung
secara cepat berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan
kematian sel akibat kekurangan oksigen yand dibawa dalam darah itu sendiri. Kurangnya
suplay oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia), menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran
dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba yang berujung pada kematian.

Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang sangat
sering dijumpai oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala sangat
bervariasi sehingga sering sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain di luar jantung.

Kondisi pada penyakit gagal jantung bukanlah berarti bahwa jantung stop bekerja
(cardiac arrest), melainkan jantung tidak lagi mampu memompakan darah sebagaimana
tugasnya sehari-hari bagi tubuh seseorang.

Mekanisme dari gagal jantung :

Biasanya yang pertama mengalami kegagalan ialah bilik kiri. Lagipula, bilik kiri
mempunyai tugas yang paling berat. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darah, maka
timbul tiga hal :

1. Darah yang tinggal di dalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir sistole daripada
sebelumnya dan karena pengisian pada saat diastole berlangsung terus, maka akan
terdapat lebih banyak darah di dalam bilikk kiri pada akhir diastole. Peninggian
volume dari salah satu ruang jantung, dalam hal ini bilik kiri (preload). Jika penyakit
jantung berlanjut, maka diperlukan peregangan yang makin lama makin besar untuk
menghasilkan energi yang sama. Pada satu saat akan terjadi bahwa peregangan
diastolik yang lebih besar tidak lagi menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan
jantung akan gagal melakukan fungsinya (dekompensasi).

6
2. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darahnya yang cukup ke aorta untuk
memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak perifer, berarti curah jantung sangat
rendah dan juga akan menimbulkan tekanan darah yang rendah. Pada kebanyakan
kasus, hal ini akan menimbulkan perasaan lelah pada penderita. Curah jntung yang
rendah menimbulkan perasaan lesu. Pada kasus-kasus yang berat, perfusi darah
arteri ke otak akan berkurang dan otak akan menderita, yang akan menimbulkan
kecendrungan timbulnya pingsan, meskipun hal ini jarang ditemukan pada gagal
jantung kronik kecuali miokard yang mengalami kerusakan hebat atau ritme jantung
sangat abnormal.
3. Sistim Renin-angiontensin-aldosteron (sistim RAA)
Karena perfusi dari glomerus berkurang, maka ultrafiltrasinya juga akan berkurang,
natrium direabsorpsi lebih sempurna di dalam nefron dan natrium yang hilang dari
urin akan berkurang. Pada saat yang sama perfusi dari aparatus jugstaglomerular
juga berkurang sistem RAA diaktifkan akan terjadilah sekresi aldosteron oleh kelenjar
adrenal. Aldosteron ini akan menyebabkan reabsorpsi Na+ di tubulus distal
bertambah banyak yang diganti dengan ion K+ dan H+. Akibat dari retensi natrium ini
ialah tertahannya air dalam ruang ekstra seluler dan dalam aliran darah oleh tekanan
osmotik dari natrium. Volume darah akan bertambah dan cadangan vena akan terisi
penuh dengan darah. Tekanan di dalam vena sistemik sentral akan meninggi.
Serambi dan bilik akan lebih diregangkan dari sebelumnya (preload yang meninggi)
dan dengan demikian mekanisme kompensasi dapat diperbaiki. Namun
bertambahnya isi darah ven aakan menyebabkan hepatomegali. Penambahan
jumlah ion Na+ dan H2O pada ruang interstisial bersama-sama dengan tekanan yang
tinggi di dalam sistim vena kadang-kadang akan menimbulkan pitting edema.

B. Etiologi Gagal Jantung Kongestif

Penyebab gagal jantung dapat berupa faktor dari dalam jantung itu sendiri maupun
dari luar. Faktor dari dalam lebih sering karena terjadinya kerusakan-kerusakan yang sudah
dibawa, sedangkan faktor dari luar cukup banyak, antara lain: penyakit jantung koroner,
hipertensi, dan diabetes mellitus.

7
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :

1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu :

 Beban tekanan
 Beban volume
 Tamponade jantung atau konstriski perikard (jantung tidak dapat diastole).
 Obstruksi pengisian bilik
 Aneurisma bilik
 Disinergi bilik
 Restriksi endokardial atau miokardial

2. Abnormalitas otot jantung

 Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik, anemia)


toksin atau sitostatika.
 Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif, korpulmonal

3. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi

Di samping itu penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur, yakni
pada masa neonatus, bayi dan anak.

C. Tanda dan Gejala Gagal Jantung Kongestif

Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian mana
dari jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai
berikut :

1. Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru


(edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak
nafas hanya dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan
memburuknya penyakit maka sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak
melakukan aktivitas. Sedangkan tanda lainnya adalah cepat letih (fatigue),

8
gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat (tachycardia), batuk-batuk serta irama
degub jantung tidak teratur (Arrhythmia).
2. Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang
mengalir ke bagian kanan jantung. Sehingga hal ini menyebabkan pembengkakan di
kaki, pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly). Tanda
lainnya adalah mual, muntah, keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air
kecil (urin) dimalam hari (Nocturia).

CHF menurut New York Heart Assosiation dibagi menjadi :

 Grade 1 : Penurunan fungsi bilik kiri tanpa gejala.


 Grade 2 : Sesak nafas saat aktivitas berat
 Grade 3 : Sesak nafas saat aktivitas sehari-hari.
 Grade 4 : Sesak nafas saat sedang istirahat.

D. Manifestasi Klinis Gagal Jantung Kongestif

Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua
ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.

Seseorang dengan kelainan jantung yang dalam kompensasi karena pemberian obat
gagal jantung, dapat menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan kepada stress,
misalnya penyakit infeksi akut. Pada gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri yang
terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri, biasanya ditemukan
keluhan berupa perasaan badan lemah, berdebar-debar, sesak, batuk, anoreksia, keringat
dingin.

Tanda obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di bagian
basal, bunyi jantung III (diastolic gallop)atau terdengar bising apabila terjadi dilatasi bilik,
pulsus alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat terjadi karena gangguan atau
hambatan daya pompa bilik kanan sehingga isi bilik kanan menurun, tanpa didahului oleh
adanya Gagal jantung kiri, biasanya gejala yang ditemukan berupa edema tumit dan tungkai
bawah, hepatomegali, lunak dan nyeri bila ditekan; edema pada vena perifer (vena

9
jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites. Keluhan yang timbul berat badan
bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki bengkak, perut membuncit, perasaan
tidak enak di epigastrium.

Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :

 Gejala paru berupa : dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.


 Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
 Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.

Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi : dyspnea,
orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang hemoptisis,
ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan oliguri beserta gejala-gejala
penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pectoris pada infark
miokard akut. Apabila telah terjadi gangguan fungsi bilik jantung yang berat, maka dapat
ditemukan pulsus alternan. Pada keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok kardiogenik.

E. Penatalaksanaan Gagal Jantung Kongestif

Terdapat tiga aspek yang penting dalam menanggulangi Gagal jantung : pengobatan
terhadap Gagal jantung, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan pengobatan
terhadap faktor pencetus. Termasuk dalam pengobatan medikamentosa yaitu mengurangi
retensi cairan dan garam, meningkatkan kontraktilitas dan mengurangi beban jantung.
Pengobatan umum meliputi istirahat, pengaturan suhu dan kelembaban, oksigen,
pemberian cairan dan diet.

F. Diet Untuk Jantung

Tujuan Diet :

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung


2. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk

10
3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam dan air.

Jenis Diet :

DIET JANTUNG I

Indikasi : Diet jantung I diberikan bagi pasien dengan gagal jantung.

Dasar diet :

Karena fungsi jantung terganggu maka aliran darah ginjal juga akan terganggu. Agar
kadar ureum darah tidak meningkat maka perlu diberikan protein yang rendah. Sebagai
akibat kegagalan jantung bisa menyebabkan timbulnya oedema. Untuk mengurangi
oedema, pemberian garam harus dibatasi.

11
BAB III

ANALISA JURNAL

Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif Di Ruangan CVBC (Cardio Vaskuler Brain Centre) Lantai Iii Di
Rsup.Dr.R.D.Kandou Manado

A. Judul Jurnal
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif Di Ruangan Cvbc (Cardio Vaskuler Brain Centre) Lantai III Di
Rsup.Dr.R.D.Kandou Manado
B. Kata Kunci
Anxiety,Coping Mechanism
C. Penulis Jurnal
Imelda Suratinoyo, Julia V.Rottie, Gresty N.Massi
D. Pendahuluan
Gagal jantung merupakan ketidak mampuan jantung memompakan darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh (smelltzer dan
bare,2001).
Data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat 17juta
atau sekitar 48% dari total kematian di sebabkan oleh gagal jantung kongestif.
Kejadian gagal jantung meningkat dengan bertambahnya usia.
Prevalensi penyakit di tentukan berdasarkan hasil wawan cara pada
responden umur ≥15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah di dignosis
dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung.
Pasien gagal jantung mengalami peredaran darah sistemik dan sirkulasi yang
berjalan lambat. Pemindahan O2 dan CO2 dalam paru-paru berlangsung sukar,
seluruh organ dan jaringan tubuh tidak dapat dipenuhi kebutuhannya akan oksigen
dan zat-zat makanan. Kecemasan yang terjadi pada kebanyakan pasien gagal jantung
dikarnakan mereka mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi yang adekuat
sehingga mereka cenderung sesak nafas dan gelisah (smeltzer dan bare, 2001).
Kecemasan yang di alami ketika terjadi serangan adalah kecemasan berat sehingga
memerlukan bantuan untuk oksigenasi dan konseling yang tepat (idhaniyati, 2010).

12
Penelitiam yang dilakukan menunjukan bahwa responden yang mengalami
tingkat kecemasan berat sebanyak 45,37 % , kecemasan merupakan reaksi terhadap
penyakit karena dirasakan sebagai suatu ancaman, ketidaknyamanan akibat nyeri
dan keletihan, berkurangnya kepuasan seksual, timbulnya krisis finansial, frustasi
dalam mencapai tujuan kebingungan dan ketidak pastian masa kini dan masa depan
(smeltzer dan bare,2001).
Seseorang dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan menggerakkan
sumber koping dilingkungan yang berupa modal ekonomi, kemampuan penyelesaian
masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya(stuart,2007). Mekanisme koping
adalah salah satu cara yang dilakukan untuk beradaptasi terhadap stres(saam dan
wahyuni,2012).
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh (idhaniyati,2010) sampel
berjumlah 30 responden, memperoleh hasil 5 (16,7%) responden mengalami
kecemasan ringan (66,7%) responden mengalami kecemasan sedang 5 (16,7%)
responden mengalami kecemasan berat. 5 responden yang mengalami kecemasan
berat, semua melakukan mekanisme koping yang maladaptif.
Berdasarkan data awal melalui data kunjungan pasien diruangan CVBC
(cardio vaskuler brain center) lantai III RSUP.PROF.DR.R.D. Kandaou Manado. Angka
penderita gagal jantung 3 bulan terakhir agustus-oktober 2015 sekitar kurang lebih
150 pasien.
Pasien gagal jantung sering kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga
cenderung sesak nafas kecemasan yang terjadi adalah kecemasan berat. Untuk
mengatasi kecemasan dengan menggerakkan sumber koping dilingkungan yang
berupa modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adakah hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme
koping pada pasien gagal jantung kongestif diruangan CVBC lantai III
RSUP.PROF.DR.R.D. Kandou Manado.

F. Metode Penelitian

13
Penelitian ini menggunakan penelitan analitik dengan ancangan cross
sectional yaitu penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan
(Notoatmodjo,2010).
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atu subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(stiadi,2013) populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang ada
diruangan CVBC (cardio vaskuler brain center) lantai III RSUP.PROF.DR.R.D. Kandou
Manado. Sempel dilakukan tehnik pengambilan dilakukan dengan tehnik purposive
sampling.
G. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan diruangan CVBC (cardio vaskuler brain center) lantai III
RSUP.PROF.DR.R.D. Kandou Manado.
1. Distribuis responden menurut umur.
Umur 33 orang responden terbanyak menurut umur adalah 61-75 tahun(42,4%)
dan paling sedikit pada umur 30-45 tahun(27,3%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian dilakukan oleh majid (2010) yang menunjukkan bahwa gagal
jantung kongestif paling banyak terjadi >60 tahun.
2. Distribusi responden menurut jenis kelamin
Jenis kelamin,pasien laki-laki berjumlah 19 orang(57,6%) dan perempuan 14
orang(42,4%) hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (nugroho,2015)
juga menunjukkan bahwa jenis kelamin yang paling banyak menderita gagal
jantung kongestif baik umur lanjut adalah jenis kelamin laki-laki. Faktor resiko
gagal jantung kongestif pada petempuan cenderung lebih rendah dibandingkan
laki-laki karena perempuan memiliki hormon estrogen yang dapat menghasilkan
high density lipoprotein(HDL).
3. Distribusi responden menurut pendidikanPada penelitian diperoleh data
responden berpendidikan SMA sederajat yang paling banyak 54,4% dan yang
paling sedikit berpendidikan SD 6,1% latar belakang pendidikan erat kaitannya
dengan tingkat pengetahuan seseorang(Smeiltzer 2001).
4. Distribusi responden menurut pekerjaan

14
Responden yang paling banyak adalah sebagai wiraswasta 33,3% dan paling
sedikit sebagai PNS 9,1%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho(2015),gagal jantung kongestif paling banyak adalah wiraswasta sebesar
40%.
5. Distribusi responden menurut tinfkat kecemasan
Penelitian ini didapatkan bahwa jumlah tingkat kecemasan sedang lebih bnayak
dari tingkat kecemasan ringan dan berat. Menurut(townsend,2005) pada tingkat
kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah
yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan(idhaniyati,2010).
6. Distribusi responden menurut mekanisme
Menunjukkan hasil bahwa responden dengan mekanisme koping adaptif lebih
banyak dari yang mal adaptif menurut(nursalam,2007). Mekanisme koping
terbentuk melalui proses belajar dan mengingat,belajar yang dimaksud adalah
kemampuan beradaptasi pada pengaruh faktor internal dan eksternal,bila
mekanisme koping berhasil maka orang tersebut dapat beradaptasi pada
perubahan yang terjadi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muliyana
2011.
7. Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal
jantung kongestif di ruangan CVBC(Cardio Vaskuler Brain Center) lantai III
RSUP.PROF.DR.R.D.Kandou Manado.
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme
koping pada pasien gagal jantung kongestif. Dilakukan uji person chi square,hasil
uji ditemukan hasil uji ditemukan nilai harapan <5 pada 3 cell,oleh karena itu
besaran sempelnya kurang dari 40 yang mempunyai syarat tidak boleh ada cell
yang nilai harapannya <5 berarti tidak boleh memenuhi syarat uji,pada variabel
independen kategori kecemasan sedang dan kategori kecemasan berat dan
dilakukan uji chi square. Karena terdapat 1 cell(25%) yang mempunyai nilai
expected <5 sementara syarat untuk uji chi square adalah cell yang mempunyai
nilai expected <5,maksimal 20% maksimal dari sel. Karena syarat uji chi square
tidak terpenuhi,maka pada penelitian ini menggunakan uji alternatifnya yaitu uji

15
fisher’exact,menunjukkan bahwa nilai signifikan dalam penelitian ini adalah
0,003 untuk dua sided(two tail)karena nilai p <0,05,maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien
gagal jantung kongestif di ruang CVBC( Cardio Vaskuler Brain Center) lantai III
RSUP.PROF.DR.R.D.Kandou Manado. Ini artinya hipotesis nol(Hₒ) ditolak dan
hipotesis alternatif(Hₐ) diterima.
H. Kelemahan Penelitian
-
I. Kelebihan Penelitian
Nilai p = 0.003 dalam penelitian ini lebih kecil dari 0.05, hasil memperlihatkan adanya
perbedaan yang signifikan.
J. Manfaat Penelitian Bagi Kesehatan
1. Pasien dapat mengendalikan kecemasan dengan diberikan konseling oleh
pihak rumah sakit.
2. Pasien merasa puas dengan pelayanan rumah sakit
K. Kesimpulan
Ada hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien
gagal jantung kongestif.
L. Saran
Bagi rumah sakit tingkat kecemasan mempunyai hubungan yang signifikan
dengan mekanisme koping, oleh karena itu bagi pihak rumah sakit untuk lebih
menekankan pada pemberian konseling sehingga pasien dapat mengendalikan
kecemasannya dan melakukan koping yang bersifat konstruktif.

16
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI

Abstrak

Latar belakang: Kecemasan pada pasien gagal jantung kongestif disebabkan karena mereka
mengalami kehabisan nafa dan nyeri dada sehingga mereka cenderung khawatir.
Kecemasan bisa memotivasi individu untuk menyesuaikan diri denga stressor dan
melakukan tindakan untuk memperbaikinya. Mekanisme coping adalah hasil tindakan
individu yang harus dihadap stressor Ketika seseorang dapat menghadapi stressor dengan
baik, ia akan memberikan penanganan adaptif. Tapi ketik individu tidak dapat menemukan
solusi yang baik, ia akan melakukan coping maladaptive.

Sasaran penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan denga


mekanisme coping pada congestiv penderita gagal jantung.

Metode penelitian: Penelitian ini memiliki karakter non eksperimental dengan metode
deskripti Korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang
digunakan adalah accidental sampling denga total sampel adalah 30 responden. Uji validitas
menggunakan uji Product Moment dan uji reliabilitas menggunaka Uji Alpha Cronbach.
Untuk analisis data, menggunakan uji Kendal tau-b dengan uji data normalita menggunaka
uji.

Hasil penelitian: Hasil analisis korelasi Kendal tau-b menunjukkan bahwa nilai hitung
sebesar -0,74 dengan probabilitas 0,000 (p <0, 05). Kemudian uji signifikansi menggunakan
uji z dengan hasil 5.782 yang untu N = 30, nilai z tabel adalah 1, 96. Ini berarti nilai z hitung>
z tabel. Hasilnya menunjukkan bahwa ada a mampu dan signifikan terhadap hubungan
negatif antara tingkat kecemasan dengan mekanisme coping.

Kata kunci: tingkat kecemasan, mekanisme penanganan, gagal jantung kongestif.

A. Judul Jurnal

Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif Di Rsu Pandan Arang Boyolali

17
B. Kata Kunci
Kata kunci: Tingkat Kecemasan, Mekanisme Penanganan, Gagal Jantung Kongestif.
C. Penulis Jurnal
 Atina Inayah Ihdaniyati
 Winarsih Nur A
D. Latar Belakang Masalah

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Gagal jantung
menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama pada lansia. Studi
Framingham memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya
disebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia > 45 tahun adalah
7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan. Di
Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal jantung (Sani, 2007).

Insiden penyakit gagal jantung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan


meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meskipun pengobatan gagal jantung kia maju
tetapi angka kematiannya masih saja tinggi yaitu 40 %. Ada kecenderungan peningkatan
jumlah penderita gagal jantung dari tahun ke tahun, bahkan dalam kurunwaktu 6 bulan
pada tahun 2007 jumlahnya terus saja meningkat (Wikipedia, 2007).

Pasien gagal jantung mengalami peredaran darah sistemik dan sirkulasi yang berjalan
lambat. Pemindahan O2 dan CO2 dalam paru-paru berlangsung sukar, seluruh organ dan
jaringan tubuh tidak dapat dipenuhi kebutuhannya akan oksigen dan zat-zat makanan.
Terjadi awitan kesulitan nafas mendadak dan perasaan tercekik (Rilantono, 2004).
Kecemasan yang terjadi pada kebanyakan pasien gagal jantung dikarenakan mereka
mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi yang adekuat sehingga mereka
cenderung sesak nafas dan gelisah (Smeltzer,2001). Kecemasan yang dialami ketika terjadi
serangan adalah kecemasan berat sehingga memerlukan bantuan untuk oksigenasi dan
konseling yang tepat. Pasien dengan gagal jantung sering merasa cemas, ketakutan dan
depresi. Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan
ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam Ketika penyakitnya meningkat
dan manifestasinya memburuk, pasien sering memiliki ketakutan yang berlebihan karena
cacat permanen dan kematian. Para pasien mengekspresikan ketakutan dengan berbagai

18
cara seperti mimpi buruk, insomnia, kecemasan akut, depresi dan memungkiri kenyataan
(Black, 2005). Kecemasan adala sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang
sangat menekan kehidupan seseorang (Ramaiah, 2003). Teori psikoanalitis klasik
menyatakan bahwa pada saat individu menghadapi situasi yang dianggapnya mengancam,
maka secara umum ia akan memiliki reaksi yang biasanya berupa rasa takut. Kebingungan
menghadapi stimulus yang berlebihan dan tidak berhasil diselesaikan oleh ego, maka ego
akan diliputi kecemasan. Kecemaan sebagai syarat bagi ego untuk melakukan
tindakantindakan yang tepat (Zaviera, 2007). Pasien gagal jantung banyak yang mengalami
kecemasan. Kecemasan tersebut bervariasi dari kecemasan ringan sampa dengan
kecemasan berat. Kecemasan yang dialami pasien mempunyai beberapa alasan diantaranya
: cemas akibat sesak nafas, cemas akan kondisi penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak
bisa sembuh, cemas dan takut akan kematian. Terkadang kecemasan dapat terlihat dalam
bentuk lain, seperti sering bertanya tentang penyakitnya dan berulang meskipun
pertanyaan sudah dijawab, pasin terlihat gelisah, sulit istirahat dan tidak bergairah saat
makan. Pada pasien gagal jantung kongestif, perilaku koping yang kurang baik akan dapat
memperparah kondisi pasien seperti pasien akan gelisah yang berlebihan sampai berteriak-
teriak, sesak nafas, tekanan darah meningkat, denyut nadi cepat dan tidak patuh dalam
pengobatan sehingga penyakitnya tidak kunjung sembuh. Selain itu pasien mengalami
gangguan dalam istirahat, terkadang terjadi halusinasi.

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui hubungan tingkat


kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan
Arang Boyolali. Tujuan secara khusus :

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung


kongestif. 2. Untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan pasien gagal jantung
apakah adaptif atau maladaptif.

Kecemasan adalah pengalaman emosi yang tidak menyenangkan, datang dari dalam
dan bersifat meningkat, menggelisahkan dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu
ancaman bahaya yang tidak diketahui oleh individu. Perasaan ini disertai oleh komponen
somatik, fisiologik, otonomik, biokimiawi, hormonal dan perilaku (Prawirohusodo, 1998).

19
Tingkat kecemasan yang dikemukakan oleh Townsend (2005) ada empat tingkat
yaitu :

1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini
adalah kelelahan, iritabel, kesadaran meningkat, mampu untuk belajar, motivasi
meningkat dan tingkah laku sesuai dengan situasi.
2) Kecemasan Sedang
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, denyut
jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat
dengan volume tinggi, mampu untuk belajar namun tidak terfokus pada rangsang
yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,
marah dan menangis.
3) Kecemasan Berat
Yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual,
tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak mau belajar secara
efektif, berfokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung dan
disorientasi.
4) Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, teror karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini
adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriakteriak,
menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Panik dapat menagakibatkan peningkatan
motorik, penurunan kemampuan berhubungan dengan orang lain dan tidak mampu
berfikir rasional.

20
Mekanisme Koping

Menurut Kelliat (1999) koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi
yang mengancam.

Mekanisme koping ada dua macam :

1) Mekanisme koping adaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat positif,
rasional, dan konstruktif.
2) Mekanisme koping maladaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat negatif,
merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaiakan masalah secara tuntas.
3. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
(Smeltzer, 2001).
Penyebab gagal jantung antara lain : kelainan otot jantung, penyakit jantung lain,
dan faktor sistemik.
Manifestasi Klinik :
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.
Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan pulmonalis
dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi
edema paru yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya
tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan perubahan
berat badan.
E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme coping


pada penderita gagal jantung kongestif.

21
F. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian


mengunakan rancangan deskriptif korelatif yaitu rancangan penelitian yang
bermaksud untuk mencari hubungan antara dua variabel. Sedangkan rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross sectional karena pengumpulan data kedua
variabel dilaksanakan dalam waktu bersamaan atau dalam satu waktu (Nursalam,
2003).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien Gagal Jantung
Kongestif yang mengalami kecemasan pada bulan Februari-Maret 2008 dengan rata-
rata pasien perbulan sebanyak 18 pasien. Tehnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah Aksidental sampling.

Analisa data dilakukan secara univariat untuk mengetahui karakteristik


responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan,
tingkatan penyakit, tingkat kecemasan dan mekanisme koping. Sedangkan analisa
bivariat menggunakan Kendal tau-b dengan uji signifikansi menggunakan uji z.
G. Hasil
Hasil penelitian: Hasil analisis korelasi Kendal tau-b menunjukkan bahwa nilai
hitung sebesar -0,745 dengan probabilitas 0,000 (p <0, 05). Kemudian uji signifikansi
menggunakan uji z dengan hasil 5.782 yang untuk N = 30, nilai z tabel adalah 1, 96.
Ini berarti nilai z hitung> z tabel. Hasilnya menunjukkan bahwa ada a mampu dan
signifikan terhadap hubungan negatif antara tingkat kecemasan dengan mekanisme
coping.
H. Kelemahan
Terdapat beberapa referensi dari wikipedia.
Tidak terdapat abstrak berbahasa indonesia.
I. Kelebihan
Dapat mengendalikan perasaan cemas yang muncul sehingga mampu
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif karena telah diterapkan cara-
cara untuk mekanisme kopingnya.

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari makalah tersebut dapat ambil kesimpulan, bahwasannya gagal jantung


(Congestive Heart Failure/CHF) merupakan penyakit degeneratif yang cukup banyak
ditemukan dari segala jenis usia. Yang dari seluruhnya disebabkan karena faktor pola hidup
yang tidak sehat cenderung menkonsumsi makanan yang berakibat memberatkan kerja
jantung. Komplikasi yang dialami para pasien juga berakibat fatal yang dapat menyebabkan
angka morbidibitas dan mortalitas meningkat, maka diperlukan adanya terapi diet khusus
bagi penderita CHF.

B. Saran

Perlunya penyuluhan khusus kepada masyarakat tentang penyakit ini juga dirasa
cukup penting, agar kasus yang terjadi dapat ditanggulangi.

23

Anda mungkin juga menyukai