Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

KARTIKA SARI
3720190037

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE

A. Pengertian
Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015).
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari
perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Ridha, 2014).
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah dan atau lender (Kemenkes RI, 2011).

B. Etiologi
Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu
infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena
infeksi bakteri, virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E.
Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus
aureus, Campylobacter aeromona. Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus,
Cytomegalovirus. Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,
Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis,
Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing (Strogyloides strercoralis,
Schistosomal).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), manifestasi klinis dari diare adalah :
1) Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam perut,
rasa tidak enak, nyeri perut
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d. Demam
2) Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan berat badan dan nafsu makan
c. Demam indikasi terjadi infeksi
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah

D. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah
1. Diare Akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.
Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam
traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau
saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif).
Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari)
dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Diare Kronik
Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari
14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau
sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.

E. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai anus,
menurut Pearce (2009), anatomi fisiologi sistem pencernaan manusia yaitu:
1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan yang terdiri
atas dua bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi
dengan bibir dan pipi. Bagian dalam yang terdiri atas rongga mulut.
Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ otot yang dilapisi
mukosa, merupakan alat bantu pada proses mengunyah (mastikasi),
menelan (deglution), bicara (spech) dan pengecap, kemudian terdapat
kelenjar air utama yaitu: glandula parotis, glandula sublingualis, glandula
submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang merupakan salah satu
alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat pengunyah dan
bicara.
2. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa,
panjang kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu
setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi tulang rawan
cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus (makanan yang sedang
dicerna mulut) dan lalunya udara.
3. Esophagus (kerongkongan)
Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari
jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan
bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.
4. Lambung
Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus
Gastrointestinal dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti
huruf “J“ terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen
dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara
mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL
dan membantu proses penyembuhan eritrosid.
5. Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus
sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga
abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7
meter. Usus halus dibagi menjadi :
a) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk
sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas.
Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila vateri. Dinding
duodenum mempunyai lapisan yang banyak mengandung kelenjar yang
berfungsi untuk memproduksi getah intestinum yang disebut kelenjar
brunner.
b) Yeyenum dan Ileum
Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada
dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang dikenal sebagai
mesentrum. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
perantara lubang orifisium ileosinkalis. Didalam tunica propria (bagian
dalam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan limfoid, noduli
lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau berkelompok. Sementara di
ileum plicae cirkulares dan villiakan berkurang, sedangkan kelompok
noduli lympathici akan menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara
20 noduli lympathici. Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri,
yang menjadi tanda khas ileum. Fungsi dari usus halus antara lain
menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna, menyerap protein
dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi
lemak.
6. Usus Besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-olah
seperti huruf “U“ terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya kurang
lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus besar
terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden dan
sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk kemudian
sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses.
7. Anus
Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat
oleh tiga spinter yaitu :
a) Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak
b) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendaki
c) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak

F. Pathway
G. Patofisiologi
Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare adalah sebagai berikut: gangguan osmotik merupakan akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan
sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus da n
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
selanjutnya timbul diare pula.

H. Komplikasi Diare
Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi sekitar 1% pada
diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri diusus secara
berlebihan, sindrom malabsorbsi. Merupakan tanda awal pada inflammatory
bowel disease. Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom
hemolitik- uremikum (Nelwan, 2014, hal.572).
Menurut Suraatmaja (2007), kebanyakan penderita sembuh tanpa adanya
komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi,
kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang dapat
terjadi yaitu Hipernatremia, Hiponatremia, demam, edema, asidosis,
hipokalemia, illeus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, muntah dan gagal
ginjal.

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014)
yaitu dengan pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum,
kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C_). Analisa gas darah (bila dicurigai ada
gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C. Difficile),
antigen (E. Hystolitica). Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses.
Pemeriksaan parasit : amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur. Pada kasus ringan,
diare bisa teratasi dalam waktu <24 jam. Pemeriksaan lanjut diutamakan pada
kondisi yang berat yang tidak teratasi sehingga menyebabkan hipotensi,
disentri, disertai demam, diare pada usia lanjut, atau pasien dengan kondisi
imun yang rendah (pasien dengan penggunaan obat kemoterapi).

J. Penatalaksanaan
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
A. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
B. Dietetik (pemberian makanan)
C. Obat-obatan
a) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini
diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
b) Sesuaikan dengan umur anak:
 < 2 tahun diberikan ½ gelas
 2-6 tahun diberikan 1 gelas
 > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas)
c) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan
cairan 25-100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali
d) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi ringan sampai berat

Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga: 1) Laruta n gula garam
(LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas
air hangat atau air teh hangat, 2) Air tajin (2 liter + 5g garam).
Cara tradisional : 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak
selama 45-60 menit.
K. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal
keadaan umum dan perilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009),
keadaan umum bayi yang dapat diperiksameliputi mengkaji dehidrasi
seperti berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran
mukosa yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan
kulit yang pucat, dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat
gejala meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan
darah dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat
menunjukan syok yang mengancam).Riwayat penyakit akan memberikan
informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti
pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular,
berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewan
yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan
obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap
makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa (misalnya jus
apel).

Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang permasalahan diare


dapat dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar
pada bayi lebih dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentuk
cair kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan
menurun, warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu,
muntah rasa haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda
dehidrasi.Pada pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor
bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk,
membran mukosa kering, pada bayi ubun- ubun cekung, bising usus
meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda-
tanda vital, yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan antaralain seperti kadar kalium, natrium, dan
klorida.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diare menurut Nanda NIC NOC
2015, adalah :
a. Diare berhubungan denganproses infeksi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif (diare)
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena
diare
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah, hilangnya nafsu makan
e. Resiko syok hipovelemik
f. Defisit pengetahuan tentang gastroenteritis akutberhubungan dengan
kurangnya informasi

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan
dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.
Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis
akut atau diare menurut Nurarif dan Hardhi (2015) adalah sebagai berikut:

Diagnosa Tujuan dan kriteria


No Intervensi (NIC)
Keperawatan hasil (NOC)

1 Diare Setelah dilakukan NIC


berhubungan tindakan keperawatan
Diarhea Management
dengan proses 2x24 jam diharapkan
- Evaluasi efek
infeksi Diare pada pasien
samping
teratasi.
pengobatan
NOC : Electrolyte and terhadap
Acid base balance gastrointestinal

Kriteria hasil : - Ajarkan pasien


a. Feses berbentuk, untuk
BAB sehari sekali menggunakan
tiga hari obat anti diare
b. Menjaga daerah - Evaluasi intake
sekitar rectal dari makanan yang
iritasi masuk
c. Tidak mengalami - Identifikasi
diare faktor penyebab
d. Menjelaskan dari diare
penyebab diare dan - Monitor tanda
rasional tindakan dan gejala diare
e. Mempertahankan - Observasi turgor
turgor kulit kulit secara rutin
- Ukur
Skala :
1. Ekstrim diare/keluaran
2. Berat BAB
3. Sedang
4. Ringan - Hubungi dokter
5. Tidak ada keluhan jika ada kenaikan
bising usus
- Monitor
persiapan
makanan yang
aman
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual
dan muntah
2 Kekurangan Setelah dilakukan NIC
volume cairan tindakan keperawatan
Fluid management
berhubungan 2x24 jam diharapkan
- Timbang
dengan pasien tidak kekurangan
popok/pembalut
kehilangan cairan
jika diperlukan
volume cairan NOC : Status nutrisi:
- Pertahankan
aktif (diare) Intake makanan dan
cairan intake dan output
Kriteria hasil : yang akurat
a. Mempertahankan - Monitor status
urine output sesuai hidrasi dan
dengan usia dan BB kelembaban
(urine normal) membran mukosa
b. Tekanan darah nadi - Monitor vital sign
suhu dalam batas - Monitor masukan
normal makanan
c. Tidak ada tanda- - Kolaborasi obat
tanda dehidrasi. dengan dokter
Elastisitas turgor - Monitor berat
kulit baik, membran badan
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
3 Ketidakseimban Setelah dilakukan NIC
gan nutrisi tindakan keperawatan
Manajemen Nutrisi
kurang dari 2x24 jam diharapkan
- Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi makanan
berhubungan - Kolaborasi dengan
NOC: Status nutrisi: ahli gizi untuk
dengan output menentukan jumlah
Intake makanan dan
yang berlebihan kalori dan nutrisi
cairan yang dibutuhkan
Setelah dilakukan pasien
- Monitor jumlah
tindakan keperawatan nutrisi dan
kandungan kalori
2x24 jam diharapkan - Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi
nutrisi
NOC: Status nutrisi: - Kaji kemampuan
pasien untuk
Intake makanan dan mendapatkan nutrisi
cairan yang dibutuhkan
Kriteria Hasil: Nutrition Monitoring
a. Adanya peningkatan
- BB pasien dalam
berat badan sesuai batas normal
dengan tujuan - Monitor adanya
penurunan berat
b. Berat badan ideal badan
sesuai dengan tinggi - Monitoring kulit
kering dan perubahan
badan pigmentasi
c. Mampu - Monitor turgot kulit
- Monitor mual dan
mengidentifikasi muntah
kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
4 Kerusakan Setelah dilakukan NIC
integritas kulit tindakan keperawatan
Pressure Management
berhubungan 2x24 jam diharapkan
- Jaga kebersihan
dengan tidak terjadi infeksi.
kulit agar tetap
seringnya BAB
NOC: Tissue Integrity kering dan bersih
dan iritasi oleh
skin - Monitor kulit
feses yang
adanya kemerahan
bersifat asam
- Mandikan pasien
dengan sabun dan
Kriteria Hasil:
air hangat
a. Integritas Kulit - Anjurkan pasien
yang baik bisa untuk
dipertahankan menggunakan
(sensasi, elastisitas, pakaian yang
temperatur, hidrasi) longgar
b. Tidak ada luka atau - Hindari kerutan
lesi pada kulit pada tempat tidur
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankn
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
5 Defisiensi Setelah dilakukan NIC
pengetahuan tindakan keperawatan
Teaching : disease
berhubungan 2x24 jam diharapkan
process
dengan pengetahuan pasien dan
keterbatasan keluarga tentang - Berikan penilaian

paparan penyakit pasien tentang tingkat

informasi bertambah. pengetahuan


pasien tentang
NOC : Knowledge : proses penyakit
disease process yang spesifik

- Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
Kriteria Hasil :
penyakit, dengan
a. Pasien dan keluarga cara yang tepat
menyatakan
- Gambarkan proses
pemahaman tentang
penyakit dengan
penyakit, prognosis
cara yang tepat
dan progam
pengobatan - Sediakan informasi
b. Pasien dan keluarga pada pasien
mampu tentang kondisi,
melaksanakan dengan cara yang
prosedure yang tepat
dijelaskan secara
- Diskusikan pilihan
benar
terapi atau
c. Pasien mampu
penanganan
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
6 Resiko syok Setelah dilakukan - Monitor status
hipovelemik tindakan keperawatan sirkulasi BP, warna
kulit, suhu kulit,
2x24 jam diharapkan denyut jantung, HR,
tidak terjadi syok pada dan ritme, nadi
pasien perifer, dan kapiler
refill
NOC : Syok pervention
Kriteria hasil : - Monitor oksigenasi

a. Nadi dalam batas - Monitor input dan


yang diharapkan output
b. Irama jantung dalam - Monitor suhu dan
batas yang pernafasan

diharapkan - Monitor tanda awal


c. Frekuensi nafas syok

dalam batas normal - Kolaborasi obat


Skala : dengan dokter

1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat A.A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2014) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2011. Buku Saku Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare).
Jakarta: Kemenkes RI.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nelwan, Erni, Juita. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (Edisi 4. Jilid ke-1).
Jakarta: Internal Publishing.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Pearce Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakata: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta.
Vivian, Nanny Lia Dewi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai