Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE AKUT
A. Konsep Teori
1. Definisi Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
(Suriadi,Rita Yuliani, 2001).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI
Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-
kanak, didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces
(Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan Manusia
Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai anus,

menurut Pearce (2009), anatomi fisiologi sistem pencernaan manusia yaitu:

a. Mulut

Mulut merupakan bagai awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas dua

bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan

pipi.Bagian dalam yang tediri terdiri atas rongga mulut. Didalam mulut terdapat

lidah yang merupakan organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu

mengunyah (mastikasi), menelan (deglution), bicara (spech) dan pengecap,

kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu :glandula parotis, glandula

sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang

merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat

pengunyah dan bicara.

b. Pharing

Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang

kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu setinggi vertebra

cervikalis VI hingga kebawah setinggi tulang rawan cricoidea. Jadi pharing

penting untuk lalunya bolus (makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya

udara.

c. Esophagus ( kerongkongan )

Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari

jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan bermuara

pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.

d. Lambung

Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal

dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ J “ terletak


dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah diafragma.

Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara mekanis dan kimiawi,

sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu proses penyembuhan

eritrosid.

e. Usus Halus

Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai

muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga abdomen terletak

sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7 meter. Usus halus

dibagi menjadi :

1) Duodenum

Disebut juga usus dua belas jari.Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk

sepatu kuda melengkung kekiri.Pada lengkungan ini terdapat

pankreas.Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila vateri. Dinding

duodenum mempunyai lapisan yang banyak mengandung kelenjar yang

berfungsi untuk memproduksi getah intestinum yang disebut kelenjar

brunner.

2) Yeyenum dan Ileum

Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada

dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang dikenal sebagai

mesentrum.Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan

perantara lubang orifisium ileosinkalis.Didalam tunica propria (bagian dalam

tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan limfoid, noduli lymphatici yang

ada sendiri-sendiri atau berkelompok. Sementara di ileum plicae cirkulares

dan villiakan berkurang, sedangkan kelompok noduli lympathici akan

menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara 20 noduli lympathici.


Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri, yang menjadi tanda khas

ileum.Fungsi dari usus halus antara lain menerima zat-zat makanan yang

sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam amino, menyerap

karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.

3) Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-

olah seperti huruf “ U “ terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya

kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus

besar terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden dan

sigmoideum.Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk kemudian sisa

masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses.

4) Anus

Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya

diperkuat oleh tiga spinter yaitu :

 Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak

 Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendaki

 Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak

3. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah

a. Diare Akut

Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.

Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba

frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI.

Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau saluran kemih, terapi
antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh

sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang

spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

b. Diare Kronik

Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi

defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14

hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom

malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,

intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari

pelaksanaan diare akut yang memadai.

4. Patofisiologi
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan diare dapat disebabkan
oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya:
a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan
danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkansystem transport
aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya
cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
b. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang mengakibatkan
tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan eletrolit ke ronga usus yang
dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.
c. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan kesempatan
untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
d. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis.
5. Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),
makanan, dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
 Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas,
dll.
 Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
 Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba
histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare
kronis.
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
b. Suhu tubuh meninggi
c. Feces encer, berlendir atau berdarah
d. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
e. Anus lecet
f. Muntah sebelum dan sesudah diare
g. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
h. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
7. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,HCO3
menurun)
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia

9. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus,
penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.
10. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
a. Jenis cairan
1) Cairan rehidrasi oral
 Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa
 Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain.
2) Cairan parenteral
b. Jalan pemberian cairan
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum
serta kesadaran baik.
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau
minum, atau kesadaran menurun.
3) Intravena untuk dehidrasi berat.
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak.
d. Jadwal pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
· Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
11. Obat - obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atautanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau kar bohidrat
lain(gula, air tajin, tepung beras, dll)
1) Obat antisekresi
2) Obat antispasmolitik
3) Obat pengeras tinja
4) Antibiotika, kapan perlu
12. Pencegahan
Pada umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan sejarang-
jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja. Pada
keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja
bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut),
“lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air
sedikit seperti pada keadaan sembelit). Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI,
frekuensi buang air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang
encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna.
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi tergantung
makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah
(mungkin darah) atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada
penyakit hati).

13. Perawatan dirumah

Prinsip pengobatan diare


Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik
dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi
yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease)
asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan penyebab kematian. Oleh karena itu,
prinsip pengobatan diare adalah: Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut
(minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, pemberian makanan
seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare
yang ringan tidak diperlukan penggantian susu formula.
Cara membuat oralit :
a. Cuci tangan sebelum meyiapkan
b. Siapkan 1 gelas (200 cc) air matang
c. Gunting ujung pembugkus oralit
d. Masukkan seluruh isi oralit ke dalam gelas yang berisi air tersebut
e. Aduk hingga bubuk oralit larut
f. Siap untuk diminum
Cara memberikan oralit :
a. Anak umur <1 tahun diberikan 50 – 100 cc cairan oralit setiap kali BAB
b. Anak umur >1 tahun diberikan 100 – 200 cc cairan oralit setiap kali BAB
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal

keadaan umum dan perilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009), keadaan

umum bayi yang dapat diperiksameliputi mengkaji dehidrasi seperti

berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa yang

kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat,

dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya

dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian

ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang

mengancam).Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai

kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang baru, kontak

dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi,

kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat

alergi, pengunaan obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi,

terhadap makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus

apel).

Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang permasalahan diare dapat

dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar pada bayi lebih

dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentuk cair kadang-kadang

disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun, warna kelaman

kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet

didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi. Pada pengkajian faktor penyebab

dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan,

dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor
kulit buruk, membran mukosa kering, pada bayi ubun- ubun cekung, bising usus

meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda- tanda vital,

yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang

dilakukan antaralain seperti kadar kalium, natrium, dan klorida.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diaremenurut Nanda NIC NOC

2015, adalah :

a. Diare berhubungan denganproses infeksi

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif (diare)

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena

diare

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan

e. Resiko syok hipovelemik

f. Defisit pengetahuan tentang gastroenteritis akutberhubungan dengan


kurangnya informasi.

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan

dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi

pasien.Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis

akut atau diaremenurut Nurarif dan Hardhi (2015)adalah sebagai berikut:


No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan hasil(NOC)

1. Diare Setelah dilakukan NIC


berhubungan tindakan keperawatan
Diarhea Management
dengan proses 2x24 jam diharapkan
infeksi Diare pada pasien - Evaluasi efek
teratasi. samping
pengobatan
NOC : Electrolyte and
terhadap
Acid base balance
gastrointestinal
Kriteria hasil : - Ajarkan pasien
untuk
a. Feses berbentuk,
menggunakan
BAB sehari sekali
obat anti diare
tiga hari
- Evaluasi intake
b. Menjaga daerah
sekitar rectal dari makanan yang
iritasi masuk
c. Tidak mengalami - Identifikasi faktor
diare penyebab dari
d. Menjelaskan diare
penyebab diare dan - Monitor tanda dan
rasional tindakan gejala diare
e. Mempertahankan - Observasi turgor
turgor kulit kulit secara rutin
- Ukur
Skala :
diare/keluaran
1. Ekstrim BAB
2. Berat - Hubungi dokter
3. Sedang jika ada kenaikan
4. Ringan bising usus
5. Tidak ada - Monitor persiapan
keluhan makanan yang
aman
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual dan
muntah

2. Kekurangan Setelah dilakukan NIC


volume cairan tindakan keperawatan
Fluid management
berhubungan 2x24 jam diharapkan
dengan pasien tidak kekurangan - Timbang
kehilangan cairan` popok/pembalut
volume cairan jika diperlukan
aktif (diare) NOC : Status nutrisi: - Pertahankan
Intake makanan dan intake dan output
cairan yang akurat
- Monitor status
Kriteria hasil :
hidrasi dan
a. Mempertahankan kelembaban
urine output sesuai membran mukosa
dengan usia dan BB - Monitor vital sign
(urine normal) - Monitor masukan
b. Tekanan darah nadi makanan
suhu dalam batas - Kolaborasi obat
normal dengan dokter
c. Tidak ada tanda- - Monitor berat
tanda dehidrasi. badan
Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan.

Skala :

1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
keluhan
3 Ketidakseimban Setelah dilakukan NIC
gan nutrisi tindakan keperawatan
Manajemen Nutirisi
kurang dari 2x24 jam diharapkan
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi - Kaji adanya alergi
berhubungan makanan
NOC: Status nutrisi:
dengan output - Kolaborasi
Intake makanan dan
yang berlebihan. dengan ahli gizi
cairan
untuk menentukan
Kriteria Hasil: jumlah kalori dan
nutrisi yang
a. Adanya
dibutuhkan pasien
peningkatan berat
- Monitor jumlah
badan sesuai
nutrisi dan
dengan tujuan
kandungan kalori
b. Berat badan ideal
- Berikan informasi
sesuai dengan
tentang kebutuhan
tinggi badan
nutrisi
c. Mampu
- Kaji kemampuan
mengidentifikasi
pasien untuk
kebutuhan nutrisi
mendapatkan
d. Tidak ada tanda-
nutrisi yang
tanda malnutrisi
dibutuhkan
Skala :
Nutrition Monitoring
1. Ekstrim
- BB pasien dalam
2. Berat
batas normal
3. Sedang
- Monitor adanya
4. Ringan
penurunan berat
5. Tidak ada
Keluhan badan
- Monitoring kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual dan
muntah

4. Kerusakan Setelah dilakukan NIC


intergritas kulit tindakan keperawatan
Pressure Management
berhubungan 2x24 jam diharapkan
dengan tidak terjadi infeksi. - Jaga kebersihan
seringnya BAB kulit agar tetap
NOC: Tissue Integrity
dan iritasi oleh kering dan bersih
skin
fases yang - Monitor kulit
bersifat asam Kriteria Hasil: adanya kemerahan
- Mandikan pasien
a. Integritas Kulit yang
dengan sabun dan
baik bisa
air hangat
dipertahankan
- Anjurkan pasien
(sensasi, elastisitas,
untuk
temperatur, hidrasi)
menggunakan
b. Tidak ada luka atau
pakaian yang
lesi pada kulit
longgar
c. Mampu melindungi
- Hindari kerutan
kulit dan
pada tempat tidur
mempertahankn
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
keluhan
5. Defisiensi Setelah dilakukan NIC
pengetahuan tindakan keperawatan
Teaching : disease
berhubungan 2x24 jam diharapkan
process
dengan pengetahuan pasien dan
keterbatasan keluarga tentang - Berikan penilaian
paparan penyakit pasien tentang tingkat
informasi bertambah. pengetahuan
pasien tentang
NOC : Knowledge :
proses penyakit
disease process
yang spesifik
Kriteria Hasil : - Gambarkan tanda
dan gejala yang
a. Pasien dan keluarga
biasa muncul pada
menyatakan
penyakit, dengan
pemahaman tentang
cara yang tepat
penyakit, prognosis
- Gambarkan proses
dan progam
penyakit dengan
pengobatan
cara yang tepat
b. Pasien dan keluarga
mampu - Sediakan
melaksanakan informasi pada
prosedure yang pasien tentang
dijelaskan secara kondisi, dengan
benar cara yang tepat
c. Pasien mampu - Diskusikan pilihan
menjelaskan terapi atau
kembali apa yang penanganan
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainya
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
keluhan

6. Resiko syok Setelah dilakukan - Monitor status


hipovelemik tindakan keperawatan sirkulasi BP,
2x24 jam diharapkan warna kulit, suhu
tidak terjadi syok pada kulit, denyut
pasien jantung, HR, dan
ritme, nadi perifer,
NOC : Syok pervention
dan kapiler refill
Kriteria hasil : - Monitor
oksigenasi
a. Nadi dalam batas
- Monitor input dan
yang diharapkan output
b. Irama jantung dalam - Monitor suhu dan
batas yang pernafasan
diharapkan - Monitor tanda
c. Frekuensi nafas awal syok
dalam batas normal - Kolaborasi obat
dengan dokter
Skala :

1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
keluhan

4. Implementasi
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang
telah direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena
anak telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan
tindakan diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
5. Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan dalamevaluasi keperawatan yakni
mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen
PPM dan PLP.

Doenges,ME, et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC.

M.C.Widjaya. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:


Kawan Pustaka

Subijanto.M.S, et all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal
506. Buletin IKA. Surabaya: Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya
bekerja sama dengan Yayasan Penyelenggara Informasi Pediatri.

Staf Pengajar IKA FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian
IKA FK UI.

Suriadi, S.Kp.,Rita Yuliani,S.Kp., (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1.


Jakarta: P.T. Fajar Intrapratama.

Tin Afifah, Srimawar Djaja, Joko Irianto. (2003). Kecendrungan Penyakit


Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita di Indonesia 1992-2001 dalam
Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 31. No2. Jakarta: Depkes RI Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta.

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.


EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai