DIARE AKUT
A. Konsep Teori
1. Definisi Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
(Suriadi,Rita Yuliani, 2001).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI
Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-
kanak, didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces
(Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan Manusia
Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai anus,
a. Mulut
Mulut merupakan bagai awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan
pipi.Bagian dalam yang tediri terdiri atas rongga mulut. Didalam mulut terdapat
lidah yang merupakan organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu
merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat
b. Pharing
kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu setinggi vertebra
penting untuk lalunya bolus (makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya
udara.
c. Esophagus ( kerongkongan )
jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan bermuara
d. Lambung
sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu proses penyembuhan
eritrosid.
e. Usus Halus
sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7 meter. Usus halus
dibagi menjadi :
1) Duodenum
brunner.
ileum.Fungsi dari usus halus antara lain menerima zat-zat makanan yang
3) Usus Besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-
kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus
besar terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden dan
sigmoideum.Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk kemudian sisa
4) Anus
3. Klasifikasi Diare
a. Diare Akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI.
Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau saluran kemih, terapi
antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang
b. Diare Kronik
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14
hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari
4. Patofisiologi
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan diare dapat disebabkan
oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya:
a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan
danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkansystem transport
aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya
cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
b. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang mengakibatkan
tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan eletrolit ke ronga usus yang
dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.
c. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan kesempatan
untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
d. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis.
5. Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),
makanan, dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas,
dll.
Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba
histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare
kronis.
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
b. Suhu tubuh meninggi
c. Feces encer, berlendir atau berdarah
d. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
e. Anus lecet
f. Muntah sebelum dan sesudah diare
g. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
h. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
7. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium :
Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,HCO3
menurun)
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia
9. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus,
penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.
10. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
a. Jenis cairan
1) Cairan rehidrasi oral
Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa
Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain.
2) Cairan parenteral
b. Jalan pemberian cairan
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum
serta kesadaran baik.
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau
minum, atau kesadaran menurun.
3) Intravena untuk dehidrasi berat.
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak.
d. Jadwal pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
· Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
11. Obat - obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atautanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau kar bohidrat
lain(gula, air tajin, tepung beras, dll)
1) Obat antisekresi
2) Obat antispasmolitik
3) Obat pengeras tinja
4) Antibiotika, kapan perlu
12. Pencegahan
Pada umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan sejarang-
jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja. Pada
keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja
bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut),
“lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air
sedikit seperti pada keadaan sembelit). Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI,
frekuensi buang air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang
encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna.
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi tergantung
makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah
(mungkin darah) atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada
penyakit hati).
1. Pengkajian
keadaan umum dan perilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009), keadaan
kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat,
dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya
dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian
ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang
kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat
terhadap makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus
apel).
dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar pada bayi lebih
dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentuk cair kadang-kadang
disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun, warna kelaman
kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet
dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan,
dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor
kulit buruk, membran mukosa kering, pada bayi ubun- ubun cekung, bising usus
meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda- tanda vital,
2. Diagnosa Keperawatan
2015, adalah :
diare
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
keluhan
3 Ketidakseimban Setelah dilakukan NIC
gan nutrisi tindakan keperawatan
Manajemen Nutirisi
kurang dari 2x24 jam diharapkan
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi - Kaji adanya alergi
berhubungan makanan
NOC: Status nutrisi:
dengan output - Kolaborasi
Intake makanan dan
yang berlebihan. dengan ahli gizi
cairan
untuk menentukan
Kriteria Hasil: jumlah kalori dan
nutrisi yang
a. Adanya
dibutuhkan pasien
peningkatan berat
- Monitor jumlah
badan sesuai
nutrisi dan
dengan tujuan
kandungan kalori
b. Berat badan ideal
- Berikan informasi
sesuai dengan
tentang kebutuhan
tinggi badan
nutrisi
c. Mampu
- Kaji kemampuan
mengidentifikasi
pasien untuk
kebutuhan nutrisi
mendapatkan
d. Tidak ada tanda-
nutrisi yang
tanda malnutrisi
dibutuhkan
Skala :
Nutrition Monitoring
1. Ekstrim
- BB pasien dalam
2. Berat
batas normal
3. Sedang
- Monitor adanya
4. Ringan
penurunan berat
5. Tidak ada
Keluhan badan
- Monitoring kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual dan
muntah
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
keluhan
4. Implementasi
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang
telah direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena
anak telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan
tindakan diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
5. Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan dalamevaluasi keperawatan yakni
mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen
PPM dan PLP.
Subijanto.M.S, et all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal
506. Buletin IKA. Surabaya: Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya
bekerja sama dengan Yayasan Penyelenggara Informasi Pediatri.
Staf Pengajar IKA FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian
IKA FK UI.