Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS “DHF”


DI RSU ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :

ULFAH
NIM. 2019032099

POGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Diare adalah peradangan yang terjadi pada usus yang memberikan gejala bab cair
dengan atau tanpa disertai muntah( Padila, 2015 ).
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya. diare adalah buang air besar
encer atau cair lebih dari tiga kali sehari dan merupakan inflamasi pada daerah lambung
dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit
yang patogen,( Morton, 2014).
Diare adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3
kali perhari dan banyaknya lebih dari 200-250 gram, ( Amin Huda, 2015 ).
Klasifikasi Diare
Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah
ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan.
Empat jenis klinis diare antara lain:
a. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa
jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak
diberikan makan/minum.
b. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus
(intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan
komplikasi lain termasuk dehidrasi.
c. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah
malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa
terjadi.
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah
infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi
(kekurangan) vitamin dan mineral.

Berdasarkan onset terjadinya, diare dibedakan menjadi :


a. Diare Akut: merupakan peningkatan frekuensi BAB dan perubahan dalam
konsistensi feses yang terjadi secara tiba-tiba, seringkali diakibatkan oleh agen
infeksius dalam saluran pencernaan.
b. Diare Kronik: didefinisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi BAB dan air
dalam feses dengan durasi lebih dari 14 hari, biasanya disebabkan oleh kondisi
kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi saluran cerna, penurunan
imunitas, alergi makanan, intoleransi laktosa, diare non spesifik ,( Ngastiya, 2012 ).
2. Anatomi Fisiologi
Secara garis besar sistem pencernaan manusia di mulai dari mulut – faring - laring –
esofagus – lambung – usus dan berakhir di rektum/ anus. Pada kasus penyakit diare
yang paling sering bermasalah adalah lambung dan usus terutama usus halus.
a. Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang di bawah diafragma. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus uterian, corpus dan antrum, pilorikum/pylorus. Sebelah
kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri bawah
lambung terdapat kurvatura mayor. Spincter pada kedua ujung lambung mengatur
pengeluaran dan pemasukan. Spincter cardiac atau spincter esofagus bawah,
mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung
memasuki esophagus kembali. Lambung terdiri dari 4 lapisan. Tunika serosa atau
lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum
viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan lambung terus memanjang ke
arah hati membentuk omentum minus.Fungsi lambung terdiri dari: menampung
makanan, menghancurkan. Getah cerna lambung dihasilkan oleh: Pepsin, fungsinya :
memecah putih telur menjadi asam amino, HCl, fungsinya : mengasamkan makanan,
antiseptik, desinfektan.Renin, fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari karsinogen.
b. Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus
sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen.
Usus halus dibagi menjadi: duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum panjangnya
sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai yeyunum. Yeyunum dan ileum panjangnya
masing-masing sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang
paling luar atau lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai
lapisan viseral dan parietal, ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini
dinamakan rongga peritoneum, otot yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan :
a. Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah tipis.
b. Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan
peristaltik usus.
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja
kolesistokinin.
Fungsi usus halus:
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler
dan saluran-saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
d. Fungsi usus besar:
e. Menyerap air dan makanan.
f. Tempat tinggal bakteri koli.
g. Tempat faeces.
( Ngastiyah, 2012 )
3. Etiologi
a. Makanan dan Minuman.
Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam
waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam
jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak,
terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang,
Lemak) yang dapat menimbulkan alergi, makanan basi
b. Infeksi
a. Infeksi internal :Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio
Cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus
(Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa
cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti
Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis, Jamur (Candida
Albicans) : Biardia Lambia, Cryptosporidium
b. Infeksi eksternal : Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan
Gastroenteritis adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis MediaAkut /
radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil),
Bronchopeneumonia (radang paru)
c. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : pada anak yang tersering adalah adalah intoleransi
laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
d. Psikologis : rasa takut dan cemas ( jarang terdapat tetapi pada anak yang lebih besar
dapat terjadi )
( Ngastiya. 2012 )
4. Manifestasi Klinis
a. Nausea (mual ), Muntah, Demam, Diare, Nyeri perut (abdominal discomfort), Rasa
perih di ulu hati, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa
panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
b. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
c. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
d. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
e. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
f. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
g. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
h. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
i. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam, (Kusmaul).
(Helmi, 2012 )

5. Patofisiologi
Masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia
Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel yang menyebabkan infeksi pada
sel-sel mukosa usus atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat
toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan
gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik.Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah Pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua gangguan
sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus,
terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari
diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi) : Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
d. Gangguan gizi. Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
( Peate, 2015 )
E. Pathway

Infeksi Malabsorbsi Makanan Psikologis

Berkembang dalam usus bersifat toksik distres GI

Proses infeksi Makanan tidak dapat


Diserap usus

Tekanan osmotik peningkatan sekresi


Air, elektrolit, dalam rongga usus
Pergeseran cairan dan
Dan elektrolit dalam peningkatan isi rongga usus
Usus
Hiperperitaltik usus

Reaksi inlamasi BAB > 3 x cair kehilangan cairan dan


Elektrolit secara
berlebihan
Pelepasan pirogen
Dan endogen distensi abdomen Diare dehidrasi

Hipotalamus mual, muntah

G3 termoregulator penurunan nafsu makan Kekurangan Resiko Syok


Volume Hipovolemik
Cairan
Hipertermi Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Tinja bersifat asam daerah perianal


(mengandung alkali) selalu basah

Iritasi daerah perianal

Kerusakan
Integritas Kulit

Sumber : Amin Huda, 2015


6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
 Makroskopis dan mikroskopis.
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
 Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
 pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
 Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
( Ngastiyah, 2012 )
7. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
( Ngastiyah, 2012 )
8. Tingkat Derajat Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan
mata cekung, minum normal, kencing normal.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat
haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan
minum normal.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah
turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun
dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.

Tabel Kebutuhan Cairan Spesifik Per Kelompok Umur


UMUR JUMLAH KEBUTUHAN CAIRAN

Bayi baru lahir 80 -100 mL/ Kg/ Hari


Bayi 120 – 130 mL/ Kg/ Hari
2 tahun 115 – 125 mL/ Kg/ Hari
6 tahun 90 – 100 mL/ Kg/ Hari
15 tahun 70 – 85 mL/ Kg/ Hari
18 tahun 40 – 50 mL/ Kg/ Hari

Berdasarkan golongan diare dibagi menjadi:


1. Pada bayi dan anak-anak. : Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari
tiga kali perhari BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari
empat kali perhari BAB.
2. Pada orang dewasa : Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh
kali dalam 2 jam BAB.
( Ngastiyah, 2012 )
9. Penatalaksanaan
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
 Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan yang dapat deberikan oralit, diberikan cairan RL, bila
tidak tersedia dapat dapat diberikan NaCl isotonik ditambah 1 ampul Na
bikarbonat 7,5 % dalam 50 ml
 Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
 Jalan masuk cairan dapat diberikan lewat oral atau intravena
 Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama.
Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status rehidrasi untuk memperhitungkan
kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan dapat terpenuhi pada akhir jam ke 3.
 Belum ada dehidrasi
 Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang
air besar.
 Parental dibagi rata-rata 24 jam
 Dehidrasi ringan
 1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik.
 selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
 Dehidrasi sedang
 1 jam pertama : 50-100 ml/kgBB personal atau intragastrik
 selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
 Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3-10 kg.
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 10 tetes/kgBB/menit (dengan infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (dengan infus
berukuran 1 ml = 20 tetes)
 7 jam kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (dengan infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes.
 Terapi simptomatik
Obat diare bersifat simptomatik dan dan diberikan sangat hati-hati dan atas
pertimbangan rasional :
 Sifat antimotilitas dan sekresi usus
 Sifat antiemetik
 Pengobatan Dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7
kg.
 Jenis makanan :
 Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tak jenuh misalnya LLM, Almiron).
 Makanan setengah padat (bubur syusu) atau makanan padat (nasi tim) bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan
padat.
 Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktose atau susu dengan
asam lemak tak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
 Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral.Bila diberi
ASI atau susu Formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan
oralit atau air tawar selang-seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu
formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar atau 1x ASI/susu formula rendah
laktosa, 1 x oralit/air tawar.
 Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
 Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI (susu formula sesuai dengan kelainan
yang ditemukan dari pemeriksaan laboratorium)
 Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Lactogen,
Dancow dsb, dengan menu makan sesuai dengan umur dan BB bayi.
 Terapi definitif
Pemberian edukatif sebagai langkah pencegahan. Hygiene perseorangan, sanitasi,
imunisasi melalui vaksinasi sangat penting selain terapi farmakologi.
( Ngastiyah, 2012 )
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal
assessment.
a. Identitas klien.
b. Riwayat keperawatan.
 Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
 Keluhan utama : Faeces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
e. Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan
marah dan merasa bersalah.
f. Kebutuhan dasar.
 Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang, konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat
sedikit atau banyak, dan pada buang air kecil mengalami penurunan dari biasanya.
 Pola nutrisi : makan menurun, diawali dengan mual, muntah, dikarenakan
peradangan paa lambung
 Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman, mual muntah, diare dan kadang disertai demam.
 Pola hygiene : mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurang
menjaga personal hygiene sehingga terjadi kerusakan integritas kulit. Hal ini
disebabkan karena faeces mengandung alkali dan berisi enzim dimana
memudahkan terjadinya iritasi.
 Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
Fokus Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
 Kepala : ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan
rambut, rambut kusam, tidak mengkilap dan rontok
 Mata : Palpebra tampak cekung, konjungtiva anemis
 Mulut : Warna dan kelembaban, adanya lesi, bersisik / mengelupas dan kering
 Abdomen : Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik
meningkat, berat badan menurun.
 Kulit : Warna kulit, hidrasi, kering,turgor kulit menurun, keringat banyak.
 TTV: Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi meningkat, TD meningkat atau
menurun.
b. Aktivitas/Istirahat
Gejala: kelemahan, keletihan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak bisa tidur
semalaman karena diare,merasa gelisah dan ansietas,pembatasan aktivitas.
c. Sirkulasi
Tanda: Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan Nyeri)
Kulit / membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi /
malnutrisi)
d. Integritas Ego : Gejala: Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal: perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Tanda: Menolak, perhatian menyempit, depresi
e. Eliminasi : Gejala: tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau/berair
Tanda: Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik yang dapat dilihat.
f. Makanan/Cairan : Gejala: Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, tidak
toleran terhadap diet/sensitif misal: buah segar / sayur, produk susu, makanan
berlemak.
Tanda: Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot, dan Turgor
kulit buruk, membran mukosa pucat, luka, inflamasi ronnga mulut.
g. Higiene
Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis Menunjukkan
kekurangan vitamin,bau badan.
h. Nyeri/Kenyamanan : Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah(mungkin
hilang dengan titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis). Nyeri mata, fotofobia
(iritis).
Tanda: Nyeri tekan abdomen/distensi
i. Keamanan
Tanda: Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan dan
membengkak) pada tangan, muka, pioderma gangrenosa (lesi tekan purulen/lepuh
dengan batas keunguan) pada paha, kaki, dan mata kaki.
( Helmi, 2012 )
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kelembaban
f. Resiko syok hipovolemik
( Amin Huda, 2015 )
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi ( NIC )
Keperawatan ( NOC)
Diare berhubungan Bowl Elimination Diare Management
dengan proses infeksi Fluid Balance  Kelola pemeriksaan kultur
Hidration sensitivitas feses
Electrolit and Acid Base  Evaluasi pengobatan yang berefek
Balance samping gastrointestinal
kriteria hasil:  Evaluasi jenis intake makanan
 Tidak ada diare  Monitor kulit sekitar perianal
 Feses terhadap adanya iritasi dan ulserasi
tidak ada darahdan  Ajarkan pada keluarga penggunaan
mukus obat anti diare
 Nyeri perut tidak ada  Instruksikan pada pasien dan
 Pola BAB normal keluarga untuk mencatat warna,
 Elektrolit normal volume, frekuensi dan konsistensi
 Asam basa normal feses
 Hidrasi baik (membran  Ajarkan pada pasien tehnik
mukosa lembab, tidak pengurangan stress jika perlu
panas, vital sign  Kolaburasi jika tanda dan gejala
normal, hematokrit diare menetap
dan urin output dalam  Monitor hasil Lab (elektrolit dan
batas normaL leukosit)
 Monitor turgor kulit, mukosa oral
sebagai indikator dehidrasi
 Konsultasi dengan ahli gizi untuk
diet yang tepat

Hipertermia Thermoregulation Fever Treatment


berhubungan dengan kriteria hasil :  Monitor tanda vital
proses infeksi  Tanda vital normal  Monitor iwl
TD (systole 110-  Monitor warna dan suhu kulit
130mmHg, diastole  Monitor wbc, hb dan hct
70-90mmHg), HR(60-  Kompres pada lipatan paha dan
100x/menit), RR (16- axila
24x/menit), suhu  Monitor intake dan output
0
(36,5-37,5 C)
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Tidak ada perubahan
 Kolaborasi pemberian cairan
warna kulit
intravena dan antipiretik
Temperatur Regulation
 Monitor suhu per 2 jam
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu
 Beri tahu tentang penanganan
emergency yang diperlukan

Ketidakseimbangan Nutritional status : Nutrition Manajemen


nutrisi kurang dari food and fluid status,  kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh nutritition intake,  kaji kemampuan pasien
berhubungan dengan weight control mendapatkan nutrisi yang
ketidakmampuan kriteria hasil: dibutuhkan
mencerna nutrisi  Adanya peningkatan  kolaborasi ahli izi
berat badan  yakinkan diet yang dikonsumsi
 Mampu mengandung tinggi serat
mengidentifikasikan Nutrition Monitoring
kebutuhan nutrisi  monitor penurunan berat badan
 turgor kulit baik  monitor lingkungan selama makan
 tidak ada tanda  jadwalkan pengobatan dan tindakan
malnutrisi tidak saat makan
 peningkatan fungsi  monitor turgor kulit
menelan  monitor mula muntah
 tidak terjadi  monitor kadar albumin, hct, total
penurunan berat badan protein dan hb
yang berarti

Kekurangan volume Fluid balance Fluid management


cairan berhubungan Hydration
dengan kehilangan Nutritional Status :  Timbang popok/pembalut jika
cairan aktiv Food and Fluid diperlukan
Intake  Pertahankan catatan intake dan
Kriteria Hasil : output yang akurat
 Mempertahankan urine  Monitor status hidrasi ( kelembaban
output sesuaidengan membran mukosa, nadi adekuat,
usia dan BB, BJ urine tekanan darah ortostatik ), jika
normal,HT normal diperlukan
 Tekanandarah, nadi,  Monitor hasil lAb yang sesuai
suhutubuhdalam batas dengan retensi cairan (BUN ,
normal Hmt , osmolalitas urin )
 Tidak ada tanda  Monitor vital sign
tandadehidrasi,  Monitor masukan makanan /
 Elastisitas turgor kulit cairan dan hitung intakekalori
baik, membranmukosa harian
lembab, tidak ada rasa  Kolaborasi pemberian cairan IV
hausyang berlebihan  Monitor status nutrisi
 Berikan cairan
 Berikan diuretik sesuai interuksi
 Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih munculmeburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

Kerusakan integritas Tissue integrity : skin Pressure Management


kulit berhubungan and mucous mebranes  Monitor kulit akan adanya
dengan peningkatan Hemodyalisis kemerahan
kelembaban Kriteria Hasil  Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Integritas kulit pasien
yangbaik  Monitor status nutrisi pasien
bisadipertahankan  Anjurkan pasien untuk
(sensasi, menggunakan pakaian
elastisitas,temperatur, yanglonggar
hidrasi, pigmentasi)  Hindari kerutan padaa tempat tidur
 Tidak ada luka/lesi pada  Jaga kebersihan kulit agar tetap
kulit bersih dan kering
 Perfusi jaringan baik  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Menunjukkan
pemahaman dalam pasien) setiap dua jamsekali
proses perbaikan kulit  Oleskan lotion atau minyak/baby
dan mencegah oil pada derah yangtertekan
terjadinya cedera  Memandikan pasien dengan sabun
berulang dan air hangat
 Mampumelindungikulit
dan mempertahankan
kelembaban kuli dan
perawatan alami

Resiko syok Syok prevention Syok Prevention


hipovolemik Syok management  monitor status sirkulasi HR, warna
Kriteria hasil kulit, suhu, nadi perifer dan CRT
 Nadi, pernapasan,  monitor tanda inadekuat oksigenasi
dalam batas yang  monitor suhu dan pernapasan
diharapkan  monitor input dan output
 Irama jantung dalam  pantai nilai laboratorium
batas normal  monitor tanda asites
 Laboratorium dalam  monitor tanda awal syok
batas normal (Na, K,  tempatkan pasien dalam posisis
Cl, Mg, PH, Hct) supine
 Tidak ada tanda  pantau kepatenan jalan napas
dehidrasi  berikan cairan IV yang tepat
 ajarkan keluarga dan pasien tanda
awal syok
 ajarkan keluarga dan klien cara
mengatasi syok
syok management
 monitor fungsi neurologis
 monitor fungis renal
 monitor tekanan nadi
 monitor status cairan
 catat gas darah arteri dan oksigen
 monitor nilai laboratorium

( Amin Huda, 2015 )

DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda. 2015. Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasication, 2015-2017. Edisi 10.
EGC, Jakarta

___________, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-
Noc. Jilid 1. EGC. Jakarta
Helmi, Zairin Noor. 2015. Gangguan Pencernaan Jakarta. Salemba Medika

Morton, G. 2014. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2.Media Aesculapius. Jakarta

Ngastiya. 2012. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta. EGC

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yokyakarta. Nuha Medika

Peate, M. N. 2015. Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Bumi Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai