Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners


(Stase Keperawatan Anak)

Disusun Oleh :
IRNA DWI HANDAYANI
20149011014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL MAJALENGKA
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
A. Definisi
Diare adalah mencret atau buang air besar lebih dari 4 kali sehari dengan bentuk tinja
encer atau cair.
Diare adalah pasase feses dan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau tanppa
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium (Tusker,
1998 : 816).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behiman, 1999 :
1273).
Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau adapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001 : 123).
Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air besar dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 x sehari pada anak
sehingga mengacu kehilangan cairan dan elektrolit.
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
 Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia, aeromonas,
dsb.
 Ifeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis), adenovirus,
rotavirus, astrovirus dan lain-lain
 Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles, protzoa
(Entamoeba histolytica, Giarella lemblia, tracomonas homonis), jamur (candida
albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis, bronkopneumonia, ensefalitis dsb.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
b. Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi.
c. Malabsorbsi lemak
d. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
C. Klasifikasi
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1) Lama waktu diare
a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005) diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri,
lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika
dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).
b) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2) Mekanisme patofisiologi
a) Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c) Malabsorbsi asam empedu.
d) Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.
e) Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f) Gangguan permeabilitas usus.
g) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
h) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
3) Penyakit infektif atau non-infektif.
4) Penyakit organik atau fungsional
Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2) Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
3) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
4) Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak
karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
a) Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.
b) Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
d) Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronis :
Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri, parasit,
malabsorbsi, malnutrisi, dll.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
a) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia).
b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah).
c) Hipoklikemia
d) Gangguan sirkulasi darah (FK UI, 1995).
E. Pathway
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gelaja diare menurut Brunner & Suddart (2014)
a. peningkatan frekuwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses  
b. kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasahaus,
kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus) setiap
kali defekasi
c. Buang air besar lebih dari 4x sehari
d. feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus
e. feses semi padat, lunak yang disebabkan oleh gangguan pada usus besar
f. terdapat lender, darah dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau inflamasi
g. cipratan minyak pada toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi pancreas dan diare
nokturnal yang merupakan manifestasi neuropatik diabetik
Bahaya yang ditimbulkan diare :
1. Kehilangan cairan tubuh
2. Lemah dan lesu
3. Meninggal karena banyak mengeluarkan cairan jika tidak segera ditangani
G. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, inotonik, atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus,hiptoni, otot, lemah, bradikardi perubahan
padaa elektro kardiagram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi,protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
H. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja (makroskopik & mikroskopik)
b. Pemeriksaandaran ureum & kreatini
c. Pemeriksaan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum
d. Pemeriksaan inkubasi deodenum, untuk mengetahui jenis jasad renik/ parasit secara
kuantitatif dan kualitatif
I. Penatalaksanaan
1. Medik :
Dasar pengobatan diare adalah :
a. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya.
b. Dietetik (cara pemberian makanan)
c. Obat-obatan.
2. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena
pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6
bulan dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering
disebut : oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan kebutuhan
pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan stempat. Pada
umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi,
yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya.
 Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi
 Dehidrasi ringan
1jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral
selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari
 Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde)
selanjutnya 125 ml / kg BB / hari
 Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.
3. Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg
jenis makanan :
a) Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b) Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak
mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu dengan tidak
mengandung laktosa
4. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan /
tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat
lain (gula, air tajin, tepung beras ).
a) Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b) Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak
beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat
pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.
c) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila
penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari.
Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis,
bronkitis / bronkopneumonia
J. Pencegahan
a. Mencegah berkembangbiaknya lalat dengan menghilangkan sarang-sarang dengan
cara :
1) Membuang sampah pada tempat tertutup
2) Membakar sampah
3) Mencegah lalat hinggap/mengotori makanan/minuman
b. BAB pada tempat tertentu (WC)
c. Memelihara kebersihan rumah dan pekarangan
d. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan
e. Menjaga kebersihan alat-alat makan/minum
f. Menghindari makanan yang menyebabkan diare
g. Pengolahan dan penyajian makanan harus sesuai dengan syarat kesehatan
h. Memberi pendidikan kesehatan pada keluarga/masyarakat
K. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeiksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
penentuan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kretanin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat.
L. Anatomi dan Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan
juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati
dan kandung empedu. Adapun sistem organ pencernaan atau sistem gastrointestinal yaitu
:
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia
dan hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu : kardia, fundus, antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim.
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
2) Usus kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum).
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
f. Usus Besar (colon)
Usus besar atau colon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari
Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri) dan Kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum).
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung
pada usus penyerapan serta bagian colon menanjak dari usus besar.
h. Umbai Cacing (appendix)
Umbai cacing atau appendix adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
i. Anus (rektum)
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot springter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses buang air
besar ( defekasi)  yang merupakan fungsi utama anus.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare,  kembung, demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Kenaikan Bb karena umur 1-3 tahun berkisar antara 1,5 – 2,5 kg (rata-rata 2kg),
PB 6-10 cm (rata-rata 8cm) pertahun
2) Kenaikan lingkar kepala : 12 cm ditahun pertama dan 2cm ditahun kedua dan
seterusnya
3) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu, geraham dan gigi taring seluruhnya
14-16 buah
4) Erupsi gigi : geraham pertama menusul gigi taring
b. Perkembangan
1) Fase anal
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanya adalah latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa.
2) Tahap pekembangan psikososial menurut Erik Erikson
Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk mandiri
(tak tergantung). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB
sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntuk harapan yang terlalu
tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan
tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
3) Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
umur 2-3 tahun
a) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepas pakaian sendiri (BM)
6. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada
anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
8. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
b. Pemeriksaan Fisik
1) pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar.
2) keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang.
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc /  jamban / sungai /
kebun, personal hygiene, sanitasi, sumber air minum.
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan / minuman terakhir
yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa / belum pernah dimakan, alergi,
minum ASI atau susu formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan,
efek  samping obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum di
warung.
3) Pola eleminasi
Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir, oliguria, anuria
4) Pola aktifitas dan latihan : travelling
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola persepsi diri dan konsep diri
11) Pola seksual dan reproduksi
d. Diagnosa keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feces
dan muntah serta intake terbatas (mual)
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus
3) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal
4) Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anaknya
5) Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas
e. Tujuan keperawatan
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3) Nyeri teratasi
4) Kecemasan berkurang
5) Keluarga mengetahui
f. Intervensi keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feces
dan muntah serta intake terbatas (mual)
a) Kaji intake dan output klien
b) Observasi tanda-tanda dehidrasi
c) Catat frekuensi BAB, karakteristik, dan konsistensi
d) Observasi TTV
e) Penatalaksanaan pemberian cairan
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus
a) Kaji pola nutrisi klien
b) Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai
c) Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut
d) Timbang berat badan tiap hari
e) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
3) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal
a) Kaji keluh nyeri
b) Atur posisi yang nyaman bagi klien
c) Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman
d) Bersihkan area anorektal dengan sabun
e) Kolaborasi pemberian obat analgetik
4) Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anaknya
a) Dorong keluarga klien untuk mengurangi kecemasan
b) Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum
c) Ciptakan lingkungan yang tenang
5) Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas
a) Kaji kesiapan keluarga untuk mengikuti penjelasan
b) Jelaskan tentang proses penyakit anaknya
c) Jelaskan tentang tujuan pemberian obat
d) Jelaskan dan tunjukan cara perawatan perineal setelah defekasi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7076864/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIARE
(diakses pada tanggal 27 April 2021 pada pukul 10:00 WIB)
https://id.scribd.com/doc/124765402/LAPORAN-PENDAHULUAN-DIARE
(diakses pada tanggal 27 April 2021 pada pukul 11:00 WIB)
https://id.scribd.com/document/353453726/Askep-Diare-Pada-Anak
(diakses pada tanggal 28 April 2021 pada pukul 10:50 WIB)
https://www.academia.edu/24699791/LP_DIARE
(diakses pada tanggal 28 April 2021 pada pukul 13:00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai