Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Dari tahun ke tahun
diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan
malnutrisi pada anak.
Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk
dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
berak- lebih dari biasanya (tiga kali dalam sehari). Di Indonesia penyakit
diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama, dimana insidens diare pada tahun 2000 yaitu sebesar 301 per 1000
penduduk, secara proporsional 55 % dari kejadian diare terjadi pada
golongan balita dengan episode diare balita sebesar 1,0 1,5 kali per tahun.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi
lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.
Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare
menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di
Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang
diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di
Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Diare
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di dunia diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per
tahun. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga
seringkali akibat dari racun bacteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan
dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya
sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu
minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa
perawatan.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi
pencernaan,peneyerapan
dan
sekresi.Diare
disebabkan
oleh
Gangguan
diare
dapat
melibatkan
lambung
dan
usus
stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
C. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan
bakteri
timbul
berlebihan
yang
selanjutnya
dapat
menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
Diare
disentri
adalah
diare
yang
disertai
darah
dalam
oleh
ginjal
(terjadi
oliguria/anuria)
dan
terjadinya
A
Baik, sadar
B
*Gelisah, rewel
Normal
Cekung
C
*Lesu, lunnglai,
atau tidak sadar
Sangat cekung dan
kering
Air mata
Ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Periksa : turgor
kulit
Hasil pemeriksaan
Kembali cepat
Kembali lambat
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang biala
ada 1 tanda
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Kembali sangat
lambat
Dehidrasi berat bila
ada 1 tanda
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Terapi
Rencana terapi A
Rencana Terapi B
Rencana Terapi C
H. Penatalaksanaan Terapeutik
Tujuan utama dalam penatalaksaan diare akut meliputi :
1) Pengkajian terhadap gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit
2) Rehidrasi
3) Terapi cairan rumatan
4) Tindakan memulai kembali diet yang memadai
Tindakan pertama yang harus dilakukan bagi bayi dan anak-anak yang
menderita diare akut dan dehidrasi adalah terapi rehidrasi oral atau pemberian
oralit.pemakaian oralit merupakan salah satu kemajuan dalam bidang
pelayanan kesehatan di dunia selama dasawarsa yang lalu.Cara ini dipandang
lebih efektif,lebih aman,tidak memberikan rasa nyeri,dan juga biayanya lebih
murah dibandingkan dengan terapi rehidrasi intravena (pemberian infuse
cairan).Sebagai hasilnya,American Academy of pediatrics,World Health
Organization (WHO) dan Centers For Disease Control and prevention
.Pada
anak-anak
yang
lebih
besar,dapat
diberiakn
larutan
bukan
merupakan
10
kontraindikasi
bagi
pemberian
berlangsung,(2)
menggantikan
deficit
sebelumnya,dan
(3)
12
infeksi
bakteri
gejalanya,eliminasi
atau
parasit
mikroorganisme
dengan
dan
lama
sakit,intensitas
penyebaran
sekunder
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan :
Kurang volume cairan berhubungan dengan GI berlebihan melalui feses atau
emesis
Sasaran pasien 1 : pasien menunjukan tanda tanda rehidrasi adekuat .
Intervensi keperawatan / rasional :
1. Beri larutan rehidrasi oral (LRO) untuk rehidrasi dang penggantian
cairan melalui feses.
2. Beri LRO sedikit tapi sering khususnya bila anak muntah karena
muntah kecuali jika muntah itu hebat bukanlah kontraindikasi untuk
penggunaan LRO.
3. Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi hebat
dan muntah
4. Beri agens antinikroba sesuai ketentuan untuk mengobati pathogen
khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan.
5. Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi
karena karena penelitian menunjukan pemeberian ulang diet normal
secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi
penyakit.
6. Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air,ASI,formula
bebas-laktosa atau formula yang mengandung setengah laktosa untuk
mempertahankan terapi cairan.
7. Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluaran
(urine,feses dan emesis) untuk mengevaluasi keefektifan intervensi.
8. Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi untuk
mengkaji hidrasi.
9. Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi.
14
10. Kaji tanda tanda vital turgor kulit membrane mukosa dan status
mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi.
11. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah,minuman
berkarbonat,dan gelatin karena cairan ini biasanya tinggi
karbohidrat,rendah elektrolit,dan mempunyai osmolalitas tinggi.
12. Intruksikan
keluarga
dalam
memberikan
terapi
yang
tepat,pemantauan masukan dan keluaran,dan mengkaji tanda tanda
dehidrasi untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki
kepatuhan aturan teraupetik.
Hasil yang diharapkan
Anak menunjukan tanda-tanda hidrasi yang adekuat (uraikan)
2. Diagnose keperawatan:
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui diare,masukan yang tidak adekuat
Sasaran pasien 1 : pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia.
Intervensi keperawatan/rasional
1. Setelah rehidrasi,intruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan
pemberian ASI karena hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan
durasi penyakit.
2. Hindari pemeberian diet dengan pisang beras apel,dan roti panggang
atau the karena diet ini rendah dalam energy dan protein,terlalu tinggi
dalam karbohidrat dan rendah elektrolit.
3. Observasi dan catat respons terhadap pemberian makan untuk
mengkaji toleransi pemberian makan.
4. Intruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap program teraupetik
5. Gali masalah dan prioritas anggota keluarga untuk memperbaiki
Anak
mengkonsumsi
nutrisi
yang
ditentukan
dan
menunjukan
Intervensi Keperawatan/Rasional
1. Implementasikan isolasi substansi tubuh atau praktik pengendalian
infeksi rumah sakit, termasuk pembuangan feses dan pencucian yang
tepat, serta penanganan specimen yang tepat untuk mencegah
penyebaran infeksi.
2. Pertahankan pencucian tangan yang benar untuk mengurangi risiko
penyebaran infeksi
3. Pakaikan popok dengan tepat untuk mengurangi kemungkinan
penyebaran feses.
4. Gunakan popok sekali pakai superabsorbent untuk menamoung feses
dan menurunkan kemungkinan terjadinya dermatitis popok.
5. Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dari
menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi
6. Ajarkan anak, bila mungkin, tindakan perlindungan untuk mencegah
penyebaran infeksi seperti pencucian taangan setelah menggunakan
toilet.
7. Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung, dalam praktik isolasi,
khususnya mencuci tangan untuk mengurangi risiko penyebaran
infeksi
Hal yang Diharapkan
Infeksi tidak menyebar ke orang lain
4. Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan integritas kulit berhubugan dengan iritasi karena diare.
Sasaran Pasien 1: Kulit pasien tetap utuh.
16
Intervensi Keperawatan/Rasional
1. Ganti popol dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan
kering.
2. Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non-alkalin
dan air atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut
karena feses diare sangat mengiritasi kulit.
3. Beri salep seperti seng oksida untuk melindungi kulit dari iritasi (tipe
salep dapat bervariasi untuk setiap anak dan memerlukan periode
percobaan).
4. Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika
mungkin untuk meningkatkan penyembuhan; berikan salep pelindung
pada kulit yang sangat teritasi atau kulit terekskoriasi untuk
memudahkan penyembuhan.
5. Hindari menggunakan tisu basah yang dijual bebas yang mengandung
alcohol pada kulit yang terekskoriasi karena akan menyebabkan rasa
menyengat.
6. Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi, seperti kandida,
sehingga yang dapat dimulai.
7. Berikan obat antijamur yang tepat untuk mengobati infeksi jamur
kulit.
Hail yang Diharapkan
Anak tidak mengalami bukti-bukti kerusakan kulit.
5. Diagnosa Keperawatan
Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan dengan orangtua, lingkungan
tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.
Sasaran Pasien 1 : Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan
Intervensi Keperawatan/Raional
1. Beri perawatan mulut dan empeng untuk bayi untuk memberikan
rasa nyaman
17
anak
dan
kondisinya
untuk
meningkatkan
untuk
mendorong
kepatuhan
terhadap
program
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Adapun etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab yaitu Bakteri,
Virus, Parasit, dan Non infeksi.
Diare menurut jenisnya dibagi : Diare Akut, Diare Disentri, Diare
Persisten dan Diare dengan masalah lain.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini petugas kesehatan dapat
menangani pasien dengan diare, dan dapat memebrikan pendidikan
kesehatana bagi masayarakat umum agar masayarakat dapat lebih
mengetahui akan penyakit diare jika menyerang anak mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Wong Dona L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta:
20
EGC
Wong Dona L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:
EGC
21