Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

(DIARE)

DISUSUN OLEH:
LISDAYANTI 2140703018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
I. Konsep Penyakit
A.Definisi Diare
Diare atau penyakit diare (Diarhea Disease) berasal dari bahasa Yunani
yaitu Diarroi yang artinya mengalir terus, adalah keadaan abnormal dari
pengeluaran tinja yang frekuen, Penyakit diare merupakan masalah utama dari
morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia terutama di negara
berkembang seperti Indonesia, tingginya angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh diare, Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari. (Rasmala Dewi, 2020)

Diare merupakan kondisi ketika pengidapnya melakukan buang air


besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Di samping itu, feses pengidap
diare lebih encer dari biasanya. Hal yang perlu diwaspadai, meski diare
bisa berlangsung singkat, tapi bisa pula berlangsung selama beberapa hari.
Bahkan dalam beberapa kasus bisa terjadi hingga berminggu minggu.
(Pitaloka, 2021)
B. Penyebab
Virus merupakan patogen tersering penyebab diare akut pada anak
dengan prevalensi tertinggi pada usia antara 3 sampai 24 bulan. Hal ini
disebabkan oleh sistem pertahanan tubuh anak usia 3 hingga 24 bulan masih
belum cukup matang. diare disebabkan oleh banyak faktor diantaranya makanan
dan minuman yang terkontaminasi akibat kebersihan yang buruk, infeksi virus
dan bakteri. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari anak balita yang
rentan terhadap penyakit karena belum memiliki sistem kekebalan tubuh
(Suprapto, 2022)
Faktor risiko yang dapat menyebabkan diare adalah faktor lingkungan, faktor
perilaku pada masyarakat, dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare.
Faktor lingkungan contohnya kondisi sanitasi yang buruk dan sarana
prasarana air bersih yang tidak memadai. Contoh pada factor perilaku
masyarakat seperti tidak mencucui tangan sebelum makan dan sesudah
buang air besar serta melakukan pembuangan tinja secara sembarangan.
Tidak memberikan ASI eksklusif selama 4 sampai 6 bulan pertama juga
dapat menyebabkan resiko terkena diare lebih besar. (Hutasoit, 2020)
C. Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006, Klasifikasi
diare berdasarka lama waktu diare terdiri dari, diare akut, diare persisten,
diare kronis yaitu:

1. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu berlangsung kurang


dari 14 hari dengan pengeluaran tinja lunak atau cair.
2. Diare persisten adalah diare yang Berlangsung 15-30 hari merupaakn
kelanjutan dari diare akut.
3. Diare kronis adalah diare hilang timbul atau berlangsung lama
dengan penyebab non- infeksi seperti penyakit sensitive terhadap
gluten atau gangguan metabolism yang menurun lama diare kronis >
30 hari. (Rachmawati, 2022)
Menurut Ngastyah (2003), tingkat dehidrasi(kehilangan cairan) di bagi 3 yaitu:
1. Diare Tanpa Dehidrasi, ciri-cirinya jika pada Balita, ia tetap aktif,
memiliki keinginan untuk minum seperti biasa, mata tidak cekung, dan
turgor kembali segera. Namun, Balita akan kehilangan cairan <5% dari
berat badan.

2. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang, biasanya Balita mengalami gelisah


atau rewel, mata cekung, rasa haus meningkat, turgor kembali lambat,
dan kehilangan cairan 5-10% dari berat badan.

3. Diare Dehidrasi Berat, ditandai dengan lesu/lunglai, mata cekung,


malas minum, turgor kembali sangat lambat > 2 detik, dan kehilangan
cairan >10% dari berat badan.

Diare yang sering terjadi adalah diare akut dengan angka kejadian 55 %, dan
dengan dehidrasi ringan 48%, karena tubuh balita banyak mengeluarkan
keringat, urine, dan frekuensi bab yang sering menyebabkan dehidrasi ringan.
(Aprilla, 2020)
D. Patofisiologi

Menurut Dewi (2010), mekanismediare yang menyebabkan timbulnya diare


adalah sebagai berikut: gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan
atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu misalnya toksin pada dinding usus atau Terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Gangguan Motilitas usus hiperperistaltik akan
mengakibatkan Berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga.Timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula. (Pitaloka,
2021)
E. Manisfestasi Klinis
Anamnesis dimulai dari penentuan apakah diare yang terjadi merupakan
diare primer ataukah diare sekunder. Gejala seperti batuk maupun sesak akan
mengarahkan diagnosis kepada infeksi pernapasan. Frekuensi buang air kecil akan
meningkat ditambah nyeri saat buang air kecil dapat mengarah kepada
diagnosis infeksi saluran kencing (ISK). Anamnesis berikutnya adalah untuk
mengevaluasi berat gejala dan komplikasi. Selanjutnya, pertanyaan lebih detail
diperlukan untuk mengukur derajat dehidrasi dan derajat kehilangan elektrolit
seperti durasi diare, volume diare, seberapa banyak cairan yang mampu
diminum selama diare, dan lain-lain. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk
memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari tanda-tanda penyakit penyerta.
Gejala dan tanda dehidrasi perlu dicari dan harus ditentukan derajat dehidrasinya.
Bila didapatkan nafas cepat dalam dapat dicurigai adanya asidosis
metabolic. Pada keadaan kembung perlu diperhatikan adanya ileus
paralitik.Berdasarkan kadar Natrium dalam plasma, jenis dehidrasi dapat
dibagi menjadi tiga jenis: dehidrasii hiponatremiai (<130 mEg/L), dehidrasii
iso-natremia (130m – 150 mEg/L) dan dehidrasii hipernatremia (> 150
mEg/L). Pada umunya dehidrasii yang terjadii adalah tipe iso – natremia
(80%) yang tanpa disertai gangguan osmolalitas, sisanya (15%) merupakan
diare hipernatremia dan 5% merupakan jenis diare hiponatremia. Dehidrasi
isonatremi ditandai dengan onset yang sangat cepat,ekstremitas dingin dan
berkeringat. Kesadaran menurun, dan muncul gejala lain hock hipovolemik.
Dehidrasi hipernatremik ditandai dengan terdapatnya kekurangan air dan
natrium, tetapi proporsi kekurangan airnya lebih banyak, konsentrasi natrium
serum meningkat <150 mmol/L, osmolaritas serum meningkat (>295 mOsmol/L).
saat konsentrasi natrium > 165 mmol/L, kejang mungkin dapat terjadi.7
Dehidrasi hiponatremik ditandai dengan adanya kekurangan air dan natrium
tetapi kekurangan natriumnya secara relative lebih banyak, konsentrasi natrium
serum rendah (<130mmol/L), osmolaritas serum rendah (275 mOsmol). (Putra,
2020)
F. Pemeriksaan Penunjang
WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut
lintas penatalaksanaan diare (rehidrasi, supplement zinc, nutrisi, antibiotik
selektif, dan edukasi orangtua/pengasuh. (Putra, 2020)
G. Komplikasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri diklasifikasikan menjadi dua golongan
yaitu bakteri non infasif dan bakteri infasif. Bakteri non infasif diantaranya
Vibrio cholera dan E coli (EPEC, ETEC, EIEC). Bakteri infasif diantaranya
adalah Salmonella sp, E. colii hemorrhagic (EHEC) dan Campylobacter sp.
Bakterii tipe non infasif dan bakteri infasif dapat menimbuklan tanda tanda
infeksi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan proses transpor
ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
diare oleh bakteri non infasif dalam tubuh masuk melalui saluran
pencernaan yang tercemar oleh makanan kurang higienis. Didalam
lambung, seluruh komponen bakteri akan dihancurkan oleh asam
lambung. Namun, perlu diperhatikan bahwa saat bakteri yang masuk
memiliki jumlah yang cukup banyak, bakteri akan melanjutkan proses
infeksi menudu duodenum. Dalam duodenum bakteri berkembang biak hingga
100 juta koloni. Didalam membrane, bakteri mensekresi toksin subunit A dan
subunit B. Toksin subunit B menempel pada membran subunit A dan akhirnya
bersentuhan dengan membrane sel. Akhirnya, akan terjadi rangsangan
sekresi dan hambatan absorpsi cairan, hal ini menyebabkan volume cairan
lumen usus bertambah banyak. Jika cairan melebihi 4500 ml atau kapasitasnya
untuk menyerap maka terjadilah diare. (Putra, Penanganan terkini diare pada
anak: tinjauan pustaka, 2020)
II. Penyimpangan KDM
III. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu nama
klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab, perkerjaan, agama.
Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan psikososial.
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi
dan feses menjadi cair.keluhan lain yangmenyertai muntah, demam, nyeri
abdomen, kondisi feses yang encerlender dan darah. Pengkajian riwayat
dihubungkan dengan epidemiologi merupakan pengkajian penting dalam
menetukan penyebab, rencana intervensi, dan factor resiko yang mungkin terjadi.
Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang mungkin
terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi
enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut gastrointestinal yang dapat
berbahaya sehingga harus di lakukan dalam kondisi rehidrasi cairan. Riwayat
alergi pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang
banyak mengandung sorbitol dan fruktosa. Pada pengkajian psikososial pasien
biasanya mengalami kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi
tentang pendidikan kesehatan. pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan
kolaboratif untuk menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan
pemeriksaan medis untuk dehidrasi. Pemeriksaan status dehidrasi esensial
merupakan pemeriksaan medis untuk menentukan kebutuhan pengganti cairan
dalam pemenuhan hidrasi, tetapi pada kondisi klinis perawat yang dapat
melakukan perhitungan skor dapat melakukan peran kolaboratif dalam
menentukan jumlah cairan yang akan diberikan.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi)
2. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan

C. Pelaksanaan Keperawatan
No Diagnosis Perencanakan
Keperawata Luaran Intervensi Rasional
n
1. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manejemen nyeri 1. untuk
agen pencedera (L.08066) (I.08238) mengetahui
fisiologis Setelah -Identifikasi skala nyeri.
(mis.inflamasi) melakukan lokasi, 2. Untuk
(D.0077) intervensi karakterisik,durasi, mengetahui
selama1x24 jam frekuensi,kualitas,i tingkatan nyeri
Diharapkan ntensitas nyeri yang
tingkat nyeri -Identifikasi skala sebenarnya
menurun nyeri 3. Untuk
Hasil: -Identifikasi factor mengetahui
- keluhan yang memperberat karakterisik,
nyeri dan memperingan durasi,frekuens
menurun nyeri. i,kualitas dan
- gelisah intensitas nyeri
menurun
- merintis
menurun

2. Hipovolemia Status cairan Manajemen 1. untuk


b.d kekurangan (L.03028) hipovolemia mengehindari
intake cairan Setelah (I.03116) kelebihan
(D.0023) malakukan - Hitung cairan yang
intervensi 2x24 kebutuhan cairan masuk
jam diharapkan -Berikan asupan kedalam tubuh
status cairan cairan oral 2. untuk
membaik mengetahui
tanda dan
- Membran gejala yang
mukosa muncul
lembab
Membaik
- Perasaan
lemah
membaik
- Berat
badan
membaik
D. Implementasi
1. Subjective (subjektif), yakni segala bentuk pernyataan atau
keluhan dari pasien.
2. Objective (objektif), yakni data yang diobservasi dari hasil
pemeriksaan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain.
3. Analysis (analisis), yakni kesimpulan dari objektif dan subjektif.
4. Planning (perencanaan), yakni rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan analisis.
E. Evaluasi
valuasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya Evaluasi dalam
keperawatan telah merupakan kegiatan dalam menilai tindaka keperawatan yang
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara ditentukan, optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan. keperawatan adalah kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Aprilla, P. E. (2020). GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA <2 TAHUNDI PUSKESMAS KAMPAR
KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019. GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA <2 TAHUNDI
PUSKESMAS KAMPAR KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019, 3.

Hutasoit, D. P. (2020). Pengaruh Sanitasi Makanan dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli Terhadap
Penyakit Diare. Pengaruh Sanitasi Makanan dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli Terhadap
Penyakit Diare, 4.

Pitaloka, D. A. (2021). ANALISISIS ASPEK LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA
BALITA DI TANAH SAREAL. ANALISISIS ASPEK LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI TANAH SAREAL, 2.

Pitaloka5, D. A. (2021). NALISISIS ASPEK LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA
BALITA DI TANAH SAREAL. NALISISIS ASPEK LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI TANAH SAREAL, 2.

Putra, D. P. (2020). Penanganan terkini diare pada anak: tinjauan pustaka. Penanganan terkini diare
pada anak: tinjauan pustaka, 3.

Putra, D. P. (2020). Penanganan terkini diare pada anak: tinjauan pustaka. Penanganan terkini diare
pada anak: tinjauan pustaka, 3.

Rachmawati, C. I. (2022). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, 2.

Rasmala Dewi, U. E. (2020). Evaluasi Penggunaan Kombinasi Zink dan Probiotik pada. Evaluasi
Penggunaan Kombinasi Zink dan Probiotik pada, 2.

Suprapto, N. N. (2022). Peran Serta Masyarakat dengan Angka Kejadian Diare. Peran Serta Masyarakat
dengan Angka Kejadian Diare, 6.

IV. Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu


V. yaitu nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
VI. perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
VII. kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
VIII. dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair
IX. Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu
X. yaitu nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
XI. perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
XII. kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
XIII. dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair.
XIV. Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu
XV. yaitu nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
XVI. perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
XVII. kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
XVIII. dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair.
XIX. Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu
XX. yaitu nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
XXI. perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
XXII. kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
XXIII. dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair.
XXIV. Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu
XXV. yaitu nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
XXVI. perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
XXVII. kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
XXVIII. dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair
XXIX. Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu
XXX. yaitu nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
XXXI. perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
XXXII. kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
XXXIII. dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair
XXXIV. Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu
XXXV. yaitu nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
XXXVI. perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
XXXVII. kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
XXXVIII. dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair
XXXIX.
XL.
XLI.
XLII.
XLIII.
XLIV.
XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX.
L.
LI.
LII. Memberikan informasi kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan
anak.

Anda mungkin juga menyukai