Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA BALITA

Fadhila Adristi Ananda1, Rahmat Helmy Arafik2, Fitriani3, Siti Oktaviani4, Hairunisa Febri Anggraini5, Iyasha Sulistia
Ningrium6, Mais Wuri Anjani7, Wahjianty8, Dinda Safitri9, Nurul Fazila10, Merry Margareta Mulang11

Abstract
Stunting is a condition where toddlers experience chronic malnutrition due to a lack of
nutritional intake that matches their actual nutritional needs. The research method used
was taken from several literature reviews such as Google Scholar, PUBMED, DOAJ.
Based on a search of the journal literature, it was found that the factors that cause
stunting are exclusive breastfeeding, the level of knowledge and educati on of the
mother, and the level of energy intake. It is hoped that other researchers can conduct
research that is different from the methods obtained from the literature review of this
journal.
Keywork: Causal Factors, Stunting, Toodler

Abstrak
Stunting merupakan suatu keadaan dimana balita mengalami kekurangan gizi kronis
dikarenakan kurangnya asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan gizi sebenarnya.
Metode penelitian yang digunakan yaitu diambil dari beberapa literature review seperti
google Scholar, PUBMED, DOAJ. Berdasarkan dari pencarian literatur jurnal
didapatkan bahwa faktor-faktor penyebab stunting yaitu, pemberian ASI eksklusif,
tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu, dan tingkat asupan energi. Diharapkan bagi
peneliti lain dapat melakukan penelitian berbeda dari metode yang didapat dari
literature review jurnal ini.
Kata Kunci: Faktor Penyebab, Stunting, Balita

1
PENDAHULUAN anak organisasi kesehatan dunia (WHO)
Stunting adalah masalah gizi (Bazie et al., 2021). Saat ini, sekitar 162
yang sedang dihadapi di dunia terutama juta anak stunting di bawah usia lima
di negara berkembang yang berkaitan tahun (Maulina, 2021). Terdapat 165
dengan peningkatan resiko kematian juta balita di dunia dalam kondisi
dan kesakitan oleh karena itu dengan pendek (stunting) yang termasuk
dampaknya yang sangat berpengaruh kedalam permasalahan gizi di dunia
baik bagi penderitanya maupun (Nugroho et al., 2021).
pembangunan bangsa maka harus Stunting adalah suatu kondisi
ditangani ( Fatimah & Fitriani, 2022; dimana anak balita mengalami gagal
Hijrawati et al., 2021). Seperti tumbuh (bayi di bawah lima tahun)
penjelasan Kemendikbud RI (2021) sehingga anak terlalu pendek untuk
bahwa stunting dapat mempengaruhi usianya akibat dari kekurangan gizi
kerentanan suatu penyakit, dapat kronis (Musaidah et al., 2020;
menurunkan produktivitas, tingkat Kemenkes RI 2013). Seorang anak,
kecerdasan, menghambat pertumbuhan pada seribu hari pertama kehidupan
ekonomi dan meningkatkan yang mengalami kekurangan gizi dalam
kemiskinan. Stunting dapat menurunkan jangka waktu lama dapat
produktivitas Sumber Daya Manusia, mengakibatkan kegagalan pertumbuhan
hal tersebut terlihat dari Indeks sehingga terlihat pendek dibandingkan
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia anak seusianya (Purbowati et al., 2021).
di ASEAN masih kurang dari pada Prevalensi stunting (21,9%),
Malaysia, Tahiland, Filipina, Singapura, wasting (7,3%), dan kelebihan berat
dan setara Vietnam. badan (5,9%) tahun 2018 pada anak di
Stunting secara luas bawah usia lima tahun di seluruh dunia,
diasumsikan terjadi terutama pada anak lebih dari separuh anak stunting di
usia tiga tahun yang didefinisikan dunia berada di Asia (Liu et al., 2021).
sebagai ukuran keterbelakangan Kasus stunting yang terjadi di Indonesia
pertumbuhan linier di mana seorang menempati peringkat kelima di dunia
anak pendek untuk usianya di bawah 2 yaitu sebanyak 7,6 juta (37%), dan
standar deviasi dari nilai median tinggi sampai saat ini menjadi persoalan besar
untuk usia dari standar pertumbuhan yang segera mendapat perhatian khusus

2
(Masrul, 2019). Hal ini sejalan dengan stunting pada kelompok balita (29,6%)
Musaidah et al., (2020) mengatakan lebih besar jika dibandingkan dengan
bahwa, Indonesia merupakan negara usia baduta (20,1%) (Kemenkes RI,
dengan prevalensi stunting kelima 2018).
terbesar. Terdapat sekitar 35,6% Berdasarkan prevalensi stunting
(hampir 8 Juta) anak balita mengalami tersebut, kejadian stunting di Indonesia
stunting dan di seluruh dunia. masih menjadi masalah karena diatas
Menurut Maulina (2021) toleransi yang ditetapkan WHO yang
Indonesia merupakan negara dengan hanya 20% (Kemenkes, 2016).
banyak anak stunting, 32 dari 34 Pemerintah sudah bekerja keras
provinsi memiliki angka stunting di atas menurunkan angka stunting sejak tahun
20% berdasarkan batas angka stunting 2017 (Mahrus et al., 2022).
dari Organisasi Kesehatan Dunia Kementerian Kesehatan mentargetkan
(WHO). Berdasarkan Kesehatan Dasar angka stunting turun menjadi 14% dari
Penelitian (mulai sekarang dinamakan 27,7% pada tahun 2020 hingga tahun
Riskesdas), tahun 2018 angka stunting 2024 dalam RPJMN.(Kementerian
di Indonesia pada balita mencapai Kesehatan, 2020).
30,8%, terdiri dari 11,5% anak stunting Stunting disebabkan oleh
berat dan 19,3% anak pendek. Indonesia berbagai faktor penyebab, baik dari
angka stunting menurun dibandingkan makanan yang tidak seimbang maupun
data Riskesdas 2013 yang mencapai penyakit infeksi, anak yang mendapat
37,2%, terdiri dari 18% balita stunting makanan yang baik tetapi karena sering
berat dan 19,2% balita pendek sakit seperti diare atau demam dapat
(Kemenkes RI, 2018). Data stunting di menderita kurang gizi (Hariyadi, 2016;
Indonesia menunjukkan bahwa Mahrus et al., 2022). Anak-anak yang
prevalensi stunting secara nasional lahir dari orang tua yang berpendidikan
terjadi peningkatan dari 35,6% (tahun cenderung tidak stunting dibandingkan
2010) menjadi 37,2 % (tahun 2013) dan anak yang lahir dari orang tua dengan
menjadi 30,8 % (tahun 2018), tingkat pendidikan rendah (Maulina,
sedangkan data dari hasil Pemantauan 2021). Hal ini sejalan dengan penelitian
Status Gizi (PSG) tahun 2017 yang dilakukan Musaidah et al., (2020)
menunjukkan bahwa persentase balita didapatkan ada hubungan yang

3
bermakna antara pengetahuan orang tua lapangan pekerjaan sehingga dapat
dan pemberian ASI ekslusif dengan memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
kejadian stunting. Hal ini sejalan Pemerintah menetapkan lima
dengan penelitian yang dilakukan pilar penangan stunting antara lain
Anggryni et al., (2021) menyebutkan kepemimpinan yang memiliki
bahwa faktor penyebab kejadian komitmen dan visi, edukasi secara
stunting terjadi sejak kehamilan akibat nasional yang akan merubah perilaku,
kekurangan nutrisi pada masa tersebut, program yang terintegrasi di semua
inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam tingkat pemerintahan, pangan dan gizi
kelahiran maupun tidak sama sekali, yang baik, serta monitoring dan evaluasi
pemberian ASI terhenti <6 bulan dan secara berkelanjutan agar mencapai
frekuensi menyusu tidak cukup, serta target tersebut. Lima pilar tersebut di
pemberian makanan pendamping ASI jabarkan dalam banyak upaya yang
<6 maupun >12 bulan, dan makanan terdiri baik dari upaya gizi spesifik
yang diberikan tidak bervariasi dengan maupun gizi sensitive. Agar mencapai
frekuensi dan tekstur yang tidak sesuai hasil yang maksimal upaya ini harus
usia dilakukan secara terintegrasi
Menurut Nugroho et al., (2021) (Kementerian Kesehatan, 2020).
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu : Dibutuhkannya kerjasama berbagai
1. Meningkatkan pengetahuan ibu pihak untuk mencapai target penurunan
tentang kesehatan dan gizi 2. angka stunting meliputi pemerintah baik
Memberikan penyuluhan tmengenai pusat maupun daerah, akademisi,
pola asuh 3. Memberikan penyuluhan bahkan unsur masyarakat dan
tentang pelatihan pemanfaatan keagamaan.
pekarangan untuk kebun sayur dan Berdasarkan penjelasan yang
makanan beragam 4. Memberikan telah dikemukakan, maka penulis sangat
asupan energi yang cukup melalui tertarik untuk mereview beberapa
program makanan tambahan 5. literatur terkait tentang fyang
Memberikan pada ibu hamil yaitu mempengaruhi stunting pada anak.
asupan zat gizi dan tablet Fe agar
METODE
perkembangan janin optimal dan lahir Metode yang di gunakan dalam
dengan berat badan normal 6. Membuka Literature review ini diawali dengan

4
pemilihan topik kemudian ditentukan dibandingkan dengan usia (Kemenkes
keyword untuk pencarian jurnal RI, 2018).
menggunakan Bahasa Inggris dan Bersumber pada berbagai hasil
Bahasa Indonesia melalui beberapa riset diperoleh jika ada banyak aspek
database antara lain Google Scholar, yang pengaruhi peristiwa stunting.
Pubmed, dan DOAJ. Pencarian ini Salah satu aspek tersebut merupakan
dibatasi untuk jurnal mulai tahun 2017 wawasan. Tingkatan pendidikan bunda,
sampai dengan tahun 2022. Keyword wawasan bunda mengenai vitamin,
Bahasa Inggris yang digunakan adalah pemasukan keluarga, pemberian ASI
“Stunting and Children”, “Stunting khusus, umur mendapatkan masakan
Factor in Children”, Untuk Bahasa ekstra ASI, berkecukupan mikronutrien
Indonesia menggunakan kata kunci serupa zinc serta zat besi, riwayat
“Stunting, Gizi pada Anak, Faktor penyakit peradangan, dan aspek genetik
Stunting pada Anak”. diucap mempengaruhi pada stunting
Jurnal dipilih untuk dilakukan baik di desa serta perkotaan
review berdasarkan studi yang sesuai (Rohmawati, 2015; Wulandari,
dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi Muniroh, 2020). Selanjutnya ialah
dalam literature review ini adalah faktor aspek pemicu stunting pada anak di
stunting pada anak. Pencarian Indonesia
menggunakan keyword diatas
ditemukan beberapa jurnal. Dari seluruh 1. Pemberian ASI Eksklusif
jurnal yang didapat, kemudian di Berdasarkan PP No. 33 Tahun
cermati. 2012 menyatakan Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif (khusus) ialah air susu ibu
PEMBAHASAN yang dikhususkan semenjak anak
Di saat ini permasalahan pada lahir dengan durasi 6 bulan yang
gizi yang banyak di rasakan oleh bayi tidak diiringi makan ataupun minum
saat ini adalah. Dimana situasi stunting (terkecuali vitamin, obat-obatan, dan
adalah situasi yang membuat bayi sumber mineral). Ibu yang memilki
mempunyai jauh ataupun besarnya kesadaran terkait pemberian ASI
tubuh bayi yang kurang bila pada anaknya cukup meningkat, tapi

5
masih banyak yang belum ASI secara penuh dibandingkan ibu
memberlakukan secara eksklusif. dengan tingkat wawasan lebih
Stunting adalah suatu kondisi rendah. Pengetahuan yang dimiliki
dimana anak memilki tinggi badan ibu mengenai menyusui bayi mampu
yang tidak normal pada umumnya mendorong ibu dalam memberikan
(Kementrian Desa Republik, 2017). ASI secara penuh (Handayani et al.,
Stunting dalam rentang waktu 2019).
singkat mengganggu perkembangan Faktor lainnya yang menjadi
otak, kecerdasan, terganggunya pengaruh pada pemberian ASI
metabolisme pada tubuh. Sedangkan eksklusif ialah ibu yang bekerja. Ibu
dalam rentang waktu yang panjang yang memiliki pekerjaan lebih sering
berdampak pada penyusutan tidak menyusui secara eksklusif. Hal
kekuatan kongnitif serta kemampuan ini disebabkan ibu tidak memilki
pelajar, menurunnya daya tahan cukup banyak waktu dengan
tubuh yang menyebabkan mudah bayinya, waktu ibu tersebut banyak
sakit, serta beresiko besar terkena dihabiskan dengan pekerjaan,
penyakit kronis seperti DM, obesitas, misalnya pada ibu perkantoran.
serta penyakit jantung (Kementrian Sehingga sebagian ibu lebih memilih
Desa Republik, 2017). susu formula. Hal inilah yang
Balita yang kurang mendapatkan menyebabkan terjadinya stunting
air susu ibu eksklusif lebih gampang pada anak (Domili et al., 2021).
terserang penyakit, ketika balita
2. Ikatan wawasan serta pendidikan
terserang penyakit otomatis
bunda kepada stunting
kebutuhan nutrisinya menurun yang Kemajuan anak yang bagus
akan berdampak pada membutuhkan eksitasi yang bagus
pertumbuhannya sehingga terjadi dari orangtua. Orangtua juga harus
stunting (Latifah et al., 2020). mengenali bermacam pandangan
Salah satu faktor yang pertumbuhan yang dirasakan oleh
berpengaruh terhadap pemberian ASI anak pada bermacam bentang umur.
eksklusif adalah tingkat pendidikan Orangtua hendaknya pula berarti
ibu. Tidak sedikit dari ibu dengan mengenali serta menguasai gimana
wawasan yang tinggi memberikan peninjauan serta stimulan dini

6
tumbuh kembang pada anak mereka, positif serta pandangan minus.
alhasil tiap keterlambatan yang Kedua pandangan ini dapat
terjalin pada anak bisa di penemuan memastikan tindakan seorang, terus
serta di stimulan dengan segera menjadi banyak pandangan positif
(Padila, P; Andari, F. H; juga subjek yang dikenal, sehingga
Harsismanto, J; Andri, 2019). tidak memunculkan tindakan yang
Kurang bagusnya wawasan positif kepada subjek khusus.
bunda mengenai stunting salah Konsumsi vitamin yang bagus
satunya minimnya data amat pada anak kerap tidak sanggup
mempengaruhi tingkatan wawasan dipadati seseorang anak sebab
bunda. Pemicu lain minimnya diakibatkan sebagian aspek.
wawasan bunda mengenai Stunting Tercantum antara lain merupakan
merupakan sebab tidak seluruh tingkatan pendidikan bunda,
bunda bayi melaksanakan kunjungan wawasan bunda mengenai vitamin
ke Posyandu. Wawasan amat akrab serta kesehatan, situasi sosial
hubungannya dengan pendidikan, ekonomi keluarga, ketersediaan
dimana bisa diasumsikan kalau materi pangan, dan ikatan penuh
dengan pendidikan yang baik emosi badan keluarga yang lain yang
sehingga seseorang ingin juga selalu terlihat dalam sesuatu kerutinan.
memiliki banyak ilmu. Terdapatnya faktor- faktor itu
Pendidikan yang kecil tidak menghasilkan butuh terdapatnya
menjamin seseorang bunda tidak sesuatu perhatian dalam membagikan
memiliki wawasan yang lumayan hal hidangan pada anak sebab sikap serta
vitamin keluarganya. Terdapatnya tindakan yang terpola 3 dalam
rasa mau ketahui yang besar bisa sesuatu kerutinan berikan makan
pengaruhi bunda dalam memperoleh pada anak bisa pengaruhi konsumsi
data hal bukan hanya dari Pendidikan zat- zat vitamin buat anak
formal saja, akan tetapi bisa didapat (Supariasa, S; Bakrie, B; Fajar,
melewati pendidikan non- formal. 2012).
Mengenai suatu subjek, wawasan Hasil riset Putri
seseorang memiliki dua pandangan Wulandini( 2019) mengenai
yaitu pandangan-pandangan yang cerminan wawasan bunda yang

7
mempunyai bayi mengenai Stunting hadapi halangan serta keanehan
yang bertempat di Puskesmas (Ramdhani et al 2020).
Rejosari, Tenayan Raya Kota
Pekanbaru, mengatakan jika
3. Tingkatan Konsumsi Energi
wawasan bunda mengenai Stunting Kondisi vitamin yang bagus bisa
yang ada di Puskesmas Rejosari menaikkan kesehatan orang serta
Kecamatan Tenayan Raya Kota warga yang dipengaruhi oleh mutu
Pekanbaru ialah kebanyakan serta jumlah santapan yang
responden memiliki pendidikan dikonsumsi (Kementrian Kesehatan,
kurang yaitu 49 orang atau (70, 00 2014). Kekurangan vitamin
Persen). Perihal ini disebabkan (malnutrisi) pada umur dini
minimnya wawasan bunda mengenai menaikkan nilai kematian bocah
stunting bisa dipengaruhi oleh serta anak, menimbulkan
sebagian aspek ialah aspek umur pengidapnya gampang sakit serta
serta pendidikan. mempunyai bentuk badan badan
Basis data serta perkembangan tidak maksimum dikala dewasa
teknologi sediakan beragam alat (MCA, 2014).
massa yang bisa pengaruhi wawasan Pelampiasan zat vitamin yang
warga mengenai data terkini, adekuat, baik zat makanan makro
semacam tv, radio, pesan berita, ataupun vitamin mikro amat
konseling, serta lain- lain. Peneliti diperlukan buat menjauhi ataupun
berasumsi kalau wawasan orang memperkecil resiko stunting. Anak
lanjut usia mengenai vitamin yang makanannya tidak layak
membantu memulihkan status (jumlah serta mutunya) sehingga
vitamin pada anak buat menggapai energi kuat badannya bisa melemah.
kedewasaan perkembangan. Pada Dalam kondisi begitu hendak
anak dengan stunting gampang gampang diterjang peradangan yang
muncul permasalahan kesehatan bisa kurangi hasrat makan, serta
bagus raga ataupun kejiwaan. Oleh kesimpulannya bisa mengidap
sebab itu, tidak seluruh anak bisa kurang vitamin (Anugraheni, 2012).
berkembang serta bertumbuh cocok Apabila terjalin pada bocah serta
dengan umurnya, terdapat anak yang kanak- kanak hendak membatasi

8
perkembangan serta pada orang durasi yang lama serta bisa
berusia pengurangan berat tubuh menimbulkan perkembangan liner
serta kehancuran jaringan badan. terhambat (Nugraheni, D; Nuryanto;
Oleh sebab itu konsumsi tenaga yang Hartanti, SW; Binar, P; Ahmad,
bagus serta sepadan amat diperlukan 2020).
buat berkembang bunga anak buat Konsumsi energi yang tidak
memperkecil efek terbentuknya adequate bisa menimbulkan
stunting (Fitri et al 2020). terbentuknya ketidakseimbangan
Stamina sebagai salah satu aspek tenaga. Ketidakseimbangan tenaga
dalam perkembangan, bila dalam waktu durasi yang lama
kekurangan tenaga kronik (KEK) menimbulkan terjadinya masalah zat
dalam waktu durasi yang lama serta makanan. Konsumsi tenaga yang
bisa menimbulkan perkembangan kecil pada baduta bisa menimbulkan
besar tubuh tersendat. Kekurangan fungsi serta sistemis kemajuan otak
zat vitamin diakibatkan sebab tidak maksimal dan menyebabkan
menemukan santapan yang tidak perkembangan serta kemajuan
cocok dengan keinginan kognitif yang tertahan (Apriani &
perkembangan tubuh ataupun Soviana, 2021).
terdapatnya ketidakseimbangan
4. Ikatan sanitasi (kepemilikan toilet
antara mengkonsumsi zat vitamin
serta sumber air) dengan stunting
serta keinginan vitamin dari bidang Riset ini membuktikan jika
kuantitatif ataupun kualitatif terdapat ikatan yang penting antara
(Aritonang, 2015). kloset sehat dengan peristiwa
Bersumber pada hasil riset stunting pada bayi di Kecamatan
Nugraheni pada tahun 2020 Labuan dengan angka OR 3,
mengatakan kalau, salah satu pemicu 438( 95% CI; 1, 164–10, 152)
peristiwa Stunting pada bayi umur 6 maksudnya keluarga Dunia
hingga 24 bulan ialah konsumsi Kelompok Kesehatan yang tidak
tenaga serta pemberian ASI Khusus. mempunyai toilet segar akan 3, 438
Tenaga jadi salah satu aspek dalam kali lebih beresiko hadapi stunting
perkembangan, bila kekurangan pada bayi dibanding keluarga
tenaga kronik( KEK) dalam periode

9
Kelompok Kesehatan Bumi yang
5. Pola konsumsi dan budaya
tidak mempunyai toilet segar.
Dari hasil penelitian (Wati,
Tidak mempunyai toilet segar
2022) didapatkan informasi bahwa
hendak 3, 438 kali lebih beresiko
jumlah balita yang mempunyai pola
hadapi stunting pada bayi dibanding
dan budaya konsumsi yang baik
keluarga mereka yang mempunyai
dengan keadaan wajar adalah 56
toilet sehat. Hasil riset ini searah
balita (81,1 Persen), sedangkan balita
dengan (Wiyogowati, 2012) yang
yang mempunyai pola dan budaya
melaporkan bahwa tidak adanya
konsumsi yang baik sebanyak 0
ikatan penting di antara sanitasi dasar
balita (0,0 Persen). Jumlah balita
dengan adanya peristiwa stunting.
yang mempunyai pola dan budaya
Hasil riset membuktikan kalau
konsumsi yang buruk dengan
terdapat ikatan penting antara
keadaan wajar adalah 4 balita (5,8
kualitas air dengan peristiwa stunting
Persen), sedangkan balita yang
pada bayi di kecamatan Labuan.
mempunyai pola dan budaya
Keluarga Kelompok Kesehatan Bumi
konsumsi yang buruk dengan
mempunyai basis air yang tidak
keadaan stunting adalah 9 balita lima
mencukupi hendak jadi 2. 182 (95%
(13. 1 Persen).
CI: 1. 697- 2. 805) kali lebih
Berdasarkan hasil penelitian
beresiko hadapi stunting pada bayi
(Wati, 2022) didapatkan data bahwa
mereka dari keluarga Kelompok
jumlah balita yang mempunyai pola
Kesehatan Dunia yang mempunyai
dan budaya konsumsi yang baik
basis air yang mencukupi. Hasil riset
adalah 56 balita (81,1 persen),
ini searah dengan riset Adiyanti M
sedangkan balita yang mempunyai
serta Besral yang membuktikan jika
pola konsumsi dan budaya yang
ada ikatan penting yaitu antara akses
buruk adalah 13 balita (18,9 persen).
air bersih dengan peristiwa stunting
Dari hasil penelitian dan hasil
pada anak bayi. Keluarga tanpa akses
penelitian lainnya yang telah
air bersih 1, 26 kali lebih beresiko
dilakukan mendapatkan hasil bahwa
hadapi stunting pada buah hatinya
pola dan budaya konsumsi
dibanding keluarga tanpa akses air
merupakan faktor terpenting agar
bersih (Adiyanti, 2014).
mendapatkan perhatian ibu untuk

10
anak terbebas dari stunting. keluarga dengan pendapatan kurang
(Martianto, D; Riyadi, H; Ariefiani, 2.602 kali lebih risiko anaknya
2011) juga menjelaskan bahwa pola menjadi terhambat daripada keluarga
asuh pada bayi yang diterapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia yang
bunda akan mempengaruh mempunyai pendapatan cukup.
pertumbuhan, selain itu Selain itu, OR= 2.602(ATAU 1)
perkembangan balita juga sehingga faktor risiko stunting di
berpengaruh karna adanya kurangnya Kotabangu adalah pendapatan
gizi pada balita yaitu bersifat keluarga yang kurang.
irreversible (tidak dapat pulih) Hasil penelitian ini menyatakan
sehingga balita memerlukan asupan bahwa masih banyak keluarga yang
makanan yang bernilai tinggi. berpenghasilan kurang dalam
Pengecualian nomor tentang budaya memenuhi kebutuhan sehari-hari.
dalam konsumsi, ini merupakan hal Menurut penelitian (Sutarto et al
penting yang perlu dipertimbangkan. 2020) ada kaitannya antara
pendapatan keluarga dengan kejadian
6. Faktor Sosial Ekonomi
stunting pada balita di zona kerja
Berdasarkan hasil uji statistik
Puskesmas Way Urang Kabupaten
pada tingkat pendidikan ibu
Lampung Selatan. Studi (Rufaida,
didapatkan angka (OR=2.296; 95
FD; Raharjo, AM; Handoko, 2020)
Persen CI, 1.141-4.620 P= 0.030)
menyampaikan bahwa di tiga desa
artinya tingkat pendidikan rendah
zona kerja Puskesmas Sumberbaru
dan ibu beresiko 2,296 kali lebih
Jember merupakan faktor
besar dari anaknya yang mengalami
penghasilan keluarga (dibawah UMK
stunting, dibandingkan ibu dengan
Jember) berpengaruh terhadap
tingkat pendidikan yang tinggi.
kejadian stunting pada balita.
Selain itu, angka OR= 2.296(OR 1)
(Nurbaeti, TS; Syaaputra, 2021)
sehingga faktor risiko terjadinya
menyampaikan bahwa penghasilan
stunting di kota Kotamobagu adalah
keluarga berpengaruh terhadap
tingkat pendidikan ibu. Faktor
stunting di Kecamatan Cantigi
pendapatan keluarga diperoleh
Kabupaten Indramayu. Salah satu
dengan angka (OR= 2.602; 95 persen
faktor yang berpengaruh untuk
ci, 1.095-6.184 P= 0.044) maka

11
membeli makanan bergizi adalah Faktor yang dapat
penghasilan keluarga. Sebaliknya, mengakibatkan risiko stunting di
rendahnya tingkat penghasilan lingkungan tempat tinggal antara lain
menimbulkan turunya daya beli suasana tempat tinggal yang kurang
pangan rumah tangga. Turunya daya suplai air bersih dan sanitasi yang
beli pangan menimbulkan kurangnya tidak sesuai. Perkembangan anak
pemenuhan kebutuhan gizi balita anatar sanitasi dan air bersih
(Anisa, 2012). mempunyai hubungan yang erat.
Hubungan sanitasi lingkungan, Children Health Organization
berat badan (BB) lahir dan panjang berawal dari rumah tangga dengan
badan saat lahir dengan kejadian fasilitas air dan sanitasi yang kurang
stunting pada anak usia 25-72 bulan. baik dapat berisiko terkena stunting.
Berdasarkan hasil penelitian (Siti Penelitian ini sejalan dengan (Nisa et
Nur Ramdaniati, et al, 2019) al., 2021) menyatakan jika balita
menyatakan bahwa hubungan dengan sanitasi linkungan yang
sanitasi lingkungan dengan kejadian buruk berpeluang 10,879 lebih besar
stunting pada anak usia 25-72 bulan terjadi stunting dibandingkan dengan
di zona kerja puskesmas Pagal sanitasi lingkungan yang baik.
kabupaten Manggarai NTT tahun
KESIMPULAN
2021, didapatkan hasil dari chi-uji
Stunting dalam rentang waktu
statistik kuadrat dimana P- vale
singkat mengganggu perkembangan
adalah 0,000 dimana P- vale < (0,05)
otak, kecerdasan, terganggunya
yang berarti Ho ditolak karena
metabolisme pada tubuh. Sedangkan
adanya hubungan yang signifikan
dalam rentang waktu yang panjang
antara sanitasi lingkungan dengan
berdampak pada penyusutan kekuatan
kejadian stunting pada anak usia 25-
kongnitif serta kemampuan pelajar,
72 bulan. Menurut anggapan
menurunnya daya tahan tubuh yang
penelitian status kesehatan
menyebabkan mudah sakit, serta
lingkungan meliputi perumahan,
beresiko besar terkena penyakit kronis
pembuangan limbah, suplai air bersih
seperti DM, obesitas, serta penyakit
dan sebagainya merupakan sanitasi
jantung.
lingkungan.

12
Anak yang makanannya tidak
layak (jumlah serta mutunya) sehingga
energi kuat badannya bisa melemah.
Dalam kondisi begitu hendak gampang
diterjang peradangan yang bisa kurangi
hasrat makan, serta kesimpulannya bisa
mengidap kurang vitamin.

13
DAFTAR PUSTAKA 851
Domili, I., Suleman, S. D., Arbie, F. Y.,
Adiyanti, M. B. (2014). Pola asuh gizi Anasiru, M. A., & Labatjo, R.
sanitasi lingkungan dan (2021). Karakteristik ibu dan
pemanfaatan posyandu dengan pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting pada baduta di kejadian stunting di Kelurahan
Indonesia (analisis data riskesdas Padebuolo Kota Gorontalo.
tahun 2010)= Nutritional care AcTion: Aceh Nutrition Journal,
sanitation dan utilization of 6(1), 25.
Posyandu with incidence stunting https://doi.org/10.30867/action.v6i
on baduta in Indonesia (dat. 1.359
Skiripsi Fakultas Kesehatan Handayani, S., Kapota, W. N., &
Masyarakat. Oktavianto, E. (2019). Hubungan
Anisa, P. (2012). Faktor-faktor yang Status Asi Eksklusif Dengan
berhubungan dengan kejadian Kejadian Stunting Pada Batita Usia
stunting pada balita usia 25-60 24-36 Bulan Di Desa Watugajah
bulan di Kelurahan Kalibiru Depok Kabupaten Gunungkidul. Medika
tahun 2012. Universitas Indonesia. Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan,
Anugraheni, H. S. (2012). Faktor 14(4), 287.
Resiko Kejadian Stunting Pada https://doi.org/10.35842/mr.v14i4.
Anak Usia 12-36 Bulan di 226
Kecamatan Pati. Hariyadi, D. (2016). Asupan suplemen
Apriani, W., & Soviana, E. (2021). bukan determinan kejadian
Literature Review: Hubungan stunting anak balita (1-3 tahun).
Asupan Energi Dan Asi Eksklusif Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(2),
Terhadap Kejadian Stunting 108–112.
Baduta (6-24 Bulan). 1(2), 14–25. Hijrawati, Usman, A. N., Syarif, S.,
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/94 Hadju, V., As’ad, S., & Baso, Y. S.
623%0Ahttp://eprints.ums.ac.id/ (2021). Use of technology for
94623/1/NASKAH monitoring the development of
PUBLIKASI.pdf nutritional status 1000 hpk in
Aritonang, I. (2015). Memantau dan stunting prevention in Indonesia.
Menilai Status Gizi Anak, Aplikasi Gaceta Sanitaria, 35(2), S231–
Standar WHO-Antro. Leutika S234.
Books. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.20
Bazie, G. W., Seid, M., & Egata, G. 21.10.028
(2021). Prevalence and Predictors Kementrian Desa Republik, I. (2017).
of Stunting among Primary School Buku Saku Stunting.
Children in Northeast Ethiopia. Kementrian Kesehatan, R. (2014).
Journal of Nutrition and Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Metabolism, 2021, 2–7. Latifah, A. M., Purwanti, L. E., &
https://doi.org/10.1155/2021/8876 Sukamto, F. I. (2020). Hubungan

14
Pemberian Asi Eksklusif Dengan Musaidah, Mangemba, D., & Rosdiana.
Kejadian Stunting Pada Balita 1-5 (2020). Faktor yang Berhubungan
Tahun. Health Sciences Journal, dengan Stunting pada Balita di
4(1), 142. Wilayah Kerja Puskesmas
https://doi.org/10.24269/hsj.v4i1.4 Bontomatene Kabupaten Selayar.
09 Promotif : Jurnal Kesehatan
Liu, J., Sun, J., Huang, J., & Huo, J. Masyarakat, 10(1), 28–32.
(2021). Prevalence of Malnutrition Nisa, S., Lustiyati, E., & Fitriani, A.
and Associated Factors of Stunting (2021). Sanitasi Penyediaan Air
Among 6–23-Month-Old Infants in Bersih dengan Kejadian Stunting
Central Rural China in 2019. pada Balita. Jurnal Penelitian Dan
International Journal of Pengembangan Kesehatan
Environmental Research and Masyarakat Indonesia, 2(1), 17–
Public Health, 18(15), 2–9. 25.
https://doi.org/10.3390/ijerph1815 Nugraheni, D; Nuryanto; Hartanti, SW;
8165 Binar, P; Ahmad, S. (2020). ASI
Mahrus, Made, D. D., Adini, Y., Lalu, Eksklusif dan Asupan Energi
F. Y., Kurratul, U., & Ade, N. Berhubungan Dengan Kejadian
(2022). Sosialisasi Stunting, Stunting Pada 6-24 Bulan. Journal
Gejala, dan Pencegahannya di Of Nutrition College, 106–113.
Desa Pohgading Timur. Jurnal Nugroho, M. R., Sasongko, R. N., &
Pengabdian Magister Pendidikan Kristiawan, M. (2021). Faktor-
IPA, 5(3), 185–189. faktor yang Mempengaruhi
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v5i Kejadian Stunting pada Anak Usia
3.2034 Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi :
Martianto, D; Riyadi, H; Ariefiani, R. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
(2011). Pola Asuh Makan Pada 5(2), 2269–2276.
Rumah Tangga Yang Tahan dan https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i
Tidak Tahan Pangan Serta 2.1169
Kaitannya dengan Status Gizi Nurbaeti, TS; Syaaputra, E. (2021). .
Anak Balita Di Kabupaten Pendapatan Keluarga dengan
Banjarnegara. Jurnal Gizi Dan Kejadian Stunting di Masa
Pangan, 51–58. Pandemi COVID-19 : Studi Kasus
Maulina, R. (2021). Evaluation Of Salah Satu Kecamatan di
Programs For Stunting Prevention Kabupaten Indramayu.
Management At Tajinan Public Padila, P; Andari, F. H; Harsismanto, J;
Health Center. Journal of Health Andri, J. (2019). Tumbuh
Sciences, 14(02), 128–136. Kembang Anak Usia Toddler
https://doi.org/10.33086/jhs.v14i02 Berbasis Research. Lubuklinggau:
.1754 Asra.
MCA, I. (2014). Stunting dan Masa Purbowati, M. R., Ningrom, I. C., &
Depan Indonesia. Febriyanti, R. W. (2021). Gerakan

15
Bersama Kenali, Cegah, dan Atasi
Stunting Melalui Edukasi Bagi
Masyarakat di Desa Padamara
Kabupaten Purbalingga. AS-
SYIFA : Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaan Kesehatan
Masyarakat, 2(1), 15–21.
https://doi.org/10.24853/assyifa.2.
1.15-22
Rufaida, FD; Raharjo, AM; Handoko,
A. (2020). The Correlation of
Family and Household Factors on
The Incidence of Stunting on
Toddlers in Three Villages
Sumberbaru Health Center Work
Area of Jember. J Agromedicine
Med Sc.
Supariasa, S; Bakrie, B; Fajar, I. (2012).
Penilaian Status Gizi. EGC.
Wati, F. F. (2022). Pola Konsumsi dan
Budaya Terhadap Pencegahan
Stunting Pada Balita. Jurnal
Kesehatan, 13.
Wiyogowati, C. (2012). Kejadian Pada
Anak Berumur Dibawah Lima
Tahun 0-5 Bulan di Provinsi
Papua Barat Tahun 2010.

16

Anda mungkin juga menyukai