WIRIA AKMAJAYANTI
NIM. 202009086
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ditandai dengan peningkatan ukuran tubuh dan berbagai organ. Oleh karena
itu, pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau dalam meter dan
(Prastiwi, 2019).
diukur dengan tinggi badan sesuai umur. Batas stunting adalah tinggi badan
yang berkaitan dengan usia berdasarkan Z-score yang 2SD lebih rendah dari
jumlah anak stunting, dengan lebih dari sepertiga anak di bawah usia lima
terhambat, adalah kondisi pada anak yang tidak tumbuh karena kekurangan
1
Pertumbuhan terhambat (pendek/sangat pendek) adalah suatu kondisi
dibandingkan dengan standar WHO tahun 2005. Data tinggi badan dari
dan berat badan setiap anak di bawah 5 tahun dikonversi ke nilai standar
berulang yang disebabkan oleh kondisi sosial dan ekonomi yang buruk.
mental dan emosional anak, dan efek stunting terhadap perkembangan anak,
terutama pada perkembangan otak, sangat tepat bagi anak. Selain itu, anak-
2
paling tinggi dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia
negara, dari 117 negara dengan masalah gizi, yaitu pertumbuhan terhambat
prevelensi sunting berada diurutan pertama atau paling tinggi yaitu Nusa
pada urutan 22 yaitu sebesar 11,0% dan bangka belitung menjadi urutan
2010, angka ini meningkat dari 36,8% menjadi 40,9% pada tahun 2013,
pada tahun 2015 angka ini meningkat 34,1%, menjadi 35,7% pada tahun
2016, tahun 2017 angka ini meningkat 34,80% menjadi 35,6% ditahun
2018. Sedangkan pada tahun 2019 sebesar 30,59% dan masih digunakan
3
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) di Kabupaten Wajo pada
tahun pada tahun 2014 dari 38.159 balita yang ditimbang terdapat jumlah
status gizi buruk sebesar 11 kasus. Pada tahun 2015 dari 30.255 balita yang
ditimbang terdapat jumlah status gizi buruk sebesar 18 kasus. Pada tahun
2016 dari 32.552 balita yang ditimbang terdapat jumlah status gizi buruk
sebesar 34 kasus. Pada tahun 2017 dari 23.587 balita yang ditimbang
terdapat jumlah status Gizi buruk sebesar 19 kasus. Pada tahun 2018 dari
21.701 balita yang ditimbang terdapat jumlah status Gizi Buruk sebesar 17
Penrang dan Gilireng sebanyak 1 kasus dan terbanyak dari jenis kelamin
penyerta, faktor ekonomi, higiene ibu hamil dan balita, anak BBLR,
4
kurang dan sebagian belum terlatih dalam pengelolaan gizi buruk, dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Imiah
5
acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang berkaitan
2. Manfaat Institusi
badan bayi
3. Manfaat Praktis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
1. Definisi Stunting
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terjadi selama masa
periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu dari janin hingga
kekurangan gizi yang terjadi pada anak di bawah usia lima tahun.
(PB/U) atau tinggi menurut usia (TB/U) dan ambang batas (zscore)
7
Ini disebabkan karena adanya gangguan pertumbuhan pada balita.
8
b. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebIh pendiam, tidak banyak
c. Pertumbuhan terhambat
3. Patologis Stunting
9
panjang yang ditimbulkan dari stunting pada usia balita yaitu
4. Dampak Stunting
tubuh.
darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas
5. Penyebab Stunting
10
faktor pendidikan ibu merupakan faktor yang memiliki
mengetahui cara menjaga tubuh yang baik dan pola hidup sehat
11
luas juga pengetahuannya. Pendidikan yang rendah tidak
stunting.
12
anak yang memulai MPASI dibawah usia 6 bulan atau lebih dari
energi dan zat gizi lain akan bertambah pula. Kebutuhan gizi
bertambah tidak hanya bisa diberikan ASI saja tapi harus ada
BBLR dapat berupa gagal tumbuh, dan ketika bayi lahir dengan
13
anak juga akan terhambat saat lahir. Oleh karena itu, asupan gizi
g. Faktor Sanitasi
14
timbul masalah gizi salah satunya stunting. Rumah tangga
15
distribusi pangan keluarga yang baik dapat menjadi faktor risiko
Usia 0–2 tahun atau usia bawah 3 tahun (batita) adalah periode
dalam masa tadi terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode 1000
emas ini didasarkan dalam fenomena bahwa dalam masa janin hingga
16
dan terjadi dalam gerombolan usia lain. Gagal tumbuh dalam periode
ini akan menghipnotis status gizi dan kesehatan dalam usia dewasa.
c. Pemenuhan gizi
f. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara tertentu dalam bayi sampai
usia 6 bulan
17
Selain itu, pemerintah menyelenggarakan jua PKGBM yaitu
al., 2018).
dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Periode ini sering disebut sebagai
18
latihan atau pembelajaran. Ada kalanya Anda siap menerima sesuatu
talenta (SDM). Salah satu masalah gizi utama dewasa ini adalah
19
pingsan berisiko mengalami penurunan kapasitas intelektual,
remaja.
membaca.
20
3. Tahapan Tumbuh Kembang
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Faktor Genetik
b. Faktor Lingkungan
21
c. Faktor Perilaku
atau sebaliknya.
pertumbuhan dan status gizi anak sehat atau sakit untuk mengetahui
apakah anak tumbuh dan berkembang secara normal. Anak yang sehat
tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lipatan kulit,
22
panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan memplot
anak bagi ibu. KMS Indonesia saat ini didasarkan pada standar
2019).
Deteksi dini terjadi pada bayi dan anak prasekolah. Fenomena yang
23
ada di masyarakat, kegiatan deteksi dini belum dilakukan setiap hari
7. Definisi Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
keadaan tubuh yang kurang normal, atau tubuh yang kurang tinggi
badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U).
24
c. Gizi Kurang untuk under weight yang mencakup mild dan
Berdasarkan Indeks
25
Gemuk >2 SD
Sangat kurus < -3 SD
Indeks massa tubuh menurut
Kurus -3 SD s/d < -2 SD
umur (IMT/U)
Normal -2 SD s/d 2 SD
Umur 5-18 tahun
Gemuk >2 SD
26
BAB III
KERANGKA KONSEP
terhambat karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terjadi
dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), dari janin hingga bayi 2 bulan.
Seorang anak dikatakan stunting jika hasil panjang antropometri atau tinggi
antar sel atau bertambahnya seluruh atau sebagian ukuran dan struktur fisik
tubuh sehingga dapat diukur dalam satuan panjang dan berat. Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
ukuran dan jumlah sel dan jaringan antar sel atau bertambahnya seluruh atau
sebagian ukuran dan struktur fisik tubuh sehingga dapat diukur dalam
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam hal kemampuan motorik kasar,
27
Pertumbuhan dan perkembangan balita harus dipantau dengan
o Operasional Pengukuran
an Z- digital 2) Z-score
score Sangat
tinggi 3 SD.
badan 3) Z-score
menurut normal -2
umur SD sampai
28
(TB/U) dengan 2
SD.
sehingga kurva
dapat pertumbuh
diukur an normal,
dalam mengikuti
pita
diatasnya
pada
grafik
KMS.
2) Buruk :
berat
badan
tetap sama
C Nominalmin
29
Perkembang atau al
an Balita terjadi
Proses KPSP dan penurunan
bertambahn wawancar sesuai
ya struktur a pada
dan fungsi grafik
tubuh yang KMS
lebih
motorik berarti
serta berarti
sosialisasi Meragukan
dan (M).
n penilaian
KPSP 6 atau
kurang
30
berarti
Penyimpang
an (P).
D. Hipotesis Penelitian
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
(point time approach) atau dengan kata lain pengukuran variabel dependen
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi
32
penelitian ini adalah 50 orang balita dibeberapa desa di wilayah kerja
Puskesmas Sajoanging.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari kuantitas dan sifat yang dimiliki oleh
Z 2 1−α /2 P(1−P)N
n=
d 2( N −1)+ Zα 2 1−α / 2 P (1−P)
38.416
n=
1.3504
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
95%
33
Sampel dipenelitian ini adalah semua balita stunting yang bertempat
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
penelitian berlangsung.
1. Pengumpulan data
a. Data primer
34
berat badan, pengukuran tinggi badan dan melakukan
b. Data sekunder
2. Penyajian data
b. Pengkodean (Coding)
35
c. Memasukkan data (Entry Data )
computer.
d. Pentabulasian (Tabulating)
E. Analisis data
1. Analisa univariat
2. Analisa bivariat
hubungan antar variabel terikat dan variabel bebas (Hastuti & Bartini,
2022).
36
DAFTAR PUSTAKA
1–15. https://doi.org/10.33859/dksm.v11i1.559
Octaviana Putri, S.KM., M. K., & Lia Anggraini, S. K. (2018). Study guide
stunting dan upaya pencegahannya study guide stunting dan upaya (S. K.
B, M., Gafur, A., Muh.Azwar, & Yulis, D. M. (2020). Pengetahuan ibu balita
Ekayanthi, N. W. D., & Suryani, P. (2019). Edukasi Gizi pada Ibu Hamil
Mencegah Stunting pada Kelas Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan, 10(3), 1–8.
https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1389
Hasnawati, Latief, S., & AL, J. P. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Hastuti, P., & Bartini, I. (2022). Pengaruh Kecemasan Pandemi Covid terhadap
Item, D. R., Dary, & Mangalik, G. (2021). Pola Asuh Orang Tua dan Tumbuh
37
Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi. In Buku Saku.
2021, 1–224.
Koentarto, I., & Hasarudiin. (2021). Pengaruh Kualitas Layanan Pelaku Wisata
Muliyati, H., Purba, T. H., & Yulianti, S. (2021). Studi Cross Sectional :
2(2), 1–8.
https://doi.org/10.32832/hearty.v8i1.3631
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.162
38
Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Rizqy, M. I. N., Ariadhy, R. Z., Alpinas, G., Ryzki, J., & Widiasanti, I. (2021).
Sari, D. K., Putri, R. D., & Hermawan, D. (2019). November 2019. JURNAL
1–5.
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1325/
sdgs_2/1
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
https://doi.org/10.31983/jkb.v6i13.2866
Utami, S., Astuti, I. T., & Khasanah, N. N. (2021). Hubungan Status Ekonomi
Wahyuni, C. (2018). Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun
39
Kususma Papahan Tasikmadu Karanganyar. 2(2), 10–14.
Yanti;, N. D., Betriana, F., & Kartika, I. R. (2020). Faktor Penyebab Stunting
1–15. https://doi.org/10.33859/dksm.v11i1.559
Octaviana Putri, S.KM., M. K., & Lia Anggraini, S. K. (2018). Study guide
stunting dan upaya pencegahannya study guide stunting dan upaya (S. K.
B, M., Gafur, A., Muh.Azwar, & Yulis, D. M. (2020). Pengetahuan ibu balita
Ekayanthi, N. W. D., & Suryani, P. (2019). Edukasi Gizi pada Ibu Hamil
Mencegah Stunting pada Kelas Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan, 10(3), 1–8.
https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1389
Hasnawati, Latief, S., & AL, J. P. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Hastuti, P., & Bartini, I. (2022). Pengaruh Kecemasan Pandemi Covid terhadap
40
Item, D. R., Dary, & Mangalik, G. (2021). Pola Asuh Orang Tua dan Tumbuh
Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi. In Buku Saku.
2021, 1–224.
Koentarto, I., & Hasarudiin. (2021). Pengaruh Kualitas Layanan Pelaku Wisata
Muliyati, H., Purba, T. H., & Yulianti, S. (2021). Studi Cross Sectional :
2(2), 1–8.
https://doi.org/10.32832/hearty.v8i1.3631
41
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 1–8.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.162
Rizqy, M. I. N., Ariadhy, R. Z., Alpinas, G., Ryzki, J., & Widiasanti, I. (2021).
Sari, D. K., Putri, R. D., & Hermawan, D. (2019). November 2019. JURNAL
1–5.
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1325/
sdgs_2/1
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
https://doi.org/10.31983/jkb.v6i13.2866
Utami, S., Astuti, I. T., & Khasanah, N. N. (2021). Hubungan Status Ekonomi
Wahyuni, C. (2018). Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun
42
Wigunantiningsih, A., & Fakhidah, L. N. (2019). Penilaian Pertumbuhan dan
Yanti;, N. D., Betriana, F., & Kartika, I. R. (2020). Faktor Penyebab Stunting
43