Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN TESIS PENDAFTARAN

MAHASISWA BARU PASCASARJANA


UNIVERSITAS PADJADJARAN GELOMBANG 1
SESI 2-3
1. Nama : Giovanny Yan Mario Paridy Man
2. Nomor Pendaftaran : 8231100377

A. Judul
Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan Stunting: Studi Kasus Di
Puskesmas Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang
B. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang menganggu perkembangan
generasi yang akan datang adalah kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada
anak akan berdampak besar pada generasi yang akan datang. Salah satu
masalah kesehatan yang harus ditangani secara serius di Indonesia adalah
kasus stunting. Menurut Supariasa & Purwaningsih (2019), stunting
merupakan kondisi perkembangan anak balita yang gagal karena adanya
kekurangan gizi kronis, faktor rendahnya stimulus psikososial, serta paparan
infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(1.000 HPK) (Yuliastini & Sudiarti, 2020). Hal ini sering terjadi pada negara
berkembang termasuk Indonesia. Selama ini, stunting masih belum
sepenuhnya dipahami oleh masyarakat luas. Masih banyak masyarakat yang
menganggap stunting sebagai hal biasa, dan sebagian lainnya juga
menganggap stuntung adalah masalah genetik.
Stunting adalah ganguan pertumbuhan anak secara linier akibat
adannya kekurangan asupan zat gizi secara kronis. Stunting juga dapat
dikatakan sebagai penyakit infeksi kronis yang ditunjukkan dengan nilai z-
skor tinggi badan untuk umur (TB/U) < -2SD. Berdasarkan data tersebut,
maka balita dikatakan stunting apabila memliki nilai z skor dibawah garis
normal, yaitu kurang dari 2SD, dapat dikatakan balita pendek. Sedangkan
apabila kurang dari -3SD, maka balita dikategorikan sangat pendek
(Kemenkes, 2018).
Menurut WHO, stunting adalah kondisi anak yang mengalami cacat
pertumbuhan dan perkembangannya. Anak mengalami kekurangan gizi
buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikologisosial yang tidak memadai
(Kwami, Godfrey, Gavilan, Lakhanpaul, & Parikh, 2019).
Stunting memiliki konsekuensi pada anak, yaitu kemampuan kognitif
dan perkembangan fisik yang rendah, sehingga berdampak pada kapasitas
anak saat dewasa nanti. Stunting dapat berdampak pada produktivitas anak
setelah dewasa. Anak yang stunting rentan terhadap berbagai penyakit
degeneratif. Hasil penelitian mempredikasi dampak terjadinya stunting pada
anak yaitu kerugian psikososial dan kesehatan mental pada anak-anak akan
berakibat hilangnya PDB sampai 300 triliun rupiah setiap tahunnya. Hal ini
menjadi masalah serius terhadap masa depan bangsa dan negara, karena
anak-anak adalah masa depan bangsa dan negara (Yuliastini & Sudiarti,
2020). Faktor utama stunting adalah kurang pangan atau gizi dan faktor
lainnya seperti pemberian makanan tidak tepat, layanan kesehatan yang
buruk, dan sanitasi yang buruk (Dimitrova & Muttarak, 2020).
Tahun 2013, data menunjukkan bahwa dari 4 bayi lahir di Indonesia,
terdapat 1 bayi stunting. Hal ini berarti stunting terjadi sebelum anak lahir.
Data juga menunjukkan setelah lahir yaitu anak berusia 12-23 bulan
prevalensi stunting meningkat hampir 40%. Pola stunting pada awal masa
kanak-kanak ini membuat periode sejak pembuahan hingga ulang tahun
kedua seorang anak yaitu 1.000 hari pertama kehidupan menjadi periode
window of opportunity atau kesempatan emas yang sangat penting untuk
mencegah stunting pada anak. Masa tersebut adalah tumbuh kembang anak
yang perlu diperhatikan (Purba, 2020).
Dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan
tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21.6% sedangkan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 35.3%. Persentase stunting di
provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2022 sebesar 17,7%. Persentase
terbesar terdapat di kabupaten Timor Tengah Selatan (28,3%), diikuti
kabupaten Timor Tengah Utara (24,4%), kabupaten Sumba Barat Daya
(24,3%), kabupaten Sumba Barat (23,3%), kabupaten Rote Ndao (22,3%),
kota Kupang (21,5%), dan kabupaten Kupang (19,9%).
Kabupaten Kupang menduduki peringkat ke-7 pada balita yang
mengalami stunting dari 22 kabupaten/ kota di Nusa Tenggara Timur. Pada
tahun 2022 tercatat pada data oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa
Tenggara Timur, sebanyak 6.674 anak di Kabupaten Kupang mengalami
stunting. Sedangkan pada tahun 2021, berdasarkan laporan dari instansi yang
sama, tercatat 6.118 anak di Kabupaten Kupang mengalami stunting. Hal ini
menunjukkan penambahan jumlah balita yang tidak terlalu signifikan, tetapi
dengan prevalensi yang masih cukup tinggi.
Peneliti yang dilakukan Dewey (2019), menyatakan jumlah kecil
(SQ)-LNSs diintegrasikan ke dalam program yang menyediakan komponen
lain yang penting untuk mempromosikan pertumbuhan yang sehat, seperti
komunikasi perubahan sosial dan perilaku (SBCC) pada bayi dan pemberian
makan anak kecil (PMT) dan intervensi untuk meningkatkan kualitas air,
sanitasi, dan kebersihan (WASH). Dalam sampel penuh, tidak ada dampak
pada skor z panjang-untuk-usia (LAZ) atau pengerdilan, tetapi pada
subsampel yang terpapar intervensi selama setahun penuh, ada
kecenderungan peningkatan LAZ (+0,24, P = 0,06 ) dan penurunan 6 poin
persentase yang tidak signifikan dalam prevalensi stunting. Salah satunya
faktor yang mempenagruhi stunting karena faktor ibu. Ibu memainkan peran
utama, yaitu sebesar 40% anak stunting pada usia 6 bulan.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan programpencegahan stunting di Puskesmas
Baumata, Kabupaten Kupang?
D. Kerangka Teori
1. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis
terutama pada seribu hari pertama kehidupan (HPK). Stunting adalah
kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan
orang lain pada umumnya (yang seusia). Stunted (short stature) atau
tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai
indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi
dalam jangka waktu lama.
Pada keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan panjang badan tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu pendek. (Atikah, Rahayu, 2018). Stunting ditandai dengan panjang
atau tinggi badan lebih pendek dari usianya. Stunting juga lebih rentan
terhadap penyakit dan di masa depan berisiko menurunkan produktivitas.
Stunting atau perawakan pendek (shortness). Suatu keadaan tinggi badan
(TB) seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya
dilakukan dengan menghitung skor Z-indeks tinggi badan menurut umur
(TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/U-nya di
bawah -2 SD (standar deviasi). (Human Development Worker, 2018).
Stunting adalah masalah utama kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan meningkatnya resiko kesakitan, kematian, dan
hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Kejadian
stunting merupakan suatu proses komulatif yang terjadi sejak kehamilan,
masa kanak – kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Stunting
disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dalam jangka
waktu lama dan kurangnya stimulasi psikososial sejak di dalam
kandungan dan setelah dilahirkan. Tidak hanya faktor spesifik gizi, tetapi
juga faktor sensitif gizi yang berinteraksi satu dengan lainnya. (Tanoto,
2019).
2. Faktor Penyebab Stunting
Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan sebagai dampak dari
rendahnya status gizi dan kesehatan. UNICEF framework (United
Nations Children Fund) menjelaskan dua penyebab langsung stunting
adalah faktor penyakit dan asupan zat gizi. Kedua faktor ini berhubungan
dengan faktor pola asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap layanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan, namun penyebab dasar dari semua ini
adalah terdapat pada level individu dan rumah tangga tersebut, seperti
tingkat pendidikan, pendapatan rumah tangga. Stunting juga disebabkan
oleh faktor multi dimensi, tidak hanya disebabkan oleh faktor asupan gizi
yang kurang atau atau gizi buruk yang dialaami oleh seseorang maupun
calon ibu. Faktor penyebab langsung masalah gizi stunting aadalah
asupan konsumsi makanan/asupan gizi dan infeksi penyakit.
Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi stunting yaitu meliputi
ketersediaan pangan rumah tangga dan pola konsumsi rumah tangga,
kebersihan dan sanitasi, dan pelayanan kesehatan serta kesehatan
lingkungan (Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian
Kesehatan, 2018). Berdasarkan hasil – hasil penelitian yang dilakukan di
dalam dan luar negeri, diketahui penyebab stunting sangat kompleks.
3. Dampak Stunting
Stunting dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut WHO, Pertumbuhan
stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan berisiko untuk
tumbuh pendek pada usia dewasa muda. Stunting dalam jangka panjang
akibat buruk yang dapat timbul adalah menurunnya kemampuan kognitif
dan prestasi belajar, menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah
terserang penyakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke,
kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat berada di masa
sekolah dan disabilitas di usia tua. (Atikah, Rahayu, 2018).
Dampak stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolism dalam tubuh. (Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017). Masalah stunting khususnya
seseorang yang pendek dengan dampak negative yang akan berlangsung
dalam kehidupan selanjutnya, Studi mengatakan bahwa seseorang yang
pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama
pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang
dewasa. (Untung et al., 2021).
Menurut Hoddinott et al., (2013) stunting memiliki konsekuensi
ekonomi yang penting untuk laki-laki dan perempuan di tingkat individu,
rumah tangga dan masyarakat. Bukti yang menunjukkan hubungan antara
perawakan orang dewasa yang lebih pendek dan hasil pasar tenaga kerja
seperti penghasilan yang lebih rendah dan produktivitas yang lebih buruk.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widanti (2017)
bahwa seseorang yang mengalami stunting memiliki potensi tumbuh
kembang yang tidak sempurna, kemampuan motoric dan produktivtas
rendah, serta memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit yang
tidak menular. Stunting mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang
rendah pada masa berikutnya, baik fisik maupun kognitif, dan akan
berpengaruh terhadap produktivitas di masa dewasa (Pusat Kajian Gizi
Dan Kesehatan Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar, 2017). Bisa
dibayangkan, bagaimana kondisi orang – orang Indonesia yang menderita
stunting, bangsa ini akan tidak mampu bersaing dengan bangsa lain dalam
menghadapi tantangan global.
Pertumbuhan stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan
berisiko untuk tumbuh pendek pada usia dewsa muda. Anak yang tumbuh
pendek pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek pada usia 4-6 tahun
memiliki risiko 27 kali untuk tetap pendek sebelum memasuki usia
pubertas; sebaliknya anak yang tumbuh normal pada usia dini dapat
mengalami growth faltering pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 14 kali
tumbuh pendek pada usia pra-pubertas. Oleh karena itu, intervensi untuk
mencegah pertumbuhan stunting masih tetap dibutuhkan bahkan setelah
melampaui 1000 HPK (Aryastami, N.K, 2015).
Efek sisa pertumbuhan anak pada usia dini terbawa hingga usia pra-
pubertas. Peluang kejar tumbuh melampaui usia dini masih ada meskipun
kecil. Ada hubungan kondisi pertumbuhan (berat badan lahir, status sosial
ekonomi) usia dini terhadap pertumbuhan pada anak usia 9 tahun. Anak
yang tumbuh normal dan mampu mengejar pertumbuhannya setelah usia
dini 80% tumbuh normal pada usia pra-pubertas.
E. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan penelitian kombinasi antara
metode kuantitatif dengan metode kualitatif (mixed methods). Desain
campuran yang digunakan adalah sequential explanatory design. Desain
ini peneliti mengutamakan terlebih dahulu analisa data kuantitatif, baru
dilanjutkan dengan analisis data kualitatif. Populasi penelitian ini adalah
seluruh karyawan Puskesmas Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten
Kupang. Sedangkan sampel penelitian ini adalah sebagian karyawan
Puskesmas Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang yang
menjadi tim program pecegahan stunting. Informan dalam penelitian ini
adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, Kepala Puskesmas
Baumata, Kepala Bagian Gizi dan Pemegang Program Gizi, Pemegang
Program KIA Ibu dan Anak, Kepala Dusun, Pemegang Program Promkes
dan ibu dengan balita stunting.
F. Daftar Rujukan
Adik, W. 2014. Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Adriani M, B. W.2014. Gizi Dan Kesehatan Balita (Peranan Mikro Zinc
Pada Pertumbuhan Balita). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Azwar. 2010. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa
Datang. Jakarta: Dirjen Bina Kesmas Depkes. Disampaikan pada
pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga
Sadar Gizi.
Bhutta, Z. A., Akseer, N., Keats, E. C., Vaivada, T., Baker, S., Horton, S. E.,
Black, R. 2020. How countries can reduce child stunting at scale:
lessons from exemplar countries. The American Journal of Clinical
Nutrition, Volume 112, Issue Supplement 2.
BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2023. Provinsi Nusa Tenggara
Timur Dalam Angka. Kupang: BPS Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Christian, P., Hurley, K. M., Phuka, J., Kang, Y., Ruel-bergeron, J.,
Buckland, J., West, K. P. 2020. Impact Evaluation of a
Comprehensive Nutrition Program for Reducing Stunting in
Children Aged 6 – 23 Months in Rural Malawi. The Journal of
Nutrition Community and International Nutrition, (8).
Creswell, J. 2010. Research Design. Terjemahan Oleh Achmad Fawaid.
2010. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Damschroder, L. J., & Lowery, J. C. 2013. Evaluation of a large-scale weight
management program using the consolidated framework for
implementation research (CFIR). Implementation Science.
IS,8(1),51. http://doi.org/10.1186/1748-5908-8-51.
Dewey, K. G. 2019. Reducing Child Stunting: Moving Forward on
Evaluating Effectiveness of Programs. The Journal of Nutrition
Commentary, (14), 2843–2845.
Dimitrova, A., & Muttarak, R. 2020. After the floods: Differential impacts of
rainfall anomalies on child stunting in India. Global Environmental
Change, 64(May), 102130.
https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2020.102130
Djide, N. A. N. 2021. Hubungan Intervensi Spesifik Dari Indikator Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (Pis-Pk) Dengan
Prevalensi Stunting Di 10 Desa Lokus Program Pencegahan
Stunting Di Kab. Banggai Tahun 2018-2019. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 12(5), 121–231.
Kemenkes, R. 2019. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kwami, C. S., Godfrey, S., Gavilan, H., Lakhanpaul, M., & Parikh, P.
2019. Water, Sanitation, and Hygiene: Linkages with Stunting in
Rural Ethiopia. Int. J. Environ. Res. Public Health, 16, 3793, 2–
21.
Muthia, G., & Yantri, E. 2019. Artikel Penelitian Evaluasi Pelaksanaan
Program Pencegahan Stunting Ditinjau dari Intervensi Gizi
Spesifik Gerakan 1000 HPK Di Puskesmas Pegang Baru
Kabupaten Pasaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 100–108.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Purba, R. O. 2020. Analisis Implementasi Program Intervensi Gizi
Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif dalam Penurunan Angka
Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten Langkat Tahun
2018. Jurnal Kesehatan, Universitas Sumatra Utara, 8(4), 109–
185.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R & B.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Admisistrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Supariasa, I. D. N., & Purwaningsih, H. 2019. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten
Malang. Karta Raharja, 1(2), 55–64.
Sutopo, H. B. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Press.
Vaivada, T., Akseer, N., Akseer, S., Somaskandan, A., Stefopulos, M., &
Bhutta, Z. A. 2020. Stunting in childhood: an overview of global
burden, trends, determinants, and drivers of decline. The
American Journal of Clinical Nutrition, Volume 112, Issue
Supplement.
Wirjatmadi B. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Kencana.
Wirjatmadi, R., & Welasasih, R. 2012. Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian
Journal of Public Health. 8(3):99 -104.
Zulaikhaa, Y., Windusari, Y., Idris, H. 2021. Analisis Pelaksanaan
Program Pencegahan Stunting. Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 5, Nomor 1, Desember 2021.
https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.3007.

Anda mungkin juga menyukai