PENDAHULUAN
cepat (growth spurt) yang dimulai pada usia 3 bulan hingga usia 2tahun, kemudian
pertumbuhan pada anak pada usia 2 tahun sampai usia anak 5 tahun menjadi lebih
lingkungan sekitar. Pertumbuhan balita juga dipengaruhi oleh asupan gizi yang
diperolehnya. Status gizi adalah keadaan tubuhs ebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan gizi (Almatsier, 2003). Status gizi menurut Jahari (2000) merupakan
keadaan yang disebabkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan
jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti
merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya manusia dan kualitas
hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Muchtadi,2002). Hal
itu dapat diartikan bahwa gizi sangat berperan penting terhadap pertumbuhan pada
usia balita.
perkembangan pada awal kehidupan. Keadaan ini dilihat dari tinggi badan menurut
menyebabkan terjadinya stunting pada usia balita (Meilyasari dan Isnawati, 2014).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada balita yaitu Asupan gizi atau
ASI Eklusif, status sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan
Dampak balita Stunting terbagi menjadi dua yaitu: jangka Pendek (Masa Anak-
fungsi kekebalan tubuh, dan yang kedua adalah dampak dalam jangka panjang yaitu
dan obesitas. Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan
penurunan kualitas belajar disekolah dan berisiko lebih sering absen (Yunitasari,
2012). Jika pada usia pertumbuhan balita sudah mengalami stunting, maka bisa
berakibat pertumbuhan masa depannya juga mengalami kekurangan. Kekurangan
masa mendatang yang disebabkan oleh stunting juga menyebabkan tingginya risiko
obesitas, karena orang dengan tubuh pendek, berat badan idealnya juga rendah.
Kenaikan berat badan beberapa kilo gram saja bias menjadikan Indeks Massa Tubuh
(IMT) orang tersebut naik melebihi batas normal. Keadaan overweight dan obesitas
yang terus berlangsung lama akan meningkatan risiko kejadian penyakit degeneratif.
khususnya berada di negara India, Bangladesh dan Nepal. Dalam Negara terdiri atau
terbagi menjadi dua kelompok yaitu : (1) stunting antara 40% - 50% di Bangladesh,
Nepal dan India, dengan total 8,9 juta balita stunting Dengan tingkat stunting menjadi
rata-rata dua kali lebih tinggi dan (2) stunting antara 10% - 25% di Sri Lanka, dan
Thailand adalah 4,4 juta balita stunting di Asiaa Tenggara (WHO, 2016).
yang terpencil. Berdasarkan hasil SSGI tahun 2021 angka stunting secara nasional
mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per tahun dari 27.7 persen tahun 2019
menjadi 24,4 persen tahun 2021. Hampir sebagian besar dari 34 provinsi
23.3, angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan angka nasional 24.4," Saat ini
ada 9 Kabupaten/Kota dengan prevalensi stunting yang tinggi dari angka provinsi.
Antara lain Kab Solok 40,1 persen, Kab. Pasaman 30,2 persen, Kab. Sijunjung
30,1 persen, Kab. Padang Pariaman 28,3 persen, Kab. Lima Puluh Kota 28,2
persen, Kab. Kep. Mentawai 27,3 persen, Kab. Pesisir Selatan 25,2 persen, Kab.
Solok Selatan 24,5 persen dan Kab. Pasaman Barat 24,0 persen.
kompleks dan penting untuk segera ditangani hal ini dapat terjadi mulai dari bayi
masih dalam kandungan, balita, remaja, bahkan sampai dengan lanjut usia
(Normasia et al., 2020). Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi
sebuah bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan
dengan cara penanganan pertumbuhan anak melalui asupan gizi dan perawatan
yang baik, dimulai dari lingkungan keluarga. Dengan lingkungan keluarga sehat,
ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak, dan pelayanan kesehatan
primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk. Secara
ketahanan pangan, dan pendidikan yang secara tidak langsung akan mengubah
budaya buruk dan paradigma di tataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap
“Strategi penanganan Status Gizi Balita Stanting di puskesmas Pauh Kota Pariaman
Tahun 2022”.
penelitian ini adalah Bagaimana. Strategi penanganan Status Gizi Balita Stanting di
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penanganan Status Gizi
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan yang
Ruang lingkup penelitian ini adalah strategi penanganan Status Gizi Balita
Stanting di puskesmas Pauh Kota Pariaman Tahun 2022. Penelitian ini adalah
deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
penanganan Status Gizi Balita Stanting di puskesmas Pauh Kota Pariaman Tahun
kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu
yang cukup lama, yang menyebabkan adanya gangguan di masa depan yakni
Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan lebih pendek dari anak normal
asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting adalah status
gizi yang didasarkan pada pengukran BB/U atau TB/U dimana dalam standar
meningkat diusia 3 bulan, kemudian proses stunting melambat pada saat anak
kedua kelompok usia anak. Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun,
anak yang berusia lebih dari 3 tahun, menggambarkan bahwa anak tersebut
makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter pada ibu
hamil. Selain itu, wanita yang sedang menjalani proses kehamilan juga
b. ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan menurut hasil penelitian yang
peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh
karena itu, ibu dianjurkan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama
enam bulan penuh tanpa makanan tambahan lain kepada sang buah hati.
c. Selalu memantau tumbuh kembang anak. Orang tua perlu terus memantau
tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak.
Dengan begitu, ibu lebih mudah untuk mengetahui gejala awal gangguan
dan penanganannya.
d. Selalu memantau tumbuh kembang anak. Orang tua perlu terus memantau
tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak.
Dengan begitu, ibu lebih mudah untuk mengetahui gejala awal gangguan
Stunting pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada bahan
makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan balita pada 1000 hari pertama
tidak langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola
yang ditentukan oleh sumber daya manusia, eknonomi dan organisasi melalui
masalah struktur politik, ideologi, dan sosial ekonomi yang dilandasi oleh
potensi sumber daya yang ada. stunting sangat beresiko bagi kelangsungan hidup
seorang individu yang dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain sebagai
berikut :
keadaan gizi yang diukur oleh seseorang pada satu waktu dengan
akan dialami bayi mulai dari umur enam bulan membuat seorang bayi
d. ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan
lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan obat
mempunyai tumbuh kembang yang baik, hal ini dikarenakan di dalam ASI
terdapat antibodi yang baik sehingga membuat anak tidak mudah sakit,
e. Pendidikan Orang Tua dimana tingkat pendidikan orang tua yang rendah
anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko
kejadian stunting.
f. Pendapatan Orang Tua, stunting dan tingkat pendapatan keluarga memiliki
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif kualitatif.
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti
berusaha mengamati dan mengungkap realitas yang terjadi di lapangan kaitan dengan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Merupakan pemilihan siapa subjek yang ada
dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Karena itu,
menentukan subjek atau orang-orang terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri khusus
yang dimiliki oleh sampel itu (Silalahi, 2010:272). Untuk menganalisis Strategi
penanganan Status Gizi Balita Stanting di puskesmas Pauh Kota Pariaman Tahun