PENDAHULUAN
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar
deviasi (-2 SD) median standar pertumbuhan anak dari WHO (Kemenkes
RI, 2018). Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan
oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di
Kejadian stunting pada janin hingga anak berusia dua tahun dapat
imunitas tubuh. Penderita stunting mudah sakit, memiliki postur tubuh yang
tidak maksimal, serta memiliki Produktivitas yang sangat rendah pada saat
merupakan salah satu masalah gizi yang dialami balita saat ini di dunia.
Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami
dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Stunting merupakan 2
1
prevalensi balita stunting yang dikumpulkan oleh World Health
prevalensi status gizi sangat pendek dan pendek pada tahun 2018 adalah
30,8% yang terdiri dari 11,5% sangat pendek dan 19,3% pendek. Terjadi
Riskesdas pada tahun sebelumnya dimana pada tahun 2007 prevalensi gizi
prevalensi status gizi sangat pendek 15,3% dan pendek 17,8% (Widgery,
stunting berada di angka 34,8% pada 2013 dan Riskesdas 2018 berada di
namun studi ini fokus pada faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan dan
pola asuh. Kejadian stunting secara langsung dapat dipengaruhi oleh yakni
asupan makanan, penyakit infeksi, berat badan lahir rendah dan genetik
2
pengetahuan ibu, pendidikan,pendapatan, dengan pola asuh merupakan akar
diketahui oleh manusia atau responden mengenai sehat dan sakit atau
ibu merupakan salah satu aspek yang memiliki pengaruh signifikan pada
peristiwa stunting. Oleh sebab itu, upaya perbaikan stunting bisa dicoba
perkembangan fisik anak, umumnya persentase anak usia 24-59 bulan yang
dimaksudkan pada ibu yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah
3
untuk menyerap informasi yang didapatkan dari berbagai sumber (Ni’mah
K, Nadhiroh SR., 2015). Ibu yang memiliki pendidikan kurang atau tidak
kejadian stunting atau berat badan kurang pada anak. Orang tua dengan
secara finansial juga akan memiliki akses yang lebih baik ke perawatan
risiko terjadinya stunting pada balita adalah pola asuh. Pola asuh yang
salah seperti pemberian makan yang salah dapat berakibat asupan gizi
yang rendah pada anak. Pola asuh ibu yang baik akan mencegah balita dari
pengetahuan ibu yang kurang dengan nilai p-value sebesar 0,001 dengan
4
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan ibu dengan stunting dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan
dan dimana keluarga dengan pendapatan menengah berisiko dua kali lebih
dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan risiko sebesar 8,8 kali.
5
perkembangan fisik anak, serta terganggunya sistem metabolisme
Puskesmas Abepura bagian bidang gizi, angka stunting terjadi akibat ibu
yang memberikan pola asuh kepada anak-anak tidak tepat. Para ibu biasanya
akan memberikan apa yang anak suka untuk memakannya tanpa melihat dan
memikirkan kandungan gizi yang baik untuk pertumbuhan anak. Ibu juga
jarang mengajarkan kepada anak untuk makan makanan yang baik bagi
saja, seperti contoh jajan sembarangan, lebih memilih makan mie instan dari
kasus Stunting yang signifikan, yaitu : Tahun 2020 dengan jumlah kasus 63
(15,6%) menduduki peringkat ke tiga, Tahun 2021 dengan jumlah kasus 160
6
dengan jumlah kasus 210 (15,2%) menduduki peringkat pertama, sehingga
Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Abepura Tahun
2022”.
Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita Pada Balita Usia
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Abepura.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis :
8
1.5 Keaslian Penelitian
Peneliti ini belum pernah dilakukan di tempat yang Peneliti lakukan, namun ada beberapa penelitian serupa dilakukan di
Ramayana et al., Hubungan Pola Asuh Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persmaan: Pola asuh
2014 Ibu Dengan Kejadian sebagian besar sampel (54,8%) memiliki Praktik pemberian makan
Stunting Anak Usia masalah stunting dan selebihnya (45,2%) dan Jenis Penelitian
24-59 Bulan Di memiliki status gizi normal. Untuk pola
kuantitatif Perbedaan :
Posyandu Asoka II asuh ibu, terdapat sekitar 72,6% sampel
dengan
Wilayah Pesisir dengan praktik pemberian makan yang
pendekatan -Lokasi,tahun,Variabel
Kelurahan Barombong baik, terdapat sekitar 71,0% sampel
analitik peneliti yaitu
Kecamatan Tamalate dengan rangsangan psikososial yang baik,
observasional pendidikan,pendapatan
Kota Makassar sekitar 67,7% sampel dengan praktik
dengan desain keluarga, pengetahuan
kebersihan/higyene yang baik, sekitar
cross-sectional
53,2% sampel dengan sanitasi lingkungan
yang baik dan terdapat sekitar 66,1%
sampel dengan pemanfaatan pelayanan
yang baik.
9
Nama Perbedaan dan
No Judul Penelitian Jenis Penelitian Hasil
Penelitian persamaan
3. Yesi Nurmalasari, Hubungan Tingkat analitik Terdapat hubungan antara Persamaan : Variabel
Anggunan, 2020 Pendidikan Ibu dan observasional tingkat pendidikan ibu dengan tingkat pendidikan
Pendapatan Keluarga dengan stunting dengan hasil yaitu nilai ibu ,Pendapatan
OR 3,313 (CI : 1,878 - 5,848) Keluarga,Jenis penelitian
Dengan Kejadian pendekatan
dan terdapat hubungan antara
Stunting pada Anak cross sectional. Perbedaan : Lokasi dan
pendapatan keluarga dengan
Usia 6-59 Bulan. Tahun
stunting dengan hasil yaitu nilai
OR 5,132 (CI : 2,602 – 10,121)
dimana keluarga dengan
pendapatan rendah berisiko lima
kali lebih tinggi mengalami
stunting dibandingkan
pendapatan tinggi, dan nilai OR
2,255 (CI : 1,127 – 4,512) dan
dimana keluarga dengan
pendapatan menengah berisiko
dua kali lebih tinggi mengalami
stunting dibandingkan
pendapatan tinggi.
10