PENDAHULUAN
Menurut pedoman dari WHO untuk standart baku menggunakan 2 skor apabila
nilainya kurang dari -2D masuk dalam kategori anak pendek dan jika skor kurang
dari -3D maka masuk sangat pendek (WHO, 2018). Anak yang terkena stunting
memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga sangat rentan terkena penyakit
seperti jantung disaat dewasa dan diabetes. Pada anak, stunting bisa berdampak
pada intelektual yg menurun dan tumbuh kembang anak juga akan terhambat
(Nadiyah, 2017). Stunting bukan hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan
fisik tapi juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berdampak pada
kecerdasan otak, sistem imun dan berpengaruh pada produktivitas anak di masa
dewasa nanti (Glasso,et.al 2017). Sehingga hal tersebut harus didukung
bersaamaan dengan status gizi yang baik. Akibat yang ditimbulkan seorang anak
terkena stunting salah satunya yaitu anak cenderung sulit mencapai tinggi badan
optimal saat usia selanjutnya. Hal itu bisa memicukan gangguan perkembangan
fungsi kognitif, psikomotor, penurunan intelektual, peningkatan risiko penyakit
degenerative oleh penurunan produktivitas di masa mendatang (Pusat data
Informasi Kemenkes, 2018).
Stunting terjadi karena faktor langsung dan tidak langsung, faktor langsung
meliputi karakteristik anak berupa berat badan lahir rendah, kurangnya
pemenuhan gizi seimbang, dan faktor langsung lainnya yaitu status kesehatan
penyakit diare dan infeksi ISPA. Hasil penelitian Sumiyarsi dkk (2018)
menyatakan bahwa anemia pada ibu hamil dapat dipicu oleh berbagai faktor
(multifaktorial) seperti faktor dasar (pengetahuan, social budaya), faktor langsung
(ststus gizi, perdarahan). Pola pengasuhan dengan tidak memberikan anak ASI
eksklusif, dan karakteristik keluarga berupa pekerjaan orang tua, pendidikan
orang tua dan status ekonomi keluarga merupakan faktor tidak langsung
(Mugianti, 2018). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi stunting sendiri
antara lain ibu hamil dengan anemia dan kurang gizi pada saat masa kehamilan.
Kekurangan gizi pada ibu hamil bisa menyebabkan (KEK) Kekurangan energi
kronik. KEK pada ibu hamil disebabkan karena kurangnya asupan energi pada ibu
yang berlangsung lama, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan (Prawita,
Susanti dan Sari, 2018). Anemia dan KEK adalah penyebab terbesar dikalangan
ibu hamil dikarenakan tingkat pendidikan ibu, rendahnya asupan gizi serta pola
makan yang benar, serta kurangnya pengetahuan ibu.
Pengetahuan ibu hamil tentang asupan gizi atau nutrisi yg baik untuk ibu
merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan upaya pencegahan
stunting. Hal ini dikarenakan asupan gizi pada ibu hamil akan berpengaruh pada
bayi yang akan dilahirkan nanti.jika tidak diatasi maka stunting akan berdampak
pada perkembangan motorik kognitif, dan verbal pada anak tidak optimal.
Pengetahuan ibu mengenai stunting dan nutrisi ibu hamil bisa didapat dari
berbagai media diantaranya, visual, audio, dan audiovisual. Media audiovisual
contohnya seperti televisi dan video-vidio animasi, sedangkan media audio
contohnya radio dan cd (compact disc) namun mempromosikan masalah ini
kurang tepat dengan media tersebut karena hambatan sinyal dan cara
menyampaikannya kurang efektif. Terakhir dengan mengunakan media visual
contohnya seperti majalah, Koran, dan Booklet (buku). Booklet sendiri berupa
buku yang mencakup materi-materi edukasi yang akan disampaikan. Media
booklet (buku) merupakan salah satu cara menyampaikan informasi yang praktis
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang nutrisi pada ibu hamil.
Penggunaan media booklet merupakan salah satu cara untuk menyampaikan
informasi dalam waktu relatif singkat, jelas, dan mudah dibawa kemana saja
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang nutrisi pada ibu hamil.
Berdasarkan Penelitian dari Lena (2019) mengatakan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan pada nutrisi ibu hamil setelah dilakukan intervensi berupa
penyuluhan atau sosialisasi.
Hasil penelitian dari Yudhistira tahun 2021, edukasi stunting kepada ibu balita
dengan media poster melalui whatapps group diperoleh hasil analisis rerata
pengetahuan sebelum di berikan edukasi adalah 6.50 dan setelah dilakukan 9.70..
Artinya ada peningkatan pengetahuan tentang stunting yang dilakukan pada ibu
balita di Puskesmas Penurunan Kota Bengkulu. Namun mempromosikan masalah
kesehatan dengan media tersebut kurang efektif karena banyak ibu-ibu yang
kurang mahir dalam menggunakan internet. kurangnya penjangkauan terhadap
peserta pasif, informasi palsu dan tidak akurat, kurangnya interaksi dengan
peserta, keterbatasan kemampuan profesional kesehatan memanfaatkan media
sosial dengan baik.
Oleh karena itu pemberian edukasi mengenai nutrisi ibu hami pada ibu sangat
penting dikarenakan peran ibu dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi
penting untuk bayi yang ada di dalam masa kehamilan ibu. Dalam hal ini, media
booklet (buku) dirasa cocok untuk ibu dalam memahaminya karena berupa
gambar dan tulisan yang jelas. Bentuk booklet yang kecil dan praktis dibawa
kemana-mana juga mempermudah ibu untuk membaca dimana saja. Atas data dan
dasar tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh edukasi
dengan media Booklet tentang nutrisi pada ibu hamil terhadap pengetahuan ibu
hamil dalam upaya pencegahan stunting di Puskesmas Bojong”