Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA AMAN DAN NYAMAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

Nurul Awali Sella Noviana (D0023089)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

2023
BAB 1
KONSEP DASAR RASA AMAN DAN NYAMAN : Nyeri

1.1 Definisi Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman


1.1.1 Nyeri Akut
The International Association for the Study of Pain (IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi
tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif
(aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek
emosional dan psikologis). Nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional tidak menyenangkan yangmuncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkansebagai
kerusakan (International Association fol the Study of Pain); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapatdiantisipasi atau diprediksi dan dengan
durasi kurang dari 3 bulan (Nanda I 2018).

Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh stimulasi noxious


akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau
viseral yang terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress
neuroendokrin yang sebanding dengan intensitasnya. Nyeri akut
akan disertai hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya mereda dan
hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan.

1.1.2 Nyeri Kronik


Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosi tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
aktual atau potensial, atau digambarkan dengan terminologi dari
kerusakan tersebut dan bertahan lebih dari enam bulan bahkan
selama bertahun-tahun. Nyeri kronik yang dialami pasien sangat
mengganggu produktifitas dan sering disertai adanya gangguan
psikologis yang sering terlewat oleh dokter pada saat kunjungan
untuk pengobatan.

Beberapa hal akan memperburuk dampak psikologis oleh


karena persepsi yang berkembang pada pasien itu sendiri seperti
kekecewaan pada dokter karena penderitaan yang dialami tidak
segera membaik, ketakutan apabila nyeri bertambah buruk,
kecurigaan bahwa diagnosis tidak disampaikan oleh dokter akibat
parahnya penyakit yang diderita, kemerahan karena terganggunya
aktifitas harian, bahkan ketakutan akan kematian.

1.2 Tujuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman


Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal
Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan merupakan
keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden. Kenyamanan
seharusnya dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh


b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
seorang yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan
unsur ilmiah lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat
diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan,
dukungan, dorongan, dan bantuan.
1.3 Faktor Yang Berhubungan
Potter & Perry, 2006 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
keamanan dan keselamatan meliputi:

1. Emosi Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan


mudah mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi Status fisik dengan keterbatasan aktivitas,
paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan
terjadinya resiko cedera
3. Gangguan Persepsi Sensori Adanya gangguan persepsi sensori akan
mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahaya seperti
gangguan penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunitas Daya tahan tubuh kurang memudahkan terserang
penyakit
5. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma
menyebabkan responterhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan
kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
7. Gangguan komunikasi dapat menimbulkan informasi tidak diterima
dengan baik. 7. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan
terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat
menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan
dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat
beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok
usia anak- anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi
cara individu mengatasi

1.4 Gangguan atau Masalah yang Muncul

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya


rangsangan. Reseptor nyeri yang di maksud adalah nociceptor,
merupakan ujung – ujung saraf yang bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada viseria, persendian, dinding arteri, hati dan kantong
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya
stimunasi atau rangsangan.
Stimunasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti hystami,
bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan

oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau


mekanis .Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut
ditransmisikan berupa impuls-implus nyeri kesumsum tulang belakang
oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A ( delta ) dan
serambut lamban ( serabut C ).
Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A
mempunyai sifat inhibitor yang di transmisikan keserabut C. serabut-
serabut aferen masuk kespinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau
laminae yang saling bertautan.Diantara lapisan 2 dan 3 terbentuk
substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian,
impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spinal asenden yang paling utama, yaitu jalur
spinothalamic tract ( STT ) atau jalur spinothalamus dan spinoreticula
tract ( SRT ) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri.
Dari proses transmisi terdapat 2 jalur mekanisme terjadinya nyeri,
yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh
pertemuaan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinaldesendens
dari thalamus yang melalui otak tengah dan menular ke tanduk dorsal
dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nonciceptor
impuls supresir. Seroyoning merupakan neurotransmitter dalam impuls
supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh serabut A. jalur nonopiate merupakan jalur
desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang
kurang banyak diketahui mekanisme nya.
1.5 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada individu yang memiliki


gangguan kebutuhan rasa nyaman (SDKI, 2017) sebagai berikut:
a. Gejala dan tanda mayor meliputi mengeluhkan tidak nyaman
(Subjektif) dan gelisah (Objektif)
b. Gejala dan tanda minor meliputi : Subjektif
1) Mengeluh sulit tidur,

2) Tidak mampu rileks,

3) Mengeluh kedinginan atau kepanasan,

4) Merasa gatal,

5) Mengeluh mual,

6) Mengeluh lelah

Objektif

1) Menunjukan gejala distres

2) Tampak merintih atau menangis

3) Pola eliminasi berubah

4) Postur tubuh berubah

5) Iritabilitas
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas pasien meliputi : nama, tanggal lahir / umur, jenis
kelamin, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status,
agama, alamat dan pekerjaan.
2.1.2 Keluhan utama pasien : nyeri, mengeluh tidak nyaman, meringis,
tidak bisa tidur. pengukuran nyeri menggunakan numerik rating
scale untuk dewasa dan wong baker scale untuk anak – anak. Hal
yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)

P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya


nyeri

Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)

R (region) : daerah perjalanan nyeri

S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri

T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.


2.1.3 Riwayat kesehatan terdahulu dan keluarga.
2.1.4 Genogram
2.1.5 Pengkajian pola kesehatan fungsional gordon meliputi : pola
persepsi kesehatan, manajemen kesehatan, pola kognitif
keadekuatan alat sensori, pola nutrisi – metabolisme, pola
eliminasi, pola aktivitas latihan, pola tidur – istirahat, pola persepsi
– konsep diri, pola hubungan peran, pola fungsional seksual
reproduksi, pola manajemen stress koping, sistem kepercayaan
nilai.
2.1.6 Pengkajian fisik meliputi :
a). Keadaan umum pasien : nyeri, tidak bisa tidur, lemas.
b). Kesadaran
c). tanda – tanda vital : Tekanan darah, Nadi, Respiratori Rate,
suhu, SPO²
d) pengkajian head to toe
kepala meliputi : bentuk, mata, hidung, telinga, mulut, dan
leher

paru – paru meliputi : inspeksi :bentuk dada, pola pernapasan,


palpasi : getaran pada kedua paru, Perkusi dan auskultasi.
jantung meliputi : inspeksi : ada lesi, benjolan, palpasi, perkusi
dan auskultasi : mendengarkan suara / bunyi jantung,
abdomen meliputi : inspeksi : ada lesi, benjolan, auskultasi :
peristaltik usus, perkusi, dan palpasi : nyeri tekan.
ekstremitas meliputi : pengukuran derajat kekuatan skala otot
pada kedua sisi baik ekstremitas atas dan bawah.
Genetalia : inspeksi : terpasang kateter atau terdapat lesi.

sistem integumen : apakan sianosis atau ikterik

sistem persarafan : mengukur tingkat kesadaran.


2.2 Diagnosis yang muncul dalam gangguan rasa nyaman dan aman
menurut (SDKI, 2017) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Akut b.d Agens cidera fisiologis (inflamasi)
2. Defisit Pengetahuan b.d gaya hidup sehat (D.0111)
3. Risiko Ketidakseimba ngan Cairan b.d Disfungsi intestinal

2.3 Intervensi
Dx Kep SLKI SIKI
Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.082383)
b.d Agens Setelah dilakukan Observasi
cidera tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis selama 2x 24 jam durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(inflamasi) diharapkan nyeri pasien nyeri
menurun dengan kriteria 2. Identifikasi nyeri
hasil : 3. Identifikasi adanya respon nyeri non
1. Keluhan nyeri menurun verbal
dari 2 (cukup menurun) Nursing care
menjadi 3 (sedang) 1. Fasilitasi posisi yang nyaman bagi
2. Meringis menurun dari klien
2 (cukup menurun) 2. Berikan teknik non farmakologis
menjadi 3 (sedang) untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
3. Gelisah menurun dari 2 Tens, hipnotis, akupresur, terapi
(cukup menurun) music, teknik imajinasi terbimbing,
menjadi 3 (sedang) teknik nafas dalam)
4. Frekuensi nadi 3. Lakukan reposition (hanya boleh
membaik dari 3 dilakukan 1 kali) jika diperlukan
(sedang) menjadi 4 4. Fiksasi atau lakukan pemasangan
(cukup membaik) spalk
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk meredakan nyeri (teknik nafas
dalam, teknik distraksi, teknik
imajinasi terbimbing)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kolaborasi dengan dokter untuk
dilakukan pembedahan dan
pemasangan pen, jika perlu
Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan (1.12383)
Pengetahuan (L.12111) Observasi
b.d gaya hidup Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan dan
sehat tindakan keperawatan kemampuan menerima informasi
(D.0111) selama 3x24 jam 2. Identifikasi factor-faktor yang
diharapkan keseimbangan dapat meningkatkan dan
cairan pasien meningkat menurunkan motivasi perilaku
dengan kriteria hasil : hidup bersih dan sehat
1. Perilaku sesuai ajuran Terapeutik
meningkat dari 2 1. Sediakan materi dan media
(cukup menurun) pendidikan kesehatan
menjadi 4 (cukup 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat) sesuai kesepakatan
2. Kemampuan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
menjelaskan Edukasi
pengetahuan tentang 1. Jelaskan factor resiko yang dapat
suatu topic meningkat mempengaruhi kesehatan
dari 2 (cukup 2. Ajarkan perilaku hidup yang bersih
menurun) menjadi 4 dan sehat
(cukup meningkat) 1. Ajarkan strategi yang dapat
3. Perilaku sesuai digunakan untuk meningkatkan
dengan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat dari skala
2 (cukup menurun)
menjadi 4 (cukup
meningkat)
4. Pertamyaam tentang
masalah yang
dihadapi menurun dari
2 (cukup meningkat)
menjadi 4 (cukup
menurun)
5. Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun dari 2
(cukup meningkat)
menjadi 4 (cukup
menurun)
6. Perilaku meningkat
dari 2 (cukup
menurun) menjadi 4
(cukup meningkat)
Risiko Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan (I.03098)
Ketidakseimba (L.03020) Observasi
ngan Cairan Setelah dilakukan 1. Monitor status hidrasi (mis,
b.d Disfungsi tindakan keperawatan frekuensi nadi, kekuartan nadi,
intestinal selama 1x 24 jam akrral, pengisian
diharapkan keseimbangan kapiler,kelembaban mukosa mulut,
cairan pasien meningkat turgor kulit, tekanan darah)
dengan kriteria hasil : 2. Monitor berat badan harian
1. Asupan cairan 3. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat dari 3 laboratorium
(sedang) menjadi 4 Nursing Care
(cukup meningkat) 1. Catat intake-output dan hitung
2. Kelembaban membrane balance cairan 24 jam

mukosa meningkat dari 2. Berikan asupan cairan, sesuai


2 (cukup menurun) kebutuhan
menjadi 4 (cukup 3. Berikan cairan intravena jika perlu
meningkat) Edukasi
3. Asupan makanan 1. Edukasi tanda dan gejala dehidrasi
meningkat dari 2 atau kekurangan cairan
(cukup menurun) Kolaborasi
menjadi 4 (cukup Kolaborasi dengan dokter untuk
membaik) memberikan obat atau suplemen untuk
4. Dehidrasi menurun dari memperbaiki kondisi pasien
2 (cukup meningkat)
menjadi 4 (cukup
menurun)
5. Memembran mukosa
membaik dari 2 (cukup
memburuk) menjadi 4
(cukup membaik)
6. Turgor kulit
membaik dari 2
(cukup
memburuk) menjadi 4
(cukup membaik)

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.

Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika. Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan

Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai