Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN (NYERI)

OLEH :

Ovie Intan Ariani


010115A092

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2021
A. Anatomi Fisiologi
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep
kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu
memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis dan kebudayaan
yang mempengaruhi cara mereka menginterprestasikan dan merasakan
nyeri. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang
konsisten pada pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan
kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan
telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah atau nyeri).
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk
melindungi diri. Apabila seseorang mersakan nyeri, maka perilakunya akan
berubah. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan
berubah. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan
jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat
mengkaji nyeri (Clancy dan Mc Vicar, 1992).
Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan (Mahon, 1994). Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti
dengan menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Nyeri mengarah
pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan
hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik, dengan nyeri
merupakan suatu gejala yang umum.

\
Fisiologis Nyeri

Pada suatu implus ketidaknyamanan naik ke medulla spinalis menuju ke


batang ota thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian
dari respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada sitem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
keamanan dan kenyamanan.
1. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan.
2. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injury.
3. Gangguan, persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti
gangguan penciuman dan penglihatan.
4. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
5. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan.

6. Gangguan tingkat pengetahuan


Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan
nyaman
1. Jatuh : Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari
seluruh kecelakaan yang terjadi di RS resiko jatuh lebih besar
dialami pasien lansia.
2. Oksigen : Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap
oksigen akan mempengaruhi keamanan pasien.
3. Pencahayaan : Rumah Sakit merupakan sarana Pelayanan Publik
yang penting Tata pencahyaan dalam ruang rawat inap dapat
mempengaruhi kenyamanan pasien rawat inap.

B. Definisi
Nyeri merupakan sensori yang unik, rumit, universal dan bersifat individual.
Nyeri adalah sensori subjektif dari pendalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau
potensial atau dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan
(Potter & Perry, 2006).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak enak bersifat subjektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatan nyeri dan hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan nyeri yang
dialami (A. Aziz Aumul, 2009).

C. Faktor yang mempengaruhi


1. Usia
Usia merupakan variable penting yang mempengaruhi nyeri. Khususnya
pada anak-anak dan lansia. Anak-anak yang masih kecil mempunyai
kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang
menyebabkan nyeri.
Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dilakukan pengkajian,
diagnosis dan penatalaksanaan secara agresif. Namun, individu yang
berusia lanjut memiliki risiko tinggi mengalami situasi-situasi yang
membuat mereka merasakan nyeri.
2. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri.
4. Makna nyeri
Nyeri mempengaruhi pengamatan nyeri dan cara seseorang beradaptasi
terhadap nyeri.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri.
6. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas.
7. Kelelahan
Kelelahan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan
sensori nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
8. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri
sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima
nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
9. Gaya koping
Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan control terhadap
hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, dengan demikian gaya
koping mempengaruhi kemmapuan individu tersebut untuk mengatasi
nyeri.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Factor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran
orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
D. Masalah yang muncul dan criteria
1. Gangguan tidur.
2. Posisi menghindar nyeri.
3. Gerakan menghindar nyeri.
4. Raut wajah kesakitan.
5. Perubahan nafsu makan dan minum.
6. Tekanan darah meningkat.
7. Tekanan darah meningkat.
8. Nadi meningkat
9. Pernapasan meningkat.
10. Depresi- frsutasi.
11. Tingkah laku berhati-hati.
12. Fokus pada diri sendiri dan
13. Penurunan interkasi dengan lingkungan.

E. Penatalaksanaan
1. Tindakan pereda nyeri non farmakologis
a. Bimbingan antisipasi
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan
nyeri menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk
menghilangkan nyeri yang lain. Bimbingan antisipasi memberikan
penjelasan yang jujur tentang pengalaman nyeri.
b. Distraksi
Sistem aktivitas reticular menghambat stimulus yang menyakitkan
jika seseorang menerima masukan sensori yang cukup ataupun
berlebihan. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan
pelepasan endorphin. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Distraksi bekerja member pengaruh paling baik untuk jangka waktu
yang singkat untuk mengatasi nyeri intensif hanya berlangsung
beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur invansif atau
saat menunggu kerja analgetik.
c. Biofeed back
Merupakan terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis (mis : TD) dan cara
untuk melatih control voluntrel terhadap respon tersebut. Terapi ini
digunakan untuk menghasilkan relaksasi dalam dan sangat efektif
mengatasi ketegangan otot dan nyeri kepada migren
d. Hiposis diri
Dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti
positif hiposis diri menggunakan sugesti diri dan kesan tentang
perasaan yang rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan
kemudian kondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka.
e. Mengurangi presepsi nyeri
Salah satu cara sederhana untuk menghilangkan nyeri. Message,
mandi air hangat, kompres menggunakan kantong es, dan stimulasi
saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah
sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri.
2. Tindakan farmakologis
1. Anastesi lokal dan regional.
2. Analgesik
a. Non naskotik/non anioid dan obat inflamasi non steroid
(NSAID) nyeri ringan dan sedang.
Non narkotika : asetaminopen (post operasi ringan) asetil salisiat
(demam).
NSAID : ibu profen (cedera atletik/jaringan lunak), piroksikam
keherokal (nyeri pasca operasi dan nyeri traumatic berat).
b. Analgesik narkotik/oploid
Untuk nyeri sedang sampai berat : mepiridim (nyeri kanker),
metal morfin, pentanol, dan hidromorfin HCL.
c. Analgesik di control pasien (ADP)
Metode yang aman untuk pelaksanaan nyeri kanker, nyeri pasca
operasi an nyeri traumatic. Tujuannya untuk memperthankan
kadar plasma analgesic yang konstan.
d. Analgesik epidural
Bentuk anastesi lokal dan terapi yang efektif untuk mengurangi
nyeri pasca operasi akut, nyeri kronik, pasca melahirkan.
(Potter & Perry, 2006)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : darah ,urin rutin, kimia darah, sorologi,
kalsium fosfat alkali.
2. Pemeriksaan diagnostic
a. USG, untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen.
b. Rontgen, untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal.
CT-Scan. MRI (hanya dilakukan pada nyeri kepala menunjukkan
kemungkinan penyakit intracranial seperti : humor, perdarahan
subrakh nad, dll )
c. ECG di lakukan bila ada riwayat kejang, penurunan kejadian,
trauma kepala.
(Nurul cahyani & wahid iqbal, 2008)

G. Konsep Map Asuhan Keperawatan


Diagnosa keperawatan : nyeri akut (00132) Diagnosa keperawatan : Mual (00134)
Definisi : pengalaman sensorik dan emosional tidak Definisi : suatu fenomena subjektif tentang rasa tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan nyaman pada bagian belakang tenggorokan,muntah
actual potensial,aurasi.  Resiko muntah
 Perubahan setelah makan  Peningkatan
 Ekspersi wajah nyeri
 Mengenali kapan nyeri terjadi Intervensi:
 Menggambarkan factor penyebab a. identifikasi factor yang dapat menyebabkan
Intervensi :
terhadap mual
 Lakukan skrining untuk mengetahui indicator b. lakukan pembersihan mulut sesering mungkin
 Tentukan hasil yang di harapkan untuk meningkatkan kenyamanan
 Obserfasi tanda verbal factor yang c. dasari teknik renpermakologi
mengidentifikasikan titik yang di harapkan

Masalah kesehatan : kebutuhan dasar rasa aman dan


nyaman
Prioritas pengkajian : kenyamanan fisik,kesiapan
meningkat,rasa aman nyaman,mual,nyeri akut dan
kronis.
Diagnosa : keperawatan hubungan rasa nyaman Diagnosa : kesiapan meningkatkan rasa nyaman
(00214) Definisi : suatu pola kesenangan,kelegaan,dan
Definisi : merasa kurang nyaman,lega.dan kemampuan dalam dimensi
sempurna,dalam dinamis fisik,psikospiritual,lingkungan dana tau social yang
fisiklingkungan,budaya,dana tau social. dapat di tingkatkan
 Ansietas  Kesejahteraan psikologi
 Ketakutan  Lingkungan fisik
 Merasa tidak nyaman  Kontal terhadap gejala
 Control terhadap gejala  Hubungi spiritual
 Kesejahteraan psokologi
 Lingkungan fisik Intervensi:
 Hubungan spiritual a. siapkan lingkungan yang tenang
b. dudukkan klien di kursi atau tempat klien
Intervensi: dengan posisi terlentang
a. identifikasi pada saat terjadi perubahan c. intruksikan klien untuk pernyataan sendiri
tingkatan kecemasan dan untuk perasaan di bagikan tubuh yang di
b. berikan aktifitas pengganti yang bertujuan tuju
untuk mengurangi tekanan d. dorong klien untuk mempertahankan
c. dorong aktifitas yang tidak kompetif secara
tepat
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat Aziz A. 2013. Pengantar kebutuhan dasar manusia Jakarta :


Salemba Medika

Cahyati Nurul Wahid Iqbal. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori dan
aplikasi Jakarta : EGC.

Heardiman, TH, S.Kamitsu (Eds) 2015 Diagnosa Kperawatan: Definisi dan


klasifikasi Edisi 10 2015-2017 Jakarta : EGC

Potter & Perry . 2006 . Buku ajar fundamental keperawatan Edisi 4 Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai