KEPERAWATAN DASAR
PROFESI
Disusun Oleh :
ARI APRIAN
NIM. P27220021249
1
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN
NYERI PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR PROFESI RSUP DR
SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Disusun Oleh :
ARI APRIAN
NIM. P27220021249
2
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
3
yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2013).
3. Klasifikasi
Menurut Prasetyo (2010) klasifikasi nyeri di bagi menjadi:
a. Nyeri Akut
Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cidera akut, penyakit, atau intervensi
bedah memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan
sampai berat) dan berlangsug untuk waktu singkat. Nyeri akut merupakan
signal bagi tubuh akan cidera atau penyakit yang akan datang namun nyeri akut
akan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area pulih kembali.
Nyeri akut disebabkan oleh aktivitas nosireseptor dan biasanya
berlangsung dalam wantu yang singkat atau kurang dari 6 bulan, dan datang
tiba-tiba. Nyeri akut dianggap memiliki durasi terbatas dan bisa diprediksi,
seperti nyeri pasca operasi, yang biasanya akan menghilang ketika luka
sembuh. Klien sebagian besar menggunakan kata-kata “tajam”,“tertusuk”, dan
tertembak untuk mendiskripsikan nyerinya (Black & Hawks, 2014).
Penyebab dari nyeri akut adalah agen cedera fisiologis (misalnya:
inflamasi), agen pencedera kimiawi (misalnya: bahan kimia iritan), dan agen
pencedera fisik (misalnya: abses, prosedur operasi, trauma). Kondisi klinis
terkait nyeri akut adalah kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi,
sindrom koroner akut dan glaukoma. (PPNI, 2016).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang periode waktu. Nyeri kronik berlangsung diluar waktu penyembuhan
yang sering dikaitkan dengan penyebab atau cedera fisik. Nyeri kronik dapat
terjadi pada kanker tetapi nyeri jenis ini mempunyai penyebab yang dapat
diidentifikasi. Misal nyeri pada kanker timbul akibat kompresi saraf perifer,
atau meninges akibat kerusakan struktur ini setelah pembedahan, kemoterapi
dan infiltrasi tumor. (Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut Black dan Hawks (2014) menjelaskan bahwa nyeri kronik
biasanya dianggap sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari 6 bulan (atau 1
bulan lebih dari normal di masa-masa akhir kondisi yang menyebabkan nyeri)
4
dan tidak diketahui kapan berakhir kecuali nika terjadi penyembuhan yang
lambat, seperti pada luka bakar. Sedangkan menurut PPNI (2016) nyeri kronik
adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan sampai berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3
bulan. Penyebab dari nyeri kronik adalah kondisi muskuloskeletal kronis,
keruskan sistem saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan
nerotransmiter, neuromodulator, dan reseptor, gangguan imunitas, ganguan
metabolik. Kondisi klinis terkait nyeri kronik misalnya arthritis rematoid,
infeksi, cedera medula spinalis dan kondisi pasca trauma.
4. Faktor Persepsi dan Reaksi terhadap Nyeri
Menurut Prasetyo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi
terhadap nyeri meliputi :
a. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada
individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri
dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Karena anak kecil
yang belum dapat mengungkapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan secara verbal dan mengekpresikan nyeri kepada kedua
orangtua ataupun pada perawat. Terkadang anak-anak enggan menungkapkan
keberadaan nyeri yang mereka alami dikarenakan mereka takut akan tindakan
keperawatan yang harus mereka terima nantinya.
Sedangkan pada pasien lansia perawat harus melakukan penkajian lebih
rinci ketika lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki sumber
nyeri lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita
lansia menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada tidak selalu
mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul karena gejala
arthritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagai lansia terkadang
pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap bahwa hal
tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari.
b. Jenis Kelamin
Secara umum wanita dan pria tidak berbeda secara signifikan dalam
5
berespon terhadap nyeri. Hanya berbeda budaya yang menganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan anak perempuan dalam situasi sama ketika merasakan nyeri.
Namun berdasar penelitian terahir dalam memperhatikan hoemon seks pada
mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks
testosteron menaikan ambang nyeri pada percobaan binatang sedangkan
estrogen meningkatkan pengenalan sensitivitasan terhadap nyeri.
Bagaimanapun manusia itu lebih kompleks dan dipengaruhi oleh personal,
sosial, budaya dan lain-lain.
c. Kebudayaan
Seringkali perawat berasumsi bahwa respon pada setiap klien dalam
maslah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana klien
berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin
bahwa menangis dan merintih mengidentifikasikan suatu ketidakmampuan
dalam mengontrol nyeri, akibtanya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok klien
berkebangsaan Maroko-Amerika, karena mereka tidak selalu mempersiapkan
pengalaman nyeri sebagai suatu yang berat atau mengharapkan perawat
melakukan intervensi.
d. Makna Nyeri
Nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seorang
beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin
akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan lainnya yang nyeri karena
dipukul suaminya.
e. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan
pada masing-masing individu. Nyeri sering dirasakan mungkin terasa ringan,
sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan
kualitas nyeri, masing- masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan
nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut dan lain-lain. Misalnya individu
yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu
yang tersiram air panas.
6
f. Perhatian
Tingkat nyeri pada seseorang terhadap nyeri akan mempengarui persepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon
nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan
respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk
menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided
imagery) dan masase.
g. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan perasaan cemas. Sebagai contoh seorang yang
menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan
meningkatkan persepsi nyerinya.
h. Keletihan (kelelahan)
Keletihan / kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan
sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.
i. Pengalaman Sebelumnya
Individu bealajar dari penagalaman nyeri sebelumnya, akan tetapi
pengalaman yang dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu
tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa mendatang.
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih mudah mengantisipasi
nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit akan nyeri.
j. Dukungan Keluarga dan Sosial
Seseorang yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan,
bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain atau teman dekat. Meskipun
nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang dicintai akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan sehingga klien tidak berfokus pada nyeri yang
dirasakan.
7
5. Efek Nyeri
Menurut Wahyudi dan Abdul, (2016) menjelaskan efek nyeri adalah sebagai
berikut ini :
a. Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak
mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk engkaji
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan
saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah dan
frekuensi pernapasan meningkat.
b. Efek perilaku
Pasien seringkali saat mengalami nyeri pasien sering meringis, mengerutkan
dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot,
menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan
nyeri.
c. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam tindakan higine normal dan
dapat mengganggu aktivitas sosial dan berhubungan seksual.
6. Patofisiologi dan Pathway
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespons hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial
merusak. Reseptor nyeri disebut juga nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor
nyeri (nosiseptor) ada yang bermialin dan ada yang tidak bermialin dari saraf
eferen.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa
rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan
8
nyeri. Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus internal, mekanik,
kimiawi, atau stimulus listrik yang menyebabkan pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri.
Nosiseptor kutanius berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen, yaitu:
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apalagi
penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2m/det) yang
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi (Tamsuri, 2012).
9
Pahways Nyeri :
Trauma jaringan,
infeksi, cidera
Kerusakan sel
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Dihantarkan serabut
tipe A, dan serabut
tipe C
Medulla spinalis
Sistem aktivasi
retikular
Sistem aktivasi Area grisea
retikular peraikueduktus
Talamus
Hipotalamus dan
sistem limbik Talamus
Otak
(korteks somatosensoarik)
Persepsi nyeri
10
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Menurut Wahyudi dan Abdul (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri
secara farmakologi adalah seperti berikut ini :
1) Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan
penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat
ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan dimedulla batang otak.
2) Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik.
Efek samping obat ini paling umum terjadi gangguan pencernaan seperti
adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster.
b. Non Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut:
1) Membangun hubungan terapeutik perawat-klien
Terciptanya hubungan terapeutikantara klien dengan perawat akan
memberikan pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif
pada klien yang mengalami nyeri.
2) Bimbingan Antisipasi
Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila dengan
timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien.
3) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari
ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
4) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran
klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri.
11
5) Distraksi
Merupakan tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri, yang
dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
6) Akupunktur
Akupunktur merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina, di mana
akupunktur menstimulasi titik-titik tersebut pada tubuh untuk meningkatkan
aliran energi disepanjang jalur yang disebut jalur meridian.
7) Biofeedback
Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada
otak, kontraksi otot, atau temperatur kulit kemudian “mengembalikan”
memberikan informasi tersebut kepada klien.
8) Stimulasi kutaneus
Teknik ini berkerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol
nyeri. Sebagai contoh tindakan ini adalah mandi air hangat/sauna, masase,
kompres dengan air dingin/panas, pijatan dengan menthol atau TENS
(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).
9) Akupresur
Terdapat beberapa teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri yang
dapat dilakukan secara mandiri. Klien dapat mengguanan ibu jari atau jari
unrtuk memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan
ketegangan pada otot kepala, bahu atau leher.
10) Psikoterapi
Psikoterapi dapat menurunkan persepsi pada nyeri pada beberapa klien,
terutama pada klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien
yang mengalami depresi, atau pada klien yang pernah mempunyai riwayat
masalah psikiatri.
12
8. Skala Nyeri
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual
serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2012).
a. Face Rating Scale (FRS)
Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala
nyeri menggunakan face rating scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai
dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang
menangis untuk “nyeri berat”.
9. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Ni Putu Wardani (2016), Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
bertujuan untuk mengatahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan
seperti:
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan penunjang lainya
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen
13
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
Deprivasi tidur
3) CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
4) EKG
5) MRI (Hidayat, 2008).
10. Komplikasi
Berdasarkan Wardani (2016), komplikasi nyeri ada 2:
a. Gangguan pola istirahat tidur
b. Syok neurogenik
14
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Identitas
a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c. Catatan medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga.
3. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola personal hygiene
f. Pola aktivitas dan latihan
g. Pola manajemen kesehatan
h. Pola konsep diri
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan kesadaran umum
b. Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
c. Pemeriksaan fisik
d. Data penunjang
e. Program terapi
f. Data fokus.
15
5. Pengkajian Status Nyeri Dilakukan dengan Pendekatan
a. P (Provocate) : Respon paliatif meliputi factor pencetus nyeri
b. Q (Quality) : Kualitas nyeri meliputi nyeri uka post operasi
c. R (Region) : Lokasi nyeri, meliputi nyeri luka post operasi
d. S (Skala) : Skala nyeri ringan, sedang, berat, atau sangat nyeri
e. T (Time) : Waktu meliputi kapan, berapa lama dan terakhir
dirasakan
6. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa
nyaman adalah sebagai berikut
1. D.0077 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
(tindakan pembedahan)
1
6
7. Perencanaan atau Intervensi Keperawatan
Standar Diagnosa Standar Luaran
Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
NO Indonesia
Indonesia Indonesia
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut SLKI: SIKI :
Penyebab :
Nyeri dan Nyeri dan Kenyamanan
1. Agen pencedra
Kenyamanan
Manajemen nyeri
fisiologis (mis.
Setelah dilakukan Observasi
Inflamasi
asuhan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
iskemia,
selama 3 x 24 jam durasi, frekuensi, kualitas,
neoplasma)
diharapkan nyeri pada intensitas nyeri
2. Agenpencedera
pasien berkurang - Identifikasi skala nyeri
kimiawi (mis.
dengan kriteria hasil : - Identifikasi respon nyeri
Terbakar, bahan
Tingkat Nyeri nonverbal
kimia iritan)
1. Nyeri berkurang - Identifikasi factor yang
3. Agen pencedera
dengan skala 2 memperingan dan memperberat
fisik (mis. Abses,
2. Pasien tidak nyeri
amputasi,
mengeluh nyeri -Identifikasi pengetahuan
prosedur operasi,
- Identifikasi budaya terhadap
taruma, dll) 3. Pasien tampak
respon nyeri
tenang
- Identifikasi pengaruh nyeri
4. Pasien dapat tidur
Gejala dan tanda terhadap kualitas hidup pasien
mayor dengan tenang
Subjektif : mengeluh - Monitor efek samping
5. Frekuensi nadi
nyeri penggunaan analgetik
Objektif dalam batas normal
Tampak - Monitor keberhasilan terapi
(60-100 x/menit)
meringis komplementer yang sudah
6. Tekanan darah
Bersikap diberikan
dalam batas normal
proaktif (mis. Terapeutik
(90/60 mmHg –
waspada, - Fasilitasi istirahat tidur
120/80 mmHg)
posisi - Kontrol lingkungan yang
7. RR dalam batas
menghindari memperberat nyeri ( missal:
normal (16-20
nyeri) suhu ruangan, pencahayaan dan
x/menit)
1
7
Gelisah Kontrol Nyeri kebisingan).
Frekuensi 1. Melaporkan bahwa - Beri teknik non farmakologis
nadi nyeri berkurang untuk meredakan nyeri
meningkat dengan (aromaterapi, terapi pijat,
Sulit tidur menggunakan hypnosis, biofeedback, teknik
manajemen nyeri imajinasi terbimbimbing, teknik
2. Mampu mengenali tarik napas dalam dan kompres
nyeri (skala, hangat/ dingin)
intensitas, frekuensi Edukasi
dan tanda nyeri) - Jelaskan penyebab, periode dan
Status Kenyamanan pemicu nyeri
1. Menyatakan rasa - Jelaskan strategi meredakan
nyaman setelah nyeri
nyeri berkurang - Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri
(mis.Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,frekuensi,
durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesicdengan tingkat
keparahan nyeri
- Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
- Monitor efektifitas analgesic
1
9
8. Implementasi
Beberapa prosedur tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya.
9. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap responlangsung pada intervensi keperawatan),
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai statuskesehatan klien terhadap waktu) (Poer,2012).
2
0
10. Daftar Pustaka
Ignatavicius, D. D. Bayne 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, Vol 2: Prinsiple.
Ningsih, N. (2013). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal.
Sumarni, W., Wardani, S., Sudarmin, S., & Gupitasari, D. N. (2016). Project based
learning (PBL) to improve psychomotoric skills: A classroom action research. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 5(2), 157-163.
Norsidah, K. Z., Asmadi, A. Y., Azizi, A., Faizah, O., & Kamisah, Y. (2013). Palm
tocotrienol-rich fraction reduced plasma homocysteine and heart oxidative stress in rats fed with
a high-methionine diet. Journal of physiology and biochemistry, 69(3), 441-449.
Hawks, S. A., Aguirre, J. C., Schelhas, L. T., Thompson, R. J., Huber, R. C., Ferreira, A.
S., ... & Schwartz, B. J. (2014). Comparing matched polymer: Fullerene solar cells made by
solution-sequential processing and traditional blend casting: Nanoscale structure and device
performance. The Journal of Physical Chemistry C, 118(31), 17413-17425.
Indonesia, P. P. N. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Smeltzer, S. C. C., & Bare, B. G. (2013). Brunner & Suddarth's textbook of medical-
surgical nursing. Philadelphia: JB Lippincott.
Festi, P., & Tamsuri, A. (2017). Social Support Approach: Development of Nursing
Holistic Care Model in Surabaya. Advanced Science Letters, 23(12), 12540-12545.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI
2
1
LOGBOOK
PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR PROFESI RSUP DR SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN
Disusun Oleh :
ARI APRIAN
NIM. P27220021249
Aktivitas 1.
Tuliskan ringkasan kasus !
Tgl/Jam MRS : 25 Januari 2021/ 15.00 WIB
Pengkajian : Senin,20 Saptember 2021,13.00WIB
Metode Pengkajian : Observasi, Wawancara, dan Melihat Rekam Medis
Diagnosa Medis : Post Op Apendiktomi
No. Registrasi : 300xxx
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identifikasi Pasien
Nama : Ny.T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 56 tahun
Alamat : Banyuurip, Purworejo
Agama : Islam Pendidikan
: SLTP Pekerjaan : URT
b. Identifikasi Penaggung Jawab Nama
: Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 75 tahun
Alamat : SD
Pendidikan : Pensiunan
Pekerjaan : Banyuurip, Purworejo
Hubungan dng Pasien: suami
2
3
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 13 Saptember 2021, 13.00 WIB telah dilakukan operasi appdictomy
dengan irisan kira-kira 5 cm. Dilakukan pengkajian post operasi appendictomy pada
tanggal 20 Saptember 2021, 13.00 WIB didapatkan data P: pasien mengatakan nyeri
pada luka bekas operasi, P: Post op apendiktomi Q: seperti tertusuk-tusuk R: perut
bawah S: 4 (nyeri sadang) T: Hilang timbul dan klien mengatakan luka operasi terasa
gagak basah, Pasien mengatakan takut dengan pembersihan lukanya jika tidak di
tangani oleh tim medis Pada pemeriksaan fisik didapatkan data: kesadaran
composmentis, GCS: E4V5M6 (15), TTV: TD: 130/80 mmHg, N:73x/menit,
S: 37,3˚C, RR: 20x/menit. c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan tidak ada
riwayat penyakit sebelumnya dan baru pertama kali dioperasi.
2
4
Biomechanical Hemoglobin 12,5
g/dl Clinical Sign
Keadaan Umum: Baik Kesadaran:
Composmentis TTV: TD: 130/80 mmHg
N: 73x/menit RR: 20 x/menit
S: 37,3˚C
Konjungtiva tidak anemis
Diet
Diet yang diberikan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk, air putih 1 liter.
Klien tidak memiliki keluhan dan makan satu porsi habis. Selama sakit klien makan 3x
sehari dengan makanan yang disediakan rumah sakit nasi lembek, sayur, teh atau air
putih, 1 porsi habis.
e. Pola Eliminasi
Sebelum sakit klien BAB 1x sehari kadang 2x sehari atau tidak teratur dengan
konsistensi lunak atau keras, bau khas, dan warna kuning kecokelatan. Pada pola
eliminasi BAK, sebelum sakit klien mengatakan BAK 4-6x sehari ± 150cc sekali
BAK dengan warna kuning sedikit pekat, bau amoniak, dan tidak ada keluhan.
Selama sakit, klien BAB 1x pada hari ke 2 rawat inap sebelum operasi. BAK
melalului selang kateter
1000cc per 24 jam, warna kuning jernih, bau amoniak.
f. Pola Kognitif dan Perceptual
Sebelum sakit pasien sadar penuh, penglihatan dan pendengaran normal tidak
menggunakan alat bantu. Selama sakit pasien sadar penuh penglihatan dan pendengaran
normal tidak menggunakan alat bantu. P: pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
operasi, P: Post op apendiktomi Q: seperti tertusuk-tusuk R: perut bawah S: 4 (nyeri
sadang) T: Hilang timbul Pasien mengatakan merasa cemas akan rasa sakitnya yang
tidak hlang-hilang dan takut untuk bergerak. Pasien juga mengatakan takut tidak
bisa merawat luka. Saat dikaji pasien tampak gelisah karena merasa kesakitan.
g. Pola Konsep Diri
Gambaran diri klien menerima dengan keadaan sakitnya saat ini, ideal diri klien
ingin segera sembuh dan pulang ke rumah agar bisa melakukan aktivitasnya kembali,
harga diri klien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya, peran diri klien seorang
2
5
ibu, istri, dan cucu, sedangkan identitas diri klien berjenis kelamin perempuan
dengan usia 57 tahun, klien seorang urt.
h. Pola Koping
Sebelum sakit pasien mengatakan bila mempunyai masalah selalu mengatakan
kepada keluarga dan bermusyawarah untuk memecahkan masalah, dan selama
sakit pasien mengatakan saat mengetahui masalah kesehatan pasien
merundingkan dengan keluarganya untuk segera melakukan penanganan lebih
lanjut.
i. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien seorang perempuan berusia 57 tahun dan tidak mempunyai masalah
pada system reproduksinya.
j. Pola Peran Hubungan
Pasien mengatakan sebelum sakit maupun selama sakit hubungannya dengan
keluarga, saudara, tetangga, dan teman- teman baik dan tidak ada masalah.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam selalu menjalankan sholat 5 waktu, tetapi selama sakit
pasien mengatakan hanya bisa berdoa.
4. Pemeriksaan Fisik a.
Keadaan Umum
Keadaan Umum: Baik Kesadaran:
Composmentis TTV: TD: 130/80
mmHg
N: 73x/menit RR: 20
x/menit S: 37,3˚C
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala: kepala mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
Rambut kuat, hitam.
2) Muka:
a) Mata: mata simetris kanan-kiri, fungsi penglihatan baik, konjungyiva tidak
anemis, dan sklera tidak ikterik.
b) Hidung: bersih, tidak ada polip, dan tidak terdapat sekret.
c) Mulut: simetris, bersih, dan mukosa bibir lembab.
d) Telinga: simetris, tidak ada serumen, dan tidak mengalami gangguan
pendengaran. 2
6
3) Leher: tidak terdapat pembesaran tyroid.
4) Dada:
a) Paru-paru: Inspeksi : bentuk dada simetris, Palpasi : vocal fremitus kanan
dan kiri sama, Perkusi : sonor, Auskultasi : suara vesikuler dan irama teratur.
b) Jantung: Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, Palpasi : ictus cordis teraba kuat di
SIC V, Perkusi : pekak, Auskultasi : Bunyi jantung I dan Bunyi jantung II sama,
tidak ada suara tambahan, irama reguler.
c) Abdomen: Inspeksi : terdapat luka post operasi pada kanan bawah kurang lebih 5
cm, tidak ada tanda infeksi pada luka post operasi, Auskultasi : bising usus
15x/menit, Perkusi : redup di kuadran 1 dan tympani di kuadran 2, 3, 4, Palpasi :
adanya nyeri tekan skala
6.
5) Ekstermitas:
a) Atas: Terpasang infus Rl pada tangan kiri, tidak terdapat permasalahan pada
ekstermitas atas.
b) Bawah: Pergerakan kaki bebas, tidak terdapat luka pada ke dua kaki, tidak
terdapat permasalahan pada ekstermitas bawah.
6) Genetalia: Pasien terpasang selang kateter, genetalia bersih. Tidak ada
permasalahan.
7) Integumen: Akral hangat, CRT < 2 detik, turgor kulit baik.
2
7
2
8
Aktivitas 2.
Gambarkan Trauma jaringan,
dalam bentuk infeksi, cidera
skema
Clinical
Kerusakan sel
Pathway
Kasus !
Pelepasan mediator nyeri Tekanan mekanisme,
(histamine, bradikinin, deformitas, suhu
prostaglandin, serotonin, ion ekstrim
kalium, dll)
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Dihantarkan serabut
tipe A, dan serabut
tipe C
Medulla spinalis
Sistem aktivasi
retikular
Sistem aktivasi Area grisea
retikular peraikueduktus
Talamus
Hipotalamus dan
sistem limbik Talamus
Otak
(korteks somatosensoarik)
Persepsi nyeri
2
9
Aktivitas 3.
Identifikasi dan tuliskas fokus data yang didapat dari pengkajian !
3
0
Aktivitas 4.
Identifikasi jenis pemeriksaan diagnostik dan data tambahan yang diperlukan
untuk melengkapi data pengkajian di atas !
Pada tanggal 18 September Telah dilakukan pemeriksaan USG di
dengan kesan terdapat Appendicitis.
Aktivitas 5.
Tuliskan Analisis Data Penunjang / Data Diagnostik !
Pemeriksaan Laboratorium
3
1
Aktivitas 6.
Tuliskan diagnosa keperawatan sesuai prioritas !
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa
nyaman adalah sebagai berikut
1. D.0077 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
(tindakan pembedahan)
DO:
KU: baik
TTV: TD: 100/60 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
Suhu: 36,5 0C
14.00 2 Mengobservasi DS: Mhs
cemas Pasien mengatakan cemas
berkurang
DO:
Pasien tampak nyaman
16.00 1,2 Memberikan injeksi DS: - Mhs
ketorolac 30 mg DO:
Injeksi ketorolac 30 mg
telah diberikan melalui IV
17.00 1,2 Mengobservasi TTV DS: Mhs
Pasien mengatakan merasa
lebih nyaman
DO:
KU: baik
TTV: TD: 100/60 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
Suhu: 36,5 0C
20.00 1 Memberikan posisi DS: Mhs
nyaman semi fowler Pasien mengatakan merasa
nyaman
DO:
Pasien tampak nyaman
22/09/2021 1 Mengobservasi nyeri DS: Mhs
08.00 P: Pasien mengatakan
merasa nyeri dikarenakan
pembedahan Post op
apendiktomi
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: pasien mengatakan nyeri
pada perut bagian kanan
bawah
S: skala nyeri 2 (Nyeri
Ringan) dari rentang
1-10
T: pasien mengatakan
hilang timbul
DO:
Pasien tampak rileks
Aktivitas 10. 4
Tuliskan evaluasi keperawatan ! 0
Tanggal/ja No Evaluasi Ttd
m Dx
22/09/2021 1 S: Mhs
14.30 P: Pasien mengatakan merasa nyeri
dikarenakan pembedahan Post op apendiktomi
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: pasien mengatakan nyeri pada perut bagian
kanan bawah
S: skala nyeri 2 (Nyeri Ringan) dari rentang
1-10
T: pasien mengatakan hilang timbul
T: pasien mengatakan nyeri hilang timbul
O:
- Pasien tampak rileks
- KU baik, TTV dalam rentang normal
- Pasien mampu melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Discharge planning:
14.30 2 S: Mhs
Pasien mengatakan cemas berkurang
O:
Pasien tidak gelisah, pasien tampak nyaman
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
4
1
Aktivitas 11.
Tuliskan evaluasi diri anda setelah melakukan asuhan keperawatan pada kasus ini!
4
2
LAPORAN ANALISA SINTESA
TINDAKAN KEPERAWATAN TEKNIK DISTRAKSI DAN RELAKSASI DALAM
MENGONTROL NYERI
PADA Ny.T RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Disusun Oleh :
ARI APRIAN
NIM. P27220021249
Hari : Senin
Tanggal : 20 Januari 2021
Jam : 15.00 WIB
A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
B. Diagnosa Medis
C. Post Op Apendiktomi H7
D. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut
E. Data yang Mendukung Diagnosa Keperawatan
DS :P : Post op apendiktomi
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut bawah
S : Skala nyeri 4 (Nyeri Sedang)
T : Hilang timbul
DO :KU baik GCS 15
TD : 130/80mmHg
N : 70x/menit
S : 37,30C
RR : 20x/menit
F. Dasar Pemikiran
Penyakit apendiktomi ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
4
perempuan, tetapi lebih sering menyerang
4 laki-laki berusia 10-30 tahun (Prima Perdana,
2015). Penyakit apendisitis merupakan penyebab sakit perut yang parah didunia yang
berhubungan nyeri setelah operasi (Khorsand, 2015).Faktor yang menyebabkan terjadinya
apendicitis,di antaranyasumbatan lumen appendicitis, hyperplasia jaringan limfe, tumor
appendicitis, erosi mukosa oleh cacing askaris dan E.Histolytica. Penelitianepidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya appendisitis. Konstipasi menaikkan tekanan intrasekal, menyebabkan sumbatan
fungsional apendisitis dan meningkatkan pertumbuhan florakolon. Semuanya ini akan
mempermudah timbulnya appendisitis akut (Potter and Pery, 2005).
Gejala klinis appendisitis biasanya adanya rasa nyeri dan tegangnya otot pada
bagian umbilikus yang menjalar bagian bawah kanan (Manuaba, 2007). Dan biasanya pasien
merasakan mual, muntah dan terdapat nyeri tekan ada bagian 3 periumbilikal, rasa sakit akan
bertambah apa bila pasien terlambat penanganannya usus dapat menjadi bengkak, busuk dan
pecah (Wasis dan Yuli, 2008).
Dampak nyeri pada pasien post op akan meningkat dan mempengaruhi
penyembuhan nyeri. Control nyeri yang penting setelah operesi, nyeri yang dapat dibebaskan
mengurangi kecemasan, pernafasan yang lebih mudah dan dalam dan mobilitas dengan cepat.
Pengkajian nyeri dan obat analgetik dapat mengurangi nyeri yang dirasakan (Faridah, 2015).
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (NANDA, 2015). Ada dua
bentuk nyeri yang secara umum diketahui, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut
adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri kronik adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung
lebih dari 3 bulan (SDKI, 2016).
Dalam penatalaksanaan nyeri biasanya digunakan manajemen secara
farmakologi atau obat-obatan diantaranya yaitu analgesic, macam analgesic sendiri dibagi
menjadi dua yaitu, analgesic ringan (aspirin atau salisilat, parasetamol, NSAID) dan
analgesic kuat (morfin, petidin, metadon). Sedangkan tindakan secara non farmakologi yaitu
berupa tekhnik distraksi (tehnik distraksi visual, distraksipendengaran, distraksi pernafasan,
distraksi intelektual, imajinasi terbimbing)dan relaksasi (nafas dalam, meditasi, pijatan,
music dan aroma terapi) dan tekhnik stimulasi kulit. Tekhnik stimulasi kulit yang digunakan
4
adalah kompresdingin ataupun kompres hangat.
5 Tindakan paliatif harus dilakukan sebelum
penggunan obat-obatan, tinjauan lain selain lebih ekonomis adalah kontrol nyeri lebih
adekuat dan tidak ada efek samping (Tamsuri, 2007).
Nafas dalam yang dapat menurunkan ketegangan fisiologis dan teknik ini dapat
dilakukan dengan berbaring, teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila fikiran pasien
tenang, posisi kenyamanan pasien dan keadaan lingkungan yang mendukung. Dengan cara
menarik naafas pelan seiring dengan respirasi udara pada paru (Asmadi, 2008). Pengaruh
teknik relaksasi terhadap rasa nyeri, penurunan nyeri dalam pemberian teknik relaksasi
berkurang (Fahriani, 2012).
Menurut (Smletzer dan Bare,2002), distraksi yang mencakup memfokuskan
perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri, dapat menjadistrategi yang sangat berhasil
dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif
efektif lainnya. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima
dan membangkitkan input sensori selain nyeri.
L. Evaluasi Diri
Tindakan ini telah dilakukan sesuai prosedur dan prinsip dengan benar. Saya merasa puas
memberikan latihan teknik manajemen nyeri dengan relaksasi (nafas dalam) dan distraksi
kepada klien.
M. Daftar Pustaka
Arfa, M. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada
Pasien Post Operasi Apendisitis di Ruang Bedah rsud Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
4
Gorontalo. Jurnal Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
9
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Apikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Fahriani Rini Zees. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Respon Adaptasi Nyeri pada
Pasien Apendektomi. Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012, 640-
645.
Faridah V. (2015). Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Op Apendisitis dengan Teknik
Distraksi Nafas Ritmik. Jurnal Studi Keperawatan Vol.07, No.02, Agustus 2015, 7(2).
Khorsand, A., Tadayonfar, M. A.-R., Badiee, S., Aghaee, M. A., Azizi, H., & Baghani, S.
(2015). Evaluation of the effect of reflexology on pain control and analgesic
consumption after appendectomy. Journal Of Alternative And Complementary Medicine
(New York, N.Y.), 21(12), 774- 16 780.https://doi.org/10.1089/acm.2014.0270.
Manuaba, Chandranita, dkk. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA. Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Potter & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktek, Alih Bahasa Yasmin Asih, S.Kep, Edisi,4,vol, 1 EGC. Price, Sylvia A.
Patofisiologi: Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Rampengan, S. F., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi dan
Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi di
Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
SmeltzerS C,BareB G.(2010).BukuAjar KeperawatanMedikal BedahVolume2, EGC:Jakarta.
Wasis & Sugeng Y.I. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Grahamedia
5
0
LAPORAN ANALISA SINTESA
TINDAKAN KEPERAWATAN GUIDED IMAGERY DALAM MENGONTROL NYERI
PADA Ny.T RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Disusun Oleh :
ARI APRIAN
NIM. P27220021249
ANALISA SINTESA
5 GUIDED IMAGERY
1
Hari : Senin
Tanggal : 20 Januari 2021
Jam : 15.00 WIB
N. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
O. Diagnosa Medis
P. Post Op Apendiktomi H7
Q. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut
R. Data yang Mendukung Diagnosa Keperawatan
DS :P : Post op apendiktomi
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut bawah
S : Skala nyeri 4 (Nyeri Sedang)
T : Hilang timbul
DO :KU baik GCS 15
TD : 130/80mmHg
N : 70x/menit
S : 37,30C
RR : 20x/menit
E. DASAR PEMIKIRAN
Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila mana
jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2011 dalam Saifullah, 2015). Nyeri
menurut Rospond (2012) merupakan sensasi yang penting bagi tubuh. Sensasi
penglihatan, pendengaran, bau, rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan hasil stimulasi
reseptor sensorik, provokasi saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi
ketidaknyamanan, distress, atau menderita. Menurut Handayani (2015) nyeri adalah
kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu.
Menurut Andarmoyo (2013) 5 nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat
2
disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera. Sedangkan
menurut Kozier & Erb dalam Nurrahman (2012) mengatakan bahwa nyeri adalah sensasi
yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang
lain
5
3
c. Anjurkan klien fokus pada pernapasan perut
d. Anjurkan klien menarik napas dalam dan perlahan
e. Anjurkan klien melanjutkan pernapasan dengan biarkan sedikit lebih dalam dan
lama
f. Anjurkan klien tetap fokus pada pernapasan dan pikirkan bahwa tubuh semakin
santai dan lebih santai
h. Anjurkan klien napas pelan dan dalam untuk menghirup kesejukan pegunungannya
i. Anjurkan klien menikmati berada ditempat tersebut
j. Jika sudah selesai, maka anjurkan klien untuk membuka mata.
k. Posisikan pasien senyaman mungkin.
l. Setelah 1 menit ukur skala nyeri menggunakan Numerical Rating Scale (NRS).
4. Terminasi
G. ANALISIS TINDAKAN
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik guided imagery terletak pada
fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang
mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan
mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf
simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus
otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan
pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot
yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan
dipersepsikan sebagai nyeri.
5
4
Tindakan keperawatan teknik guided imagery tidak ada bahaya akibat tindakan
ini karena merupakan teknik relaksasi non farmakologi tanpa ada efek samping dari
tindakan yang dilakukan. Kendala : Klien tidak mampu berkonsentrasi saat melakukan
teknik guided imagery. Pencegahannya : Bantu klien agar dapat memfokuskan pikirannya
dan melemaskan otot-ototnya
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
A: Nyeri akut
P : Lanjutkan
intervensi:
Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
K. EVALUASI DIRI
Sebagai perawat sebelum melakukan tindakan kita harus membina hubungan
saling percaya antara perawat dengan pasien dan keluarga. Selama di lapangan,
tidak ada kesenjangan atau perbedaan yang berarti antara teori dan praktek.
L. DAFTAR PUSTAKA
Lestari Lorna Lolo1,Nensi Novianty.Pengaruh Pemberian Guided Imagery
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendisitis Haripertama Di
Rsud Sawerigading Kota Palopo Tahun 2017. JURNAL FENOMENA
KESEHATAN Artikel Penelitian Volume 01 Nomor 01 Mei 2018 Halaman20-
25.STIKes Kurnia Jaya. Dikutip pada tangal 8 Juni 2021 (
https://stikeskjp-palopo.e- journal.id/J5FK/article/view/12/8 )
6
Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta:ar-Ruzz
Media. (17April 2018)
Affan Noverenta. 2013. Guided Imagery Untuk Megurangi Rasa Nyeri Saat Menstruas
:Jurnal Ilmiah Psikologis Terapan (25 September 2017)
Awaloei,Mallo,Tomuka : Gambaran Cedera Kepala Yang Menyebabkan Kematian Di
Bagian Forensik Dan Medikolegal RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou .Jurnal E-Clinic (Ecl),Volume
4, Nomor 2 Juli-Desember 2016 (17 April 2018)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta Damanik R.P. 2011. Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu
Lintas Darat.Sumatra Utara(25 September 2017)
Dewi Kartikawati. 2013. Dasar - Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Salemba
Medika Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Buku Saku Kesehatan Tahun 2015.
Semarang Disertasi. Bandung
Yessie M, Andra Saferi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: NuhaMedika
Judha , M . d. (2012). Teori pengukuran nyeri & nyeri persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Kartikawati , N.D. 2013. Buku Ajar Dasar Dasar keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta: Salemba Medika
Nur A.E.S (2016). Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore
Pada Remaja Di SMPN 03 Colomadu.Skripsi.Stikes Kusuma Husada Surakarta
5
7
LAPORAN ANALISA SINTESA KASUS PENERAPAN EVIDENCE
BASED PRACTICE (EBP)
Disusun Oleh :
ARI APRIAN
NIM. P27220021249
A. Identitas Jurnal 5
8
1. Level Evidance Level I literature review
Based
DOI : -
ISSN : -
URL :
DOI : http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
ISSN : 087-8508
Jumlah halaman : -
URL : http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/
article/view/777/pdf
DOI : -
ISSN : -
Jumlah halaman : 13
URL : https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/
3903/3635
6
0
Analisis PICOT Jurnal 1
no kriteria Inti jurnal
.
1. Population Database elektronik. Website google scholar digunakan untuk
mengumpulkan sumber jurnal. Kata kunci yang digunakan adalah teknik
relaksasi genggaman jari, nyeri, dan apendisitis. Didapatkan 95 jurnal,
namun penulis hanya menggunakan 3 jurnal yang sesuai dengan kriteria
inklusi untuk menurunkan intensitas nyeri. Jurnal yang digunakan terbitan
tahun 2016-2019.
Intervention Intervensi efektivitas teknik relaksasi genggaman jari lebih mudah dilakukan
dengan menggunakan numeric rating scale (nrs). Dari 3 penelitian tersebut,
salah satunya menggunakan numeric rating scale (nrs). Numeric rating scale
(nrs) digunakan sebagai alat untuk memudahkan pengukuran skala nyeri
responden yang akan memberikan relaksasi pada teknik genggam jari.
Temuan penelitian ini dibuktikan dengan tinjauan sistematis penelitian [3].
Teknik relaksasi genggaman jari dapat diterapkan sebagai terapi
nonfarmakologis, karena teknik ini mudah dilakukan, alatnya mudah
ditemukan, dan terapinya tidak menimbulkan efek samping. Dalam
prakteknya, teknik relaksasi jari ini hanya dilakukan dalam 3-5 menit.
Kesulitan pelaksanaan relaksasi jari teknikdimana saat responden mengalami
nyeri hebat intervensi ini kurang efektif untuk dilaksanakan.
Comparators
--
Outcomes
Bahwa teknik relaksasi finger grip berpengaruh positif terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post operasi usus buntu. Teknik relaksasi
menggenggam jari dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosional dan
titik refleksi pada tangan akan memberikan respon tubuh yang rileks.
Times 2021
6
1
Analisis PICOT Jurnal 2
No. Kriteria Inti Jurnal
2 population Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien post operasi soft tissue tumor
di Ruang Bedah RSUD M. Zein Painan. Jumlah sampel sebanyak 10
orang diambil dengan teknik purposive sampling (5 orang sampel distraksi
dan 5 orang sampel relaksasi).
Intervention 1. Rerata Intensitas Nyeri Pada
Kelompok Distraksi
Tehnik distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien
akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Dasar teori distraksi adalah teori
A
E
gate control (Cummings, 2006). Teori ini menjelaskan bahwa pada
spina cord, sel-sel reseptor yang menerimastimulasi nyeri periferal
dihambat oleh stimulasi dariserabut-serabut saraf yang lain. Jika
seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan
terhambatnya impuls nyerike otak (nyeri berkurang ataudirasakan
oleh klien). Stimulasi yang menyenangkan dari luar juga dapat
merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan
oleh klien menjadi berkurang.
2. Rerata Intensitas Nyeri Pada
Kelompok Relaksasi
. Keuntungan dari teknik relaksasi nafas dalam antara lain dapat
dilakukan setiap saat di mana saja dan kapan saja, caranya sangat
mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien tanpa suatu
media.Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu tindakan
yang dapat menstimualsi tubuh untuk mengeluarkan opioid endogen
yaitu endorphin dan enfekalin yang memiliki sifat seperti morfin dengan
efek analgetik.Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu dengan merelaksasikan otot-
otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan
prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan
iskemik. Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh
teknik relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan
relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka
tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara stimulan,
maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol
dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress
seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien
merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur
(Smeltzer & Bare, 2012).
A
E
rata-rata setelah dilakukan teknik relaksasi dan teknik distraksi, dan
lebih efektifnya teknik distraksi karena meningkatkan toleransinya
terhadap nyeri, maka seseorang akan mampu beradaptasi dengan nyeri,
dan juga akan memiliki pertahanan diri yang baik pula. Penurunan nyeri
setelah teknik relaksasi dan distraksi juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti jenis kelamin usia, pendidikan, gaya koping, penyebab
operasi, lokasi operasi. Jenis kelamin tidak berbeda secara bermakna
dalam berespon terhadap nyeri. Usia seseorang merupakan variabel
penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri.
Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin baik respon
responden dalam bekerja sama dengan peneliti saat diberikan tindakan
relaksasi dan distraksi akan membantu proses penurunan nyeri saat
diberikan tindakan.
Times Penelitian ini dilakukandi Ruang Bedah RSUD M. Zein Painan.
tindakan pembedahan pada tahun 2016 sebanyak 200 tindakan, pada
tahun 2017 meningkat menjadi 223 tindakan dan pada tahun 2018
dari bulan Januari sampai dengan bulan September sudah
tercatat sebanyak 300 tindakan pembedahan.
Daftar Pustaka
Utami, S. (2016). Efektifitas Relaksasi Napas dalam dan Distraksi dengan Latihan 5 Jari
Terhadap Nyeri Post Laparatomi. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 4(1), 61-73.
Ibrahim, I., Fransisca, D., & Sari, N. F. (2020). PERBANDINGAN TEKNIK
DISTRAKSI DAN RELAKSASI TERHADAP INTENSITAS NYERI PERAWATAN LUKA
OPERASI DI RUANG BEDAH. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(2), 290-299.
Yaban, Z. S. (2019). Usage of non-pharmacologic methods on postoperative pain
management by nurses: Sample of turkey. International Journal of Caring Sciences, 12(1), 529-
541.
6
5
KONTRAK BELAJAR
KEPERAWATAN DASAR PROFESI
12. Sabtu, 2 Seminar Kasus kelompok 4 ARI APRIAN Ana Dwi Irianti
Oktober 2021 KDP
7
4
BUKTI SS MEDIA ZOOM RESPON DAN KONSUL
BERSAMA IBU INSIYAH Pada Tanggal 29 September 2021
7
5