Disusun Oleh:
Ruang: BOUGENVILLE 2
SMC RS TELOGOREJO SEMARANG
B. ETIOLOGI
1.Faktor Resikoa.
Nyeri Akut
2)Menunjukkan kerusakan
5)Gangguan tidur
b.Nyeri Kronis
4)Kelelahan
6)Takut cidera
a.Traumab
b.Peradanganc
c.Trauma psikologis
3.Faktor Presipitasia
a.Lingkungan
b.Suhu ekstrimc
c.Kegiatan
d.emosi
C. KLASIFIKASI
Menurut Muhammad Syahrir, 2016, nyeri dapat dibagi berdasarkan beberapa hal.
Berdasarkan waktu, nyeri dibagi menjadi 3 yaitu akut, convalescent, dan kronis.
Berdasarkan mekanismenya, dibagi menjadi physiologic, nociceptive, dan neuropathic.
Berdasarkan keadaan klinisnya, nyeri dibagi menjadi nyeri pasca operasi, nyeri akibat
keganasan, nyeri degenerative, dan lainnya.
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu kurang dari enam bulan,
penyebabnya mudah diketahui, dan akan menghilang saat luka telah sembuh, sedangkan
nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan, penyebabnya
sulit diketahui, dan tidak akan menghilang saat luka telah sembuh.
Klasifikasi lain yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan karakteristik
mekanismenya. Nyeri psikologis adalah perasaan tidak nyaman tanpa adanya trauma
dalam waktu yang singkat. Nyeri nosisepsis adalah persepsi tidak nyaman sebagai hasil
dari kerusakan seluler seperti operasi, trauma, atau jejas akibat penyakit. Nyeri ini bisa
disebut juga dengan nyeri inflamasi, karena adanya inflamasi jaringan perifer dan
mediator-mediator inflamasi berperan penting dalam pembentukan dan perkembangan
nyeri ini. Nyeri nosisepsis sendiri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri nosisepsis somatik dan
nyeri nosisepsis viseral. Nyeri nosisepsis somatik biasanya terlokalisir dengan baik dan
mengikuti pola dermatom. Nyeri ini biasanya tajam, crushing, dan tearing. Nyeri
nosisepsis visceral bersifat terlokalisir dengan buruk dan tidak mengikuti pola dermatom.
Nyeri yang dihasilkan biasanya berupa nyeri cramping atau nyeri colicky.
Nyeri neuropathic adalah nyeri yang diakibatkan oleh adanya lesi patologis atau
disfungsi pada saraf perifer dan sistem saraf pusat. Penyakit yang dapat menimbulkan
gejala klasik neuropathic adalah infeksi herpes zooster, diabetic neuropathic, keracunan,
dan Wallerian degeneration. Nyeri ini biasanya berupa nyeri terbakar, elektrik, nyeri
tusuk, dan nyeri tembak.
Berdasakan derajat nyeri dikelompokan menjadi 3, nyeri ringan, sedang, dan
berat. Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari hari dan
menjelang tidur. Nyeri sedang nyeri terus menerus, aktivitas terganggu yang hanya hilan
gbila penderita tidur. Nyeri berat adalah nyeri terus menerus sepanjang hari, penderita
tidak dapat tidur dan dering terjaga akibat nyeri. (Ni Putu Wardani, 2014)
D. PATHWAYS
E. ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Ni Putu Wardani (2014), salah satu fungsi sistem saraf yang paling
penting adalah menyampaikan informasi tentang ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang
dapat mendeteksi nyeri tersebut dinamakan nociception. Nociception termasuk
menyampaikan informasi perifer dari reseptor khusus pada jaringan (nociseptors) kepada
struktur sentral pada otak. Sistem nyeri mempunyai beberapa komponen:
a. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer, mendeteksi dan
menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.(orde 1)
b. Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus noxious ke CNS.
c. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan antara serat
aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan antara lokal eksitasi
dan inhibitor interneuron dan traktus desenden inhibitor dari otak.
d. Traktus asending nosiseptik (antara lain traktus spinothalamikus lateralis dan ventralis)
menyampaikan signal kepada area yang lebih tinggi pada thalamus.(orde 2)
e. Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai pusat relay
sensibilitas ke korteks cerebralis pada girus post sentralis. (orde 3)
f. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif nyeri,
ingatan tentang nyeri dan nyeri yang dihubungkan dengan respon motoris (termasuk
withdrawl respon).
g. Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada level medulla
spinalis.
F. PATOFISIOLOGI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut
akandihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri
akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke
hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif
pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit
Chayatin, N.Mubarak, 2007).
G. MANIFESTAFI KLINIK
Menurut Nurhayati Purba, manifestasi klinik yang dapat terjadi meliputi:
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Nyeri saat lapar
g. Perut kembung
h. Rasa panas di dada dan perut
i. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Nyeri dapat timbul di berbagai penyakit, sehingga perlu diadakan pemeriksaan
diagnostik untuk mengetahui penyakit yang tepat. Pemeriksaan diagnostik meliputi:
a.Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen.
d.CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh darah yang pecah
diotak
I. KOMPLIKASI
a.Oedema Pulmonal
b.Kejang
c.Masalah Mobilisasi
d.Hipertensie
e.Hipertermi
J. PENATALAKSANAAN
1.Penatalaksanaan Keperawatan
a.Monitor TTV
c.Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang)
d.Kompres hangat
2.Penatalaksaan Medis
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
2. Radiologis
3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
4. USG (ultrasonografi)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin timbul:
- Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
- Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi.
- Nyeri Akut behubungan dengaan agen pencedera fisik
D. RENCANA KEPERAWATAN
NYERI AKUT
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, tingkat nyeri menurun,
dengan kriteria hasil :
Keluhan nyeri cukup menurun (4) menjadi menurun (5)
Gelisah cukup menurun (4) menjadi menurun (5)
Intervensi :
MANAJEMEN NYERI :
Observasi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Tehnik ProseduralKeperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta
: Salemba Medika.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate Of Elsefer.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC