Diusulkan Oleh :
ASRI MAHARANI
NIM. 20176523008
Mahasiswa,
Asri Maharani
20176523008
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
International Association for Study of Pain (IASP) menyatakan
nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,
2015).
2. Etiologi
a. Agen cedera fisik : penyebab nyeri karena trauma fisik
b. Agen cedera biologi : penyebab nyeri karena kerusakan fungsi
organ atau jaringan tubuh
c. Agen cedera psikologi : penyebab nyeri yang bersifat psikologik
seperti kelainan organik, neurosis
traumatik, skizofrenia
d. Agen cedera kimia : penyebab nyeri karena bahan/zat kimia.
3. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-
zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau
mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
Gangguan sirkulasi
dan kelainan darah
Peradanga
n
Kerusakan Defisit
Gangguan Kerusakan
mobilitas fisik Perawatan Diri
nutrisi integritas kulit
4. Tanda dan Gejala
a. Klien melaporkan nyeri baik secara verbal atau non verbal
b. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang, mengeluh)
c. Menunjukkan kerusakan pada bagian tubuhnya
d. Ada gerakan untuk melindungi.
e. Tingkah laku berhati-hati.
f. Fokus pada diri sendiri dan penurunan interaksi dengan lingkungan.
g. Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
5. Komplikasi Nyeri
Nyeri jangka panjang dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
Komplikasi ini dapat mencakup:
a. Kegelisahan
b. Depresi
c. Oedema Pulmonal
d. Kejang
e. Masalah Mobilisasi
f. Hipertensi
g. Hipertermi
h. Gangguan pola istirahat dan tidur
i. Ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan
laboratorium darah dan pemeriksaan radiologi.
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen.
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Monitor TTV
4) Kompres hangat
b. Penatalaksaan Medis
1) Pemberian analgesik
2) Plasebo
2) Dewasa
Skala intensitas nyeri deskriptif
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berinteraksi dengan orang
lain.
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury fisik, biologis, kimia, dan psikologis.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
c. Resiko Infeksi berhubungan dengan agen cidera, luka
Intervensi :
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,
Rasional : Mengkaji dan Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
b) Observasi isyarat non verbaldari ketidaknyaman, khususnya ketidakmampuan
untuk komunikasi secara efektif
Rasional : Agar dapat selalu memberikan kenyamanan bagi pasien
Intervensi :
a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari
20x/menit diatas frekuensi istirahat. Peningkatan tekanan darah yang nyata
selama/sesudah aktivitas. Selidiki adanya dispnea atau nyeri dada, keletihan dan
kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan.
Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis
terhadap stres aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
b) Ajarkan teknik penghematan energi.
Rasional : Tehnik penghematan energi mengurangi penggunaan energi, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c) Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri secara bertahap yang
dapat ditoleransi. Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
kerja jantung tiba – tiba.
Intervensi :
a) Memonitor vital sign dan kaji adanya peningkatan suhu
Rasional : adanya peningkatan suhu menunujukan adanya tanda-tanda infeksi
b) Pantau hasil laboratorium pada pemeriksaan leukosit
Rasional : angka leukosit yang tinggi, melebihi batas menunukan terjadinya
infeksi
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai order dokter.
Rasional : untuk menurunkan terjadinya penyebaran organisme
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Vol : 1. Jakarta: EGC