NIM : 2106311614401003
(NYERI)
1) Pengertian
Reseptor nyeri adalah organ yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit
yang berespon hanya terhadap sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor)
ada yang bermielien da nada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan
letaknya, nosireceptor dapat dikelompokan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit
(kutaneus). somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang
berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor
kutaneus berasal dari kulit dan subkutan nyeri berasal dari kulit dan subkutan biasanya
mudah untuk dialokasi da didefinisikan. (T.Taufiqurrahman, 2018).
Struktur reseptor nyeri sosmatik dalam melipati receptor nyeri yang terdapat pada
tulang pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainya. Karena struktur
reseptomya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor visceral seperti jantung, hati,
usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitife
terhadap pemotongan organ. tetapi sangat cenitif terhadap penekanan iskemia dan
inflamasi.
(T.Taufiqurrahman, 2018).
Nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung cukup lama,
yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Herlman, dkk 2018).
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional disertai
kerusakan secara actual maupun potential atau kerusakan jaringan secara menyeluruh.
Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri timbul bilamana jaringan rusak
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untung menghilangkan rasa nyeri tersebut.
(T.Taufiqurrahman 2018).
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang
multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat),
kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan
penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah
suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan
dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan
perubahan output otonom (Bahrudin, 2018).
2) Etiologi
3) Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala nyeri akut yaitu (SDKI, 2016) :
a. Mengeluh nyeri.
b. Tampak meringis.
c. Bersikap protektif.
d. Frekuensi nadi meningkat.
e. Gelisah.
f. Sulit tidur.
g. Tekanan darah meningkat.
h. Pola nafas berubah
4) Pathway
5) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubhan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa aman dan nyaman seperti:
6) Penatalaksanaan
1.Penatalaksanaan Keperawatan
a) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
c) Beri rasa aman
d) Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai
keseimbangan energi antara tubuh dengan lingkungan luar.
2. Penatalaksanaan Medis
a) Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan
mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesikakan lebih
efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang beratdibandingkan setelah
mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat(non narkotik), morphin
(narkotik), dll.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesikseperti gula,
larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkanrasa nyeri, hal ini
karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
Sumber : (Deswani, 2010)
7) Komplikasi
1 .Gangguan pola istirahat dan tidur
2. Oedema Pulmonal
3. Kejang
4. Masalah Mobilisasi
5. Hipertensi
6. Hipertermi
8) Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Pasien : Nama, jenis kelamin, alamat, umur, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan
b. Identitas penanggung jawab
2) Penanggung jawab: Nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, hubungan klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat pengkajian
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mulai kapan dimulai nyeri, skala nyeri, lokasi, intensitas, kualitas, gejala
yang menyertai perjalanan nyeri dan pengaruh terhadap aktivitas sehari hari.
Skala nyeri yang digunakan adalah 0-5/0-10.
Keterangan:
0-tidak nyeri
1-3-nyeri ringan
4-6-nyeri sedang
7-9-nyeri berat terkontrol
10-nyeri berat tidak terkontrol
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengalaman nyeri di masa lalu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi penyakit menular atau menahun yang disebabkan oleh nyeri
9) Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tekanan darah
4) Suhu
5) Respirasi rate
6) Berdasarkan PQRST
a) P (Provoking): factor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
b) Q (Quality): kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk.
c) R (Region): daerah perjalanan nyeri.
d) S(Seeverity): parahnya nyen, skala nyeri secara umum: (0-10 skala)
e) T (Time): lama atau waktu serangan nyeri
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala pasien serta
keadaan rambut pasien.
2) Mata
Bentuk simetris atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, ada nyeri atau tidak,
ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya
kelainan atau tidak.
3) Hidung
Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembengkakan didaerah
polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan hidung untuk
mengetahui adanya secret dan pembengkakan.
4) Telinga
Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada infe atau tidak,
ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan te 10/18 untuk mengetahui ada cairan
yang berlebih atau adanya infeksi un sekitar telinga.
5) Mulut
Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk pemeriksaan mulut
untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau adanya gigi kotor dan berlubang.
6) Leher
Ada lesi atau tidak, ada pembengkakak kelenjar getah bening atau tidak, ada
pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak
7) Dada
Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara jantung.
a) Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara jantung.
b) Perkusi: Suara dada saat diperkusi terdengar suara sonor ataukah suara lainnya.
c) Palpasi: Kesimestrisan Dada.
d) Auskultasi: Suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stidor, atau mengi atau
kanpola pernapasan, bunyi nafas, HR, RR, bunyi jantung.
8) Abdomen
Ada lesi atau tidak, suara bising usus a) Inpeksi: Permukaan dinding.
b) Palpasi: Ada atau tidak pembesaran limfa dan hati, ada tidaknya nyeri tekan.
c) Perkusi: Suara abdomen saat diperkusi, terdengar bunyigas atau tidak.
d) Auskultasi: Menilai adanya bising usus.
9) Integumen
Inspeksi: Sianosis, turgor kulit, warna kulit, terdapat lesi atau tidak
10) Genetalia
Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia
11) Anus
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada atau tidaknya gangguan pada anus
12) Ektremitas
Pemeriksaan tonus otot, CRT, dan akral
10) Diagnosa Keperawatan terkait
Berdasarkan buku SDKI (2017) diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Nyeri Akut berhubngan dengan fisiologis
11) Intervensi
Berdasarkan buku SIKI (2018) intervensi yang tidak sesuai adalah:
Tinjaun dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil