“NYERI AKUT”
Disusun Oleh :
NUR LAELAH
2211040079
KELOMPOK 19
2022
1
A. KONSEP KEBUTUHAN
1. DEFINISI
Nyeri akut adalah sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
ETIOLOGI NYERI
Nyeri merupakan suatu campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Terdapat
tiga komponen fisiologis dari nyeri yaitu : resepsi, persepsi dan rekasi. Stimulus
penghasil nyeri akan mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Kemudian
serabut nyeri akan memasuki medula spinalis, dalam medula spinalis pesan nyeri
dapat berinteraksi dengan sel saraf inhibitor kemudian ditransimisi tanpa
hambatan ke kortes serebal. Saat stimulus nyeri mencapai korteks serebral otak
akan menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi pengalaman
dan pengetahuan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry, 2012).
Faktor – Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter & Perry (2012),
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri, yaitu :
a. Usia
Usia merupakan suatu variabel penting yang dapat mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak – anak dan lansia.
b. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespons nyeri yang dialami. Toleransi terhadap kejadian nyeri yang
2
dipengaruhi oleh faktor – faktor biokimia yang berada dalam setiap individu
tanpa melihat jenis kelamin.
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai – nilai budaya mempengaruhi cara individu dalam
mengatasi nyeri. Setiap individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka masing – masing. Hal ini meliputi
bagaiman dalam bereaksi terhadap nyeri.
d. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini dikaitkan dengan
latar belakang kebudayaan keluarga tersebut.
e. Perhatian
Saat seorang klien sangat memfokuskan perhatiannya pada nyeri yang
dialami dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat pada
seorang klien dapat dihubungkan dengan keadaan nyeri yang meningkat.
f. Ansietas
Nyeri dan ansietas memiliki hubungan yang bersifat komolkes. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
suatu perasaan ansietas.
g. Keletihan
Keletihan yang terjadi pada seseorang dapat meningkatkan persepsi nyeri.
Rasa letih yang dialami menyebabkan sensasi nyeri terasa intensif.
h. Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya
tidak selalu berarti bahwa individu tersebut dapat menerima nyeri dengan
lebih mudah pada masa yang akan datang. Saat individu sejak lama
mengalami nyeri serangkaian nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri
yang berat, maka perasaan ansietas bahkan rasa takut akan muncul.
i. Gaya Koping
Hal yang sering terjadi adalah individu merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, gaya koping dapat mempengaruhi
kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri.
j. Dukungan Keluarga dan Sosial
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri terdapat faktor lain
yang bermakna mempengaruhi respons nyeri adalah kehadiran orang-orang
terdekat suatu individu dan bagaimana sikap mereka terhadap seorang
individu.
3
4. MACAM-MACAM GANGGUAN YANG MUNGKIN TERJADI
a. Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk
tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk
mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi
keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan
darah, dan frekuensi pernafasan meningkat.
b. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang khas dan berespon secara vocal serta mengalami kerusakan dalam
interaksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit
bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan
melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, dan hanya berfokus pada aktivitas yang
menghilangkan nyeri.
c. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan
hygiene normal dan daoat mengganggu aktivitas sosial dan hubungan seksual
(Wahyudi & Wahid, 2016)
B. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN NYERI AKUT
1. PENGKAJIAN
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat
didalam mulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien.
a. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Perawat menanyakan
kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap
keluhan harus ditanyakan dengan detail kepada pasien, disamping itu
juga diperlukan untuk pengkajian mengenai keluhan yang dirasakan
meliputi lama timbulnya. Selain itu kaji tanda-tanda vital seperti tekanan
darah, nadi, pernafasan dan juga suhu tubuh.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mulai kapan dimulai nyeri, skala nyeri, lokasi, intensitas, kualitas,
gejala yang menyertai perjalanan nyeri dan pengaruh terhadap aktivitas
sehari-hari. Skala nyeri yang digunakan adalah 0-5 / 0-10. Keterangan:
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-9 = nyeri berat terkontrol
4
10 = nyeri berat tidak terkontrol
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengalaman penyakit di masa lalu. Untuk mengkaji riwayat
penyakit dahulu atau riwayat penyakit sebelumnya, perawat harus
mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan keluhan terkait
4) Riwayat penyakit keluarga
Dalam riwayat penyakit keluarga, perawat mengkaji keluarga
meliputi penyakit menular atau menahun yang disebabkan oleh nyeri.
Selain itu perawat juga menanyakan tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik (Data Fokus)
1) Faktor Pencetus (P : Provocate)
Perawat pengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri
pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi
bagian-bagian tubuh yang cidera. Apabila perawat mencurigai adanya
nyeri psikogenik maka perawat harus mengeksplor perasaan klien dan
menyatakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
2) Kualitas (Q : Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mengungkapkan nyeri dengan
kalimat-kalimat tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti
tertindih, tertusuk, dan lain-lain. Dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda
dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
3) Lokasi (R : Region)
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
a) Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial
b) Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superficial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh
klien, sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (visceral) lebih
dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat
kategori yang berhubungan dengan lokasi :
(1) Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya
(2) Nyeri terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf
spesifik
(3) Nyeri radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak
dapat dilokalisir
(4) Reffered pain (nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang
jauh dari area rangsang nyeri
4) Keparahan (S : Severe/Scala)
5
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan.
Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan
kondisi patologis dari klien. Beberapa contoh skala pengukur nyeri :
a) Anak-anak
b) Dewasa
Keterangan :
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik
4-6 Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik
7-9 Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi
berinteraksi dengan orang lain.
5) Waktu (T : Time)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul,
berapa lama, bagaimana timbulnya, interval tanpa nyeri dan kapan nyeri
terakhir timbul.
6
6) Perilaku non verbal
Bebrapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain :
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dan lain-lain.
7) Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri :
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan sehari-hari, stressor fisik dan emosi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala pasien
serta keadaan rambut pasien.
2) Mata
Bentuk simetris atau tidak, konjumgtiva anemis atau tidak, ada nyeri atau
tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan mata untuk
mengetahui adanya kelainan atau tidak.
3) Hidung
Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembengkakan
didaerah polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari
pemeriksaan hidung untuk mengetahui adanya secret dan pembengkakan.
4) Telinga
Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada infeksi atau
tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan telinga untuk
mengetahui ada cairan yang berlebih atau adanya infeksi di sekitar
telinga.
5) Mulut
Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk pemeriksaan
mulut untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau adanya gigi kotor dan
berlubang.
6) Leher
Ada lesi atau tidak, ada pembengkakan kelenjar getah bening atau tidak,
ada pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak.
7) Dada
Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara paru, suara
jantung.
Inspeksi : normal. Tujuan untuk mengetahui bentuk dada
Perkusi : sonor/resonan
Palpasi : kesimetrisan dada
Auskultasi : terdengar suara lapang paru normal
8) Abdomen
Ada lesi atau tidak, bising usus
Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan
7
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : normal tidak ada gangguan
Auskultasi : tidak terdengar bising usus
9) Integument
Warna kulit : sawo matang
Keadaan kulit : kering
Turgor kulit : normal
10) Genetalia
Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3) Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya
(Asmadi, 2010).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa 1 : Nyeri Akut b.d gangguan fungsi metabolik
a. Definisi
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan secara tiba-tiba
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (SDKI PPNI 2017)
b. Batasan Karakteristik
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Sulit tidur
5) Frekuensi nadi meningkat
6) Tekanan darah meningkat
7) Pola nafas berubah
8) Proses berpikir terganggu
9) Berfokus pada diri sendiri
10) Menarik diri
c. Faktor yang berhubungan
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan fisik berlebihan)
8
3. PERENCANAAN
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24 -Identifikasi lokasi, karakteristik,
gangguan fungsi
jam, diharapkan nyeri durasi, frekuensi.
metabolik berkurang dengan kriteria : -Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri -Identifikasi respons nyeri non
a. Keluhan nyeri verbal
b. Meringis -Berikan teknik distraksi untuk
c. Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
-Kolaborasi pemberian analgetik
-Monitor TTV
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2010). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika
Potter, P.A & dan Perry A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4, Vol 2.
Jakarta: EGC.
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
9
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT
PENGKAJIAN
Pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah, sampai pinggang dan mengatakan
lemas kalau beraktvitas perlu dibantu
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik makanan dan minuman maupun
lingkungan suhu dan udara
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
i. Nyeri: skala nyeri PQRST
P : nyeri abdomen
Q : pasien mengatakan nyeri hilang timbul
R : lokasi nyeri pada area perut sampai ke punggung
S : pasien terlihat meringis kesakitan saat hendak bangun
dari tempat tidur dengan skala 3 dengan menggunakan
Faces Scale (skala wajah)
T : pasien mengatakan terjadi saat bangun dan mau duduk
dari tempat tidur.
ii. Status gizi
BB sebelum dirawat : 60 kg , TB: 157 cm
Data pasien saat di cek di puskesmas
BB saat ini : 52 kg TB: 157 cm
Dari pengukuran yang dilakukan
Gizi kurang
10
III Personal Hygiene : Pasien terlihat bersih, keluarga membantu dalam
pembersihan saat pasien BAK
2. Sistem persepsi sensori
a. Pendengaran : Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dan
tidak terlihat kotoran atau sumbatan
b. Penglihatan : Pasien dapat melihat orang yang sedang diajak bicara dan
tidak memiliki riwayat operasi mata
c. Pengecap/Penghidung : Pasien dapat merasakan makanan yang dimakan
dan bau khas saat BAK
d. Peraba : Pasien terasa diraba saat disentuh.
3. Sistem pernafasan
a. Frekuensi : 20x/menit
b. Suara nafas : vesikuler
4. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah : 130/65 mmHg Nadi: 88x/menit suhu : 36,1 C
7. Sistem musculoskeletal
i. Rentang gerak : pasien dapat berjalan, duduk
ii. Kemampuan ADL (Aktivitas sehari-hari) : Dibantu sebagian
Pergerakan sendi bebas, otot simetris kanan dan kiri. Pada pemeriksaan
tangan kanan, tangan kiri dan kaki kanan, kaki kiri didapatkan kekuatan
otot 5.
5 5
5 5
8. Sistem integument Pressure ulcer : Penilaian edema tidak ada edema ekstremitas dan
tidak ada pitting edema. Tidak terdapat peradangan dan ruam pada kulit. Total nilai pada
penilaian risiko decubitus adalah 22 (kategori : low risk)
9. Sistem reproduksi : Bentuk payudara simetris kanan dan kiri, warna aerola kecoklatan,
tidak ada benjolan pada axilla dan clavikula. Tidak ada flour albus dan prolapse uteri.
11
Data Penunjang
Urin (-)
GDS = 90 mg/dL.
Terapi obat injeksi ketorolac 2x1, injeksi ranitidin 2x1, omeprazole, paracetamol, vit bc
Psikologis
Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah ……
Pasien mengatakan lemas dan malas makan
Sosial
Aktivitas atau peran di masyarakat …
Pasien mengatakan bekerja sebagai petani
Cara mengatasinya …
Pasien mengatakan untuk menghilangkan rasa jenuh pasien sering jalan-jalan ke sawah
setiap pagi didampingi anak dan cucu
Budaya
Budaya yang diikuti pasien adalah budaya …
Pasien berasal dari budaya jawa dan berbahasa jawa dalam kesehariannya
Keberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti…
Pasien tidak mengalami kendala dalam masalah budaya
Spiritual
Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan
Pasien mengatakan kalau sholat dirumah, melakukan puasa sunnah
Apa keyakinan pasien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami
12
Pasien mengatakan selalu berdoa saat sholat agar penyakitnya cepat sembuh
DO :
Pasien tampak
meringis
Pasien susah tidur
P:Colic Abdomen
Q: hilang timbul
R: perut sampai
dengan pinggang
S: skala 6 dengan
skala numeric
T: setiap gerak
TD : 130/65
mmHg
Nadi : 88x/menit
nafsu makan berubah
pasien masuk RS 2kali
dengan colic abdomen
2 DS : Defisit Peningkatan Defisit Nutrisi b.d
DS : pasien mengatakan nutrisi kebutuhan Peningkatan
nafsu makan metabolisme kebutuhan
berkurang metabolisme
(D.0019)
DO : Objektif :
- Berat badan menurun 5
kg
- pasien tampak lemas
ANALISIS DATA
13
14
RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/tgl Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Senin, 12 Nyeri Akut b.d Tujuan : SIKI : Manajemen Nyeri
September gangguan fungsi Setelah dilakukan tindakan 1.1 Identifikasi lokasi,
2022 metabolik keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
(D.0078) diharapkan nyeri akut teratasi. frekuensi.
Kriteria Hasil : 1.2 Identifikasi skala
Kriteria awal target nyeri
hasil 1.3 Identifikasi respons
Keluhan 1 4 nyeri non verbal
nyeri 1.4 Berikan teknik
Meringis 2 5 distraksi untuk
Gelisah 2 5 mengurangi rasa
Kesulitan 1 4 nyeri
tidur 1.5 Fasilitasi istirahat
dan tidur
1.6 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
1.7 Kolaborasi
pemberian analgetik
1.8 Monitor TTV
2. Senin, 12 Defisit Nutrisi b.d Tujuan : Setelah dilakukan 1.1 identifikasi status
september Peningkatan tindakan keperawatan selama nutrisi
2022 kebutuhan 3x24 jam diharapkan defisit 1.2 monitor asupan
metabolisme nutrisi teratasi. makanan
(D.0019) Kriteria Hasil : 1.3 fasilitasi
Kriteria hasil Awal Target mementukan
Keinginan 1 4 pedoman diet (mis.
makanan
Piramida makanan)
Asupan 2 4
makanan 1.4 anjurkan posisi
Kemampuan 2 4 duduk, jika mampu
merasakan 1.5 kolabrasi dengan
makanan ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
15
CATATAN PERKEMBANGAN
TTV : 140/90, N:
69x/menit, S: 36, RR
20x/menit, SpO2 97%
P : hentikan intervensi
Pasien pulang
P: hentikan intervensi
Pasien pulang