Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Definisi Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman
dan tentram (potter& perry, 2006). Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(carpenito, linda jual, 2000).

a. Kenyamanan (Nyeri)
Nyeri adalah sensasi subyektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau potensial. Nyeri dapat bersifat protektif, yaitu menyebabkan individu
menjauh dari stimulus yang berbahaya, atau tidak melakukan fungsi, seperti pada kasus nyeri
kronis. Nyeri dirasakan apabila reseptor nyeri spesifik teraktivasi. Deskripsi nyeri bersifat
subyektif dan obyektif, berdasarkan lama (durasi), kecepatan sensasi, dan lokasi. (Elizabeth J.
Corwin, 2007).
Nyeri merupakan suatu perasaan sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dengan
disertai kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri ditandai oleh peningkatan frekuesi
pernafasan, penigkatan heart rate, wajah meringis, menarik diri, hingga menangis. (Jordan
Sue,2003)
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual, dimana nyeri
dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengganggu, dan klien sulit unstuck
mengkomunikasikannya. (Barbar Kozier, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas maka nyeri menurut kelompok adalah adanya perasaan
sensorik yang tidak nyaman dan mengganggu yang dapat berakibat negatif pada seseorang yang
mengalaminya.
b. Fisiologi Sistem Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memeiliki sedikit
atau bahkan tidak memiliki myelin yang terbesar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera,
persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan
respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia
seperti : histamin, bradikin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila
terdapat kerusakan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
c. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada
anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
perubahan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
d. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh: tidak pantas kalau laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
e. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka meresapon nyeri (contoh:
suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari kesalahannya sendiri).
f. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya koping
maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam mengatasi nyeri.
g. Arti nyeri
Nyeri bagi seseorang memeiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan
arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
lingkungan dan pengalaman.
h. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks (pada
fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor.
i. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi
nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara
lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
(A.Aziz, 2008 : 125).
j. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri
yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,
cemas, usia dan lain-lain. (A.Aziz, 2008 : 125)
k. Stimulasi nyeri
Seseorang dapat menoleransi nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi
nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri,
diantaranya :
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
Spasme tot dapat menstimulasi mekanik. (A.Aziz, 2009 : 217)
2. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan. Pengkajian nyeri penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang
afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan
secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji
semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor fisiologis, psikologis,
perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua
komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien
dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjek. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
1. P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
2. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
3. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
4. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.
5. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
2. Riwayat Kesehatan
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan
situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu
perawt memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping terhadap
aspek, antara lain:
a. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan area
nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan bantuan gambar tubuh.
Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat
bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki mlebih dari satu sumber
nyeri.
b. Intensitas Nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang
paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0”
menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan nyeri
“terhebat” yang dirasakan klien. Intensitas nyeri dapat diketahui dengan
bertanya kepada pasien melalui skala nyeri wajah, yaitu Wong-Baker FACES
Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu menyatakan
intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak
mampu berkomunikasi secara verbal dan lan sia yang mengalami gangguan
komunikasi.
Keterangan :

0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik).
4-6 nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskribsikan nyeri, dapat mengikuti perintah
dengan baik).
7-10 nyeri berat (klien sudah tidak bisa berkomunikasi)

c. Kual
Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien unstuck
menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh
besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang
diambil.
d. Pola
Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan kekambuhan
atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai,
berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan kapan nyeri
terakhir kali muncul.
e. Faktor Presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicumunculnya nyeri. Sebagai
contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu,
faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas),
stressor fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
f. Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut bisa
disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
g. Pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian klien
akan akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang nyeri.
Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu
makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpesonal, hubungan
pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas waktu seggang serta status
emosional.
h. Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi
nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh pengalaman nyeri
sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.
i. Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor
lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah,
depresi atau perasaan gagal pada diri klien.
3. Observasi respons perilaku dan fisiologis Banyak respons nonverbal/perilaku
yang bisa dijadikan indikator nyeri diantaranya :
a.) Ekspresi wajah :
 Menutup mata rapat-rapat
 Membuka mata lebar-lebar
 Menggigit bibir bawah
b.) Vokalisasi :
 Menangis
 Berteriak
c.) Imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakan tubuh tanpa
tujuan yang jelas):
 Menendang-nendang
 Membolak-balikkan tubuh diatas kasur
Sedangkan respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung
pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, respons
fisiologis :
 Peningkatan tekanan darah
 Nadi dan pernapasan
 Dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis.
Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama dan saraf
simpatis telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut
mungkin akan berkurang atau bahkan tidak ada. Karenanya,
penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu
respons tersebut merupakan indikator yang buruk untuk
nyeri.
4. Pemeriksaan fisik
 Kepala : menilai bentuknya, tekstur rambut, earna rambut,
ada/tidaknya benjolan.
 Muka : simetris / tidaknya, pucat atau tidak, serta kering / tidak.
 Mata : bentuk, konjungtiva anemis/tidak, warna bola mata, sclera
ikterik/tidak, adanya nyeri tekan/tidak, penilaian rangsangan terhadap
cahaya.
 Hidung : bentuk, ada/tidaknya benjolan. Ada/tidaknya nyeri tekan,
nyeri tekan ada/tidak.
 Mulut : bibir kering/tidak, gigi kotor/tidak, apakah ada stomatitis, dan
apakah ada perdarahan gusi.
 Telinga : bentuk telinga, apakah ada serumen berlebih, dan apakah ada
infeksi.
 Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, apakah ada nyeri
tekan.
 Dada : bentuknya simetris/tidak, adanya lesi/tidak, apakah ada nyeri
tekan, apakah ada wheezing/atau tidak.
 Jantung : apakah adanya nyeri tekan, apakah bunyinya normal.
 Paru-paru : apakah ada nyeri tekan, apakah bunyi napasnya normal.
 Abdomen : apakah ada lesi/tidak, apakah ada nyeri tekan, kaji
peristaltic ususnya, apakah ada bunyi timpani.
 Ekstremitas : apakah bisa digerakan, apakah terpasang infus, apakah
pasien menggunakan alat bantu untuk beraktivitas.
 Kulit : warna, tekstur, apakah ada massa, apakah ada lesi serta kaji
turgor kulit.
 Genitalia : apakah terpasang cateter atau tidak dan apakah +ada
masalah pada daerah genitalia.
5. Pemeriksaan Penunjang
 Hasil Laboraturium : HB, leukosit, trombosit dan hematokrit.
 Pemeriksaan USG, untuk data penunjang bila nyeri tekan diabdomen.
 Rontgen, untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
 CT SCAN (cidera kepala), untuk mengetahui pembuluh dara
yang pecah di otak.

6. Analisa Data

No Data etiologi masalah

1. DS : Agen Injury Nyeri Akut


(biologi,kimia,fisik,psikologi)
Klien mengatakan “nyeri pada
bagian perut / ulu hati”

DO :

- Laporan secara verbal atau


nonverbal

- Fakta dari observasi

- Tingkah laku berhati-hati


- Gangguan tidur (mata sayu,
tamak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)

- Perubahan tekanan darah,


napas, nadi dan dilatasi pupil

-Tingkah laku ekspresif


(contoh :
gelisah,merintih,menangis,wa
spada, napas panjang dan
berkeluh kesah).

2.

Ketidakmampuan fisik Nyeri Kronis


DS : kronik, ketidakmampuan
psikososial kronik (metastase
Klien mengatakan “Nyeri kanker. Injuri neurologis,
hilang timbul secara terus artritis)
menerus”

DO :

-Perubahan berat badan

- Laporan secara verbal dan


non verbal

- Gerakan melindungi

- Berjaga-jaga

- Muka topeng

-Fokus pada diri sendiri

- Perubahan pola tidur

- Kelelahan

-Berkurangnya interaksi
dengan orang lain.
7. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen Injury
(biologi,kimia,fisik,psikologi)
Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik
kronik,ketidakmampuan psikososial kronik
8. Nursing Care Planning (NURSING CARE PLANNING (NCP)

n Diagnosa Tujuan Intervensi


o

Diagnosa 1 :nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri


akut keperawatan selama 1x24 jam 2. Ajarkan
diharapkan nyeri dapat teratasi. teknik
relaksasi
pada
Indicator IR ER pasien
3. Anjurkan
1. Melapor pasien
adanya nyeri untuk
kompres
2. Luas bagian 4. Observasi
tubuh yang TTV
terpengaruh 5. Kolaborasi
dalam
3. Frekuensi pemberian
nyeri obat.

4. Panjangnya
episode

nyeri

5. Pernyataan
nyeri.

6. Ekspresi nyeri
pada wajah

7. Posisi tubuh
protektif

8. Kurangnya
istirahat

9. Ketegangan
otot

10. Perubahan
pada frekuensi
pernapasan

11. Perubahan
nadi

12. Perubahan
tekanan darah

13. Perubahan
ukuran pupil

14. Keringat
berlebih

15. Kehilangan
selera makan

Diagnosa 2 : Nyeri Setalah dilakukan tindakan 1.Monitor


Kronis keperawatan selama 1x24 jam kepuasan pasien
diharapkan nyeri teratasi. terhadap
manajemen nyeri

Indikator IR ER 2. Tingkatkan
istirahat dan tidur
yang adekuat
1. Melapor adanya
3. Lakukan teknik
nyeri
nonfarmakologis
2. Luas bagian tubuh (relaksasi, masase
punggung)Kolabora
yang terpengaruh si dalam pemberian
obat.
3. Frekuensi nyeri
4. Panjangnya
episode nyeri

5. Pernyataan nyeri

6. Ekspresi nyeri
pada wajah

7. Posisi tubuh
protektif

8. Kurangnya
istirahat

9. Ketegangan otot

10. Perubahan pada


frekuensi pernapasan

11. Perubahan nadi

12. Perubahan
tekanan darah

13. Perubahan
ukuran pupil

14. Keringat berlebih

15. Kehilangan selera


makan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik procedural Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat,A.Aziz Alimul.2008.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Holland, Karen. 2008. Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta : EGC
Jordan, Sue. 2003. Farmakologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Kozier, Barbara dkk.2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta:EGC
Mubarak,Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin.2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:EGC.
Wartanah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba medika.
Wilkinson. Judith. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan NIC NOC Edisi 7.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai