Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN KENYAMANAN (NYERI)

Dewi Yuni Anggraeni

SN201108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN KENYAMANAN

A. Kebutuhan Kenyamanan

Kebutuhan rasa nyaman dapat dipersepsikan berbeda pada setiap


orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup tersa nyaman bila
mempunyai banyak uang, ada juga yang indikatornya bila tidak ada
gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka
perawat harus memerhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa
nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi
keperawatan. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah
nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual.
Klien merespons terhadap nyeri yang dialaminya dengan beragam cara,
misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain (Asmadi, 2018). Konsep
kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap
individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan
kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan
merasakan nyeri. Sehingga penting bagi perawat untuk memahami makna
nyeri bagi setiap individu karena nyeri bersifat subjektif dan sangat
individual. Nyeri merupakan sumber penyebab rasa tidak nyaman pasien
yang merupakan faktor utama penghambat kemampuan mekanisme koping
individu dan healing proses untuk pulih dari suat upenyakit. kenyamanan
sebagai suatu keadaan yang harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar
manusia. Sehingga diharapkan perawat dapat memberi asuhan
keperawatan kepada klien diberbagai keadaan dan situasi untuk
menghilangkan nyeri dan dapat meningkatkan kenyamanan.
1. Pengertian

Kenyamanan adalah suatu keadaan yang telah terpenuhi kebutuhan


dasar klien. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman ( suatu
kepuasan yang meningkatkan ketrampilan sehari – hari ) , kelegaan
(kebutuhan yang terpenuhi ) dan transenden ( keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah nyeri ). Kenyamanan sering diartikan sebagai suatu
keadaan bebas dari nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2017). Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba atau
lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).
2. Anatomi

Berfungsi membawa informasi sensorik baik extroseptif dan propioseptif


dari reseptor ke pusat sensorik sadar diotak.
Informasi Ekstroseptif meliputi:
a) Sakit
b) Suhu
c) Sentuhan
d) Tekanan
Informasi propioseptif meliputi :
a) Keadaan otot sadar/lurik
b) Keadaan sendi
c) Keadaan ligamentum

Untuk bisa mencapai pusat sadar maka semua informasi sensorik


harus melewati sedikitnya 3 neuron
1) neuron orde pertama : terletak pada ganglion radix posterior s.ganglion
spinale (ganglion adalah sel saraf yg terletak diluar susunan saraf
pusat) dimana dendrite dari selsaraf tersebut datang dari
reseptor, sedangkan axon-nya pergi memasuki medulla
spinalisuntuk bersinapsis pada neuron orde kedua.
2) neuron orde kedua : pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya
dapatmenyilang garis tengah atau langsung dalam columna lateralis
pada sisi yang sama,selanjutnya dari medulla spinalis naik ke
atas untuk bersinapsis pada neuron ordeketiga
3) neuronorde ketiga : padathalamus, dimana axon-nya akanmenuju pusat
sensorik sadarpada gyrus postcentralis
3. Fisiologi

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka


terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim
proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung
saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke
hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan
atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2017).

4. Etiologi
a) Faktor Resiko
i. Nyeri Akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
ii. Nyeri Kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada
diri sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cidera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
b) Faktor Predisposisi
i. Trauma
ii. Peradangan
iii. Trauma psikologis
c) Faktor Presipitasi
i. Lingkungan
ii. Suhu ekstrim
iii. Kegiatan
5. Faktor Yang Mempengaruhi
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa
hal, di antaranya adalah:
a. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi
lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subjektif dari seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat
tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
c. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas
nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan
atau garakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk
respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri
yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri,
tingkat perspepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan
sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-
lain.
6. Batasan Karakterisik
a) Mengkomunikasikan deskriptor nyeri (misalnya rasa tidak aman
nyaman, mual, kram otot)
b) Menyeringai
c) Rentang perhatian terbatas
d) Pucat
e) Menarik diri
7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap adanya
pengalaman dan respon individu, keluarga ataupun komunitas terhadap
masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan.
Diagnosis keperawatan adalah bagian vital dalam menentukan proses asuhan
keperawatan yang sesuai dalam membantu pasien mencapai kesehatan yang
optimal. Mengingat diagnosis keperawatan sangat penting maka dibutuhkan
standar diagnose keperawatan yang bisa diterapkan secara nasional di
Indonesia dengan mengacu pada standar diagnosa yang telah dibakukan
sebelumnya (PPNI, 2016).
a. Nyeri Akut (D.0077)
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedra kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencidra fisik (mis. Abses, trauma, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat,prosedur operasi,trauma, latihan fisik berlebihan

8. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dirancang oleh perawat,
atau suatu perawatan yang di lakukan berdasarkan penilaian secara klinis dan
pengetahuan perawat yang bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau
klien. Perencanaan keperawatan mencakup perawatan langsung serta
perawatan tidak langsung. Kedua perawatan ini ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat dan orang-orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk
oleh dokter maupun pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI, 2018).
a. Manajemen Nyeri (I. 08238)
1) Observasi
- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Pemberian analgetik (I.08243)
1) Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
- Monitor efektifitas analgesik
2) Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon
pasien
- Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
3) Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
9. Dafatar Pustaka
Black and Hawks. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Buku 1.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Green, Steven (2011). "Cheerio, Laddie! Ucapkan Selamat Tinggal
pada Skala Koma Glasgow" (PDF) . Ann Emergency Med . 58
(5): 427–430. doi : 10.1016 / j.annemergmed.2011.06.009 .
PMID 21803447
Hidayat, S. (2014). Dzikir Khafi Untuk Menurunkan Skala Nyeri
Osteoartritis Pada Lansia. Jurnal Ilmu Kesehatan. 1. (1).
Potter, P. A. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
EGC.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai