Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN ( NYERI )


DI RUANG FLAMBOYAN UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

DISUSUN OLEH :
RIYA NUGRAHINI PRIHASTUTI
NIM : 132021030368

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023

GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

A. PENGERTIAN
1. Pengertian kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono, & Subu, 2015).
Kenyamanan menurut (Keliatdkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

An
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang
dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.

2. Pengertian pemenuhan kebutuhan rasa nyaman


Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan suatu keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah
terpenuhi), dan transenden.

3. Pengertian gangguan rasa nyaman


Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman dan
sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan sosialnya
(Keliat dkk., 2015).

4. Jenis gangguan rasa nyaman


Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, &Mulyaningrum, 2013) Gangguan rasa
nyaman dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan
merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1
detik sampai dengan kurang dari enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan
adanya sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari
enam bulan.
c. Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensasi yang
tidaknyaman pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau
pada seluruh bagian perut yang bisa saja menimbulkan muntah atau tidak
muntah.

5. Pengertian nyeri

An
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan.
Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Uliyah & Hidayat, 2015).
Menurut Muryunani (2015), klasifikas inyeri umumnya dibagi menjadi 2,
yaitu nyeri akut dan nyeri kronis :
1. Nyeri Akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri Kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya berlangsung
dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan
psikosomatik.
Perbedaan nyeri akut dan kronis
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Pengalaman Suatu kejadian Suatu situasi, status eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau pengobatan
penyakit dari dalam yang terlalu lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang dan
terselubung
Pernyatan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit dibedakan
diketahui dengan pasti intensitasnya, sehingga sulit
untuk dievaluasi (perubahan
perasaan
Gejala-gejala Pola respons yang khas Pola respon yang bervariasi,
klinis dengan gejala yang lebih sedikit gejala-gejala (adaptasi)
jelas
Pola Terbatas Berlangsung terus hingga dapat
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat setelah
setelah beberapa saat beberapa saat

An
B. ETIOLOGI
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos,
elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani, 2015).

C. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIK


1. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala menurut PPNI (2016) adalah sebagai berikut :
Tanda dan gejala mayor :
a. Subjektif : mengeluh nyeri
b. Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (misalnya : waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.

Tanda dan gejala minor :


a. Subjektif : tidak tersedia
b. Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan
diaphoresis.
2. MANIFESTASI KLINIK
faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu :
a. Arti nyeri
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-
lain. keadaan ini dipengaruhi lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyrktif dari seseorang yang
merasakan nyeri, dikarenakan perawat tidak mampu merasakan nyeri yang
dialami oleh pasien.
c. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri diantaranya alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gerakan pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosen, cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit
dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon dari seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

An
seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,
harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia dan lain-
lain.

D. PATHOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam
kulit yang berespons hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga dengan nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nosiseptor) ada yang bernilai dan ada yang tidak bernilai dari saraf eferen.
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti bradikinin, sorotoin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus
nyeri dapat menurunkan stimulus terhadap reseptor mekanik sensitif pada
termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit
Chayatin, N.Mubarak, 2007).

E. PATHOFLOW

An
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti:
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan penunjang lainnya
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila nyeri tekan abdomen

An
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
d. EKG

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Farmakologi
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri secara
farmakologi adalah seperti berikut ini :
a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dariber bagai derativ opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena
obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan
penekanan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat
ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan di medulla batang otak.
b. Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik. Efek
samping obat ini paling umum terjadi gangguan pencernaan seperti adanya
ulkus gaster dan perdarahan gaster
2) Non Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut para Ahli
adalah sebagai berikut:
a. Membangun hubungan terapeutik perawat-klien
Terciptanya hubungan terapeutik antara klien dengan perawat akan
memberikan pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif
pada klien yang mengalami nyeri.
b. Bimbingan Antisipasi
Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila dengan
timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien.
c. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari
ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

An
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri : nama pasien, jenis
kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir,
tanggal masuk, nomer register, diagnose medis, dan lain-lain.
2) Identitas Penanggung Jawab. Terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, serta alamat
penanggungjawab
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi 2 hal antara lain:
 Keluhan Utama Saat Masuk RumahSakit
 Anamnese lanjutan

hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian nyeri : yaitu PQRST

 Provokatif : Apa factor penyebab timbulnya nyeri, biasa pada kasus


post hernioraphy nyeri dirasakan saat beraktivitas atau bergerak
dan berkurang saat beristirahat.
 Quality : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
pasien. Pada kasus post hernioraphy nyeri dirasakan bias seperti
berdenyut, tajam, menusuk atau teriris.
 Region : dimana lokasi nyeri yang dirasakan, bersifat sementara,
menjalar atau menyebar.
 Scale : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan, pengakjian nyeri
dengan menggunakan skala nyeri deskriptif. Misalnya : tidak ada
nyeri = 0, nyeri ringan = 1, nyeri berat = 3, nyeri tak tertahankan
=4.
 Time : berapa lama nyeri berlangsung, bersifat akut atau kronik,
terjadi pada waktu – waktu tertentu yang dapat menambah rasa
nyeri. Biasanya muncul pada waktu tertentu dan secara tiba-tiba
(Muttaqin& Sari, 2013).

2) Riwayat kesehatan dahulu

An
Informasi yang diperoleh dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu
dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Catatan informasi kesehatan seseorang dan kerabat dekatnya.
4) Aktivitas sehari-hari
 Pola Nutrisi
 Pola Eliminasi
 Pola IstirahatTidur
 Personal Hygiene
 Aktivitas dan Latihan
5) Pemeriksaan fisik
6) Pemeriksaan fisik persistem
Pemeriksaan fisik persistem didapatkan dari inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
 Sistem respirasi
Pada system respirasi yang perlu dikaji mengenai bentuk hidung,
kebersihan hidung, adanya sekret, adanya pernafasan cuping
hidung, bentuk dada, pergerakan dada apakah simetri satau tidak,
bunyi nafas, adanya ronchi atau tidak, frekuensi dan irama nafas
jika dilakukan operasi (Blundell & Harrison, 2015).
 Sitem kardiovaskuler
Pemeriksaan kardiovaskuler diperlukan jika dilakukan operasi
(Blundell & Harrison, 2015).
 Sistem pencernaan
Sistem pencernaan dikaji mulai dari mulut sampai anus, yang perlu
dikaji yaitu adanya stomatitis, caries bau mulut, mukosa mulut,
ada tidaknya pembesaran tonsil, bentuk abdomen datar, tugor kulit
kembali lagi. Adanya lesi pada daerah abdomen, adanya massa,
pada auskultasi dapat diperiksa peristaltik usus.
 Sistem perkemihan
Sistem perekmihan dapat dikaji mengenai ada tidaknya
pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan
palpasi pada daerah abdomen untuk mengkaji adanya retensio

An
urine, ada atau tidaknya nyeri tekan dan benjolan, serta
pengeluaran urine terdapat nyeri pada waktu miksi atau tidak.
 Sistem integument
Pada kasus post operasi hernioraphy yang dikaji dari system
integument yaitu nyeri tekan, adanya luka insisi, turgor kulit dan
tidak adanya gangguan (Dermawan&Rahayuningsih, 2010).
 Sistem endokrin
Melalui auskultasi, pemeriksa dapat mendengar bising. Bising
kelenjar tiroid menunjukkan vaskularisasi akibat hiperfungsi tiroid
(Muttaqin& Sari, 2013).
 Sistem muskuloskeletal
Perlu dikaji kekuatan otot ekstermitas atas atau bawah. Diperiksa
juga adanya kekuatan pergerakan atau keterbiasaan gerak, reflex
pada ekstermitas atas dan bawah.
 Sistem penglihatan
Untuk mengetahui keadaan kesehatan maka harus diperiksa
tentang fungsi penglihatan, kesimetrisan mata kiri dan kanan,
edema atau tidak. Pada system penglihatan biasanya yang dapat
dikaji oleh perawat adalah warna konjungtiva, sklera dan
gangguan virus. (Muttaqin& Sari, 2013).
 Sistem persyarafan
Kesadaran composmenstis, terdapat sianosis atau tidak. Pengkajian
objektif klien seperti wajah meringis, menangis, merintih,
meregang serta menggeliat (Muttaqin& Sari, 2013).
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laborat yang langsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin seru, haemoglobin, glukosa,
elektrolit dan lain-lain. (Hidayat, 2009).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian di atas kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologi. (D.0077)
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. (D.0056)

An
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
. KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan (I.08066) Tindakan :
dengan agen Setelah dilakukan Observasi :
pencidera fisiologi tindakan 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan karakteriktik, durasi,
selama ...x24 jam frekuensi, kualitas,
masalah nyeri akut intensitas nyeri
diharapkan menurun 2. Identifikasi skala
dan teratasi dengan nyeri
indikator : 3. Idendifikasi respon
- Keluhan nyeri non verbal
nyeri (4) 4. Identifikasi faktor
- Meringis (4) yang memperberat
- Sikap dan meringankan
protektif (4) nyeri
- Kesulitan 5. Identifikasi
tidur (4) pengetahuan dan
Keterangan : keyakinan tentang
1 : meningkat nyeri
2 : cukup meningkat 6. Identifikasi pengaruh
3 : sedang budaya terhadap
4 : cukup menurun respon nyeri
5 : menurun 7. Identifikasi pengaruh
- TTV (4) nyeri pada kualitas
- Fokus (5) hidup
- Nafsu makan 8. Monitor keberhasilan
(4) terapi komplementer
Keterangan : yang sudah diberikan
1 : memburuk 9. Monitor efek
2 : cukup memburuk samping penggunaan
3: sedang analgetik
4: cukup membaik Terapeutik :
5 : membaik 1. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis : TENS,
hipnosis, akupresur
dll)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis : suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan )
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis

An
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
2. Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energi
aktivitas (L.05047) Observasi :
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan
dengan kelemahan tindakan fungsi tubuh yang
fisik keperawatan mengakibatkan
selama ...x 24 jam, kelelahan
intoleransi aktivitas 2. Monitor pola dan jam
tidak terjadi dengan tidur
kriteria hasil : 3. Monitor kelelahan
- Kemudahan fisik dan emosional
dalam Edukasi :
melakukan 1. Anjurkan tirah baring
aktivitas 2. Anjurkan melakukan
sehari-hari aktivitas secara
(nilai bertahap
1,2,3,4,5) Edukasi :
- Kekuatan 1. Sediakan lingkungan
tubuh bagian yang nyaman dan
atas dan rendah stimulasi
bawah (1: 2. Lakukan latihan
meningkat, 2: rentang gerak pasif
cukup dan atau aktif
meningkat, 3: 3. Berikan aktivitas
sedang, 4: distraksi yang
cukup menenangkan
menurun, 5: 4. Fasititas duduk di sisi
menurun) tempat tidur, jika
- Keluhan tidak dapat berpindah
lelah atau berjalan
(1,2,3,4,5) Kolaborasi :
- Dispnea saat 1. Kolaborasi dengan
bekerja ahli gizi tentang cara
(1,2,3,4,5) meningkatkan asupan
makanan

An
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI
SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI
SLKI PPNI. (2019). . DPP PPNI Standar Luaran Keperawatan Indonesia SIKI

An

Anda mungkin juga menyukai