Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN (NYERI) DI RUANG


NYI MAS GANDASARI I RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Oleh:
Annisa Nurul Fadilah
NIM. 23149011007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023/2024
A. Definisi

1. Pengertian Rasa aman dan nyaman

a. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga

keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2006).

b. Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan

penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan

transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).

2. Pengertian Nyeri

a. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal

skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,

2014).

b. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari adanya kerusakan pada jaringan yang actual dan

potensial. Nyeri merupakan salah satu alasan orang mencari bantuan

perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau

bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan

(Mayasari, 2016).

c. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang

dan ekstensinya diketahui apabila seseorang pernah mengalaminya

(Wartonah, 2012).

B. Etiologi
1. Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab

yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik

misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah. Secara

psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.

2. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya serabut

saraf reseptor nyeri. Serabut saraf nyeri ini terletak dan tersebar pada lapisan

kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Sedangkan

nyeri yang disebabkan factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan

karena penyebab organic.

C. Klasifikasi Nyeri

Menurut Maryunani (2015), klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu nyeri

akut dan nyeri kronis :

A. Nyeri Akut

Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,

tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.

B. Nyeri Kronis

Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya

berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang

termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom

nyeri kronis dan psikosomatik.


KARAKTERISTI NYERI AKUT NYERI KRONIS

Pengalaman Suatu kejadian Suatu situasi, status

eksistensi

Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau

penyakit dari dalam pengobatan yang

terlalu lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak,

berkembang dan

terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan,

sampai bertahun-

tahun

Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit

diketahui dengan pasti dibedakan

intensitasnya,

sehingga sulit

dievaluasi

(perubahan perasaan)

Gejala-gejala klinis Pola respons yang khas Pola respons yang

dengan gejala yang bervariasi, sedikit

lebih jelas gejala-gejala

(adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus

sehingga dapat

bervariasi

Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan

setelah beberapa saat meningkat setelah

beberapa saat

1. Berdasarkan sumbernya

a. Cutaneus / superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit / jaringan

subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar), nyeri

berlangsung sebentar dan terkoalisasi ex : terkena ujung pisau atau

gunting

b. Deep somatic / nyeri dalam, yaitu nyeri akibat stimulasi organ-organ

internal, nyeri dapat menyebar ke beberapa arah. Nyeri dapat terasa

lebih tajam, tumpul. Sensasi pukul (angina pectoris), sensasi terbakar

(ulkus lambung).

c. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari

jaringan penyebab nyeri

d. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga

abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,

iskemia, regangan jaringan .

2. Berdasarkan penyebab

a. Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik (ex : fraktur femur)

b. Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi ,

bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (ex : orang

yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)

D. Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda menurut PPNI (2016) adalah sebagai berikut :

Gejala dan Tanda mayor :

1. Subjektif : mengeluh nyeri

2. Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (waspada, posisi menghindari

nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.

Gejala dan Tanda minor

1. Subjektif : tidak tersedia


2. Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, dan diaphoresis

E. Fisiologi / Pengaturan

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat

kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat

tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan

tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di

korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain

dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor

mekanin sensitif pada temosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau

mengalami nyeri (Potter dan Perry, 2009).

Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.

Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf


sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin, yang

tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada vicera, persendian, dinding arteri,

hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya

stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti

bradikinin, histamin, prostaglandin dan macam-macam asam yang dilepas apabila

terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang

lain dapat berupa termal, listrik dan mekanik.

F. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Uliyah & Hidayat (2015), pengalaman nyeri pada seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Arti nyeri

Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti

nyeri tersebut merupakan arti yang negative, seperti membahayakan, merusak

dan lain-lain. Keadaan ini, dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti usia,

jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan dan pengalaman.

a) Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena

mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan

mereka takut kalua mengalami penyakit berat atau meninggal jika

nyeri diperiksakan.

b) Jenis kelamin
Gill (1990), mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara

signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor

budaya (ex : tidak pantas kalua laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh

mengeluh nyeri).

c) Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut

kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena

mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada

nyeri.

d) Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri

dan bagaimana mengatasinya.

e) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang yang meningkat,

sedangkan Upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan Teknik untuk

mengatasi nyeri.

f) Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas

g) Pengalaman masa lalu


Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan

saat ini nyeri yang sama timbul, maka akan lebih mudah mengatasi

nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung

pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

h) Pola koping

Pola koping adaftif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri

dan sebaliknya pola koping yang maladaftif akan menyulitkan

seseorang mengatasi nyeri.

i) Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan

perlindungan (Aziz Alimul, 2014).

2. Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks

(pada fungsi evaluative secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor

yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

3. Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri,

seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor.

4. Toleransi nyeri

Toleransi nyeri erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Factor yang dapat mempengaruhi

peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, pilates exercise,

geseksn atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan lain-
lain. Sedangkan factor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa

marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.

G. Jenis Gangguan

1. Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan

merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik

sampai dengan kurang dari 6 bulan.

2. Nyeri Kronis

Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya

sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari 6 bulan.

3. Mual

Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensasi yang tidak

nyaman pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada

seluruh bagian perut yang bisa saja menimbulkan muntah atau tidak.

H. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan,

pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau mendapatkan data

utama tentang kesehatan pasien baik fisik, psikologis, maupun emosional (Debora,

2013).

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang

efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara

berbeda pada masing-masing individu, maka perlu dikaji semua faktor yang
mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis, emosional, dan

sosiokultural. Pengkajian dapat dilakukan dengan PQRST :

P (provoking) atau pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri,

Q (quality) atau kualitas dari nyeri, apakah tajam, tumpul, atau tersayat

R (region) atau daerah, yaitu daerah perjalanan nyeri,

S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri,

T (time) atau waktu adalah lama/waktu serangan

atau frekunsi nyeri.

1. Anamnesa

a. Biodata

Pada biodata, bisa diperoleh data tentang identitas pasien meliputi nama

pasien, tempat tanggal lahir, alamat, umur pasien, jenis kelamin pasien,

pekerjaan pasien, pendidikan pasien, status kawin pasien, agama dan asuransi

kesehatan. Selain itu juga dilakukan pengkajian tentang orang terdekat pasien.

b. Keluhan Utama

Selama pengumpulan riwayat kesehatan,perawat menanyakan kepada pasien

tentang tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus

ditanyakan dengan detail kepada pasien disamping itu diperlukan juga

pengkajian mengenai keluhan yang disarankan meliputi lama timbulnya.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji apakah gejala terjadi pada

waktu yang tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah makan, ataupun

setelah mencerna makanan pedas dan pengiritasi setelah mencerna obat

tertentu atau setelah mengkonsumsi alcohol.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit sebelumnya,

perawat harus mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan ansietas,

stress, alergi, makan dan minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat.

e. Pola Aktivitas Sehari-hari

1) Pola makan dan minum

a) Jumlah dan jenis makanan

Kejadian besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja

makanan yang dikonsumsi.

b) Waktu memberikan makanan

Rentang waktu yang diperlukan untuk dapat mengkonsumsi

makanan yang diberikan

c) Jumlah dan jenis cairan

Bergabung jumlah dan apa sajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh

pasien yang setiap harinya di rumah maupun di RS.

d) Waktu memberikan cairan

Waktu yang diperlukan pasien untuk mendapatkan asupan cairan

e) Masalah makan dan minum

Masalah-masalah yang dialami pasien saat akan entahlah setelah

mengkonsumsi makanan dan minuman.

2) Pola Eliminasi

a) Buang Air Kecil


Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, dibantu atau secara

mandiri.

b) Buang Air Besar

Kerutinan dalam eliminasi setiap hari, bagaimanakah bentuk dari

BAB pasien (encer, keras, atau lunak).

3) Pola Personal Hygiene

a) Pemeliharaan badan

Kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai

dari mandi, keramas, membersihkan kuku dan lain-lain.

b) Pemeliharaan gigi dan mulut

Ritinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi

dalam sehari

c) Pola kegiatan lain

Kegiatana yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan

badan.

4) Pola Istirahat / Tidur

a) Waktu tidur

Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan

dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk

dapat tidur selama di RS.


b) Waktu bangun

Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM ke

posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien

sebelum sakit dan pada saat pasien sudah di RS.

c) Masalah tidur

Apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada saat

sebelum sakit dan pada saat sudah masuk RS.

e) Hal-hal yang mempermudah tidur

Hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur

secara nyenyak

f) Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun

Hal-hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien

secara mudah terbangun.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri

J. Intervensi

No Tanggal Diagnosa Perencanaa

. Keperawatan n

Keperawata

Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan rasa Setelah Observasi
 Identifik
nyaman b.d melakukan
asi
gejala penyakit Tindakan
lokasi,
keperawatan karakter
istik,
selama 3x24
durasi,
jam
frekuens
diharapkan i,
kualitas,
gangguan
intensita
rasa nyaman
s nyeri
nyeri dapat  Identifik

teratasi asi skala


nyeri
dengan
 Identifik
kriteria hasil : asi

1.Keluhan respon
nyeri
nyeri
non
menurun verbal

2. Perasaan  Identifik
asi
takut
faktor
mengalami yang

cedera memper
berat
berulang
dan
menurun memper

3. Pola nafas ingan


nyeri
membaik
 Identifik
4. Pola tidur asi
membaik pengeta
huan
dan
keyakin
an
tentang
nyeri
 Identifik
asi
pengaru
h
budaya
terhadap
respon
nyeri
 Identifik
asi
pengaru
h nyeri
pada
kualitas
hidup
 Monitor
keberha
silan
terapi
komple
menter
yang
sudah
diberika
n
 Monitor
efek
samping
penggun
aan
analgeti
k

Terapeutik
 Berikan
teknik
nonfarm
akologis
untuk
mengura
ngi rasa
nyeri
(mis.
TENS,
hipnosis
,
akupres
ure,
terapi
musik,
blofeedb
ack,
terapi
pijat,
aromate
rapi,
teknik
imajinas
i
terbimbi
ng,
kompres
hangat
atau
dingin,
terapi
bermain
)
 Kontrol
lingkun
gan
yang
memper
berat
rasa
nyeri
(mis.
suhu
ruangan,
pencaha
yaan,
kebising
an)
 Fasilitas
i
istirahat
dan
tidur
 Pertimb
angkan
jenis
dan
sumber
nyeri
dalam
pemiliha
n
strategi
meredak
an nyeri

Edukasi
 Jelaskan
penyeba
b
periode
dan
pemicu
nyeri
 Jelaskan
strategi
meredak
an nyeri
 Anjurka
n
memoni
tor nyeri
secara
mandiri
 Anjurka
n
menggu
nakan
analgeti
k secara
tepat
 Ajarkan
teknik
nonfarm
akologis
untuk
mengura
ngi rasa
nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi

pemberian

analgetik,

jika perlu

D.0055 L.05045 l. 09265


Gangguan pola Setelah Observasi
tidur b.d kurang melakukkan  Identifik
kontrol tidur tindakan asi pola
keperawatan aktivitas
selama 3x24 dan
jam tidur
diharapkan  Identifik
gangguan asi
pola tidur faktor
dapat teratasi penggan
dengan ggu
kriteria hasil : tidur
1. Keluh (fisik
an atau
sulit psikolog
tidur is)
menur  Identifik
un asi
2. Keluh makana
an n dan
tidak minuma
puas n yang
tidur mengga
menur nggu
un tidur
3. Keluh (mis.
an kopi,
pola teh,
tidur alkohol,
berub makan
ah mendek
menur ati
un waktu
4. Keluh tidur.
an minum
istirah banyak
at air
tidak sebelum
cukup tidur)
menur  Identifik
un asi obat
tidur
yang
dikonsu
msi

Terapeutik
 Modifik
asi
Lingkun
gan
(mis.
pencaha
yaan,
kebising
an,
suhu,
matras,
dan
tempat
tidur)
 Batas
waktu
tidur
siang,
jika
perlu
 Fasilitas
i
menghil
angkan
stress
sebelum
tidur
 Tetapka
n jadwal
tidur
rutin
 Lakukan
prosedur
untuk
meningk
atkan
kenyam
anan
(mis.
pijat,
pengatur
an
posisi,
terapi
akupres
ur)
 Sesuaik
an
jadwal
pemberi
an obat
atau
tindakan
untuk
menunja
ng
siklus
tidur
terjaga

Edukasi
 Jelaskan
pentingn
ya tidur
cukup
selama
sakit
Anjurka
n
menepat
i
kebiasaa
n waktu
tidur
 Anjurka
n
menghin
dari
makana
n atau
minuma
n yang
mengga
nggu
tidur
 Anjurka
n
penggun
aan obat
tidur
yang
tidak
mengan
dung
supresor
terhadap
tidur
REM
 Ajarkan
faktor-
faktor
berkontr
ibusi
terhadap
ganggua
n pola
tidur
(mis.
psikolog
is, gaya
hidup,
sering
berubah
shift
bekerja)
Ajarkan

relaksasi

otot

autogenik

atau cara

nonfarmako

logi

Lainnya

Anda mungkin juga menyukai