Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN 1

TINGKAT II SEMESTER III TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Dosen Pembimbing: Ibu Eti Rohayati , SKM, S.kep,M.HKes

Disusun Oleh:

DEVI SARAH FEMILIAHAQ

PROGRAM PRODI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
Jl. Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka 45411 Telp. (0233) 284098
KATA
PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini dengan baik dan

tepat pada waktunya. Tugas ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai tugas (PBL) Studi Keperawatan Jurusan Keperawatan STIKes YPIB

MAJALENGKA. Laporan pendahuluan ini terwujud atas bimbingan dan

pengarahan dari Ibu Eti Rohayati , SKM, S.kep,M.Hkes.

Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas yang
serupa dimasa yang akan datang.
Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat, selebihnya

mohon maaf yang sebesar-besarnya

Majalengka

Devi Sarah Femiliahaq


DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................
Kata pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I_PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................
B. Tujuan Makalah.............................................................................................

BAB II_PEMBAHASAN
A. Pengertian......................................................................................................
B. Factor yang mempengaruhi ...........................................................................
C. Fisiologi.........................................................................................................
D. Masalah yang berhubungan...........................................................................
E. Pemeriksaan diagnosis...................................................................................
F. Manifestasi Klinis..........................................................................................
G. Focus pengkajian ..........................................................................................
H. Diagnosa keperawatan ..................................................................................
I. Interpensi keperawatan .................................................................................

BAB III_ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian......................................................................................................
B. Klafikasi data.................................................................................................
C. Analisa data....................................................................................................
D. Diagnosis nanda nic noc................................................................................
E. Rencana intervensi.........................................................................................

BAB IV _PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................

Daftar Pustaka.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya
(kematian) yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka


kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya
kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan  lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya
gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan
makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan


ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu
sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara
alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Obesitas merupakan ciri
dari populasi  penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak
obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas
saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada


gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu,
banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis.
            Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30
tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih
awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada
situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal
lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak
pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan
“hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita
menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal secara
konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa
memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit
mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari
200/120 samapi 250-140. (Hans p. wolf. 2006 : h 63)

B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah hipertensi ini antara lain :
1. Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi.
2. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi.
3. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi.
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
5. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi

manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic

90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang

mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg

saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika

tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari

90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk

Diastolik.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi

diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh

pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg

didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan

tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90

mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui

mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun.

Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun sekitar 60%

menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan

hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).

2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-40

tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin

bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang

lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda

(Endang Triyanto, 2014).

3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang

telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium

intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga

pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar

dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi (Buckman, 2010).

4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.

Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan kurangnya

pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga


berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R.,

2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan aktivitas

sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi

peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara,

F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi

peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga

melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena

adanya kondisi tertentu.

3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam

kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan


WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka,2014-2015).

5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan peningkatan

tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat

dan menyebabkan stroke.

6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir
kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan

frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan

meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah

sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya maka

hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-

ulang akan mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa

darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.

C. Fisiologi

Secara fisiologi, pada orang yang normal maupun hipertensi, tekanan darah

dipertahankan oleh pengaturan curah jantung dan tahanan pembuluh darah tepi dari

waktu ke waktu yang di lakukan pada empat lokasi anatomis. Yaitu : arteriol, venula

pascakapiler atau pembuluh kapasitan, jantung dan ginjal.

D. Masalah yang berhubungan

Umumnya penyebab hipertensi sekunder berkaitan dengan peningkatan produksi hormon,


seperti:

 Penyakit ginjal. Apabila terjadi gangguan aliran darah yang masuk ke ginjal, ginjal akan
mengeluarkan hormon yang disebut renin, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah.
 Pheochromocytoma. Tumor pada kelenjar adrenal yang memproduksi hormon epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenaline) berlebih.
 Hiperaldosteronisme (sindrom Conn). Berlebihnya produksi hormon aldosteron oleh
kelenjar adrenal, yang dapat menghambat pengeluaran garam dari dalam tubuh.
 Hiperkortisolisme (sindrom Cushing). Kelenjar adrenal memproduksi hormon kortisol
secara berlebih. Keadaan ini bisa juga terjadi pada tumor kelenjar adrenal, baik ganas
maupun jinak.
 Hiperparatiroidisme. Meningkatnya produksi hormon paratiroid (parathormon) yang
menyebabkan kadar kalsium meningkat. Pada penderita hiperparatiroidisme, hampir
selalu ada hipertensi. Namun, apa yang menyebabkan hipertensi tersebut masih belum
jelas.

Ada juga beberapa pemicu lain yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder terjadi, di
antaranya:

 Diabetes nefropati. Komplikasi diabetes yang dapat merusak sistem kerja ginjal.
 Penyakit glomerular. Pembengkakan atau kerusakan pada penyaring kecil bernama
glomeruli yang berfungsi menyaring zat buangan, termasuk garam, dari dalam tubuh.
 Hipertensi renovaskular. Hipertensi yang terjadi karena penyempitan pada kedua arteri
yang membawa pasokan darah ke ginjal.
 Koarktasio aorta. Penyempitan aorta yang merupakan cacat bawaan lahir.
 Kehamilan. Tekanan pada arteri yang umumnya terjadi saat hamil dan dapat
mengakibatkan preeklampsia.
 Gangguan tidur (sleep apnea). Kerusakan pada dinding pembuluh darah dikarenakan
pasokan oksigen yang minim saat tidur.
 Obesitas. Kondisi ini akan meningkatkan aliran darah dalam tubuh, memicu tekanan yang
lebih pada dinding arteri.
 Obat-obatan. Efek samping dekongestan, obat pereda sakit, pil kontrasepsi, obat
antidepresi, obat antiinflamasi nonstreoid (NSAIDs), metamfetamin dan beberapa obat
herbal dengan kandungan tertentu dapat meningkatkan tekanan darah dalam tubuh. 

E. Pemeriksaan diagnosis

Diagnosis hipertensi sekunder biasanya tidak dapat dilakukan dalam sekali


pertemuan. Untuk membedakan hipertensi sekunder dan primer, diperlukan informasi
mengenai riwayat penyakit penderita dan riwayat kesehatan keluarga. Kemudian dalam
pemeriksaan fisik, diperiksa tekanan darah, berat badan, ada-tidaknya penimbunan cairan,
serta tanda khas lain yang bisa mengindikasikan adanya penyakit yang menjadi penyebab.

Pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan untuk membantu menentukan diagnosis


adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan darah. Untuk memeriksa kadar kalium, glukosa, kreatinin, sodium, kolestrol,
trigliserida, dan nitrogen urea (BUN) dalam darah.
2. Pemeriksaan urine. Untuk memeriksa adanya kondisi kesehatan lain yang memicu
naiknya tekanan darah.
3. Ultrasonografi. Untuk mendapatkan gambaran ginjal dan arterinya menggunakan
gelombang suara.
4. Elektrokardiogram. Untuk memeriksa fungsi jantung, apabila ada kecurigaan bahwa
gangguan jantung merupakan penyebab hipertensi.

F.     Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan

dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah

sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa

saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah

yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

- Sakit kepala

- Kelelahan

- Mual

- Muntah

- Sesak nafas
- Gelisah

- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan

koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,

yang memerlukan penanganan segera.

H. Diagnosa keperawatan

Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa

keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan dalam

keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian

penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan

untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi,

mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga dalam

mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan keinginan serta

kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,

bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang

dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hati

secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota

keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan
masalah kesehatan yang dihadapi klien. Yang menjadi etiologi atau penyebab dari

masalah keperawatan yang muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan

keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota

keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi

penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang

dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna

perawatan dan pengobatan hipertensi.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
a.       Identitas Pengkajian
Nama : Ny.Y
Umur : Perempuan
Jenis Kelamin : 50 Tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status marital : Kawin
Alamat : Jln.Subang Cikamurang Kec.Terisi Kab.
Indramayu
Tanggal Masuk : 18 Januari 2021
No.Register : 06-46-47
Ruangan/Kamar : VVIP 01
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 19 Januari 2021
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Keperawatan : Hipertensi

b.      Penanggung Jawab
Nama :  Ny.D
Hubungan dengan Pasien: Anak
Pekerjaan :  Mahaiswi
Umur :  20 Tahun
Alamat : Jln.Subang Cikamurang Kec.Terisi Kab.
Indramayu

2. Keluhan Utama
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit
kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangan VVIP dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang,
pasien mengatakan sulit beraktivitas.
4. Riwayat Masa Lalu
 Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 2020 dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu
pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat
penyakit hipertensi.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien
sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada
Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan
saudara.
Genogram
   Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah
meninggal, orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit
kanker hati, sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari
hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien, dari
kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku :
anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan
tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak
ketiga laki-laki adalah pasien yang menderita penyakit hipertensi yang
dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan,
anak kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit stroke, anak
keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak
kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini
meninggal karena menderita penyakit stroke.
            Pasien menikah dan mempunyai satu orang anak, masih kuliah dan
masih tinggal bersama dengan orang tua. Sementara riwayat sang istri pasien,
kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri
meninggal dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara
suami pasien ada delapan, belum ada yang meninggal dari delapan saudara
pasien tersebut.
7. Pemeriksaan Fisik
TD       :  170/100 mmHg
Pols     :  90 x/i
RR       :  22 x/i
Temp   :  350c
Keadaan umum           :  Lemah
Penampilan                  :  Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran                  :  Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal
(dengan prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaannya
TB                               : 150  cm
BB                               : 71 Kg
Ciri Tubuh                   : Gemuk
8. Pengkajian Pola Fungsional
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam kriting kulit kepala bersih tidak
terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta
baik tidak dijumpai
c. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai
adanya peradangan dan pendarahan
d. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan
bau-bauan
e. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
f. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung
berirama, tidak adanya dijumpai nyeri pada dada
g. Rambut
Rambut hitam kriting dan tidak terdapat ketombe.
h. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan
maupun peradangan
i. Dada
Bentuk dada simetris, warna kulit terlihat sama semua, tidak terdapat lesi
dan memar.
j. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
k. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
l. Genitalia
Bersih, tidak terdapat lesi dan tiidak berbau.
m.     Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
 Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa  3 x 1 hari,
makanan kesukaan  yang berlemak, sedangkan makanan pantangan
tidak ada.
 Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang
disajikan habis 1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan
makanan yang banyak mengandung minyak dan lemak.
2) Eliminasi
BAB       :    
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi
lembek
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi
lembek
BAK      :    
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3) Pola Istirahat
 Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  tidur malam + 8 jam dan tidur
siang + 1-2 jam,
 Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang
hari pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang
nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4) Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit
dirumah dan jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya
sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana
optimal karena badrest
5) Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari
sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6) Therapy
Infus RL                           : 20 gtt/i
Furosemide                       : 1 amp/12 jam
Amlodepine                      : 2 x 10 mg
Dulculax syrp                    : 3 x 1
Cotrimoxazole                   : 3x4 80 mg
B.Laxadine                       : 3x1
Ludios                               : 2x1
Sohobion                           : 2x1

9. Data Penunjang
       Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No Kimia Darah Hasil Normal Unit
1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL
No Gula Darah Hasil Normal
1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi

B. Klafikasi Data

Data subjektif Data objektif


 Pasien mengatakan kepala pusing,  Px tampak meringis kesakitan,
dan  leher terasa tegang kondisi badan lemah.
 Pasien mengatakan tidak selera  pasien tampak lemah, Makanan
makan yang di sajikan habis 1/3 porsi
 Pasien mengatakan susah tidur  pasien tampak pucat, mata cekung,
 pasien mengatakan kedua kakinya tidur malam + 2 jam  pasien susah
susah digerakkan tidur siang
 aktivitas pasiens di bantu oleh
keluarga dan perawat
 TD  : 170/100 mmHg
 Pols  :  90 x/i
 RR    : 22 x/i
 Temp : 370C

C. Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
DS:    Pasien
1 mengatakan kepala Peningkatan Gangguan rasa nyaman
pusing, dan  leher terasa tekanan darah nyeri
tegang.
DO: : Px tampak meringis
kesakitan, kondisi badan
lemah.
    TD    : 170/100 mmHg
    Pols  :  90 x/i
    RR    : 22 x/i
    Temp : 370C
D
2 S:  Pasien mengatakan tidak Perubahan jenis Gangguan  pola  nutrisi
selera makan diet
DO: pasien tampak lemah,
Makanan yang di sajikan
habis 1/3 porsi
3 DS:  Pasien mengatakan Efek Gangguan istirahat
susah tidur Hospitalisasi tidur
DO: pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2
jam  pasien susah tidur
siang
4   : pasien mengatakan kedua kelemahan fisik Gangguan pola
kakinya susah digerakkan aktivitas
Do  : aktivitas pasiens di bantu
oleh keluarga dan perawat

D. DIAGNOSIS NANDA NIC NOC

SASARA DOMAIN KELAS KODE RUMUSAN


N DIAGNOSA
Komunitas Domain 1 : Kelas 2 : 00188 Perilaku kesehatan
Promosi Manajemen cenderung beresiko
keshatan kesehatan
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan

E. RENCANA INTERVENSI KOMUNITAS


Data DIAGNOSA NANDA Tujuan NOC NIC
Masalah Kesehatan Kelas 2; Manajemen Berkurangnya perilaku Prevensi Primer Prevensi Primer:
Risiko Hipertensi Kesehatan berisiko munculnya
Lansia :  Perilaku kesehatan Hipertensi dan Domain IV Pengetahuan Domain 3: Perilaku
 Lansia memiliki cenderung berisiko meningkatnya kesehatan dan perilaku. Kelas S; Edukasi klien
penurunan (00188). efektifitas  5510:Pendidikan
 Ketidakefektifan pemeliharaan Kelas S; Pengetahuan kesehatan
kondisi fisik. kesehatan
pemeliharaan kesehatan kesehatan pada Lansia.  5520:Memfasilitasi
 Lansia umumnya (00099). Level 3: Intervensi pembelajaran
memiliki  1837: pengetahuan  5604 Pengajaran
penurunan fungsi manjemen hipertensi kelompok
kognitif dan  1847: Pengetahuan;  5618:Pengajaran
manajemen sakit kronik . prosedur/tindakan
psikomotor
 1803: Pengetahuan; proses
 Dari berbagai penyakit . Domain 7; Komunitas
penelitian  1805: Pengetahuan; perilaku Kelas C; Promosi
epidemiologis sehat . kesehatan komunitas
yang dilakukan di  1823: Pengetahuan; promosi  8750: Pemasaran
Indonesia kesehatan . sosial di masyarakat
 1854: Pengetahuan; diet (351).
menunjukan 1,8 –
sehat
28,6 % penduduk
 1855: Pengetahuan; gaya
yang berusia hidup sehat.
diatas 20 tahun  1843: Pengetahuan:
adalah penderita manajemen nyeri
hipertensi  1840: pengetahun : diet yang
disarankan
Prevensi sekunder Prevensi Sekunder

Domain IV; Pengetahuan Domain 3; Perilaku


kesehatan dan perilaku. Kelas O; Terapi
perilaku
Kelas Q; Perilaku sehat Level 3; Intervensi
Level 3: Intervensi  4310: Terapi aktifitas
 1600:Kepatuhan perilaku .  4350:Manajemen
 1621:Kepatuhan perilaku; perilaku
diet sehat.  4360:Modifikasi
 1602:Perilaku promosi perilaku
kesehatan .
 1603:Pencarian perilaku Domain 4; Keamanan
sehat Kelas V; Manajemen
 1605: kontrol nyeri resiko
 1606:Partisipasi dalam  Manajemen
pengambilan keputusan lingkungan (6480).
perawatan kesehatan .  Manajemen
 1608:Kontrol gejala . lingkungan; keamanan
(6486).
Kelas R; Health Beliefs  Surveilance (6650).
 1704:Health beliefs;  Monitor TTV (6680)
perceived threat
 1705:Orientasi kesehatan Domain 6; Sistem
kesehatan
Kelas FF; Manajemen Kelas Y; Mediasi
kesehatan terhadap sistem
 3107: manajemen diri : kesehatan
Hipertensi.  7320:Manajemen
kasus
Kelas T; Kontrol resiko dan  7400:Panduan sistem
keamanan kesehatan
 1902:Kontrol resiko .
 1908:Deteksi faktor resiko. Kelas A; Manajemen
 1934:Keamanan dan sistem kesehatan
kesehatan serta perawatan  7620:Pengontrolan
lingkungan. berkala
 1910:Keamanan lingkungan  7726:Preceptor;
rumah. peserta didik

Domain V; Kesehatan yang Domain 7: Komunitas,


dirasakan. Kelas D; Manajemen
Kelas U; Kesehatan dan resiko komunitas.
Kualitas Hidup Level 3: Intervensi
 2008:Status kenyamanan.  6489: Manajemen
 2009:Status kenyamanan; lingkungan;
lingkungan . komunitas.
 2006:Status kesehatan  8880: perlindungan
individu . lingkungan yang
 2000:Kualitas hidup berisiko

Kelas V; Status gejala


 2109:Tingkatan
ketidaknyamanan .
 1306:Nyeri; Tingkat Respon
fisik
 2102:Level nyeri.
 2103:Tingkatan gejala .
Kelas EE; Kepuasan terhadap
perawatan
 3014:Kepuasan klien .
 3015:Kepuasan manajemen
kasus .
 3007:Kepuasan terhadap
lingkungan fisik
 3010:Kepuasan terhadap
keamanan
 3015:Kepuasan manajemen
kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan perawatan
 3016: Kepuasan manajemen
nyeri
 3007:Kepuasan ; lingkungan
fisik
 3011:Kepuasan klien ;
kontrol gejala

Domain VI; Kesehatan


keluarga
Kelas Z; Kualitas hidup
keluarga
 2606:Status kesehatan
keluarga

Kelas X; Family well being.


 2600: Koping keluarga .
 2602:Fungsional keluarga .
 2606:Status kesehatan
keluarga .
 2605:artisipasi keluarga
dalam perawatan .

Domain VII; Kesehatan


komunitas
Kelas BB; Well Being
komunitas
 2700:Kompetensi komunitas
 2701:Status kesehatan
komunitas

Kelas CC; Proteksi kesehatan


komunitas.
 2806: Respon komunitas
terhadap disaster/KLB
 2807:Efektifitas skrining
kesehatan komunitas
 2808:Efektifitas program
komunitas
 2802:Kontrol resiko
komunitas; penyakit
menular

Prevensi Tersier; Prevensi Tersier


Domain VI; Kesehatan
keluarga Domain 5; Keluarga
Kelas Z; Kualitas hidup Kelas X; Perawatan
keluarga siklus kehidupan.
 2605:Partisipasi tim  7040: Dukungan
kesehatan dalam terhadap caregiver
keluarga .  7140: Dukungan
keluarga
 Identi8fikasi resiko :
Genetik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang
dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini
dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder,
terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat
diperbaiki (Marilynn E. Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan
sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

14
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tingg

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf diakses tgl

14-10-17 jam 09.20

www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf diakses tgl 14-10-17

jam 15.00

15

Anda mungkin juga menyukai