Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

PADA Tn.R
DI RUANG PERABU KIAN SANTANG
RSD GUNUNG JATI CIREBON

Disusun Oleh

ANGGI DEWITA
(19142011003)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM PRODI SI KEPERAWATAN
MAJALENGKA
2022/2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah (Kedia, 2011).
Dan menurut McNaughton (2011), hipoglikemia merupakan suatu keadaan
dimana kadar glukosa darah <60 mg/dl. jadi dapat disimpulkan bahwa hipoglikemia
merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus.
Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin,
detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).

2. Patofisiologis
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik darah, baik pada penderita diabetes tipe pada penderita diabetes tipe I ataupun
pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme
yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf
pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu
otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam
bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang
normal sangat tergantung pada konsentras pada konsentrasi asupan glukosa upan
glukosa dan sirkulas dan sirkulasi. Gangguan i. Gangguan pasokan glukosa pasokan

1
glukosa dapat menimbulkan dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat
sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan
penurunan suplay glukosa glukosa ke otak dapat menyebabkan menyebabkan
terjadinya p terjadinya penurunan enurunan suplay oksigen oksigen ke otak sehingga
akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, akan memicu respon tubuh, yaitu
penurunan kosentras yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologi i insulin
secara fisiologis seiring dengan s seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,
peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada
kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan gejala gejala neurologic (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di sadaran pada kosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, (Setyohadi, 2012). Penurunan
Penurunan kesadaran kesadaran akan mengakibatkan mengakibatkan depresan
depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif
(Carpenito, 2007).

2
3. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang
anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang
pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga
dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang
sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor
atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar
insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang anda konsumsi kurang maka yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah berolah raga, anda akan menggunakan
menggunakan glukosa glukosa darah yang banyak sehingga sehingga kadar
glukosa glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan
cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan
insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

3
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa
darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan
mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu
lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan.
Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat
sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi
seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran
darah dibandingan

4
dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar
glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna berguna untuk meningkatkan meningkatkan kadar gula
darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila Aspirin dapat
menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg. nsumsi
melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi
belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas,
gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia Neuroglikopenia seperti seperti bingung, bingung, bicara
tidak jelas, perubahan perubahan sikap perilaku, perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus yang
mengalami hipoglikemia antara lain (Black dan Hawks, 2021) :
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Pemeriksaan AGD

5
Bisanya masih dalam batas normal namun dapat terjadi asidosis respiratorik sedang.
c. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
normal < 140 mg/dl/2 jam
d. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjuk bulan. HBA1c menunjukkan kadar
hemoglobin kan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang terglikosilasi
yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan
bahwa orang tersebut bahwa orang tersebut menderita menderita DM dan
beresiko terjadinya komplikasi.
e. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
f. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

6
6. Pathway

Reaksi autoimun Usia, obesitas, genetik

Diabetes militus tipe 1 Diabetes militus tipe 2

Sel beta pancreas Sel beta pancreas


hancur menurun

Anabolisme proses Defisiensi insulin Penurunan glukosa

Kerusakan pada Liposis meningkat hiperglikemia


antibody

Gliserol asam Polifagia Viskolita darah


Kekebalan tubuh anteroskerosis
lemak bebas

polidipsi Aliran darah


Neuropati sensori katogenesi
melambat
perifer

ketonuria poliuera
Ischemic
Klien merasa jaringan
sakit pada luka ketoasidosis
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Makro Makro Nyeri
veskuler vaskuler abdomen,

Resiko perfusi perifer


jantung selebral retina ginjal Deficit tidak efektif
nutrisi

Miocard Penyu Gangguan


infark mbatan penglihatan neuropati
pada
otak
Gagal ginjal

Nyeri akut

*Pathway Diabetes Mellitus (Smeltzel dan Bare 2015)

7
7. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah
selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan
dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neu
uan neuropsikologis berat karena efek ropsikologis berat karena efek hipoglikemia
berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara yang abnormal abnormal (Jevon, (Jevon, 2010) dan menurut menurut Kedia
(2011) hipoglikemia hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.

8. Penatalaksanaan
a. Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setalah 6 jam.
b. Glucagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan.
c. TKTP
d. Bila tidak ada gangguan system syaraf pusat, diberi minuman cairan yang
mengandung karbohidarat
e. Monitor gula darah tiap jam jika perlu

9. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah munculnya gejala Hipoglikemia dan tips agar
gejala Hipoglikemia yang muncul tidak memburuk adalah sebagai berikut :
a. Makan sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.
b. Batasi konsumsi minuman keras atau hidari sama sekali
c. Pantau kadar gula anda secara berkala
d. Kenali gejala-gejala hipoglikemia yang muncul
e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan Pereda gejala dimanapun anda berada.

B. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Manusia


1. Kebutuhan Oksigenasi

8
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal
jika dicurigai adanya fraktur servical atau basis cranii. Ukur frekuensi nafas pasien
dan dengarkan jika ada nafas tambahan. Kaji adanya sumbatan jalan napas, karena
adanya penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke
otak (Harmono, 2016).
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
kuat. Jika pasien merasa sesak segera berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
Gambaran klinik yang penting diperhatikan pada pasien hipoglikemia adalah sesak
napas (tachypnea, hyperpnea) dan asidosis metabolik (Mansyur, 2018).
2. Kebutuhan Nutrisi
Tindakan keperawatan utama yang dilakukan untuk mengatasi hipoglikemia
adalah pemberian karbohidrat sederhana. karbohidrat adalah nutrisi makro
(macronutrient) yang berfungsi sebagai energi untuk sel-sel tubuh terutama dalam
bentuk glukosa (Firani, 2017). Karbohidrat tersusun atas unsur-unsur karbon,
hydrogen dan oksigen yang terdiri dari beberapa ukuran yaitu monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Monosakarida dan disakarida merupakan karbohidrat
sederhana misalnya gula pasir putih, roti putih dan beras giling (Lingga, 2012).

9
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan Langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan. Sehingga
kelemahan pada tahap ini akan berdampak sangat besar. Pada tahap-tahap berikutnya.
(Nikmatura Rahman & Saeful Walid. 2019 hal-2).
a. Identitas Klien
1) Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama
Sering tidak jelas tapi biasanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemia
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
astifksia, dan sepsis. Namun biasanya klien yang mengidap hipoglikemia akan
merasakan lemas, sulit

berkonsentrasi, merasa Lelah seluruh badan, pusing kadang di sertai keringat dingin
dan jantung berdebar.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)

P : Penyebab hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama.


Misal: klien mengeluh nyeri akan dirasakan Ketika klien sedang
beraktivitas yang
berat badan akan lemas dan keringat dingin
Q : Seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya dan seberapa
sering terjadi. Missal : klien mengatakan tubuhnya lemas sampai terasa
tidak
sadarkan diri

10
R : Keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan di daerah/area penyebaran
sampai kemana. Missal: klien merasa lemas sekujur tubuh dan
keringat
dingin Ketika sedang beraktivitas
S : Skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa jauh. Missal:
klien

mengatakan skala yang dirasakan pada skala 7 (berat)


T : Kapan keluhan tersebut mulai dirasakan/ditemukan. Missal: 7 hari
sebelum

masuk rumah sakit

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat penyakit yang pernah dialami, pengobatan saat lalu & masa kini, Riwayat
alergi dan kondisi tempat tinggal.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit keturunan dari keluarga atau generasi sebelumnya.

11
f. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,


telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.

2. Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit dan suhu kulit di daerah di daerah sekitar ulkus
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler

Perfusi Perfusi jaringan jaringan menurun, menurun, nadi perifer perifer


lemah atau berkurang, berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,


perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.

7. Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat


lelah, lemah dan nyeri, adan lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
12
ya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,


reflek lambat, kacau mental, disorientasi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan berfokus
pada respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan (Siregar
dkk., 2021). Diagnosa keperawatan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat (Hidayat, 2021).
Setelah dilakukan pengkajian, dapat ditemukan beberapa diagnosa keperawatan
kegawatdaruratan antara lain penurunan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik, risiko penurunan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan kadar glukosa darah (Herdman, 2010). Selain itu
dapat juga ditemukan diagnosa keperawatan nyeri akut b.d penurunan suplay oksigen
ke otak, pola nafas tidak efektif b.d depresan pusat pernafasan, nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan kadar glukosa darah (Carpenito, 2007).
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi

2. Nyeri akut berhubungan dengan Neuropati sensori perififer

13
3. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 Manajemen Hiperglikemia Observasi :
Definisi: Variasi Kadar Glukosa darah jam kadar gula dalam darah stabil a) Identifikasi kemungkinan penyebab
naik/turun dari rentang normal. Luaran utama : hiperglikemia
Penyebab: kestabilan kadar glukosa darah b) Monitor kadar glukosa darah
1. Disfungsi pankreas Luaran tambahan : c) Monitor tanda dan gejala
2. Resistensi insulin kontrol resiko Perilaku mempertahankan berat hiperglikemia (mis, poliurs,
3. Gangguan toleransi glukosa badan Perilaku menurunkan berat badan Status polidipsia, polifagia, kelemahan
darah atepartum Status intrapartum Status nutrisi Status pandangan kabur, sakit kepala)
4. Gangguan glukosa darah pasca partum Tingkat pengetahuan d) Identifikasi situasi yang
puasa Dengan kriteria hasil: menyebabkan kebutuhan insulin
Gejala dan tanda mayor a) Kesadaran meningkat meningkat (mis, penyakit
Subjektif: b) Mengantuk menurun kambuhan).
Hipoglikemia c) Perilaku aneh menurun
a) Mengantuk d) Keluhan lapar menurun Terapeutik:
b) Pusing e) Kadar glukosa dalam darah membaik a) Berikan asupan cairan oral
Hiperglikemia b) Konsultasi dengan medis jika tanda
a) Lelah atau lesu Luaran utama : perfusi perifer dan gejala hiperglikemia tetap ada
1
Objektif: Luaran tambahan: atau memburuk
Hipoglikemia Fungsi sensori Edukasi:
a) Gangguan koordinasi Mobilitas fisik a) Anjurkan menghindari olahraga saat
b) Kadar glukosa dalam Penyembuhan luka kadar glukosa darah lebih dari 250
darah/urin rendah Status sirkulasi mg/dL
Hiperglikemia Tingkat cedera b) Anjurkan kepatuhan terhadap diet
a) kadar glukosa dalam Tingkat perdarahan dan olahraga
darah/urin tinggi Dengan kriteria hasil c) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis,
: penggunaan insulin, obat oral).
Gejala dan tanda minor a) Denyut nadi perifer meningkat
Subjektif: b) Penyembuhan luka meningkat Manajemen Hipoglikemia
Hipoglikemia c) Sensasi meningkat Observasi :
a) Palpitasi d) Warna kulit pucat minangkat a) Identifikasi tanda dan gejala
b) Mengeluh lapar e) Edema perifer meningkat hipoglikemia
Hiperglikemia f) Nyeri esktremitas b) Identifikasi kemungkinan penyebab
a) Mulut kering g) Parastesia meningkat hipoglikemia
h) Kelemahan otot meningkat

14
15
b) Haus meningkat i) Kram otot meningkat Terapeutik:
Objektif: a) Berikan karbohidrat sederhana, jika
Hipoglikemia perlu
a) Gemetar b) Berikan karbohidrat kompleks dan
b) Kesadaran menurun protein sesuai diet
c) Perilaku aneh c) Hubungi layanan medis darurat, jika
d) Sulit bicara perlu
e) Berkeringat Edukasi:
Hiperglikemia a) Anjurkan memnawa karbohidrat
a) Jumlah urin meningkat sederhana setiap hari.
b) Jelaskan interasi anatara diet,
Risiko perfusi perifer tidak efektif insulin oral, dan olahraga
Definisi : Beresiko mengalami c) Ajarkan perawatan mandiri untuk
penurunan sirkulasi darah pada level mencegah hipoglikemia (mis.
kapiler yang dapat mengganggu Mengurangi insulin/agen oral dan
metabolisme tubuh atau meningkatkan asupan
Faktor resiko : makanan untuk berolahraga.
1) Hiperglikemia
2) Gaya hidup kurang gerak
3) Hipertensi Intervensi utama :
4) Merokok Pencegahan syok
5) Prosedur endovaskuler Observasi :
6) Trauma a) Mengontrol status pulmonal
7) Kurang terpapar informasi (frekuensi dan kekuatan nadi ,
tentang faktor pemberat (mis. frekuensi napas, TD).
Merokok, gaya hidup kurang b) Monitor status oksglenasi
gerak, obesitas, imobilitas) (oksimetri nadi, AGD).
Kondisi klinis terkait: c) Monitor status cairan (masukan dan
1) Arterosklerosis haluran, turgor kulit, CRT)
2) Raynaud’s disease d) Monitor tingkat kesadaran dan
3) Trombosis arteri respon pupil e) Periksa riwayat
4) Atritis rheumatoid alergi
5) Leriche’s syndrome Terapeutik :
6) Aneurisma a) Berikan oksigen untuk
7) Varises mempertahankan saturasi oksigen>
8) Diabetes mellitus 94%
b) Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
16
9) Hipotensi c) Pasang jalur IV, jika perlu
10) Kanker d) Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine, jika perlu
e) Lakukan skin tes untuk mencegah
reaksi alergi

Edukasi :
a) Jelaskan penyebab/faktor resiko
syok
b) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
c) Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
d) Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
e) Anjurkan menghondari alergi
Defisit nutrisi Luaran utama : Intervensi utama :
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup Status nutrisi Manajemen nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan Luaran tambahan : Observasi :
metabolisme Berat badan a) Identifikasi status nutrisi
Penyebab : Eliminasi fekal b) Identifikasi alergi dan intoteransi
1) Kurangnya asupan makanan Fungsi gastrointestial makanan
2) Ketidakmampuan menelan Nafus makan c) Indentifikasi makanan disukai
makanan Perilaku meningkatkan berat badan d) Identifikasi kebutuhan kalori dan
2
3) Ketidakmampuan mencerna Status menelan jenis nutrision
makanan Tingkat depresi e) Identifikasi perlunya penggunaan
4) Ketidakmampuan Tingkat nyeri selang nasogastrik
mengabsorsi nutrien Dengan kriteria hasil : f) Moitor asupan makanan
5) Peningkatan kebutuhan a) Porsi makanan yang dihabiskan menurun g) Monitor berat badan
metabolisme b) Kekuatan otot pengunyah menurun h) Monitor hasil pemeriksaan
6) Faktor ekonomi (mis. Finansial c) Kekuatan otot menelan menurun laboraturium
tidak mencukupi) d) nafsu makan memburuk.

17
7) Faktor psikologis (mis. stress, Terapeutik :
keenggangan untuk makan) a) Lakukan oral hygine sebelum
Gejala dan tanda mayor: makan, jika perlu
Subjektif : (Tidak tersedia) b) Sajikan makanan secara menarik
Objektif : dan suhu yang sesuai
Berat badan menurun,minimal 10% c) Fasilitasi menentukan pedoman diet
dibawah rentang ideal d) Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Gejala dan tanda minor: e) Berikan makanan tinggi kalori dan
Subyektif tinggi protein
1. Cepat kenyang setalah makan f) Berikan suplemen makanan, jika
2. Kram/nyeri abdomen perlu
3. Nafsu makan g) Hentikan pemberian makan melalui
menurun Objektif: selang nasogratik jika asupan oral
1. Bising Usus Hiperaktif dapat di toleransi
2. Otot Pengunyah Melemah Edukasi :
3. Membran Mukosa Pucat a) Anjurkan posisi duduk, jika perlu
4. Sariawan b) Ajarkan diet yang di programkan
5. Serum Albumin Turun
6. Rambut Rontok Berlebihan
7. Diare

Kondisi klinis:
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobiussyndrom
4. Cerebral Palsy
5. Cleft Lip

18
6. Cleft Palate
7. Amyotropic Lateral Sclerosis
8. Kerusakan Neuromuskular
9. Luka Bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. Aids
13. Penyakit Kronis
14. Enterokolitis
15. Fibrosis Kistic

3 Nyeri Akut Luaran utama : Intervensi utama :


Definisi: Pengalaman sensorik atau Tingkat nyeri Manajemen nyeri
emosional yang berkaitan dengan Luaran tambahan: Observasi :
kerusakan jaringan aktual atau Fungsi gastrointedtinial a) Identifikasi lokasi, karakteristik,
fungsional,dengan onset mendadak Kontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas intensitas
atau lambat dan berintensitas ringan Mobilitas fisik nyeri
hingga berat yang berlangsung kurang Penyembuhan luka b) Identifikasi skla nyeri
dari 3 bulan Perfusi miokard c) Identifikasi respon nyeri non verbal
Penyebab: Perfusi perifer d) Identifikasi faktor yang
Pola tidur memperberat dan memperingan
Status kenyamanan nyeri

19
1. agen pencedera fisiologis Tingkat cedera e) Identifikasi pengetahuan dan
(missal : inflamasi, iskemia, keyakinan tentang nyeri
neoplasma) Dengan kriteria hasil : f) Identifikasi pengaruh budaya
2. agen pencedera kimia a) Keluhan nyeri meningkat terhadap respon nyeri identifikasi
(mis:terbakar,bahan kimia b) Meringis meningkat nyeri pada kualitas hidup
iritan) c) Sikap protektif meningkat g) Monitor keberhasilan terapi
3. agen pencedera fisik (mis: d) Gelisah meningkat komplemeter yang sudag diberikan
abses, amputasi, terbakar, e) Kesulitan tidur meningka h) Monitor efek samping penggunaan
terpotong, mengangkat analgetic
berar, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik Terapeutik :
berlebihan ) a) Berikan tehknik non farmakologis
Gejala dan tanda mayor: untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Subjektif: Hipnosis, akupresur, terapi musik,
1. mengeluh nyeri biofeedback terapi pijat,
Objektif: aromaterapi,tehknik imajinasi
1. tampak mringis terbimbing, kompres hangat atau
2. bersikap protektif (mis: dingin)
waspada, posisi menghindari b) Kontrol lingkunngan yang
nyeri) memperberat rasa nyeri(mis. Suhu
3. gelisah ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4. frekwensi nadi meningkat c) Fasilitas istirahat dan tidur
5. sulit tidur Gejala dan tanda
minor Edukasi :
Subjektif: (tidak tersedia) a) Jelaskan penyebab, periode dan
Objektif: pemicu nteri
1. tekanan darah meningkat b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. pola nafas berubah

20
3. nafsu makan berubah c) Anjurkan memonitor nyeri secara
4. proses berfikir terganggu mandiri
5. menarik diri d) Anjurkan menggunakan analgetik
6. berfokus pada diri sendiri secara tepat
7. diaforesis e) Ajarkan tekhnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyer
Kondisi klinis terkait:
1. kondisi pembedahan
2. cedera traumatis
3. infeksi
4. sindrom koroner akut
5. glaukoma

21
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien (Riyadi,2019). Menurut Setiadi (2017) implementasi keperawatan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun dan ditetapkan
pada tahap perencanaan. Adapun format dari pembuatan implementasi keperawatan yaitu :

No tanggal Tindakan dan respon Tanda tangan

5. Evaluasi dan Catatan Perkembangan


Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. (Deswani, 2019).
Menurut Marunung (2016) evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana.
Sedangakan catatan perkembangan merupakan rangkaian proses untuk melakukan apa
yang sudah menjadi intervensi keperawatan, yang didalamnya terdapat tanggal dan waktu
untuk melakukan implementasi atau pelaksanaan intervensi keperawatan yang dimana
terdapat pula evaluasi untuk menilai bagaimana respon dari klien terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diatasi sesuai dengan implementasi keperawatan. Catatan perkembangan
dapat terus berlanjut atau dihentikan sesuai dengan yang terdapat saat evaluasi atau sesuai
dari hasil evaluasi.
Tanda
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
Tangan

22
DAFTAR PUSTAKA

AmArma, R.A. 2011. Diagnosis dan manajemen koma hipoglikemik pada pasien dengan hipertensi
dan anemia. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018. http://www.fkumyecase.net
Briscoe, V.J., & Stephen N.D. 2006. Hypoglycemia in type 1 and type 2 diabetes:
physiology, pathophysiology, pathophysiology, and management. management. American American
Diabetes Diabetes Association Association Journal: Journal: Clinical Clinical Diabetes.
Carpenito, Lynda Juall. 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada
Aplikasi Pada Praktik.
Naughton, C.D., Wesley Naughton, C.D., Wesley H.S, & Corey H.S, & Corey S. 2011. Diabetes in S.
2011. Diabetes in the emergency department: the emergency department: acute care acute care of
diabetes patients. American Diabetes Association Journal: Clinical Diabetes.
Ernawati. 2015. Asuhan keperawatan Ny S dengan diabetes mellitus di Instalasi gawat darurat Rumah
Sakit Umum Daerah Karanganyar. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Mansjoer, A.
2001. Kapita selekta kedokteran Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta kedokteran jilid 2. Jakarta: Media
Aesculspius.

23

Anda mungkin juga menyukai