Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 DENGAN MASALAH HIPOGLIKEMIA


DI RUANG KELIMUTU RSUD PROF DR.W.Z.JOHANNES KUPANG

OLEH:

YOHANA JESICA DALIMAN YUBILIANTI,S.Tr.Kep


NIM: PO 5303211211567

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS AKT 03
TAHUN 2021/2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar glukosa
darah (Kedia, 2015).
Dan menurut McNaughton (2017), hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar
glukosa darah <60 mg/dl. jadi dapat disimpulkan bahwa hipoglikemia merupakan salah
satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut
juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa
darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing,
lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2019).
2. Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

1
3. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat
memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin
suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi
kurang maka yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan
terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah berolah raga, anda akan menggunakan menggunakan glukosa glukosa
darah yang banyak sehingga sehingga kadar glukosa glukosa darah akan menurun.
Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa
darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

2
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum
sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini
berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian
kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

3
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah,
sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap, perilaku, lemah,
disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.
5. Patofisiologis
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute
dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme
pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik darah, baik
pada penderita diabetes tipe pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita
diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada
untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem
pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak
tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk
glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal
sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulas dan sirkulasi. Gangguan
pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi
penurunan suplay glukosa ke otak. Karena penurunan suplay oksigen ke otak sehingga
akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa
darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentras yaitu penurunan kosentrasi
insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan
kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa
darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di sadaran pada kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal (Setyohadi, (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan
mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas
tidak efektif (Carpenito, 2007).

4
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus yang
mengalami hipoglikemia antara lain (Black dan Hawks, 2021) :
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Pemeriksaan AGD
Bisanya masih dalam batas normal namun dapat terjadi asidosis respiratorik
sedang.
c. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
normal <140 mg/dl/2 jam
d. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang
pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa
orang tersebut bahwa menderita menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
e. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
f. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

5
7. Pathway

(Smeltzel dan Bare 2015)

6
8. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena
efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh
perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011)
hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
9. Penatalaksanaan
a. Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setalah 6 jam.
b. Glucagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan.
c. TKTP
d. Bila tidak ada gangguan system syaraf pusat, diberi minuman cairan yang mengandung
karbohidarat
e. Monitor gula darah tiap jam jika perlu
10. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah munculnya gejala Hipoglikemia dan tips agar gejala
Hipoglikemia yang muncul tidak memburuk adalah sebagai berikut :
a. Makan sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.
b. Batasi konsumsi minuman keras atau hidari sama sekali
c. Pantau kadar gula anda secara berkala
d. Kenali gejala-gejala hipoglikemia yang muncul
e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan Pereda gejala dimanapun anda berada.

7
B. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Manusia
1. Kebutuhan Oksigenasi
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal jika
dicurigai adanya fraktur servical atau basis cranii. Ukur frekuensi nafas pasien dan
dengarkan jika ada nafas tambahan. Kaji adanya sumbatan jalan napas, karena adanya
penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak
(Harmono, 2016).
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi kuat. Jika
pasien merasa sesak segera berikan terapi oksigen sesuai indikasi. Gambaran klinik yang
penting diperhatikan pada pasien hipoglikemia adalah sesak napas (tachypnea, hyperpnea)
dan asidosis metabolik (Mansyur, 2018).
2. Kebutuhan Nutrisi
Tindakan keperawatan utama yang dilakukan untuk mengatasi hipoglikemia adalah
pemberian karbohidrat sederhana. karbohidrat adalah nutrisi makro (macronutrient) yang
berfungsi sebagai energi untuk sel-sel tubuh terutama dalam bentuk glukosa (Firani,
2017). Karbohidrat tersusun atas unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen yang terdiri
dari beberapa ukuran yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Monosakarida dan
disakarida merupakan karbohidrat sederhana misalnya gula pasir putih, roti putih dan
beras giling (Lingga, 2012).

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan Langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan. Sehingga
kelemahan pada tahap ini akan berdampak sangat besar. Pada tahap-tahap berikutnya.
(Nikmatura Rahman & Saeful Walid. 2019 hal-2).
a. Identitas Klien
1) Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien

8
b. Keluhan Utama
Sering tidak jelas tapi biasanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemia merupakan
diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti astifksia, dan
sepsis. Namun biasanya klien yang mengidap hipoglikemia akan merasakan lemas,
sulit berkonsentrasi, merasa Lelah seluruh badan, pusing kadang di sertai keringat
dingin dan jantung berdebar.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
P : Penyebab hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama. Misal

klien mengeluh nyeri akan dirasakan Ketika klien sedang beraktivitas yang berat
badan akan lemas dan keringat dingin
Q : Seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya dan seberapa sering
terjadi. Misal, klien mengatakan tubuhnya lemas sampai terasa tidak sadarkan diri
R : Keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan di daerah/area penyebaran

sampai kemana. Misal: klien merasa lemas sekujur tubuh dan keringat dingin
Ketika sedang beraktivitas
S : Skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa jauh. Misal: klien
mengatakan skala yang dirasakan pada skala 7 (berat)

T : Kapan keluhan tersebut mulai dirasakan/ditemukan. Misal: 7 hari sebelum


masuk rumah sakit
d.Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami, pengobatan saat lalu & masa kini, Riwayat
alergi dan kondisi tempat tinggal.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit keturunan dari keluarga atau generasi sebelumnya.


f. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
9
2. Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan suhu kulit sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,


hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan


berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7. Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek


lambat, kacau mental, disorientasi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan berfokus pada respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan (Siregar dkk., 2021). Diagnosa

10
keperawatan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemilihan intervensi yang menjadi
tanggung gugat perawat (Hidayat, 2021).
Setelah dilakukan pengkajian, dapat ditemukan beberapa diagnosa keperawatan
kegawatdaruratan antara lain penurunan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik, risiko penurunan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).

11
3. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 Manajemen Hiperglikemia Observasi :
Definisi: Variasi Kadar Glukosa darah jam kadar gula dalam darah stabil Luaran utama : a) Identifikasi kemungkinan penyebab
naik/turun dari rentang normal. kestabilan kadar glukosa darah Luaran tambahan : hiperglikemia
Penyebab: kontrol resiko Perilaku mempertahankan berat b) Monitor kadar glukosa darah
1. Disfungsi pankreas badan Perilaku menurunkan berat badan Status
c) Monitor tanda dan gejala
2. Resistensi insulin atepartum Status intrapartum Status nutrisi Status
hiperglikemia (mis, poliurs,
3. Gangguan toleransi pasca partum
polidipsia, polifagia, kelemahan
Tingkat pengetahuan
glukosa darah pandangan kabur, sakit kepala)
Dengan kriteria hasil:
4. Gangguan d) Identifikasi situasi yang
glukosa a) Kesadaran meningkat
menyebabkan kebutuhan insulin
puasa b) Mengantuk menurun
meningkat (mis, penyakit
Gejala dan tanda mayor c) Perilaku aneh menurun
dalam kambuhan).
Subjektif: d) Keluhan lapar menurun
Hipoglikemia e) Kadar glukosa dalam darah membaik Terapeutik:
a) Mengantuk
dalam a) Berikan asupan cairan oral
b) Pusing Luaran utama : perfusi perifer
b) Konsultasi dengan medis
Hiperglikemia Luaran tambahan:
jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
a) Lelah atau lesu Objektif: Fungsi sensori
ada atau memburuk Edukasi:
Hipoglikemia Mobilitas fisik
a) Anjurkan menghindari olahraga saat
a) Gangguan koordinasi Penyembuhan luka
kadar glukosa darah lebih dari 250
Status sirkulasi
b) Kadar glukosa mg/dL
Tingkat cedera
darah/urin rendah b) Anjurkan kepatuhan terhadap diet
Tingkat perdarahan
Hiperglikemia dan olahraga
Dengan kriteria hasil :
a) kadar glukosa c) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis,
a) Denyut nadi perifer meningkat
darah/urin tinggi penggunaan insulin, obat oral).
b) Penyembuhan luka meningkat
c) Sensasi meningkat
Gejala dan tanda minor
d) Warna kulit pucat minangkat Manajemen Hipoglikemia
Subjektif:
e) Edema perifer meningkat Observasi :
Hipoglikemia
f) Nyeri esktremitas a) Identifikasi tanda dan
a) Palpitasi
gejala
b) Mengeluh lapar g) Parastesia meningkat
hipoglikemia
Hiperglikemia h) Kelemahan otot meningkat
b) Identifikasi kemungkinan penyebab

12
a) Mulut kering hipoglikemia

13
b) Haus meningkat i) Kram otot meningkat Terapeutik:
Objektif: a) Berikan karbohidrat sederhana, jika
Hipoglikemia perlu
a) Gemetar b) Berikan karbohidrat kompleks dan
b) Kesadaran menurun protein sesuai diet
c) Perilaku aneh c) Hubungi layanan medis darurat, jika
d) Sulit bicara perlu Edukasi:
e) Berkeringat a) Anjurkan memnawa karbohidrat
Hiperglikemia sederhana setiap hari.
a) Jumlah urin meningkat b) Jelaskan interasi anatara diet, insulin
oral, dan olahraga
Risiko perfusi perifer tidak efektif c) Ajarkan perawatan mandiri untuk
Definisi : Beresiko mengalami mencegah hipoglikemia (mis.
penurunan sirkulasi darah pada level Mengurangi insulin/agen oral dan
kapiler yang dapat atau meningkatkan asupan makanan
mengganggu metabolisme untuk berolahraga.
tubuh Faktor resiko :
1) Hiperglikemia
2) Gaya hidup kurang Intervensi utama :
gerak
Pencegahan syok
3) Hipertensi Observasi :
4) Merokok a) Mengontrol status pulmonal
5) Prosedur endovaskuler (frekuensi dan kekuatan nadi ,
6) Trauma frekuensi napas, TD).
7) Kurang terpapar b) Monitor status oksglenasi (oksimetri
informasi tentang faktor nadi, AGD).
pemberat (mis. Merokok, gaya hidup
c) Monitor status cairan (masukan dan
kurang gerak, obesitas, imobilitas)
haluran, turgor kulit, CRT)
Kondisi klinis terkait:
d) Monitor tingkat
1) Arterosklerosis
kesadaran dan
2) Raynaud’s disease
respon pupil e) Periksa riwayat alergi
3) Trombosis arteri Terapeutik :
4) Atritis rheumatoid a) Berikan oksigen untuk
5) Leriche’s syndrome mempertahankan saturasi oksigen>

14
6) Aneurisma 94%
7) Varises b) Persiapkan intubasi dan ventilasi
8) Diabetes mellitus mekanis, jika perlu

9) Hipotensi c) Pasang jalur IV, jika perlu


10) Kanker d) Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine, jika perlu
e) Lakukan skin tes untuk mencegah
reaksi alergi

Edukasi :
a) Jelaskan penyebab/faktor resiko
syok
b) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
c) Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
d) Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
e) Anjurkan menghondari alergi

15
2 Defisit nutrisi Luaran utama : Intervensi utama :
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup Status nutrisi Manajemen nutrisi Observasi
untuk memenuhi kebutuhan Luaran tambahan : :
metabolisme Berat badan a) Identifikasi status nutrisi
Penyebab : Eliminasi fekal b) Identifikasi alergi dan intoteransi
1) Kurangnya asupan makanan Fungsi gastrointestial makanan
2) Ketidakmampuan menelan Nafus makan
c) Indentifikasi makanan disukai
makanan Perilaku meningkatkan berat badan
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan
Status menelan
3) Ketidakmampuan mencerna jenis nutrision
Tingkat depresi
makanan e) Identifikasi perlunya penggunaan
Tingkat nyeri
4) Ketidakmampuan selang nasogastrik
Dengan kriteria hasil :
mengabsorsi nutrien f) Moitor asupan makanan
a) Porsi makanan yang dihabiskan menurun
5) Peningkatan kebutuhan g) Monitor berat badan
b) Kekuatan otot pengunyah menurun
metabolisme h) Monitor hasil pemeriksaan
c) Kekuatan otot menelan menurun
6) Faktor ekonomi (mis. Finansial laboraturium
tidak mencukupi) d) nafsu makan memburuk.

16
7) Faktor psikologis (mis. stress, Terapeutik :
keenggangan untuk makan) Gejala dan a) Lakukan oral hygine sebelum makan,
tanda mayor: Subjektif : (Tidak jika perlu
tersedia) Objektif : b) Sajikan makanan secara menarik dan
Berat badan menurun,minimal 10% suhu yang sesuai
dibawah rentang ideal
c) Fasilitasi menentukan pedoman diet
d) Berikan makanan tinggi serat untuk
Gejala dan tanda minor:
mencegah konstipasi
Subyektif
e) Berikan makanan tinggi kalori dan
1. Cepat kenyang setalah makan
tinggi protein
2. Kram/nyeri abdomen
f) Berikan suplemen makanan, jika
3. Nafsu makan menurun
perlu
Objektif:
g) Hentikan pemberian makan melalui
1. Bising Usus Hiperaktif
selang nasogratik jika asupan oral
2. Otot Pengunyah Melemah
dapat di toleransi Edukasi :
3. Membran Mukosa Pucat
a) Anjurkan posisi duduk, jika perlu
4. Sariawan
b) Ajarkan diet yang di programkan
5. Serum Albumin Turun
6. Rambut Rontok Berlebihan
7. Diare

Kondisi klinis:
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobiussyndrom
4. Cerebral Palsy
5. Cleft Lip

17
6. Cleft Palate
7. Amyotropic Lateral
Sclerosis
8. Kerusakan
Neuromuskular
9. Luka Bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. Aids
13. Penyakit Kronis
14. Enterokolitis
15. Fibrosis Kistic

18
3 Nyeri Akut Luaran utama : Intervensi utama :
Definisi: Pengalaman sensorik atau Tingkat nyeri Manajemen nyeri
emosional yang berkaitan dengan Luaran tambahan: Observasi :
kerusakan jaringan aktual atau
fungsional,dengan onset mendadak Fungsi gastrointedtinial a) Identifikasi lokasi, karakteristik,
atau lambat dan berintensitas ringan Kontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas intensitas
hingga berat yang berlangsung kurang
Mobilitas fisik nyeri
dari 3 bulan Penyebab:
Penyembuhan luka b) Identifikasi skla nyeri
Perfusi miokard c) Identifikasi respon nyeri non verbal
Perfusi perifer
d) Identifikasi faktor yang
Pola tidur memperberat dan memperingan
Status kenyamanan nyeri

19
1. agen pencedera fisiologis Tingkat cedera e) Identifikasi pengetahuan
dan
(missal : inflamasi, iskemia,
keyakinan tentang nyeri
neoplasma) Dengan kriteria hasil :
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
2. agen pencedera a) Keluhan nyeri meningkat
kimia respon nyeri identifikasi nyeri pada
b) Meringis meningkat
(mis:terbakar,bahan kualitas hidup
c) Sikap protektif meningkat
kimia iritan) g) Monitor keberhasilan terapi
d) Gelisah meningkat
3. agen pencedera fisik (mis: komplemeter yang sudag diberikan
e) Kesulitan tidur meningka
abses, amputasi, h) Monitor efek samping penggunaan

terbakar, terpotong, analgetic

mengangkat berar,
prosedur operasi, Terapeutik :

trauma, latihan fisik a) Berikan tehknik non farmakologis

berlebihan ) Gejala dan tanda untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

mayor: Subjektif: Hipnosis, akupresur, terapi musik,


biofeedback terapi pijat,
1. mengeluh nyeri
aromaterapi,tehknik imajinasi
Objektif:
terbimbing, kompres hangat atau
1. tampak mringis
dingin)
2. bersikap protektif (mis:
b) Kontrol lingkunngan yang
waspada, posisi menghindari
memperberat rasa nyeri(mis. Suhu
nyeri)
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. gelisah
c) Fasilitas istirahat dan tidur
4. frekwensi nadi meningkat
5. sulit tidur Gejala dan tanda
Edukasi :
minor
a) Jelaskan penyebab, periode dan
Subjektif: (tidak tersedia) Objektif:
pemicu nyeri

20
1. tekanan darah meningkat b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. pola nafas berubah
3. nafsu makan berubah c) Anjurkan memonitor nyeri secara
4. proses berfikir terganggu mandiri

5. menarik diri d) Anjurkan menggunakan analgetik

6. berfokus pada diri sendiri secara tepat

7. diaforesis e) Ajarkan tekhnik non farmakologis


untuk mengurangi rasa nyer

Kondisi klinis terkait:


1. kondisi pembedahan
2. cedera traumatis
3. infeksi
4. sindrom koroner akut
5. glaukoma

21
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien (Riyadi,2019). Menurut Setiadi (2017) implementasi keperawatan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun dan ditetapkan
pada tahap perencanaan. Adapun format dari pembuatan implementasi keperawatan yaitu :
5. Evaluasi dan Catatan Perkembangan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. (Deswani,
2019). Menurut Marunung (2016) evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana.
Sedangakan catatan perkembangan merupakan rangkaian proses untuk melakukan apa
yang sudah menjadi intervensi keperawatan, yang didalamnya terdapat tanggal dan waktu
untuk melakukan implementasi atau pelaksanaan intervensi keperawatan yang dimana
terdapat pula evaluasi untuk menilai bagaimana respon dari klien terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diatasi sesuai dengan implementasi keperawatan. Catatan
perkembangan dapat terus berlanjut atau dihentikan sesuai dengan yang terdapat saat
evaluasi atau sesuai dari hasil evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

AmArma, R.A. 2011. Diagnosis dan manajemen koma hipoglikemik pada pasien dengan
hipertensi dan anemia. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018.
http://www.fkumyecase.net
Briscoe, V.J., & Stephen N.D. 2006. Hypoglycemia in type 1 and type 2 diabetes:
physiology, pathophysiology, pathophysiology, and management. management. American
American Diabetes Diabetes Association Association Journal: Journal: Clinical Clinical
Diabetes.
Carpenito, Lynda Juall. 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada
Aplikasi Pada Praktik.
Naughton, C.D., Wesley Naughton, C.D., Wesley H.S, & Corey H.S, & Corey S. 2011.
Diabetes in S. 2011. Diabetes in the emergency department: the emergency department:
acute care acute care of diabetes patients. American Diabetes Association Journal:
Clinical Diabetes.
Ernawati. 2015. Asuhan keperawatan Ny S dengan diabetes mellitus di Instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta kedokteran Mansjoer, A. 2001. Kapita
selekta kedokteran jilid 2. Jakarta: Media Aesculspius.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2019).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta : DPP .
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2019) .Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2019).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai