BAB I
LATAR BELAKANG
Luka bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan
juga salah satu krisis kesehatan utama bagi masyarakat secara global dimana
berdampak kepada gangguan permanen pada penampilan dan fungsi diikuti
oleh ketergantungan pasien, kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian akan
masa depan. Menurut WHO, Sekitar 90 persen luka bakar terjadi pada sosial
ekonomi rendah di negara-negara berpenghasilan menengah kebawah,
daerah yang umumnya tidak memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk
mengurangi insiden luka bakar.2
Data yang diperoleh dari WHO menyebutkan bahwa wanita di wilayah
Asia Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi, 27% dari angka
keseluruhan secara global meninggal dunia dan hampir 70% diantaranya adalah
wanita. Data Nasional mengenai Angka mortalitas atau data kejadian luka bakar
di seluruh Indonesia masih belum ada. Umumnya pusat luka bakar di level RSUP
atau RSUD yang ada bedah plastik mempunyai data pasien yang dirawat di unit
luka bakar RSUP / RSUD tersebut.2
RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari studi Epidemiologi di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011-2012 data pasien yang dirawat selama
periode dua tahun adalah 303 pasien. Perbandingan antara pria dan
wanita adalah 2,26: 1 dan usia rata-rata adalah 25,7 tahun (15-54 tahun). Sebagian
besar pasien dengan luka bakar berat 20-50% adalah 45, 87%. Ratarata pasien
dirawat adalah 13,72 hari dengan angka kematian sebanyak 34%
pada tahun 2012 dan sebanyak 33% pada tahun 2011.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut
stratum lusidum. 1
Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan
inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau
gabungan keratin dengan hialin. 1
Stratum Spinosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai
0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan . sel-selnya disebut spinosum karena
jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai tanduk (spina).
Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar.
Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan
pangkal telapak kaki. 1
Stratum Basal
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang
tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada
dermis di bawahnya. 1
b. Dermis
Dermis juga memberi ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan
imunologik, dan ekskresi. Ada beberapa elemen yang ada di dermis, yaitu
struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan selular yang
terdiri dari endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut, dan
saraf. 1
Pars Papilar
Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang
memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung
badan akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah
epidermis serat-serat kolagen tersusun rapat. 1
4
Pars Retikular
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan
sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler.
Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di
antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta
folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada tempat-tempat
tertentu, seperti folikel rambut, skrotum, preputium, dan puting
payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi
jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah.
Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di
bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak mengandung sel
lemak. 1
c. Subkutis
Terdiri dari jaringan lemak yang mampu mempertahankan suhu tubuh,
dan merupakan cadangan energi juga menyediakan bantalan yang
meredm trauma melalui permukaan kulit. 1
1.2 Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat langsung
atau peratara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi luka
bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan
gejala, tergantung luas, dalam, dan lokasi lukanya. 2
1.3 Penyebab Luka Bakar
Etiologi dari luka bakar adalah antara lain sbagai berikut : 2
a. Luka bakar thermal
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek
panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera
terbakar, kontak dan kobaran api).
b. Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan
inside tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering
memasukkan benda konduktif kedalam colokan listrik dan digigit atau
menghisap kabel listrik yang tersambung.
5
↓
Anemia. 3
Infeksi invasif
↓
Tanda: keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng
yang mula-mula sehat menjadi nekrotik
↓
Akibatnya yang tadinya luka bakar derajat 2 bisa menjadi derajat 3
↓
7
↓
Jika berlanjut, timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung. 6
b. Rules of Nine
Metode yang baik dan cepat untuk mengestimasi luas luka bakar dari
menengah ke besar pada dewasa. Tubuh dibagi menjadi beberapa area
bernilai 9%. Kurang akurat pada anak-anak. 2
Tatalaksana
Komplikasi
1. Gastrointestinal : Kecelakaan kebakaran dari agen korosif yang
digunakan di rumah umumnya terjadi pada anak-anak 1/3 pasien
dengan luka bakar intra-oral / mengenai daerah mulut terbukti
memiliki hubungan dengan cedera esofagus. Diagnosis definitif
dengan evaluasi endoskopi. Foto x-ray dada dan abdomen; CT
scan dada/abdomen dapat menunjukkan kerusakan extra-lumen.
Eksplorasi bedah dan pembersihan jaringan nekrosis diperlukan.
Steroid tidak terbukti memberikan keuntungan. Seringkali
terbentuk striktur esofagus. 2
2. Mata : Luka bakar kimia yang mengenai mata berkaitan dengan
tinginya insidensi gangguan mata residual. Tanda fisik termasuk
blefarospasme, mata berair, konjungtivitis, dan dorongan untuk
menggaruk mata yang tidak terkontrol. Pembengkakan cepat
epitel kornea irigasi dengan air. Antibiotik topikal mencegah
infeksi sekunder. Komplikasi yang dapat terjadi ulkus kornea dan
perforasi, glaukoma sekunder, symblepharon. 2
1.9 Tatalaksana Luka Bakar
2) Debridemen
a) Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan
memisahkan diri secara spontan dari jaringan di bawahnya.
b) Debridemen mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan
forcep untuki memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
c) Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh
tebal kulit atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara
bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel. 6
3) Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin
terjadi : 6
a) Autograft : dari kulit penderita sendiri.
23
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar adalah kerusakan kulit atau jaringan tubuh lainnya yang
disebabkan oleh panas atau sesuatu yang berhubungan dengan radiasi, radioaktif,
listrik, gesekan ataupun kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan data yang
dikumpulkan dari Unit Luka Bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
pada tahun 2012-2013, penyebab paling banyak yang mendasari terjadinya luka
bakar pada dewasa adalah luka bakar karena api (53,1%). Kemudian disusul oleh
terkena siraman air panas (19,1%), sengatan listrik (14%), kontak dengan benda
panas (5%) dan karena terkena zat kimia (3%). Pada anak-anak, penyebab utama
terjadinya luka bakar adalah karena siraman air panas (52%), diikuti dengan
karena api (26%), kontak dengan benda panas (15%), sengatan listrik (6%) dan zat
kimia (1%).
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi, Kusmarinah, Wresti. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fkui. 2015.
2. Wardhana, Dr, Spbp-re (K). Panduan Praktis Manajemen Awal Luka.
Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation. 2014
3. Greenberg. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan Jilid 2. Erlangga: 2015.
4. The Education Committee Of Australia And New Zealand Burn Association
Ltd. Emergency Management Of Severe Burns 17th Edition. 2013.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/555/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar.
6. De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC; 2012.