Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

LATAR BELAKANG

Luka bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan
juga salah satu krisis kesehatan utama bagi masyarakat secara global dimana
berdampak kepada gangguan permanen pada penampilan dan fungsi diikuti
oleh ketergantungan pasien, kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian akan
masa depan. Menurut WHO, Sekitar 90 persen luka bakar terjadi pada sosial
ekonomi rendah di negara-negara berpenghasilan menengah kebawah,
daerah yang umumnya tidak memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk
mengurangi insiden luka bakar.2
Data yang diperoleh dari WHO menyebutkan bahwa wanita di wilayah
Asia Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi, 27% dari angka
keseluruhan secara global meninggal dunia dan hampir 70% diantaranya adalah
wanita. Data Nasional mengenai Angka mortalitas atau data kejadian luka bakar
di seluruh Indonesia masih belum ada. Umumnya pusat luka bakar di level RSUP
atau RSUD yang ada bedah plastik mempunyai data pasien yang dirawat di unit
luka bakar RSUP / RSUD tersebut.2
RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari studi Epidemiologi di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011-2012 data pasien yang dirawat selama
periode dua tahun adalah 303 pasien. Perbandingan antara pria dan
wanita adalah 2,26: 1 dan usia rata-rata adalah 25,7 tahun (15-54 tahun). Sebagian
besar pasien dengan luka bakar berat 20-50% adalah 45, 87%. Ratarata pasien
dirawat adalah 13,72 hari dengan angka kematian sebanyak 34%
pada tahun 2012 dan sebanyak 33% pada tahun 2011.2
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Kulit

Gambar 1 Anatomi Kulit.1


a. Epidermis
 Stratum Korneum
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak
berinti serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang
paling permukaan merupakan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang
selalu terkelupas. 1
 Stratum Lucidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel
sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi
jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu
3

pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut
stratum lusidum. 1
 Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan
inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau
gabungan keratin dengan hialin. 1
 Stratum Spinosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai
0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan . sel-selnya disebut spinosum karena
jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai tanduk (spina).
Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar.
Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan
pangkal telapak kaki. 1
 Stratum Basal
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang
tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada
dermis di bawahnya. 1
b. Dermis
Dermis juga memberi ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan
imunologik, dan ekskresi. Ada beberapa elemen yang ada di dermis, yaitu
struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan selular yang
terdiri dari endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut, dan
saraf. 1
 Pars Papilar
Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang
memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung
badan akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah
epidermis serat-serat kolagen tersusun rapat. 1
4

 Pars Retikular
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan
sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler.
Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di
antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta
folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada tempat-tempat
tertentu, seperti folikel rambut, skrotum, preputium, dan puting
payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi
jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah.
Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di
bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak mengandung sel
lemak. 1
c. Subkutis
Terdiri dari jaringan lemak yang mampu mempertahankan suhu tubuh,
dan merupakan cadangan energi juga menyediakan bantalan yang
meredm trauma melalui permukaan kulit. 1
1.2 Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat langsung
atau peratara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi luka
bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan
gejala, tergantung luas, dalam, dan lokasi lukanya. 2
1.3 Penyebab Luka Bakar
Etiologi dari luka bakar adalah antara lain sbagai berikut : 2
a. Luka bakar thermal
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek
panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera
terbakar, kontak dan kobaran api).
b. Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan
inside tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering
memasukkan benda konduktif kedalam colokan listrik dan digigit atau
menghisap kabel listrik yang tersambung.
5

c. Luka bakar kimia


Terjadi dari tite/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu
agen.
d. Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.
1.4 Patomekanisme Luka Bakar
Kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi → Mengakibatkan hilangnya fungsi
kulit sbg barier dan penahan penguapan

Peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler

Terjadi kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial

Menyebabkan edema dan bula (bula mengandung: banyak protein dan
elektrolit)

Menyebabkan berkurangnya cairan intravaskuler

Kalo kulit yang terbakar <20% LPT

Tubuh masih dapat mengkompensasinya

Kalo kulit yang terbakar >20%



Dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala: gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi cepat, tekanan darah menurun, produksi urin berkurang.

Pembuluh kapiler yang terpajang suhu tinggi rusak

Mengalami peningkatan permeabilitas

Sel darah yg ada didalamnya ikut rusak
6


Anemia. 3

Kontaminasi kulit mati



Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

Infeksi mudah terjadi

Biasanya Kokus Gram positif (berasal dari kulit sendiri atau saluran napas)
Pseudomonas aeruginosa

Menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lainnya yang berbahaya

Tanda: pada kasa ada warna kehijauan pada luka bakar.

Kuman juga memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan
eksudasi oleh jaringan granulasi

Membentuk nanah. 3

Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam)



Tanda: eropeng yang mudah lepas + nanah yg banyak

Infeksi invasif

Tanda: keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng
yang mula-mula sehat menjadi nekrotik

Akibatnya yang tadinya luka bakar derajat 2 bisa menjadi derajat 3

7

Menimbulkan vaskulitis dan trombosis. 4

Kalau penderita bisa mengatasi infeksi tsb



Luka bakar tsb dpt sembuh

Meninggalkan jaringan parut

Penyembuhan di awali dari sisa epitel yang masih vital, misalnya kelenjar
sebacea, sel basal, sel kelenjar keringat. 5

Luka bakar derajat 3



Yang dibiarkan sembuh sendiri

Akan mengalami kontraktur

Kalo terjadi di persendian

Fungsi sendi dapat berkurang dan hilang. 6

Luka bakar berat



Menyebabkan stres atau beban faali serta hipoperfusi daerah splangnikus

Menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum

Disebut stress ulcer/ tukak curling

Aliran darah ke lambung berkurang

Sehingga iskemik mukosa
8


Jika berlanjut, timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung. 6

1.5 Kedalaman Luka Bakar

Gambar 2 Kedalaman Luka Bakar. 4

1.6 Klasifikasi Luka Bakar

Tabel 1 Klasifikasi Derajat Kedalaman Luka Bakar berdasarkan EMSB. 4

Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajat luka bakar: 4


a. Luka bakar derajat 1 (superficial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar
(epidermis).Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema),
pembengkakan dan disertai rasa nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai
adanya lepuhan (blister). Kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar
ultra violet (sunburn) termasuk dalam luka bakar derajat 1.
b. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)
9

Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis hingga lapisan kulit di


bawahnya (dermis). Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi:
1) Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial partial thickness burn),
jika luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda
dan gejalanya berupa kemerahan(eritema), tampak ada lepuhan
(blister), yaitu gelembung yang berisi cairan, dan disertai rasa
nyeri.
2) Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn),jika luka
bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.Tanda dan
gejalanya berupa kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan
(blister), tetapi kadang-kadang tidak disertairasa nyeri jika ujung
saraf sudah rusak.
c. Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis,
dermis dan jaringan subkutan).Tanda dan gejalanya berupa luka bakar
yang tampak putih pucat atau justru tampak hangus, dan kadang-
kadang disertai jaringan nekrotik yang keras berwarna hitam, tetapi
tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf sudah rusak. Tidak tampak
ada lepuhan (blister). Pada luka bakar derajat 3, kapiler darah, folikel
rambut dan kelenjar keringat juga sudah rusak. Biasanya luka bakar
derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar yang
sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.
1.7 Penilaian Derajat Luka Bakar
a. Palmar Surface

Gambar 3 Palmar Surface. 2


10

b. Rules of Nine
Metode yang baik dan cepat untuk mengestimasi luas luka bakar dari
menengah ke besar pada dewasa. Tubuh dibagi menjadi beberapa area
bernilai 9%. Kurang akurat pada anak-anak. 2

Gambar 4 Rules of Nine. 2


c. The Lund and Browder Chart
Metoda yang baik dan akurat untuk mengestimasi luas luka bakar dari
menengah ke besar pada dewasa dan anak-anak. 3
11

Gambar 4 Lund and Browder Chart. 3

Menurut American Burn Association, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi 3


berdasarkan berat ringannya: 2
a. Luka Bakar Berat (Major Burn)
• Derajat II-III > 20% pada pasien < 10 tahun atau > 50 tahun
• Derajat II-III > 25% pada kelompok usia lain
• Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
• Terdapat cedera inhalasi, luka bakar listrik tegangan tinggi
• Disertai trauma lain
• Pasien dengan risiko tinggi
b. Luka Bakar Sedang (Moderate burn)
• Luka Bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
<10%
• Luka Bakar dengan luas 10-20% pada usia < 10 tahun dan > 40 tahun,
dengan derajat III < 10%
• Luka bakar derajat III < 10% pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, perineum.
c. Luka Bakar Ringan
• Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa
• Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut
• Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia, tidak mengenai muka,
tangan, dan perineum.
12

Gambar 4 Luka Bakar. 2


1.8 Macam-Macam Luka Bakar
a. Trauma Inhalasi
 Klasifikasi
Trauma inhalasi dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan area yang
terkena trauma inhalasi yaitu: 5
1. Trauma inhalasi diatas laring (obstruksi)
Trauma inhalasi pada area ini biasanya disebabkan oleh inhalasi
gas panas, yang biasanya disebabkan karena riwayat trauma luka
bakar pada ruangan tertutup atau terjebak didalam kebakaran.
Luka bakar dengan trauma inhalasi biasanya menyebabkan
peningkatan mediator inflamasi sehingga terjadi edema jaringan
yang berujung obsrtuksi dan hilangnya fungsi protektif dari
mukosa. Obstruksi saluran napas biasanya terbentuk karena
13

jaringan mengalami edema dalam waktu 12 hingga 36 jam setelah


trauma. 5
2. Trauma inhalasi dibawah laring (kerusakan paru)
Trauma inhalasi dibawah laring sering disebabkan oleh
inhalasi dari produk-produk pembakaran. Api dapat
menyebabkan proses oksidasi dan reduksi senyawa yang
mengandung karbon, sulfur, fosfor dan nitrogen. Hasil
senyawa kimia dari proses tersebut termasuk karbon
monoksida dan dioksida, sianida, ester, ammoniak,
hydrogen klorida, hydrogen bromide, dan aldehid dan
oksidasi dari sulfur, fosfor dan nitrogen. Jika senyawasenyawa ini
mengalami kontak dengan mukosa pernapasan dan parenkim
paru, produksi mediator inflamasi dan oksigen reaktif akan
terjadi. Hal ini menyebabkan edema dan luluhnya mukosa
trakeabronkial. Saluran pernapasan bawah juga dapat bereaksi
dengan senyawa tersebut yang menyebabkan terjadinya
obstruksi pernapasan distal. Parenkim paru juga
mengalami kerusakan disebabkan rusaknya membran
alveolar kapiler, bertumpuknya eksudat inflamasi dan hilangnya
surfaktan di parenkim. 5
3. Intoksikasi sistemik (hipoksia sel)
Karbon monoksida dan sianida adalah dua penyebab tersering
intoksikasi sistemik pada luka bakar dengan trauma inhalasi.
Karbon monoksida (CO) adalah hasil oksidasi inkomplit dari
karbon. CO adalah gas yang tidak memiliki warna dan tidak
memiliki bau yang dapat berdifusi dengan cepat ke peredaran
darah. Afinitas pengikatan CO dengan hemoglobin (Hb) 240 kali
lebih besar dibandingkan oksigen yang menghasilkan
karboksihemoglobin (COHb). Hal ini menyebabkan kapasitas
darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang yang berujung
menjadi hipoksia jaringan. Selain pengikatan dengan Hb, CO juga
memiliki afinitas pengikat yang tinggi terhadap senyawa yang
14

mengandung haem- terutama system intraseluler sitokrom. Hal ini


dapat menyebabkan fungsi abnormal dari sel sehingga terjadi
ensefalopati. Sedangkan intoksikasi sianida biasanya disebabkan
oleh hasil pembakaran dari plastic atau lem yang biasanya
digunakan pada mebel. Jika sianida terhisap oleh paru,
sianida dengan cepat mengikat system sitokrom yang
menghambat metabolism anaerob. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran, neurotoksisitas dan kejang. 5
 Pemeriksaan Fisik
Tersangka trauma inhalasi membutuhkan intubasi segera
akibat edema jalan napas yang progresif. Kegagalan dalam
mendiagnosis trauma inhalasi dapat berakibat obstruksi jalan
nafas. Konsekuensi klinis dapat berupa edema saluran napas
atas, bronkospasme, oklusi saluran napas, hilangnya klirens
silier, peningkatan ruang rugi, pirau intrapulmoner,
menurunnya komplians dinding dada, trakeobronkitis, dan
pneumonia. Tanda dan gejala trauma inhalasi dapat berubah
dan bertambah buruk seiring berjalannya waktu, sehingga
evaluasi klinis harus dilakukan sesering mungkin.
Adanya riwayat trauma pada ruangan tertutup (misal, di dalam
rumah, kendaraan) dan trauma luka bakar yang berhubungan
dengan ledakan akibat bensin atau gas. 5

Tabel 2 Pemeriksaan fisik trauma inhalasi. 4


15

 Tatalaksana

Gambar 3 Algoritma Tatalaksana Trauma Inhalasi. 2


b. Luka Bakar Listrik
1. Etiologi
Luka bakar listrik dibagi menjadi 3 berdasarkan penyebabnya, yaitu: 4
 Voltase rendah
 Voltase tinggi
 Tersambar petir
a. Tersambar langsung dan samping
 Arus listrik masuk: Kepala, mulut, telinga, mata
 Mencapai bumi melalui: leher, tubuh, kaki
 Arus listrik mengalir: jantung, otak, pusat pernapasan.
 Menyebabkan: henti jantung, henti napas. 4
b. Tersambar kontak
 Korban tersambar petir saat bersandar di pohon yang
tersambar petir.
16

 Aliran listrik masuk masuk pada tempat kontak yang akan


menentukan gambaran klinis. 4
c. Tersambar langkah
 Korban melangkah, berdiri, jongkok, dekat dengan tanah
yang tersambar petir dengan jarak < 30 m
 Arus listrik masuk: kaki yang terdekat dengan tempat
petir ditanah dan keluar tubuh lagi melalui kaki yang lain.

Tabel 3 Kedalaman kerusakan jaringan


2. Tatalaksana. 2
17

Gambar 5 Algoritma Tatalaksana Luka Listrik. 2


18

Gambar 6 Trauma Luka Bakar. 2


d. Luka Bakar Kimia
 Klasifikasi

Tabel 3 Macam Luka Bakar yang disebabkan trauma bahan kimia. 2


19

 Komplikasi
1. Gastrointestinal : Kecelakaan kebakaran dari agen korosif yang
digunakan di rumah umumnya terjadi pada anak-anak 1/3 pasien
dengan luka bakar intra-oral / mengenai daerah mulut terbukti
memiliki hubungan dengan cedera esofagus. Diagnosis definitif
dengan evaluasi endoskopi. Foto x-ray dada dan abdomen; CT
scan dada/abdomen dapat menunjukkan kerusakan extra-lumen.
Eksplorasi bedah dan pembersihan jaringan nekrosis diperlukan.
Steroid tidak terbukti memberikan keuntungan. Seringkali
terbentuk striktur esofagus. 2
2. Mata : Luka bakar kimia yang mengenai mata berkaitan dengan
tinginya insidensi gangguan mata residual. Tanda fisik termasuk
blefarospasme, mata berair, konjungtivitis, dan dorongan untuk
menggaruk mata yang tidak terkontrol. Pembengkakan cepat
epitel kornea irigasi dengan air. Antibiotik topikal mencegah
infeksi sekunder. Komplikasi yang dapat terjadi ulkus kornea dan
perforasi, glaukoma sekunder, symblepharon. 2
1.9 Tatalaksana Luka Bakar

Gambar 7 Tatalaksana Luka Bakar menurut EMSB. 2


20

Penatalaksaan luka bakar daat dibagi menjadi dua antara lain : 2


a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi Cairan
Pasien dewasa yang memerlukan resusitasi yaitu menderita
luas luka bakar > 20% dan anak-anak luas luka bakar > 10%
menggunakan formula resusitasi dengan berdasarkan Berat Badan
(Kg) dan persen luas permukaan terbakar (% TBSA).
Rekomendasi cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan
solusi kristaloid. formula yang umum dipakai dalam memulai
resusitasi cairan kristaloid (Parkland/Baxter Formula) yaitu 3-4
ml/kgBB/%TBSA dalam 24 jam pertama. 2
Resusitasi cairan, tanpa memperhatikan jenis cairan yang
dipakai dan banyaknya estimasi cairan yang diperlukan, harus
mencapai target Urine Output (UO) sebanyak 0.5-1.0
ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1.0-1.5 ml/kgBB/jam
pada anak. 2
21

Formula 4ml/KgBB/%TBSA diberikan pada pasien


dengan trauma inhalasi, full thickness injury, trauma
multipel, trauma listrik, dan pasien yang terlambat di
resusitasi (delayed resuscitation). akses dan rute untuk
resusitasi: 2
Rute oral, dengan solusi-garam-seimbang dapat diberikan jika
peralatan untuk resusitasi formal (intra vena) terbatas, tidak lupa
untuk memperhatikan kondisi saluran cerna pasien. Resusitasi
dengan rute oral dapat dilakukan juga pada
TBSA < 20%. Cairan rumatan harus diberikan ke pasien anak
sebagai tambahan, diluar dari perhitungan cairan awal yang
berdasarkan KgBB dan % TBSA. 2
Resusitasi Cairan Kristaloid: 2
Penggunaan yang cukup popular dan direkomendasikan yaitu
solusi Ringer Lactate (RL) yang mengandung 130 meq/L sodium.
Pergunakan jumlah cairan seminimal mungkin, tetapi sekiranya
adekuat untuk mencapai perfusi optimal. Volume cairan yang
masuk hendaknya dititrasi secara kontinu, untuk mengihndari
kelebihan dan kekurangan-resusitasi. Titrasi dipertahankan untuk
mencapai perfusi renal dengan target Urine Output (UO)
sebanyak 0.5-1.0 ml/ kgBB/jam pada dewasa dan 1.0-1.5
ml/kgBB/jam pada anak. Beberapa formula resusitasi cairan yang
biasa digunakan dalam 24 jam pertama seperti: 2
Parkland Formula
3 - 4ml x kgBB x %TBSA
Menggunakan cairan RL, 50% total perhitungan cairan dibagi
menjadi 2 tahap dalam waktu 24jam pertama. tahap I diberikan 8
jam dan tahap 2 16 jam setelahnya. Untuk pasien anak dengan
prinsip yang sama menggunakan Formula Parkland + Cairan
Rumatan : 3-4 ml x kgBB x %TBSA dan ditambah rumus
maintenance dengan 5% dextrose (glukosa) dalam 0.45% (1/2
normal) saline. 2
22

 Rumus maintenance anak ( Post resusitasi fase akut 24


jam pertama): 100ml/kg pada 10 kg pertama berat badan +
50ml/kg untuk setiap kenaikan kg diatas 10 kg & kurang dari
20 kg berat badan + 20ml/kg untuk kenaikan setiap 20 kg
berat badan. 2
 Rumus maintenance dewasa (Post resusitasi fase akut 24
jam pertama) : (1500xTBSA) + ((25+%LB)xTBSA)). 2

2) Debridemen
a) Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan
memisahkan diri secara spontan dari jaringan di bawahnya.
b) Debridemen mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan
forcep untuki memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
c) Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh
tebal kulit atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara
bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel. 6
3) Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin
terjadi : 6
a) Autograft : dari kulit penderita sendiri.
23

b) Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup/ atau baru


saja meninggal (balutan biologis).
c) Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan
biologis).
b. Penatalaksaan khusus
Penatalaksaan khusus luka bakar dibagi menjadi sebagai berikut : 6
a) Perawatan luka umum
1) Pembersihan luka
2) Terapi antibiotik lokal
3) Ganti balutan
4) Perawatan luka tertutup/tidak tertutup
Dibawah ini adalah panduan dalam memilih produk balutan
yang tepat untuk perawatan luka bakar yang diterapkan oleh
Australian & New Zealand Burn Association: 2
24

Merujuk ke Center Luka Bakar


American Burn Association membuat kriteria dalam merujuk pasien
luka bakar ke center luka bakar untuk penanganan khusus, yaitu: 5
1. Luka bakar sebagian, dengan melibatkan lebih dari 10% dari TBA
2. Luka bakar yang mengenai wajah, tangan, kaki, genitalia,
perineum, dan sendi besar
3. Luka bakar derajat tiga tanpa memperhatikan umur
4. Luka bakar listrik, termasuk luka bakar karena tersambar petir
5. Luka bakar karena bahan kimia
6. Luka bakar dengan cedera inhalasi
7. Luka bakar pada pasein dengan riwayat memiliki penyakit yang
dapat menyebabkan perawatan lama, komplikasi dan dapat
menyebabkan mortalitas.
8. Semua pasien luka bakar yang diiringi dengan trauma (seperti
fraktur) yang meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas.
9. Luka bakar pada anak yang dirawat di rumah sakit tanpa staf yang
terlatih atau tanpa peralatan yang memadai
10. Pasien dengan luka bakar yang memerlukan intervensi sosial,
emosional dan rehabilitatif jangka panjang
25

BAB III

KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan kulit atau jaringan tubuh lainnya yang
disebabkan oleh panas atau sesuatu yang berhubungan dengan radiasi, radioaktif,
listrik, gesekan ataupun kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan data yang
dikumpulkan dari Unit Luka Bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
pada tahun 2012-2013, penyebab paling banyak yang mendasari terjadinya luka
bakar pada dewasa adalah luka bakar karena api (53,1%). Kemudian disusul oleh
terkena siraman air panas (19,1%), sengatan listrik (14%), kontak dengan benda
panas (5%) dan karena terkena zat kimia (3%). Pada anak-anak, penyebab utama
terjadinya luka bakar adalah karena siraman air panas (52%), diikuti dengan
karena api (26%), kontak dengan benda panas (15%), sengatan listrik (6%) dan zat
kimia (1%).
26

DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi, Kusmarinah, Wresti. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fkui. 2015.
2. Wardhana, Dr, Spbp-re (K). Panduan Praktis Manajemen Awal Luka.
Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation. 2014
3. Greenberg. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan Jilid 2. Erlangga: 2015.
4. The Education Committee Of Australia And New Zealand Burn Association
Ltd. Emergency Management Of Severe Burns 17th Edition. 2013.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/555/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar.
6. De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC; 2012.

Anda mungkin juga menyukai