Oleh :
Nama : Kriswanto Ciko
NIM : 2018.C.10a.0941
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Kriswanto Ciko
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Tingkat : III A
Judul :Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. Adengan Diagnosamedis Ablasio
Retina Sistem Pengideraan.
Pembimbing
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi Pembimbing Akademik
Sarjana Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.A DenganDiagnosa Ablasio Retinadi ruang Sistem Pengideraan RSUD”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Nersselaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Nersselaku coordinator Praktik Pra Klinik 2
Program Studi Sarjana Keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Penyebab utama terjadi nya ablasio retina yang sering terjadi di dunia yaitu
myopia.Dilaporkan bahwa insiden myopia dari tahun ke tahun terus meningkat
dan perkembangan myopia secara progresif dan dapat mengakibatkan komplikasi
berupa ablasio retina, katarak, perdarahan vitreous, perdarahan koroid dan
strabismus serta dapat mengakibatkan kebutaan. (Khurana, 2016)
Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk
penglihatan.Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun
sering kali kurang diperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata
tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan. (Danny, 2013)
Ablasio retina adalah suatu robekan yang dapat terjadi secara spontan akibat
adanya robekan idiopatik di retina perifer, tetapi dapat pula timbul didahului
tindakan intra okuler seperti katarak, filtering surgery, penyuntikan intravitreal
dan vitrektomi. (Simanjuntak, 2015)
World Health Organization (WHO) telah menetapkan myopia sebagai salah
satu prioritas utama untuk mengendalikan dan mencegah kebutaan di dunia dan
mencegah terjadi nya ablasio retina pada lansia di seluruh dunia tahun 2020 dan
diperkirakan prevalensi ablasio retina adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi.
Ablasio retina terjadi 5 per 100.000 orang pertahun di Amerika Serikat dan terjadi
kira-kira 5-16 per 1.000 kasus yang disebabkan oleh operasi katarak dan semua ini
terdiri dari sekitar 30-40% dari semua ablasio retina yang dilaporkan. (Pandya,
2015)
Prevalensi kelainan retina di dunia adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi.
Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi meningkat pada
beberapa keadaan seperti miopi tinggi, afaksia/pseudofakia dan trauma. Pada
penderita ablasio retina ditemukan adanya myopia sebesar 55%, lattice
degenerasi 20-30% trauma 10-20% dan afaksia/pseuddofakia 30-40%. Traumatik
ablasio retina lebih sering terjadi pada orang muda dan ablasio retina akibat
1
2
yopia yang tinggi biasa terjadi pada usia 25-45 tahun dan laki-laki memiliki resiko
mengalami ablasio retina lebih besar dari perempuan. (Anma, 2014)
Berdasarkan data dari RISKESDAS tahun 2015 prevalensi kebutaan
nasional sebesar 0,4%, jauh lebih kecil dibandingkan prevalensi kebutaan tahun
2007 (0,9%). Prevalensi kebutaan penduduk tertinggi ditemukan di Gorontalo
(1,1%) diikiuti Nusa Tenggara Timur (1,0%), Sulawesi selatan, dan Bangka
Belitung (masing-masing 0,8%). Prevalensi kebutaan terendah ditemukan di
Papua dan Kalimantan (0,1%) diikuti Nusa tenggara Barat dan DI Yogyakarta
(masing-masing 0,2%)
Penting bagi kita untuk menjaga mata karena pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2010), adalah hasil dari tahu yang dapat diketahui setelah orang
melakukan proses penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga dan sangat erat hubungannya dengan pendidikan baik secara formal
maupun informal,pengetahuan kesehatan yang baik dapat meningkatkan perilaku
sehat seseorang.Pengetahuan tentang bagaimana menjaga kesehatan mata sangat
penting dimiliki masyarakat karena salah satu faktor yang dapat menularkan
penyakit mata seperti konjungtivitis adalah pengetahuan seseorang. Jika seseorang
memiliki pengetahuan yang baik dan benar artinya ia memiliki dasar untuk
berperilaku secara benar pula karena pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi
prilaku seseorang.
Berdasarkan pada kenyataan dan masalah yang ada di atas, maka penulis
tertarik untuk mengetahui dan membahas penyakit ablasio retina sistem
pengindraan.
4
5
1.2.1.1 Bola Mata Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm.
Bola mata dibagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam
sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu :
1. Sklera adalah merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan
bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
Bagian terdepan skelera disebut disebut kornea yang bersifat transparan
yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan
kornea lebih besar disbanding sclera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan sclera dan uvea
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator terdiri atas jaringan ikat jarang
yang tersusun dalam bentuk yang dapat berkonsentrasi yang disebut
sebagai sel mioepitel. Sel ini dirangsang oleh system saraf simpatetik
yang mengakibatkan sel berkontraksi yang akan melebarkan pupil
sehingga lebih banyak cahaya masuk. Otot dilatators pupil bekerja
berlawanan dengan otot konstriktor yang mengecilkan pupil dan
mengakibatkan cahaya kurang masuk kedalam mata. Sedang sfingter iris
dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di
badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan skelera. 3. Retina yang terletak paling
dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan
lapis membaran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
ransangan pada saat optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang
potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dai
koroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di dalam
bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel papil saraf optik,
6
makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca
disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi
retina. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuator
nya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai
peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat
difokuskan di daerah makula lutea.
2.1.1.2 Fundus Okuli
Menurut IIyas (2011) Secara klinis, makula dapat didefinisikan sebagai
daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal atau xantofil.
Definisi alternatif secara histologis adalah bagian retina yang lapisan ganglionnya
mempunyai lebih dari satu lapis sel. Di tengah makula sekitar 3,5 mm disebelah
lateral diskus optikus, terdapat fovea yang secara klinis merupakan suatu
cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop.
Fovea merupakan zona avaskuler di retina.Secara histologis, fovea ditandai
dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan-lapisan parenkim
karena akson-akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan
penggeseran secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan
dalam retina.Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, disini
fotoreseptornya adalah kerucut, dan bagian retina yang paling tipis.
Substrat metabolisme dan oksigen dikirim ke retina dicapai melalui 2
sistem vaskuler terpisah, yaitu : sistem retina dan koroid. Metabolisme retina
secara menyeluruh tergantung pada sirkulasi koroid.Pembuluh darah retina dan
koroid semuanya berasal dari arteri oftalmik yang merupakan cabang dari arteri
karotis interna.
Sirkulasi retina adalah sebuah sistem end-arteri tanpa anostomose. Arteri
sentralis retina keluar pada optic disk yang dibagi menjadi dua cabang besar.
Arteri ini berbelok dan terbagi menjadi arteriole di sepanjang sisi luar optic
disk.Arteriol ini terdiri dari cabang yang banyak pada retina perifer.Sistem vena
ditemukan banyak kesamaan dengan susunan arteriol. Vena retina sentralis
meninggalkan mata melalui nervus optikus yang mengalirkan darah vena ke
sistem kavernosus.Retina menerima darah dari dua sumber : khoriokapilaris yang
berada tepat di luar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina,
7
termasuk lapisan fleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoresptor, dan lapisan
epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari sentralis retina, yang mendarahi 2/3
sebelah dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah
terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami
ablasi.Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang,
yang membentuk sawar darah-retina.Lapisan endotel pembuluh koroid dapat
ditembus.Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen
retina.
2.1.1.3 Lapisan Retina
Menurut Martini (2011). Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya,
adalah sebagai berikut :
a. Membran limitans interna,merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca
b. Lapisan serat saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah
saraf optik. Di dalamlapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
c. Lapisan sel ganglion, merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua
d. Lapisan pleksiformis dalam, merupakan lapisan aseluler tempat sinaps
sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion
e. Lapisan inti dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel
Muller. Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
f. Lapisan pleksiformis luar, merupakan lapisan aseluler dan tempat sinaps
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
g. Lapisan inti luar, merupakan susunan lapis inti sel batang dan sel kerucut
Membran limitans eksternal, merupakan membran ilusi.Lapisan sel
kerucut dan sel batang (fotoreseptor), merupakan lapisan terluar retina,
terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel
kerucut.Epitelium pigmen retina merupakan lapisan kubik tunggal dari
sel epithelial. Retina menerima darah dari dua sumber yaitu korikapilaria
yang berada tepat diluar membrane Brunch‟s yang memperdarahi
sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiform luar dan lapisan inti
luar, fotoreseptor dan lapisan pigmen retina serta cabang-cabang dari
8
2.1.3 Etiologi
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma,
akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong
retina (rhematogen) atau tejadi penimbunan eksekudat dibawah retina sehinggan
retina terangkat (non rhematogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca
(traksi).Penimbunan eksekudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis,
koroditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum.Jaringan parut pada
badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatife, trauma, infeksi atau pasca bedah.
(John, 2015)
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Rhegmatogenous Retina Detachment (RRD): Diawali dengan adanya
robekan (break) pada retina yang menyebabkan masuknya cairan yang
berasal dari vitreus yang mencair (liquefaction) di antara lapisan sensoris
retina & RPE. (Budiono, 2013)
2.1.4.2 Non Rhegmatogenous Retinal Detachment
1. Traction Retinal Detachment: terlepasnya lapisan sensoris dari RPE
akibat dari tarikan oleh membran vitreoretina. Membran tersebut
terbentuk pada kasuskasus: Proliliverative Diabetic Retinopathy;
Retinopathy of Prematurity; Sickle Cell Retinopathy & penetrating
posterior segment trauma.
2. Exudative Retinal Detachment: masuknya cairan yang berasal dari
choriocapillary ke rongga subretina dengan cara menembus/melewati
lapisan RPE yang rusak. Pada umumnya terjadi pada kasus-kasus :
severe hypertension; choloridal tumor; neovaskulerisasi subretina;
retinoblastoma dan lainlain. (Budiono, 2013)
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Budiono (2013) Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan
retina menyebabkan keduanya bisa terlepas satu terhadap yang lain, sehingga
cairan bisa terkumpul diantaranya.Cairan tersebut biasanya berasal dari bagian
badan kaca yang cair yang dengan bebas melewati lubang di retina menuju
kedalam rongga yang terbentuk karena terlepasnya epitel pigmen dari retina
tersebut. Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat
10
dan refraksi lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi
retina untuk melekat dengan lapisan dibawahnya.Kelemahan yang biasanya tidak
terdiagnosis letaknya dipinggir bawah retina. Kadang-kadang ditempat yang sama
terdapat kista retina kecil. Jika pinggiran retina terlepas dari perlekatannya maka
akan terbentuk suatu lubang seperti yang disebutkan diatas. Pada ablasio retina,
bagian luar retina yang sebelumnya mendapat nutrisi yang baik dari koroid.
Akibatnya akan terjadi degenerasi dan atropi sel reseptor retina. Pada saat
degenerasi retina terjadi kompenasasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan
sel ke daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen
di depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel kerucut dan sel
batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan
bermigrasi ke dalam cairan sub retina dank e dalam sel reseptor kerucut dan
batang.
Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke
dalam cairan sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan
koroid. Apabila terjadi degenerasi sel reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke
dalam jaringan yang lebih dalam, yang kemudian jaringan ini diganti dengan
jaringan glia.
11
PATHWAY
TRAUMA
Non trauma :
Retinopati Robekan Pada Retina
Massa di koloid
Toxomigravidarum
Cairan masuk ke
belakang mendorong
retina
Retina terangkat
(Non Retmatogen)
Resiko Cidera
1. Kaji lapang pandang klien pada mata yang sakit dan sehat setiap hari
2. Instruksikan klien untuk melakukan tirah baring total dengan posisi
khusus sesuai penyakit
3. Terangkan pada klien untuk meminimalkan pergerakan, menghindari
pergerakan tiba-tiba serta melindungi mata dari cedera (terbentur benda)
4. Anjurkan klien untuk segera melaporkan pada petugas bila terjadi
gangguan lapang pandang yang meluas dengan tiba-tiba
C. Ansietas yang b.d kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Kriteria hasil:
a. Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang
b. Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi
Intervensi:
1. Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pascaoperasi, manfaat operasi, dan
sikap yang harus dilakukan klien selama masa operasi
2. Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan. Berikan waktu untuk
mengekspresikan perasaan. Informasikan bahwa pebaikan penglihatan
tidak terjadi secara langsung, tetapi bertahap sesuai penurunan bengkak
pada mata dan perbaikan kornea. Perbaikan penglihatan memerlukan
waktu enam bulan atau lebih.
D. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, berdarahan,
kehilangan vitreus, pelepasan buckling, kegagalan pelekatan retina.
Kriteria hasil:
a. Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera
b. Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera
Intervensi:
1. Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktivitas dan pembalutan
mata.
2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan anjurkan untuk
membatasi pergerakan mendadak/tiba-tiba serta menggerakan kepala
berlebih.
3. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan
cedera.
17
Anma, A. M., dkk. (2014). Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Kejadian Rabun
Jauh di Poli Mata RSUD Kota Baubau.Makassar. Jurnal Vol. 1. ISSN:2356-
1092
Ilyas, S. (2010). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI. 76-78.
Notoatmodjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
Ramadhan, Muhammad. (2011). Hubungan Antara Lamanya Aktivitas
Melihat Dekat dan Miopia Pada Mahasiswa Tingkat IV FK UPN “Veteran”
Jakarta.Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.
Budiono, S., dkk.(2013). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga
University Press.
Ilyas, S. (2015). Ilmu Penyakit Mata (5th ed.). Jakarta: Badan Penerbit FKUI, p.
5- 11.
World Health Organization (WHO). 2012. Vision 2020 The Right To Sight.
Geneva: World Health Organization.
Ablasio Retina Regmatogen pada penderita Myopia di Pusat Mata Nasional
Rumah Sakit Mata Cicendo jurnal Periode Oktober 2015 - Maret
2016https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/84f6645c36fb6
d4ce9fff8facf994dd3.pdf
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Indentitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Kristen Protrstan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1 perikanan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Hiu putih VII
TGL MRS : 28september 2020
18
19
IGD dilakukan tindakan pemasangan infus NaCL, infus di pasang di lengan kiri
15 tpm serta pasien di temani keluarga dan dilakukan pemeriksaan tindakan tanda-
tanda vital.Lalu dari IGD menyarankan untuk rawat inap dan dipindahkan ke
ruang rawat inap untuk penanganan lebih lanjut.
Keterangan :
Laki-laki Pasien
Hubungan
Meninggal
klien tampak merah. Alat bantu penglihatan kacamata pada klien tidak adanya
nyeri pada mata bagian kanan. Telinga / Pendengaran Pendengaran klien normal
dan tidak ada masalah lain.Hidung / PenciumanBentuk hidung klien teraba
simetris, dan tidak ada keluhan lain.
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori
3.1.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid teraba, dan mobilitas leher bebas.
3.1.13 Sistem Reproduksi
Baigian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge,
srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada kelainan lainnya.
3.1.14 Pola Fungsi Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Menurut Tn.A kesehatan sangat penting, karena dengan sehat ia dapat
beraktivitas seperti biasanya dan Tn.A juga mengatakan bahwa saat ini ia
belum begitu mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
2) Nutrisida Metabolism
Tinggi badan klien 160 cm, BB sekarang 41 Kg, dan BB sebelum sakit 41
Kg, IMT= (16,01 menunjukkan kategori kurus kerena
normal IMT 18-25) , tidak ada kesukaran untuk menelan, dan diet biasa.
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3 x sehari 3 x sehari
Porsi 5-6 sendok 5-6 sendok makan
makan
Nafsu makan Normal Normal
Jenis Makanan Nasi,ikan,daging, Nasi. Ikan, daging, sayur
sayur
Jenis Minuman Air mineral Air mineral
Jumlah minuman/cc/24 800 cc 2000 cc
jam
Kebiasaan makan Pagi,siang, Pagi, siang, malam
malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
23
Kriswanto Ciko
26
ANALISA DATA
Ansietas
Do :
- Klien tampak
kebigungan saat
ditanyakan
mengenai
27
penyakit yang di
Deritanya
28
PRIORITAS MASALAH
1) Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan penurunan ketajaman
dan kejelasan penglihatan ditandai dengan, Mata klien merah dan
penurunan lapang pandang. TTV : TD : 130/80S : 37,5°C
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
informasi ditandai dengan klien tampak bingung saat di tanya tentang
penyakitnya.
29
RENCANA KEPERAWATAN
Uraian Tugas
1. Moderator
a. Menyampaikan salam pembuka.
b. Memperkenalkan anggota kelompok.
c. Menyampaikan kontrak waktu.
d. Menyampaikan tujuan dari penyuluhan.
e. Menyampaikan mekanisme penyuluhan.
f. Menggali pengetahuan peserta penyuluhan.
g. Membuka sesi tanya jawab.
h. Mengevaluasi pemahaman peserta dengan bertanya kembali.
i. Memberikan reward pada peserta yang bisa menjawab pertanyaan
penyaji.
j. Menyimpulkan materi penyuluhan.
2. Penyaji
a. Menggali pengetahuan dan pengalaman dari peserta tentang materi
penyuluhan.
b. Menyampaikan materi penyuluhan.
c. Melakukan umpan balik terhadap materi yang telah disampaikan.
3. Fasilitator
a. Mengundang atau mengajak peserta untuk mengikuti penyuluhan.
b. Memotivasi peserta untuk fokus pada penyampaian penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk mengajukan pertanyaan.
d. Membantu penyaji dalam menjawab pertanyaan.
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya penyuluhan.
b. Mengevaluasi tugas dari masing-masing peran.
H. Media
Leaflet (lembar balik)
I. Kegiatan Penyuluhan
No Tahapan waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
(5 menit) dan
3. Kontrak waktu memperhatikan
4. Menjelaskan 3. Menyetujui
tujuan penyuluhan 4. Mendengarkan
5. Menjelaskan topik yang akan dan
diberikan memperhatikan
5. Mendengarkan
dan
memperhatikan
2 Kegiatan Inti 1. Menjelaskan konsep teori 1. Mendengarkan
( 15 menit ) inkontinensia urin dan
2. Menjelaskan cara melakukan memperhatikan
senam kegel 2. Mendengarkan
3. Mempraktikkan senam kegel dan
memperhatikan
3. Mempraktikkan
3 Penutup 1. Mengevaluasi kemampuan 1. Menjawab
peserta tentang senam kegel pertanyaan
5 menit dengan tanya jawab
2. Kesimpulan dari penyuluhan
kesehatan 2. Mendengarkan
3. Salam penutup
3. Mendengarkan dan
menjawab salam
J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP dan materi.
b. Kesiapan media : leaflet
c. Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu.
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang sistem pengindraan
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Suasana penyuluhan tertib.
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
f. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang peserta.
3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep teori ablasio retina
2. Menjelaskan cara mengatasi ablasio retina
3. Menjelaskan cara mencegah ablasio retina
Lampiran
ABLASIO RETINA
A. Definisi
Ablasio retina adalah gangguan mata yang terjadi ketika retina (selaput
bening di belakang mata), terlepas dari bagian belakang mata.Apabila retina
lepas, sel mata dapat menjadi kekurangan oksigen.Terlepasnya retina dari
struktur mata menyebabkan kehilangan penglihatan sebagian atau bahkan bisa
total, bergantung seberapa banyak bagian retina yang lepas (Solomon, 2019).
B. Penyebab Ablasio Retina
Adapunbeberapapenyebabablasio retinaadalah:
Ablasi primer (mata sebelumnya tidak sakit)
1. Degeneratif : dimana proses sklerosis menyebabkan retina menjadi
degeneratif, sehingga menimbulkan robekan. Pada orang tua dengan miopi
tinggi sering timbul degenerasi kistoid yang mudah pecah sehingga
menimbulkan ablasio retina
2. Miopi tinggi
3. Trauma
Ablasi sekunder (ablasi yang ditimbulkan akibat penyakit lain)
1. Tumor koroid atau retina yang tumbuh kedepan, dimana terjadi pelepasan
retina yang disusul dengan timbulnya eksudasi oleh karena rangsangan
cairan dan mengumpul di dalam celah potensial dan menyebabkan ablasio
retina.
2. Transudat pada pasien dengan hipertensi, retinopati refretika pada pasien
diabetes.
3. Eksudat pada koroiditis : transudat dan transudat yang terkumpul dalam
celah potensial sehingga menyebabkan ablasio retina tanpa didahului
robekan.
4. Retraksi pada retinitis akibat perdarahan dibadan kaca yang dapat
menimbulkan robekan
C. Tanda Dan Gejala Ablasio Retina
Tandadangejalaablasio retinaadalah:
1. Pandangan kabur
2. Kehilangan sebagian penglihatan. Pandangan mata tampak buram
seperti tertutup tirai
3. Kilatan cahaya mendadak yang muncul saat melihat ke samping
4. Area gelap pada bidang penglihatan
5. Melihat banyak floaters, yaitu serpihan-serpihan yang tampak seperti
flek hitam atau benang yang mengambang di depan mata
Oleh :
Apa saja penyebabnya :
Kriswanto Ciko
Retina
1) Penderita rabun jauh (miopia)
merupakan bagian mata yang peka 2) Faktor keturunan
Tingkat : III A
terhadap cahaya. Tugas utama dari retina 3) Pukulan yang keras.
adalah mengubah cahaya menjadi sinyal 4) Komplikasi, diabetus melitus
saraf. 5) Pada usia lanjut
Pengobatan penyakit
Yang perlu diperhatikan Pencegahan Ablasio Retina
ablasio retina
Pre operatif :
1) Menciptakan lingkungan yang aman
Pengobatan yang dilakukan untuk
bagi pasien
menyembuhkan ablasio retina adalah dengan : 1) Segera periksa ke dokter mata apabila
2) Membantu pasien dalam melakukan
muncul , kilatan cahaya, atau terdapat
- Pembedahan laser, digunakan untuk aktivitas
perubahan apa pun pada lapang
menutup robekan pada retina yang biasanya 3) Memberikan edukasi kepada pasien
pandang.
ditemukan sebelum terjadi ablasio. tentang kondisi dan prosedur yang harus
2) Rutin memeriksakan mata minimal
dijalani
satu kali setiap tahun. Pemeriksaan
Pos operatif :
harus dilakukan lebih sering jika
1) Memberikan lingkungan yang tenang
menderita diabetes.
bagi pasien
3) Rutin mengontrol kadar gula dan
2) Mengajarkan teknik relaksasi untuk
tekanan darah, agar kondisi pembuluh
mengatasi nyeri
darah retina tetap sehat.
3) Kolaborasi dalam pemberian analgesik
4) Gunakan pelindung mata saat
4) Melakukan perawatan dengan teknik
berolahraga atau saat melakukan
aseptik untuk mencegah infeksi
aktivitas yang berisiko mencederai
- pemberian dingin dengan jarum es yaitu mata.
untuk mencegah penimbunan kembali
cairab dibelakang retina .
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer,S& Bare (2012). Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8. Jakarta : EGC
2. Vaughan, D ( 2010). Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010.
4. Apley, A. G. and Solomon, L. (2019) Apley and Solomon‟s System ofOrthopaedics
and Trauma. tenth Edit. Edited by B. Ashley W, R. Michael,and W. David. New
York: CRC Press. Available at: .
5. Ablasio Retina Regmatogen pada penderita Myopia di Pusat Mata Nasional Rumah
Sakit Mata Cicendo. Jurnal Periode Oktober 2015 - Maret 2016
6. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp. (0536)3327707
LEMBAR KONSUL
Abstract
Introduction
Objective
To report the characteristic and the outcomes of management of rhegmatogen retinal detachment in myopia
patients.
Methods
Retrospective- observational study of 77 myopic patients who had undergone surgery of rhegmatogen retinal
detachment from October 2015 to March 2016. Data were collected from the medical records, history taking,
and by observing the operation .The post operative visual acuity and retinal condition were recorded from day
first until 30 days after surgery.
Results
The mean age of this study was 54,36 years old from total of 77 myopic patients. There were10 patients with
mild myopia (12,99%), 23 patients with moderate myopia (29,87%) and 44 patients with high myopia
(57,14%). Pneumatic retinopexy was done in 9 patients ( 11,69 %), scleral buckled in 20 patients (25,97%) ,
pars plana vitrectomy (PPV) with gas tamponade in 11 patients (14,29%), and PPV with silicone oil tamponade
was done in 37 patients(48,05%). In one month period, redetachment has occurred in 3 patient who had
undergone pneumatic retinopexy (27,27%), 8 patientswho had scleral buckle (40 %) , 5 patients who had PPV
with gas tamponade ( 45,45 %), and 8 patients who had PPV with silicone oil tamponade (21,62%).
Conclusion :
Most emergency cases were done on the same day with pneumatic retinopexy in Cicendo Eye Hospital. High
myopia was the most common cases. The most common procedure which has been done was PPV with silicone
oil tamponade. The last choice management ofredetachment cases is by PPV with silicone oil tamponade..
Keywords : myopia, rhegmatogen retinal detachment, pars plana vitrectomy .
Pendahuluan resiko beberapa jenis gangguan di pusat retina,
dengan kehilangan penglihatan yang signifikan 5 .
Ablasio retina adalah lepasnya lapisan syaraf Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
penglihatan dalam bola mata dari lapisan di mengevaluasi karakteristik pasien myopia dengan
bawahnya atau lapisan retina pigmen epitelium ablasio retina regmatogen yang menjalani operasi ,
(RPE) dengan akumulasinya cairan subretina1.2.3 . karakteristik tindakan operasi dan timbulnya
Pada ablasio retina regmatogen (ARR) dimana redetach beberapa waktu setelah operasi.. Metode
ablasio terjadi akibat adanya robekan pada retina Penelitian ini merupakan retrospektif observasional
sehingga cairan masuk ke belakang antara sel dari pasien myopia yang berkunjung ke Rumah
pigmen epitel dengan retina , dengan akibat retina Sakit Mata Cicendo Bandung yaneg didiagnosa
terangkat dan terlepas dari lapisan pigmen epitel . ablasio retina regmatogen (ARR), yang menjalani
Pada ablasio retina syaraf penglihatan dalam bola operasi pada periode Oktober 2015 sampai Maret
mata lepas dari lapisan dibawahnya dengan akibat 2016 . Data pasien diambil dari rekam medik,
retina tidak dapat mengirimkan rangsangan cahaya kemudian dilakukan wawancara dan dilakukan
ke otak sehingga penglihatan di daerah yang lepas pengamatan pada waktu operasi sampai 30 hari
akan terganggu.2.4. Kejadian ARR yaitu sekitar 1 setelah operasi.Kriteria inklusi penelitian ini adalah
dari 10.000 populasi normal . Kemungkinan ini (1).diagnose mata ARR pada myopia akan
meningkat pada pasien dengan myopia ( 40-50%), dilakukan tindakan operasi baik emergency atau
pasca operasi katarak ( 30-40%) dan trauma okuli berencana yang menjalani operasi di RS Mata
(10- 20%). 4.5 Mengenai kedua mata kira2 10%. Cicendo .(2). pasien myopia dengan ARR dengan
Insiden nya terjadi pada umur 45 sampai 65 tahun ukuran mulai - 1.00 yang didapat dari rekam medik
tetapi bisa terjadi pada umur lebih muda jika terjadi atau anamnesa langsung pada pasien atau
pada penderita myopia yaitu dapat terjadi pada keluarganya dan penderita atau keluarganya
umur 25- 45 tahun.56 Managemen pada ablasio bersedia diwawancara. (3). Pasien tersebut bisa
retina regmatogen dapat berupa laser diikuti mulai pre op, jenis tindakan dan evaluasi
photokoagulasi, pneumatic retinopeksi, scklera post operasi sampai 30 hari. 4. pasien myopia
buckle dan pars plana vitrektomi (PPV) dengan dengan ARR pada saat penelitian menjalani operasi
tamponade gas atau minyak silicon. Myopia atau lanjutan (evakuasi minyak silikon, PPV ulang,
juga disebut penglihatan dekat adalah kelainan membrane peeling atau fluid gas exchange ) dimana
refraksi dimana bayangan jatuh didepan retina mata operasi sebelumnya tidak pada periode penelitian
dan dibagi menjadi tiga yaitu myopia ringan ini. Kriteria eksklusi penelitian yaitu : 1. ukuran
meliputi kekuatan rendah sampai -3,00 dioptri (D), myopia kurang dari - 1.00 atau tidak ditemukan
myopia sedang dengan ukuran -3.00 sampai -6,00, pada rekam medik, 2.usia kurang dari 10 tahun ,
dan myopia tinggi yaitu kekuatan yang lebih besar 3.penderita tidak merasa ada minus/kaca mata
dari -6.00. Miopia tinggi sering memerlukan minus walaupun pada funduskopi ditemukan
perhatian yang lebih serius.7. . Pada pasien dengan gambaran fundus myopia yang nyata .4. pasien
myopia tinggi , yang mencapai sekitar 2 % dari myopia dengan ablasio retina yang disertai
populasi, lebih mungkin untuk menderita penyakit kekeruhan vitreus sehingga pencarian break tidak
mata tertentu seperti glaucoma atau katarak , dan bias.. Pemeriksaan dilakukan funduskopi indirek
lebih khusus yang berhubungan dengan retina yaitu melihat lokasi break. Kemudian dicatat jenis
ablasio retina , degenerasi retina sentral dan lainnya. rencana tindakan .Setelah didiagnosa oleh dokter
Dr. Carlos Mateo mengatakan 40 % dari pasien konsultan maka pemilihan tindakan tergantung
myopia dengan lebih dari 8 dioptri akan mengalami dokter konsultan baik itu emergensi atau berencana,
dan kemudian dikunsulkan ke bagian ilmu penyakit Karakteristik Jumlah Persentase (n=77) (%) Jenis
dalam dan anestesi.Pemeriksaan tambahan Kelamin Laki-laki 55 71,42 Perempuan 22 28,57
diperlukan sesuai dengan kebutuhan seperti darah ____________________________________ Usia
lengkap, foto thorak, EKG, USG mata.Myopia (tahun) 11- 20 4 5,19 21- 30 15 19,48 31- 40 13
adalah kelainan refraksi dengan kabur melihat jauh 16,88 41 - 50 22 28,57 51 - 60 18 23,38 61 - 70 5
dimana diperlukan kaca mata minus untuk 6,49 Rata-rata umur 45,53 tahun
memperbaiki pengelihatannya.ARR adalah lepasnya ________________________________ Tabel 2 .
lapisan retina dari retinal pigmen epitelium karena Menunjukkan karakteristik klinis pasien sebelum
ada pengumpulan cairan dibawah retina yang operasi . UCVA ( Un Corrected Visual Acuity)
disebabkan adanya robekan pada retina. Tindakan sebelum operasi terbanyak adalah LP – 1/300 (
mengembalikan atau menempelkan retina kembali 58,44 %) sedangkan UCVA post operasi adalah
bisa dengan laser fotokoagulasi, pneumatic 1/60 -2/60 (40,28 %) . Ukuran kaca mata sebelum
retinopexy, scleral buckle atau vitrektomi pars plana operasi yang dipakai adalah mayoritas lebih dari -
(VPP). Pneumatic retinopexy adalah penyuntikan 7.00 (58,23%), kemudian antara - 3.00 sampai -6.00
gas yang bisa mengembang kedalam bola mata (29,11). Tabel 2 : Karateristik klinis pasien
sehingga dapat menempelkan robekan retina dari ________________________________________
dalam. Operasi scleral buckle adalah tindakan Variabel Jumlah Persentase (n=7) %
pemasangan sabuk silikon pada sklera dan tyre pada ________________________________________
daerah yang robek diikuti dengan penyuntikan gas UCVA pre op LP - 1/300 45 58,44 1/60 – 2/60 21
didalam bola mata. VPP adalah operasi perbersihan 27,27 3/60 – 0.1 11 14,28
badan kaca dan pengisapan cairan subretina dari ________________________________________
dalam sehingga retina bisa menempel yang UCVA post op LP - 1/300 27 35,06 1/60 – 2/60 31
kemudian di tamponade dengan gas SF6 atau C3F8 40,26 3/60 – 0.1 19 24,68
atau dengan minyak silikon .Populasi penelitian _________________________________________
adalah pasien myopia dengan ablasio retina Ukuran minus < - 2.00 10 12,99 -3.00- 6.00 23
regmatogen yang menjalani operasi di RS Mata 29,87 > -7.00 44 57,14
Cicendo selama periode penelitian tanpa dilakukan ________________________________________
sampling. Dilakukan pengambilan data usia, jenis Visus pada follow up hari pertama sampai ke 7
kelamin, besarnya ukuran myopia, mulainya kabur masih kabur karena ada gas atau minyak silikon.
yang mendadak, lokasi break di retina, jenis Tabel 3 : Waktu mengeluh kabur mendadak sampai
tindakan dan kejadian redetach. Data yang didapat datang ke rumah sakit
dipaparkan secara naratif deskriptif untuk masing- ______________________________________
masing variable. Hasil Penelitian Selama periode Waktu kejadian n=77 %
penelitian yaitu dari bulan Oktober 2015 – Maret _____________________________________ 1- 7
2016 didapatkan 77 pasien myopia dengan ablasio hari 23 29,87 2 – 4 minggu 19 24,67 1 - 3 bulan 11
retina regmatogen (ARR) yang dilakukan operasi di 14,28 >4 bulan 14 18,18
RS Mata Cicendo Bandung. Terdiri dari 55 pasien _______________________________________
(71,43%) laki-laki dan 22 pasien (28,77) Pada table 4 menunjukkan bahwa lokasi robekan
perempuan. Rata-rata usia pasien adalah 45, 53 retina (break) mayoritas pada daerah
tahun dengan rentang usia terbanyak pada usia 41- superiotemporal (33,77%) kemudian pada daerah
60 tahun(51,95 %).(Tabel 1) Tabel 1 : Karakteristik temporal (18,18 %) dan superior (14,29
pasien %).Ditemukan pula adanya macular hole pada 2
_______________________________________ kasus dan 3 kasus tidak ditemukan break sebelum
operasi. Tabel 4 :Karakteristik lokasi break N=77 % (sinerosis) dari pusat. Setelah mencair sehingga
________________________________________ terjadi PVD parsial dan complete. Ini akan
Lokasi break Superior 11 14,29 Temporal 14 18,18 menyebabkan retinak break. Meskipun terjadi pada
Inferior 10 12,99 Superio temporal 26 33,77 10% dari polpulasi umum, mata myopia secara
Superio nasal 5 6,50 Inferio temporal 6 7,80 signifikan dikaitkan dengan 42% dari semua ARR.
Macular hole 2 2,60 Tidak ditemukan 3 3,90 Insiden PVD lebih tinggi pada mata myopia
________________________________________ dibandingkan dengna emetropia. Demikian juga
Tabel 5 menunjukkan jenis tindakan operasi yang degenerasi lattice meningkat pada myopia.
dilakukan selama masa penelitian mayoritas adalah Akhirnya retina perifer rentan terjadi tear pada mata
PPV dengan tamponade minyak silikon (53,16 %), myopia. Jika tear timbul pada mata myopia sedang
kemudian SB murni (27,85 %) , VPP dengan sampai tinggi maka pengobatan propilaksis harus
tamponade gas (16,46 %) dan pneumatic retinopexy dilakukan. (Duane) Kejadian myopia lebih banyak
(11,39%). Satu pasien bisa mendapat satu atau lebih pada laki-laki dibandingkan perempuan ( Medscap).
tindakan jika mengalami redetach. Tabel 5 : Pada penelitian ini ditemukan pasien myopia
Karakteristik Jenis Tindakan : dengan ARR sebanyak % dan wanita %. Hal ini
_________________________________________ mungkin Perdami (2015) : Prevalensi kelainan
Jenis tindakan : n (77) % Pneumatic retinopexy 9 refraksi di Indonesia hmapir mencapai 25 % dari
11,69 SB murni 22 28,57 VPP+gas 11 14.29 VPP+ populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.
SO 41 53,25 Redetach retina : Pneumatic Sedangkan di Beijing usia diatas 40 tahun myopia
retinopexy 3 / 9 27,27 SB murni 8 / 20 40. VPP+gas merupakan penyebab tersering dari low vision. Pada
5 / 11 54,54 VPP+ SO 9 / 37 24,32 penderita myopia tinggi , degenerasi vitreus terjadi
_________________________________________ pada usia lebih muda. Semakin tua usia seseorang,
_________________________________________ prevalensi terjadinya degenerasi vitreus semakin
Satu pasien bisa mendapat tindakan satu atau lebih, tinggi. Pada tahun 1955 penelitian Jones dkk , pada
jika terjadi redetach. Kejadian redetach paling usia 60-70 tahun akan mengalami PVD 25 %.
rendah terjadi pada operasi VPP dengan tamponade Terjadinya PVD dengan adanya degenerasi retina
silicon yaitu sebesar 23% , kemudian pneumatic perifer akan lebih memungkinkan terjadinya retinal
retinopeksi sebesar 27,27%, SB murni sebesar 40,90 tears, retinal hemorrhage, rhegmatogen retinal
% dan VPP dengan tamponade gas sebesar 53 %. detachment, yang sering terjadi pada daerah
Jadi tingkat keberhasilan paling tinggi penangganan superotemporal retina ( Abrams D 1993, Khurana
pasien myopia dengan ARR adalah dengan PPV AK 2007). Pada myopia terjadi kelainan pada pole
dengan tamponade silicon. Penangganan pasien posterior diantarnya tilting of the optic disc, myopic
dengan redetach yang kedua kali dilakukan tindakan crescent, atropi peripapil, kelainan di macula yaitu
dengan VPP dengan tamponade Densiron pada 4 lacquer cracks, Fuch,s spots, tigroid fundus,
kasus atau minyak silicon pada 2 kasus. Waktu stapfiloma posterior dengan atropi khorio retina.
Redetach Diskusi . Karakteristik dari ablasio retina Faktor2 penyebab kegagalan reattach antara lain 1.
regmatogen adalah 1,adanya pencairan sebagian Kegagalan menemukan break, seperti pada buckle
dari jeli vitreus ,2.tarikan yang kuat yang dapat dimana ukurannya, posisi buckle dan tidak
menciptakan robekan retina (break),dan 3.dengan adekuatnya ketinggian buckle pada break, 2.
adanya robekan akan memberikan aliran dari vitreus Tekanan gas pada break yang tidak adekuat.3.
yang mencair ke dalam ruang subretina.(Ryan). Adanya Proliferative vitreoretinopathy akan
Duane : Karena perubahan biokimia pada vitreus menyebabkan kegagalan reattached yang terjadi
gel akan menyebabkan pencairan progresif setelah beberapa minggu. (Kanski).Walaupun
inciden myopia terjadi 10% dari populasi, myopia regmatogen didapatkan break. Berdasarkan Lincoff
menyebabkan 40% dari semua ablasio retina. Faktor line, 98 % break didapatkan pada daerah superior
yang sering berperanan terjadinya Ablasio retina temporal jika detach pada superior , 93 %
pada myopia adalah : 1. Adanya lattice degenerasi didapatkan pada daerah superior jika detach pada
pada myopia, 2.Snailtrack de sampai 3 bulan atau total superior dan 95 % break pada inferior temporal
lebih follow up dan 35 % redetach . Jenis operasi jika detach retina pada inferior. (AAO) Pada
yang dilakukan adalah pneumatic retinopeksi , SB penelitian ini didapatkan bahwa lokasi robekan
murni dan Vitrektomi Pars Plana. Lihteh : retina (break)mayoritas pada daerah superio-
Kebanyakan dari peneliti melaporkan hasil operasi temporal (36,71%) kemudian pada derah temporal
ablasio retina bahwa tingkat keberhasilan anatomi (17,72 %) dan superior (13,92 %). Ditemukan pula
90-95 %, dengan retina yang melekat kembali adanya macular hole pada 2 kasus dan 3 kasus tidak
sekitar 50% dengan visus akhir sekitar 20/50 atau ditemukan break sebelum operasi. Operasi pada
lebih baik. Dalam banyak kasus penurunan ARR dengan melakukan scleral buckle memberikan
penglihatan ini karena edema makula dan reattachment hampir diatas 90 % dari kasus.
mengkerutnya makula. 8. Ray. Angka kegagalan Sedangkan dengan membersihan vitreus dengan
operasi ablasio retina dari 5-10% , hal ini karena PPV kesuksesan dari 75 -90 %. (aafp) . Pada
pertumbuhan jaringan parut pada permukaan retina penelitian ini didapatkan keberhasilan SB murni
pada minggu2 setelah operasi. Sumber fibrosis pada ARR adalah 59,10% dibandingkan dengan
termasuk sel darah, fibrin, sel2 inflamasi , astrosit PPV dengan tamponade minyak silicon sebesar
retina dan sel2 epitel pigmen yang masuk ke vitreus 74,20 %. (AAO) Pneumatic retinopexy
ketika robekan pada retina. Pada penelitian ini dipergunakan secara selektif yaitu pada kasus
terjadi redetach mayoritas dengan operasi PPV ablasio retina dengan break di superior sepertiga
dengan tamponade gas (53,85%), kemudian SB dari fundus, dimana dengan menyuntikan gas
murni (40,90%), Pneumatic retinopeksi (27,27%) kedalam badan kaca akan, diharapkan gelembung
dan PPV dengan tamponade minyak silicon gas aka menekan break sehingga menempel kembali
(23,80%). Lihteh RRD dilaporkan terjadi lebih dengan retina. Tetapi angka redetach tinggi pada
banyak pada laki2 daripada perempuan dengan usia pneumatic retinopexy karena gelembung gas gagal
terbanyak pada 40-70 tahun (Lihteh). Pada atau tidak adekuat menekan break atau sulitnya
penelitian ini didapatkan laki2 sebanayk 70,89 % menemukan break selama operasi. (AAO) Pada
dan perempun 29,11 %, dengan usia terbanyak penelitian ini pneumatic retinopeksi dilakukan pada
antara umur 41-60 tahun sebanyak 51,89 %. 9 kasus tetapi setelah 2 -4 minggu 3 diantaranya
Proporsi metode operasi yang dipergunakan pada redetach. Keterbatasan pada penelitian ini adalah
mangemen pada 1.526 kasus ablasio retina tidak semua pasien myopia tercatat ukuran kaca
regmatogen oleh team Moorfield Eye Hospital matanya di rekam medis sehingga diperlukan
London yaitu :Pneumatic retinopexy sebesar 0,7 %, wawancara , begitu juga waktu kejadian saat
scleral buckle tanpa drainase sebesar 22,8 %, scleral pertama kalinya kabur (onset) tidak diingat dengan
buckle dengan drainase sebesar 1,6 % dan PPV jelas. Peneliti sering tidak bias mengikuti jenis
sebesar 74, 9 %. Pada penelitian ini dilakukan tindakan yang dilakuakan di kamar operasi pada
dengan metode pneumatic retinopexy sebesar 26,25 kasus yang tidak tercatat. Diperlukan waktu lebih
%, SB murni sebesar 40,00 %, PPV dengan lama untuk mengetahui timbulnya redetach.
tamponade gas sebesar 53,44 % dan dengan metode Beberapa pasien yang redetach tidak dating ke
PPV dengan tamponade minyak silicon sebesar Rumah Sakit Cicendo tetapi dating ke Rumah Sakit
23,80 %. Sebanyak 90-97 % pada ablasio retina lain dengan beberapa alasan. Simpulan : Semua
kasus emergency yang memerlukan tindakan 7. Lihteh Wu, : Rhegmatogenous retina
pneumatic retinopeksi di kerjakan pada hari yang detachment , Redaksi : Hampton Roy Sr, MD,
sama di Rumah Sakit Mata Cicendo. Myopia tinggi Emedicine Medscape, Updated Sep 29, 2015.
adalah kasus paling banyak yang menyebabkan
ablasio retina regmatogen. Prosedur operasi yang 8. Ray F .Gariano MD , Chang-Hee Kim :
paling banyak dilakukanadalah pars plana Evaluation and Management of Suspected Retinal
vitrektomi dengan tamponade minyak silikon. Detachment ; American Family Physician, 2004
Pilihan akhir managemen kasus redetach adalah Apr 1,69 (7) 1691-1699.
dengan pars plana vitrektomi dengan tamponade 9. Michael A Williams , dkk : The Incidens
silicon oil atau densiron. Saran : Pada penelitian and Rate of Rhegmatogenous Retinal Detachment
seperti ini perlu dipersiapkan dari awal dengan after seven years cataract surgery with high myopia
mengikuti setiap pasien, selalu mencatat semua patients. Ulster Medical Journal , 2009 Mei ; 78 (2)
tindakan di kamar operasi dan mengikuti setelah : 99-104.
operasi di poliklinik sekurangnya 2 bulan.
Diperlukan penelitian minimal setahun tentang 10. Brian P.C dan Carl D.R ;
semua ablasio retina dan penyebabnya sehingga Rhegmatogenous Retinal Detachment pada Duane‟s
bias dipakai acuan nasional. Ophthalmology , 2006 , Lippincott Williams &
Wilkins, Vol. 3, Chapter 27.
Daftar Pustaka :
11. Iwan Sovani DR, dkk : Operasi Katarak
1. Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata pada Myopia, pada Perspektif Segmen Posterior
Cicendo ; Ablasio Retina , Lapisan syaraf mata Pada Operasi Katarak, PERDAMI Seminat
yang lepas. VitreoRetina, 2015, hal 1-5.
2. Vaughan Vaughan & Asbury‟s General 12. Instituto de Microcirugia Ocular . 40% of
Ophthalmology, Sixteenth Edition , The Mc Graw myopia sufferers with more than 8 dioptres run the
Hill Companies.Inc. 2004, risk of disordersof the centre of the retina Alvailable
3. Kanski J.J. and Brad Bowling : at : hhtp//www.en/2011/07/04/of-myopiasufferers-
Rhegmatogen Retinal Detachment, Clinical with-more-than-dioptres-run-therisk-of-disorders-
Ophthalmology, Six Edition, Elsevier Saunders, at-the-centre-of-the-retina/. (Accessed on March 8
2013, hal 696- 699 th , 2016)