Anda di halaman 1dari 46

Pertemuan Ke-16

KEGAWATDARURATAN
Trauma Wajah (Maksilofacial)

Prepared by: Aric Vranada, MSN

MATA KULIAH – KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SEMESTER 6,


KELAS A, B, C
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN – FIK UNIMUS
APRIL - 2021
OUTLINE
 Trauma Jaringan Lunak Wajah
 Trauma Jaringan Keras Wajah
Is your face important??

Your face  start point of


your self-esteem. With
your face you can…
 Breathe, See, Eat, Hear,
Smell, Talk, Smile,
Communicate.
 Berpengaruh  saluran nafas & gastro (starting line)
 Letak di depan cranium  indikasi trauma kepala &
medulla spinalis
 Tempat ke-5 indra
 Identitas seseorang  meninggalkan dampak
psikologis pasca trauma
Definition (definisi trauma wajah)
 Trauma wajah/maxillofacial trauma,
 Trauma/cedera fisik yang mengenai wajah, baik pada
jaringan lunak wajah (kulit) ataupun jaringan keras
wajah (tulang).
Etiology (penyebab trauma wajah)
 Mekanisme injury: jatuh, cedera olahraga, kecelakaan
kendaraan (paling umum)
 Serangan Tumpul: pukulan, tinju, penganiyayaan,
berkelahi
 Tembakan, ledakan, kebakaran, kecelakaan industry
bahan kimia
 Tingkat keparahan: tergantung luka atau fraktur (jaringan
lunak/keras)
 Kecelakaan kendaraan  >di negara berkembang/maju
The Incidence (kejadian trauma wajah)
 Prevalensi: 335 kejadian per 100.000 di dunia (2017),
rentang usia 20~40th.
 Sekitar 6% dari seluruh trauma.
 Dewasa  kecelakaan lalu lintas (40-45%),
penganiayaan/serangan/berkelahi (10-15%), olahraga
(5-10%), jatuh (5%) dan lain-lain (5-10%)
 Anak-anak  olahraga/aktifitas: naik sepeda (50-65%),
kecelakaan lalu lintas (10-15%),
penganiayaan/serangan/berkelahi (5-10%) dan jatuh
(5-10 %).
Region Maxillofacial

1/3 WAJAH ATAS


Tulang Frontalis, Regio
Supra Orbita, Rima Orbita
& Sinus Frontalis.

1/3 WAJAH TENGAH


Maksila, zigomatikus,
lakrimal, nasal, palatinus,
nasal konka inferior, dan
tulang vomer

1/3 WAJAH BAWAH


Mandibula
Classification (klasifikasi trauma wajah)
 Trauma Aurikula
Trauma Telinga  Ruptur Membrana Timpani
Trauma Jaringan
Lunak  Ruptur Bola Mata
Trauma Mata  Perdarahan Sub Konjungtiva
 Laserasi Kelopak mata
 Hyphema
 Laserasi & Abrasi Kornea

1/3 Bawah  Fraktur Mandibula

 Fraktur Maksila
Trauma Jaringan 1/3 Tengah
 Fraktur Nasal
Keras (Fraktur) 

Fraktur Zygomatikum
Trauma Dental

1/3 Atas  Fraktur Rim Orbital


TRAUMA JARINGAN LUNAK
TANDA & JENIS TRAUMA
 Cedera Kulit Wajah: ekskoriasi (lecet),
luka sayat (vulnus scissum), luka robek
(vulnus laceratum), luka bacok (vulnus
punctum), luka bakar (combustio) dan luka
tembak (Vulnus schlopetorum)
 Cedera saraf: cabang saraf fasial.
 Cedera kelenjar parotid/ductus
stensen.
 Cedera kelopak mata (orbital), cedera
telinga (aurikuler, rupture membrane
timpani), cedera batang hidung, mulut
PENATALAKSANAAN
 Penutupan luka steril  wajah banyak pembuluh darah (risiko
perdarahan panjang)
 Efek road rash (gesekan aspal/tanah)  bekas permanen 
pembersihan luka  sikat abrasi, gosok, irigasi luka, anestesi lokal
(meminimalkan efek)
 Laserasi sekitar mata, alis  tutup luka secepatnya sebelum edema
melebar. Alis jangan dicukur (panduan anatomik penutupan luka)
 Konsultasi bedah plastik  kemungkinan scar, konsekuensi
psikologi
 Luka dalam mulut, lidah  infeksi tinggi, ispeksi dan bersihkan
kotoran
 Kompres es  perdarahan luka, mengurangu edema
 Anestesi dg epinefrin  menurunkan perdarahan
 Posisi elevasi  jika tdak ada cedera spinal
 Pertimbangan pemberian anti tetanus
TRAUMA JARINGAN KERAS

 Trauma ini  digolongkan fraktur


(hilangnya kontinuitas tulang/jaringan
keras)
 Tipe trauma jaringan keras:
 Fraktur 1/3 bawah wajah:
Fraktur mandibula
 Fraktur 1/3 tengah wajah:
Fraktur maksila, zimomatikus,
dental, fraktur hidung,
 Fraktur 1/3 wajah atas: trauma
okuler, fraktur rim orbital
1. FRAKTUR MANDIBULLA
 Tempat menempel  gigi geligi bawah
 Satu-satunya tulang kranial yang
bergerak
 Terhubung sendi temporomandibular
 Fungsi  membuka menutup gigi

 40% – 62% dari seluruh fraktur


wajah, pria > wanita, (3:1 – 7:1)
 Olahraga  penyebab paling
umum (31,5%), kecelakaan
kendaraan (27,2%).
Lokasi Fraktur Mandibula

 1/3  terjadi di daerah Condilar-subkondilar,


 1/3  terjadi di daerah Angulus,
 1/3  terjadi di daerah Corpus, Simfisis, dan
Parasimfisis.

 Fraktur subkondilar 
banyak pada anak
 Fraktur angulus  remaja
dan dewasa muda.
Jenis Fraktur Mandibula
Fraktur tertutup, jaringan fraktur tidak sempurna, satu
lunak yang terkena tapi sisi mengalami fraktur, sisi
tidak terbuka, patah lain tulang masih terikat
menjadi dua fraktur terbuka, jaringan
lunak: kulit, mukosa atau
ligamen periodonta &
tulang terpapar

fraktur pada satu daerah


tulang karena trauma Tulang remuk
hebat  tulang hancur,
berkeping-kepin, remuk
dengan kehilangan
jaringan yang parah.
Manifestasi Klinis
 Nyeri tekan, saat menggerakkan rahang (berbicara,
mengunyah, menelan).
 Perdarahan dari rongga mulut.
 Maloklusi  Keadaan rahang tak dapat dikatupkan.
 Trismus  susah membuka mulut > 35 mm, (normal terendah
40 mm).
 Pergerakan abnormal
 Susah menutup rahang (fraktur prosessus alveolar, angulus,
ramus dari simfisis).
 Krepitasi tulang.
 Mati rasa pada bibir dan pipi.
 Laserasi, darah, & fragmen tulang dimulut
 Edema & ekimosis (lebam) di wajah bagian bawah
 Sepsis luka terbuka
2. FRAKTUR MAKSILARIS

 Maksila: jembatan basal kranial


superior – lempeng gigi inferior
 Hubungan erat dg rongga
hidung & mulut
 Tipe fraktur tulang wajah yang
sering terjadi & potensial
mengancam nyawa
 Nama lain: Fraktur Le Fort (ahli
bedah prancis René Le Fort
abad 20)  dengan 3
klasifikasi
Fraktur Le Fort tipe I (Guerin’s/ transversal)

 Paling sering terjadi,


 Tampak: fraktur horizontal bawah
maxilla dan palatum/arkus alveolar
kompleks.
 Akibatnya: prosesus alveolaris dan
palatum durum terpisah (rahang atas
radi wajah).
Manifestasi Klinis:

 Edema pada wajah


 Hipoestesia (sensitivitas menurun)nervus infraorbital
akibat edema.
 Hematoma pada vestibulum atas (Guerin’s sign)
 Epistaksis (mimisan) dapat timbul.
 Rahang atas mengalami pergerakan (floating jaw)
 Manipulasi gigi seri  palatum durum dan gigi bagian
atas bergerak, tapi hidung tetap ditempat
Fraktur Le Fort tipe II

 Fraktur Le Fort tipe II 


fraktur piramidal.
 Tampak: fraktur membentang
di atas hidung secara
pyramidal memisahkan hidung
dan langit-langit atas area
wajah .
 Fraktur sangat mudah
digerakkan  “floating maxilla
(maksila melayang) ”.
Manifestasi Klinis:

 Edema pada wajah,


 Edema di kedua peri-orbital, disertai ekimosis/lebam
(racoon sign).
 Epistaksis, Perdarahan subkonjungtiva dan
hipoesthesia di nervus infraorbital (trauma langsung atau
perburukan edema).
 Maloklusi (rahang sulit digerakkan)
 Gigi atas dimanipulasi  hidung & palatum atas
bergerak
 Deformitas di area infraorbital dan sutura
nasofrontal (saat palpasi).
 Keluarnya CSF berkaitan dengan fraktur tulang
tengkorak
Fraktur Le Fort tipe III

 Disebut  “cranio-facial
disjunction”  fraktur yang
memisahkan secara lengkap
sutura tulang dan tulang cranial

 Tampak: garis fraktur melalui


sutura nasofrontal diteruskan
sepanjang ethmoid melalui
orbitalis superior, melintang
kearah dinding lateral ke orbita,
sutura zigomatico-frontal dan
sutura temporo-zigomatikum.
Manifestasi Klinis:

 Edema wajah yang masif,


 Ekimosis periorbital (lebam),
 Remuknya wajah, adanya mobilitas tulang zygomaticum
 Pergerakan gigi, palatum durum,
 Epistaksis.
 Pasien tegak  wajah tampak memanjang, Pasien
terlentang  wajah melesak ke kranial
 Komplikasi: keluarnya/bocornya CSF melalui atap
ethmoid
3. FRAKTUR ZIGOMA

 Melekat otot maseter  membantu


pengunyahan
 Anatomi: bawah mata, melebar lateral
wajah, 4 batas, 1 tonjolan pipi (malar)
 Fraktur pada  zygomaticomaxillary,
frontozygomatic, zygomatico-
sphenoid, dan zygomaticotemporal
 Insidensi (27,64%) paling banyak ke-
2, Laki-laki > perempuan, (4:1)
 Penyebab: kecelakaan kendaraan
Manifestasi Klinis:
 Nyeri tulang pipi dan nyeri tekan.
 Nyeri pipi atas (pergerakan rahang).
 Pendarahan subkonjungtiva.
 Parestesi pada pipi, hidung, bibir bagian atas, gigi, gusi
(gangguan nervus infraorbital).
 Diplopia gangguan pandangan ke atas (karena keruskan
pada muskulus rektus inferior).
 Trismus (jika benturan dengan coronad mandibula).
 Ekimosis (lebam) intraoral atau destruksi pada gusi.
 Epistaksis (sisi yang sama fraktur)
 Deformitas/asimetris tulang pipi (tampak datar)
4. FRAKTUR NASAL

 Tulang nasal  kecil dan tipis 


fraktur tulang wajah yang paling
sering
 Tidak serius, tapi perlu waspada
komplikasi: hematoma septum,
epistaksis (banyak darah), patah
tulang tengkorak basilar
Manifestasi Klinis:
 Nyeri, krepitasi, ekimosis, edema
 Mengalami epistaksis anterior/posterior, (tidak selalu
bercampur dengan CSF).
 Ekimosis periorbital
 Perdarahan subkonjungtiva
 Deformitas septum nasal, warna berubah ungu
(pergeseran septum dan fraktur septum).
 Adanya CSF jika berkaitan dengan fraktur tengkirak
basilar
5. FRAKTUR RIM ORBITAL

 Pembentuk  tulang frontalis,


zygoma, dan tulang rahangrim
orbital
 Karakteristik: tipis, mudah
fraktur jika terkena gaya 
mendesak mata
Manifestasi Klinis:
 Terlihat & teraba deformitas di sekitar orbita
 Bola mata terjebak (mata yg normal bisa digerakkan)  otot
ocular terjebak gars fraktur
 Diplopia memburuk melihat keatas
 Parestesia infraorbital
 Edeme & ekimosis periorbital
 Perdarahan subkonjungtiva
 Emfisema subkutan/udara dalam subkutis (jika meluas
ke sinus sekitarnya)
 Enophothalmos  bola mata tertarik masuk ke arah
orbita.
PATOFISIOLOGI TRAUMA WAJAH
PENGKAJIAN PRIMER
 Airway & Proteksi Tulang Servikal
• Fraktur Mandibula: Penggerakkan lidah, menelan,
obstruksi trakea karena lidah
• Fraktur Maksila: Kestebilan palatum, menelan,
pergeseran parah palatum  obstruksi jalan napas
• Kaji avulsi jaringan, darah, lender, muntahan, fragmen
gigi, edema, benda asing (gigi palsu)
• Kaji penurunan kesadaran  berpengaruh kepatenan
pernafasan
• Kaji trauma leher (biasanya berkaitan)
 Breathing
• Kaji: menelan darah, isi lambung meningkat, resti aspirasi
• Integritas jaringan/tulang wajah hilang  bantuan bag-
mask sulit dilakukan
• Kerusakan neurologis  perubahan laju dan kedalaman
pernafasan
 Circulation
• Wajah  banyak pembuluh darah  kehilangan darah
signifikan
• Kaji tanda: syok hipovolemi
 Disability
 Pengkajian neurologis: 9.7% disertai perdarahan
intracranial, saraf kranial wajah mudah terkena
 Kaji tanda vital, GCS
PENGKAJIAN SEKUNDER

Pengkajian Primer: PASS (No life threatening)


 INSPEKSI: deformitas, abrasi, memar, laserasi, edema,
luka tembus, asimetri wajah, maloklusi /trusmus, gigi
abnormal, otorrhea (cairan telinga), raccoon’s sign,
cedera kelopak mata, ekimosis, epistaksis, defisit
pendengaran, ekspresi nyeri & cemas
PALPASI
 Kepala & wajah: lecet, bengkak,
ekimosis, luka (benda asing: pasir, batu
kerikil), dan perdarahan,
 Gigi: mobilitas, fraktur, atau maloklusi 
aspirasi.
 Palpasi cedera tulang, krepitasi pada:
supraorbital dan infraorbital, tulang
frontal, lengkungan zygomatic, zygoma,
maxilla, tulang frontal, temporal, dan
rahang atas.
 Stabilitas wajah: menggenggam gigi dan
langit-langit secara keras dan lembut
dengan mendorong maju dan mundur,
lalu naik dan turun
 Mata  ketajaman visual, kelainan
gerakan okular, ukuran pupil, bentuk
dan reaksi terhadap cahaya
 Hidung  telecanthus/dislokasi, dan
krepitasi. Septum: hematoma, massa
menonjol kebiruan, laserasi
pelebaran mukosa, dan CSF.
 Palpasi Bimanual  tanda-tanda
krepitasi atau mobilitas mandibula.
 Palpasi maxilla  fraktur Le Fort I, Le
Fort II Atau III.
 Tes gigit pisau  rahang retak.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

• Radiografi: tulang nasal, Water’s view (cedera kepala),


Towne’s view (bagian anteroposterior), Caldwell view
(posterior, minimal radiation to orbit), topografi
panoramic mandibula.
• CT Scan Wajah & Kepala
Gambaran Radiologi

There is a mildly displaced fracture of the


angle of the right mandible.
Lateral radiographic view of a displaced nasal bone fracture in a patient
who sustained this injury because of a punch to the face during a
hockey game.
• left inferior orbital rim
(fractured: Le Fort II is likely
present),
• and left zygomatic arch
(fractured: Le Fort III is likely
present).
• Coronal CT image shows
fracture of lateral orbital rim
(frontal process of zygoma)
on left (solid arrow); Le Fort
III fracture is present on left,
because lateral rim is also a
unique feature of Le Fort III
fractures.
• Left orbital floor on left (open
arrow) is fractured, as is
expected in Le Fort II
fractures. Right orbital floor is
intact.
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN GAWATDARURAT
MANAJEMEN AIRWAY
 Suction: oral, endotrakeal, hidung
 Tegakkan pasien (meningkatkan kenyamanan,
mempertahankan jalan napas, posisi jalan napas tetap terbuka)
 Kompres es wajah & posisikan tegak (mengurangi edema)
 Intubasi  jalan napas tidak paten, edema jalan napas
memburuk
 Pemasangan blind airway devices (melindungi jalan napas,
juga sbg tampon perdarahan nasofaring) hingga bantuan tiba
 Tindakan trakeostomi,
 Imobilisasi: servikal collar  cedera servikal
MANAJEMEN BREATHING
 Berikan oksigen tambahan sesuai cidera
 Berikan bag-mask ventilation
 Bantu dengan pemasangan blind airway devices, intubasi
endotrakeal, trakeostomi sesuai kebutuhan

MANAJEMEN CIRCULATION
 Lakukan tekanan langsung pada daerah perdarahan
 Elevasi kepala tempat tidur
 Pasang kateter intravena ukuran besar
 Terapi syok hipovolemik

MANAJEMEN DISABILITY
 Pengkajian neurolois awal: GCS dan reaksi pupil
 Penilaian saraf kranial
 Monitoring tanda vital indikasi peningkatan TIK (btadikardia,
pelebaran tek nadi, pola nafas abnormal)
INTERVENSI TERAPEUTIK

MEDIS
 Oksigenasi, resusitasi cairan, transfusi darah
 Injeksi anti tetanus, desinfeksi
 Terapi antibiotik (manajemen infeksi)
 Diazepam mengatasi anxiety
 Analgesik, anti-inflamasi (manajemen nyeri)

PEMBEDAHAN
 Reduksi & fiksasi fraktur
(mengembalikan & imobilisasi segmen
tulang pada lokasi anatomi semula).
 Reposisi fraktur
Thank You
SELF READING/LEARNING
 Emergency Nurses Association (2019). Sheehy's
Emergency Nursing, 7th Edition, Principles and
Practice. Mosby
 Belinda B Hammond, Polly Gerber Zimmermann
(2012). Sheehy’s Manual of Emergency Care, 7th
Edition. Mosby Elsevier
 NANDA 2019, NIC. NOC
 PPNI (2019). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia

Teacher Contact:
aricvranada@unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai