OLeh :
dr. Safridawati
Pembimbing :
Adapun judul tugas ini adalah “Nyeri Facet Cervical ,”. Tugas ini
diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Program Pendidikan
Dokter Spesialis – 1 Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
/ RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh. Penulis mengucapkan ribuan terima
kasih kepada pembimbing yaitu Dr.dr. Endang Mutiawati, Sp.S(K) yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati , kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang
membangun dari para dosen dan teman sejawat sekalian agar tercapai hasil
yang lebih baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Etiologi…………………………………………….. 15
Faktor predisposisi..................................................... 15
Diagnosis................................................................. 16
Pemeriksaan penunjang............................................. 18
Diagnosis.................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Depresi, rasa cemas dan gangguan tidur secara signifikan ditemukan
sebagai dampak pada penderita dengan Nyeri Leherkronis, yakni nyeri yang
berlangsung selama lebih dari 3 bulan.2,3
Beberapa modalitas dalam manajemen nyeri intervensional diketahui
sangat membantu pasien dengan NPBK. Intervensi nyeri dapat menjadi
alternatif yang berguna bagi pasien yang telah kehabisan metode pengobatan
lainnya yang dirasa tidak berhasil dan dapat menjadi solusi penderita Nyeri
Leherkronis. Diagnosis yang tepat diperlukan agar dapat dilakukan intervensi
yang tepat dan memberikan terapi yang optimal dalam mengatasi generator
nyeri. Tujuan tindakan intervensi ini adalah meminimalisir dampak serta
disabilitas penderita.1
5
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 Identifikasi
Nama : Ny. H
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
MRS : 11 Agustus 2018
II.2 Anamnesis
(Autoanamnesis, 11 Agustus 2018)
Penderita datang dengan keluhan Nyeri Leher ryang
mengganggu aktifitas sehari-hari sejak 6 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Nyeri Leher dirasakan mulai dari pundak menjalar hingga ke
ujung jari tangan kiri dan makin memberat sejak 6 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan tumpul dan terkadang berdenyut.
Nyeri hilang timbul dan lebih berat dirasakan di pagi hari. Nyeri
dirasakan memberat apabila menekukan leher kebelakang dan
menggerakan dan memutar leher ke kanan kekiri. Hal yang
meringankan nyeri apabila pasien tertidur dan tangan dalam posisi
diatas kepala. Pasien juga merasakan kebas ,terkadang terasa seperti
tersengat listrik , rasa panas seperti tersiram air cabe. Penderita juga
mengalami gangguan sensibilitas pada daerah tangan sebelah luar
sampai jari jempol. Penderita tidak mengalami gangguan BAK dan
BAB.
Riwayat trauma tidak ada. Riwayat mengangkat beban yang
berat tidak ada. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada. Riwayat
hipertensi tidak ada.
Fungsi Motorik:
Penilaian Lengan kanan Lengan kiri Tungkai kanan Tungkai kiri
Gerakan Cukup Cukup Cukup Cukup
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal
Klonus - -
Biseps : normal Biseps :Menurun Patella : normal Patella : normal
Refleks Triseps :normal Triseps: normal Achiles : normal Achiles : normal
fisiologis Quadriceps : Brachioradialis :
normal normal
Hoffman : Hoffman : Babinski : normal Babinski:normal
normal normal Chadock : normal Chadock :
Refleks Trommer : Trommer : Openhim : normal normal
patologis normal normal Scheifer : normal Openhim:normal
Gordon : normal Scheifer: normal
Gordon : normal
Miotom :
7
- C2 : Flexi/ Ekstensi Leher (n /↓ )
- C3 : Fleksi Lateral Leher (n /↓ )
- C4 : Elevasi Bahu (n /↓ )
- C5 : Retraksi , Abduksi (n /↓ )
- C6 : Flexi Elbow, Ekstensi Wrist (n /↓ )
- C7 : Ekstensi Elbow, Flexi Wrist (n /↓ )
- C8 : Fleksi Jari Tangan dan Ektensi ibu jari(n /↓ )
- T1 : Jari Abduksi dan Adduksi (n /↓ )
Fungsi sensorik :
Dermatom : Hipoestesi Sesuai dermatom C5 dan C6
II.5 Tatalaksana
- Metil Prednisolon 125 mg / 12 jam
- inj Mecobalamin 500 mg / 12 jam
- Gabapentine 3 x 300 mg PO
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
Sepertiga gerakan fleksi dan ekstensi dan setengah dari gerakan
laterofleksi terjadi pada sendi atlantooccipitalis (dasar tengkorak dengan
VC1). Sendi atlantoaxialis (VC1-VC2) memegang peranan pada 50%
gerakan rotational. VC2 hingga VC7 memegang peranan pada dua per tiga
gerakan fleksi dan ekstensi, 50% gerakan rotasi dan 50% gerakan laterofleksi.
Delapan saraf servikal berasal dari medulla spinalis segmen servikal,
7 saraf servikal keluar dari medula spinalis di atas vertebra yang
bersangkutan, namun saraf servikal ke 8 keluar dari medulla spinalis di
bawah VC7 dan di atas VTh1 serta costa pertama. Saraf-saraf ini memberikan
layanan saraf sensorik pada tubuh bagian atas dan ekstremitas superior
berdasarkan pola dermatom. Sedangkan layanan motoris dan refleks dapat
dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 1. Layanan innervasi motorik dan refleks dari akar saraf servikal
Saraf Innervasi motorik Refleks
C 3-5 Diafragma
C5 otot deltoid, biceps
C6 ekstensor wrist, abduktor dan
ekstensor thumb
C 5-6 biceps, brachioradialis
C7 triceps, fleksor wrist, ekstensor
jari
C 6-7 Tricpes
C8 fleksor jari
Th1 Interoseus
Cervical spine dalam kehidupan sehari-hari bekerja sangat berat, tidak
terhitung jumlah gerakan yang harus dilakukan dalam proses menunjang
fungsi kepala. Fungsi kepala antara lain berbicara, melihat, membau,
mendengar, makan / minum dan menahan keseimbangan sewaktu tubuh
bergerak. Setiap gerakan dari bagian tubuh tertentu harus diimbangi gerakan
servikal, maka tidak mengherankan, nyeri servikal seringkali timbul.
11
Gambar 3.1. Innervasi Saraf cervical
12
Gambar .Innervasi Kolumna Vertebralis dan Sendi Facet
14
mengalami kompresi, tangan sisi radial atau ulnar juga dapat merasakan.
Biasanya gejala berlangsung singkat dan dapat muncul pada posisi tertentu.
Banyak pasien merasakan peredaan keluhan bila tangan yang terkena
diletakkan di belakang kepala (the arm abduction sign).
Gejala yang timbul akibat iritasi atau kompresi pada akar saraf akan
berbeda-beda sesuai dengan akar saraf mana yang terkena :
a. VC1 & VC2 : menimbulkan nyeri kepala oksipital. Nyeri terasa
tumpul dan difus. Nyeri dapat sangat hebat sampai kepala
dipegang dengan dua tangan, hal ini disebabkan goyangan
kepala sedikit saja akan menambah rasa nyeri.
b. VC3 : : terasa tebal / kesemutan di pipi posterior dan daerah
temporal.
c. VC4 : nyeri meliputi tengah sevikal ke bahu, spina scapula,
tengah deltoid dan clavicula.
d. VC3 & VC4 : nyeri terasa tumpul dan dalam, merujuk ke bahu.
Rasa nyeri bertambah karena gerakan spinal atau perubahan
cairan serebrospinal sewaktu batuk atau bersin.
e. VC5 : nyeri servikal yang berasal dari iritasi akar saraf VC5
hanya 5%.
f. VC5 - VTh1 : dapat melibatkan traktus piramidal.
g. VC 6 - VC8 : paling sering terjadi dan umumnya dicetuskan
oleh keadaan tertentu berdasarkan adanya spondilosis. Rasa
nyeri dapat merujuk ks dada depan dan disangka nyeri akibat
adanya iskemia miokard.
15
melalui lesi yang timbul pada annulus posterior di samping kanan dan kiri
ligamentum longitudinale posterior. Herniasi ke anterior dan lateral jarang
terjadi. Penyebab HNP umumnya karena trauma. Kelainan bawaan annulus
jarang ditemukan
Rasa nyeri terasa tumpul dan dalam atau ngilu.dirujuk ke scapula
medial, bahu atas / belakang, bagian posterior lengan bawah, siku, hingga
pergelangan tangan. Fleksi servekal ke depan menambah rasa nyeri. Rasa
nyeri dapat unilateral atau bilateral tergantung lokasi dan luasanya protrusi.
Sebagian besar HNP cervical timbul di antara VC5 dan VTh1, akar saraf VC7
yang paling sering terkena. Khas ditemukan kelemahan otot triceps dan
penurunan atau hilangnya refleks disertai nyeri pada sisi medial lengan
bawah, serta rasa kebas pada dua jari sisi ulnar.
Pada beberapa kasus, gejala radikuler dapat disertai rasa berat pada
kedua tungkai, kesulitan berjalan melalui garis lurus (barefoot heel-to-toe
walking), gangguan fine motor skills (memasang kancing baju, memanipulasi
benda-benda kecil), Lhermitte phenomenon (fleksi – ekstensi leher diikuti
timbulnya rasa nyeri tajam seperti tersengat listrik turun melalui spinal
menuju ke lengan dan tungkai). Dapat pula ditemukan penurunan tonus otot-
otot tungkai, hiperrefleksi, clonus pergelangan kaki dan refleks patologis
(Hoffmann sign dan Babinsky sign), gejala-gejala ini mirip dengan gejala-
gejala akibat adanya spinal stenosis yang disertai myelopathy.
16
Refleks : menurun atau hilangnya refleks
biceps dan supinator.
4. Myelopathy
Menimbulkan nyeri mielogenik. Rasa nyeri terasa seperti gelombang
shock merujuk ke bagian bawah spinal, adakalanya merujuk ke keempat
ekstremitas. Myelopathy timbul akibat adanya HNP dan servikal spondylosis
yang menekan medulla spinalis. Myelopathy pada umumnya berkembang
lambat dan gejala memburuk secara perlahan-lahan. Namun pada beberapa
kasus dapat berkembang progresif cepat. Tanpa pembedahan, dua per tiga
akan memburuk, secara bertahap akan terjadi gangguan BAB dan BAK,
pasien akan hidup di atas kursi roda akibat gangguan koordinasi, kelemahan
dan sering jatuh.
17
Adanya HNP, osteofit, sklerosis dan hipertrofi kapsul, jaringan
lunak dan ligamentum flavum dapat menyempitkan kanalis servikalis, hal ini
dapat menekan medulla spinalis secara langsung atau menekan arteri spinalis
anterior dan posterior dengan akibat timbul mielopati.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa nyeri sendi faset harus
dilakukan dengan benar. Seperti yang telah disebutkan di atas, nyeri belakang
terutama pada leher dan pinggang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Pada
pasien dengan keluhan nyeri pada leher, untuk mengetahui apakah nyeri berasal dari
sendi faset atau tidak dapat dilakukan Tes Spurling. Pasien diminta duduk dengan
kepala sedikit diangkat sambil melihat ke satu sisi. Pemeriksa berdiri di belakang
pasien dengan satu tangan diletakkan di atas kepala pasien. Dengan tangan yang lain
pemeriksa mengetuk (memberi kompresi) dengan pelan pada tangan yang diletakkan
di atas kepala pasien. Jika pasien dapat menahan prosedur yang dilakukan tadi,
prosedur diulang dengan leher sedikit diangkat. Pemeriksaan ini memberikan bukti
klinis adanya sindrom faset atau kompresi radiks saraf spinalis. Jika terjadi iritasi
pada sendi faset, maka pasien akan merasakan nyeri.
19
Gambar 4: Precessus Spinosus Tap Test
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosa sindrom faset. Pemeriksaan radiologi yang sering dilakukan
adalah foto polos servikal atau lumbosakral dengan posisi anteroposterior, lateral dan
oblik. Pemeriksaan radiologi lainnya seperti CT scan atau MRI tidak begitu
bermanfaat kecuali telah terjadi perubahan patologi pada struktur sendi atau untuk
mennyingkirkan diagnosa diferensial lain seperti tumor, fraktur, atau kelainan
metabolisme.
20
sehingga dapat mengarahkan pada intervensi yan tidak perlu
(Deyo,2001;Chou et al.,2007)
Foto Polos
Pemeriksaan foto polos vertebrae untuk evaluasi awal disarankan pada
pasien dengan resiko tinggi terjadinya fraktur kompresi seperti riwayat
trauma vertebrae, osteoporosis dan pengaruh steroid (Chou et al.,2007a)
MRI atau CT Scan
CT Scan sangat bagus untuk mengevaluasi tulang, khususnya di aspek
resesus lateralis. Selain itu dia bisa juga membedakan mana diskus dan mana
ligamentum flavum dari kantongan tekal (thecal sac). Memberikan visualisasi
abnormalitas facet, abnormalitas diskus lateralis yang mengarahkan
kecurigaan kita kepada lumbar stenosis, serta membedakan stenosis sekunder
akibat fraktur. Harus dilakukan potongan 3 mm dari L3 sampai sambungan
L5-S1. Namun derajat stenosis sering tidak bisa ditentukan karena tidak bisa
melihat jaringan lunak secara detail. 1,6,8
21
sendi, serta spasme otot sekunder, akan menyebabkan kekakuan dan
degenerasi sendi yang menyebabkan osteoarthritis.
Sendi facet atau disebut juga sendi zygoapohysial ; berasal dari kata dasar
Yunani zygos yang berarti jembatan dan physis yang berarti tonjolan.
Perubahan hipertrofi akibat osteoartritis pada sendi facet menimbulkan
sensasi nyeri atau disebut juga sebagai sindrom facet. Namun, kelainan pada
sendi facet ini jarang sekali melibatkan saraf spinal.
3.2.2 EPIDEMIOLOGI
Nyeri sendi facet merupakan penyebab terjadinya 15 hingga 40%
kasus nyeri pinggang bawah kronik. Menurut penelitian di Amerika Serikat
nyeri sendi facet terjadi hampir 57% pada usia antara 20-29 tahun. Kemudian
93% pada usia antara 40 – 49 tahun. Hampir 100% terjadi pada usia 60 tahun
dan terbanyak di daerah lumbal yaitu di L4-L5.
22
Gambar 3.2.2. Arah pergerakan sendi facet
Sendi facet memiliki serat saraf nosiseptor dari ganglia simpatik dan
parasimpatik yang dapat dirangsang oleh tekanan local atau regangan pada
kapsul. Reseptor nosiseptif tipe IV ditemukan pada kapsul fibrosus. Reseptor
ini merupakan pleksus serabut saraf yang tidak bermielin dan mekanoreseptor
korpuskular tipe I dan II. Ujung serabut saraf yang tidak bermielin tipe I dan
II bersifat mekanosensitif dan berfungsi memberikan informasi proprioseptif
dan protektif ke system saraf pusat.
Sendi facet juga dapat menyebabkan perangsangan neuron akibat pelepasan
mediator inflamasi secara alami seperti substance P dan fosfolipase A2.
Ujung saraf perifer kemudian melepaskan mediator kimia seperti bradykinin,
serotonin, histamine dan prostaglandin yang bersifat racun dan menyebab kan
timbulnya nyeri. Substance P juga terlibat karena dapat berekasi langsung
dengan ujung serabut saraf atau secara tidak langsung melalui vasodilatasi,
ekstravasasi plasma dan pelepasan histamine. Fosfolipase A2 menghidrolisis
fosfolipid untuk menghasilkan asam arakhidonat yang menyebabkan reaksi
inflamasi, edema , dan eksitasi nosiseptif yang berkepanjangan.
23
Nyeri pada sendi facet dihubungkan dengan proses degenerative dimana sifat
elastisitas kolagen sendi semakin berkurang dengan bertambahnya usia.
Selain proses degenerasi, hal lain yang bias menimbulkan nyeri sendi facet
adalah : cedera tulang belakang, fraktur, robekan pada ligamentum dan
gangguan diskus.
Penyebab tersering nyeri sendi facet adalah karena proses mekanik.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk dan menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang
thorakal adan lumbal sehingga pada saat sendi facet lepas dan disertai tarikan
dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet. Gesekan pada
sendi facet dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur sendi.
Secara radiography, facet joint bias divisualisasikan dengan jelas
dengan posisi oblique. Dengan sudut oblique didapatkan gambaran “Scotty
Dog”, dimana memudahkan untuk melihat landmark anatomi facet joint
tersebut.
3.2.4. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dari sendi facet ini agak sulit dikarenakan
gejalanya mirip dengan Nyeri Leherakibat kelainan lain dari struktur tulang
belakang bagian bawah sehingga memiliki diferensial diagnosa yang luas.
Pada penelitian prospective oleh Jackson Et al dimana terdapat 390 pasien
24
yang diperiksa, dimana tidak mudah menemukan klinis yang pasti dari
sindroma nyeri sendi facet tersebut atau menemukan predictor yang tepat
untuk menentukan berhasil atau tidaknya pasien yang mendapatkan tindakan
injeksi pada sendi facet tersebut.
Diagnosis memerlukan anamnesa yang lengkap berupa riwayat aktivitas
sehari – hari, riwayat kesehatan yang diderita serta dilakukan pemeriksaan
fisik yang akurat dalam hal posisi yang memperberat dan memperingan
kondisi nyeri pasien. Pemeriksaan pencitraan dapat mengidentifikasi kelainan
fisik pada tulang dan jaringan lunak sekitar sendi facet. Pada Rontgen dan CT
scan berguna dalam mengidentifikasi aspek degenerasi sendi facet yang dapat
berbentuk perubahan tulang, perubahan sendi facet ( hipertrofi ) atau adanya
pembentukan osteofit dan menentukan apakah tulang rawan di sendi telah
menipis atau tidak. Pemeriksaan MRI memberikan rincian terhadap struktur
sendi facet dan mengidentifikasi jaringan lunak yang tidak terlihat pada
rontgen.
a. Terapi Konvensional
Untuk terapi konservatif yang spesifik pada nyeri sendi facet ini belum
ditemukan. Namun beberapa ahli setuju untuk menggunakan terapi yang
umum digunakan pada nyeri punggung bawah.
26
Terapi harus tetap berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik.
Untuk pemeriksaan penunjang berupa imaging diperlukan jika pasien
memiliki red flag sign.
Fokus terapi konservatif pada sendi facet adalah mengkoreksi pergerakan
tulang belakang, latihan peregangan dan menghilangkan rasa nyeri selama
proses rehabilitasi dan pemulihan. Adapun terapi konservatif nya meliputi
koreksi postural, terapi fisik, manipulasi daerah yang terkena dan latihan
fisik. Pada terapi awal diberikan analgesik berupa acetaminophen dan
NSAID. Acethaminophen merupakan obat yang memiliki efek samping yang
ringan selama tidak ada kontraindikasi terhadap kelainan fungsi hati.
Penggunaan antikonvulsan seperti gabapentin dan antidepressant pada terapi
khusus nyeri sendi faset belum ditemukan adanya penelitian sehingga obat
oral yang paling berpengaruh terhadap penatalaksanaan nyeri sendi facet
belum dapat di dokumentasikan.
27
Gambar 3.2.5. Injeksi sendi facet
- Injeksi intra artikular dengan steroid dan local anestesi pada sendi faset
ini memiliki tujuan diagnosis dan terapeutik untuk menghilangkan rasa
nyeri. Ruang sendi bisa dimasukkan secara langsung atau jika akses ke
ruang sendi sulit maka bisa ditargetkan pada articular recess. Jika intra –
articular dikonfirmasi masuk secara tepat dengan penggunaan injeksi
kontras (0,2 ml), maka dapat dilanjutkan dengan suntikan campuran lokal
anestesi dan steroid.
Steroid yang digunakan berupa metilprednisolon, triamcinolone, dan
bethamethasone pada area lumbal dan dexamethasone pada area thorakal
dan servical. Injeksi Intra- articular ini sangat efektif dilakukan jika pada
klinis dan pemeriksaan radiologi terdapat inflamasi pada sendi faset,
bukan pada gambaran degenerasi sendi.
Ketika menggunakan injeksi steroid ulangan, diperlukan monitoring
total dosis yang digunakan selama 12 bulan pada pasien dengan penyakit
Diabetes mellitus. Injeksi volume pada pasien ini terbatas pada dosis 2
ml karena dosis injeksi intraartikular bisa memicu rupturnya sendi
kapsul jika diberikan dalam dosis yang besar.
28
Gambar 3.2.6 Injeksi Intra artikular
29
Gambar 3.2.7. Medial Branch Block
- Radio Frequency Ablation (RFA)
30
mode tekanan pada 42 derajat Celsius selama 2-3 menit. Setelah
pemanasan, jarum dikeluarkan. Kemudian pasien dilakukan
pemeriksaan ulang terhadap efektivitas terapi tersebut. Post sedasi
harus tetap dimonitor. Komplikasi seperti infeksi, perdarahan dan
nyeri yang tidak hilang bisa terjadi pasca RFA. Kebas dan disestesia
pasca RFA pernah dilaporkan, namun hanya bersifat sementara dan
self-limiting.
31
Gambar 3.2.8. RFA
3.2.6 PROGNOSIS 6, 11
Pasien dengan nyeri sendi faset yang mengikutu program rehabilitatif secara
aktif – termasuk pengobatan dengan anti inflamasi, terapi fisik dan modifikasi
aktifitas – mampu untuk mengatasi perasaan nyeri yang timbul. Hampir 80% yang
32
menjalani blok saraf pada sendi faset mengalami perbaikan terhadap nyeri yang
dapat bertahan untuk beberapa bulan.
3.2.7 KESIMPULAN
Nyeri sendi faset merupakan salah satu penyebab utama dari nyeri daerah
leher dan pinggang bagian bawah. Sendi faset bersama diskus intervertebralis
berperan dalam pergerakan tulang belakang ke beberapa arah dalam batas yang
wajar. Namun, karena proses degeneratif, sendi faset sering mengalami kelainan
struktural sehingga pergerakan tulang belakang menjadi terbatas dan menimbulkan
sensasi nyeri yang juga disebut Sindrom Faset.
Sindrom faset atau nyeri sendi faset dapat ditegakkan diagnosanya melalui
anamnesa yang terperinci, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Nyeri sendi faset dapat dibedakan dengan nyeri akibat stenosis nervus spinalis
melalui sifat nyerinya yang pseudoradikuler. Melalui pemeriksaan radiologi, dapat
diketahui apakah nyeri yang dirasakan berasal dari proses patologis pada sendi faset
atau dari perubahan struktural tulang belakang yang lain misalnya spondilolisis atau
akibat proses autoimun seperti pada rheumatoid artritis.
Terapi nyeri sendi faset bertujuan terutama untuk menghilangkan rasa nyeri
dan memperbaiki kualitas hidup yang terganggu akibat proses yang terjadi pada
sendi faset. Terapi terdiri dari terapi medikamentosa, fisioterapi dan terapi operasi.
Terapi medikamentosa biasanya menggunakan obat-obat dari golongan NSAID dan
golongan barbiturat atau opioid. Fisioterapi pada nyeri sendi faset terdiri dari High
frequency current ( HFC CFM), traksi mekanik dan Bugnet excercises.
Nyeri sendi facet memiliki prognosis yang baik. Dengan terapi yang sesuai
diharapkan pasien dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mampu bekerja
seperti sediakala.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
34
DAFTAR PUSTAKA
4. Bykowski JL, Wong WH. Role of facet joints in spine pain and image
guided treatment: a review. AJNR Am J Neuroradiol. 2012; 33:1419 –
26.
5. Elders Leo AM, Burdorf A. Prevalence, Incidence, and Recurrence of
Low Back Pain in Scaffolders During a 3-Year Follow-up Study.
Lippincott Williams & Wilkins.2004; SPINE Volume 29(6): p. E101–
E106
6. Konsensus PRODI NYERI PERDOSSI 2002. Available from
www.kalbe.co.id
7. Hoy.d, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The Epidemiology of low
back pain. Best practice Clinical Rheumatology .2010;24:769-81
8. Freynhagen R, Baron R, Gockel U, Tölle TR. painDETECT: a new
screening questionnaire to identify neuropathic components in patients
with back pain. CuRRent MediCALReSeARCh And OpiniOn.
Librapharm. 2006: p.1911-20
9. Herrero JF, Laird JM, Lopez-Garcia JA., 2000. Wind-up of spinal cord
neurones and pain sensation: much ado about something? Progress in
Neurobiology;61:169–203
35
10. Haldeman SD, Kirkaldy-Willis WH, Bernard TN. An Atlas of BACK
PAIN. THE ENCYCLOPEDIA OF VISUAL MEDICINE SERIES. New
York. The Parthenon Publishing Group.2002.
11. DeLeo JA, Sorkin LS, Watkins LR.., 2007. Immune and Glial Regulation
Pain. Seattle: IASP
12. Deyo Richarda, Weinstein Andjamesn. PRIMARY CARE. N Engl J Med,
Vol. 344, No. 5
13. Byers M.R., Bonica J. J., 2001. Peripheral Pain Mechanisms and
Nociceptor Plasticity. In: Loeser JD et al (eds) Bonica’s
Management of Pain. Lippincott William & Wilkins .Philadelphia, pp
27-72
14. Gan Peng B.Pathophysiology, diagnosis, and treatment of discogenic
lowback pain World J Orthop 2013 April 18; 4(2): 42-52 ISSN 2218-
5836. 2013
15. Patel VB,Wasserman R, Imani Interventional Therapies for Chronic
LowBack Pain: A Focused Review (Efficacy and Outcomes) Anesth Pain
Med. 2015 August; 5(4): e29716.2015
16. Kevin McGraw J. 2004. Interventional radiology of the spine. New
Jersey. Humana Press.
17. Bani A, Spetzger U, Gilsbach J. Indications for and benefits of lumbar
facet joint block: analysis of 230 consecutive patients. Neurosurg Focus.
2002; 13(2):1-5
18. Cohen PS, Raja SN. Pathogenesis, diagnosis, and treatment of lumbar
zygapophysial (facet) joint pain. Anesthesiology.2007; 106:591–614.
19. Van Kleef M, et al. Pain originating from the lumbar facet joints.
PainPractice. 2010;10(5):459-69.
36
37