Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN SKOLIOSIS

PADA ANAK

Disusun oleh :
Desty Aryanti Putri 12151002
Annisa Novia Fitriyani 12151010
Saudah 12151020
Netty panggabean 1215101

UNIVERSITAS BOROBUDUR
2017
1
Konsep teori Skolisis
1. Definisi

Menurut Muscari (2006) skoliosis merupakan deformitas spinal yang biasanya melibatkan
lekukan lateral spinal, rotasi spinal, dan hipokifosis toraks. Skolisis merupakan penyakit
tulang belakang yang menjadi bengkok kesamping kiri atau kanan sehingga wujudnya
merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini
juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa
(Mion,Rosmawati, 2007). Sedangkan menurut Lau (2011) skoliosis adalah lengkungan
(curvature) lateral tulang punggung, yang selalu merupakan kondisi patologik.

2. Etiologi

Skoliosis dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian panjang kaki, kontraktur lutut atau panggul,
nyeri, Gangguan neuromuskular, atau malformasi kongenital. Namun biasanya skoliosis
bersifat idiopatik. Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu non struktural dan struktural.
Skoliosis non struktural disebabkan oleh :

1. Kebisaan yang tidak baik seperti membawa tas yang berat pada sebelah bahu saja
(menyebabkan sebelah bahu menjadi tinggi), postur badan yang tidak bagus (seperti
selalu membongkok atau badan tidak seimbang).
2. Kaki tidak sama panjang.
3. Kesakitan, contohnya disebabkan masalah sakit yang dirasakan di belakang dan sisi
luar paha, betis dan kaki akibat kemerosotan atau kerusakan cidera di antara tulang
vertebra dan menekan saraf.
Skoliosis struktural disebabkan oleh pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal.
Ciri- ciri fisiknya adalah sebagai berikut :
1. Bahu tidak sama tinggi.
2. Pinggang tidak sama tinggi.
3. Badan belakang menjadi bongkok sebelah.
4. Payudara besar sebelah.
5. Sebelah pinggul lebih tinggi.
6. Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.

3. Manifestasi Klinis

Skoliosis bersifat asimtomatik dan tidak dapat dikenali sampai terlihat beberapa derajat
deformitas. Tanda-tanda pertama skoliosis antara lain:

a. Timbulnya bentuk lengkungan pada tulang punggung.

2
b. Skapula dan ekstremitas yang asimetris
c. Jarak yang tidak seimbang antara lengan dan pinggang

4. Antomi dan Fisiologi

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang
dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang ( Evelyn C.
Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis ). Di bagian dalam tulang terdapat rongga
yang memanjang ke bawah yang berisi sumsum tulang belakang yang merupakan jaringan
saraf, bagian dari susunan saraf pusat. Saraf tersebut mengatur gerakan otot dan organ lain,
seperti usus, jantung dan lainnya. Susunan anatomi atau struktur tulang belakang terdiri dari :

a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk daerah
tengkuk.

b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian
belakang torax atau dada.

c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah lumbal
atau pinggang.

d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.

3
e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang membentuk tulang
ekor.

Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada
ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang
lengkungannya kearah belakang.

Tulang belakang memiliki fungsi yaitu :

1. Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh


untuk dapat melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.

2. Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram ( di antara 2


ruas tulang ) yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan
membongkok tanpa patah. Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan
yang terjadi pada saat menggerakan badan seperti pada saat berlari dan
meloncat.

3. Tulang belakang juga memikul berat badan

4. Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang
iga atau rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan
paru-paru.

Pertumbuhan tulang belakang terjadi pada saat manusia masih berada pada kandungan
ibu, tulang tubuhnya masih berupa tulang rawan, yang secara bertahap mengalami proses
perubahan menjadi tulang yang lebih solid. Proses pertumbuhan tulang, khususnya tulang
belakang berlangsung dalam waktu yang sangat lama.

4
Pertumbuhan tulang belakang secara pesat terjadi pada masa pubertas, sebagai
peralihan menuju pembentukan organ tubuh yang lebih matang. Pada anak perempuan terjadi
pada kisaran umur 12-14 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada sekitar umur 14-
15 tahun, pertumbuhan fisik anak laki-laki lebih lambat daripada anak perempuan, pada usia
12-14 tahun sering didapatkan anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki, karena
masa pubertas anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki, tetapi pada usia sekitar 14
atau 15 tahun, anak laki-laki mulai tumbuh dengan pesat karena sudah mencapai usia
pubertas.
Pertumbuhan mulai melambat ketika memasuki usia dewasa muda ( adolescent ) atau
tahap remaja akhir, pada anak perempuan pertumbuhan tulang belakang berhenti pada usia
sekitar 18 tahun, sedangkan untuk anak laki-laki pada usia sekitar 24 tahun, akan tetapi angka
itu tidak menjadi patokan dan tidak berlaku bagi setiap orang ( Daniel S. Wibowo, Anatomi
Tubuh Manusia ). Pada saat masa pertumbuhan tulang belakang berhenti, ciri tulang belakang
pada ruas tulang ekor dan sacrum membentuk menjadi satu.

5. Patofisiologi

Kebiasaan (posisi duduk yang buruk, memikul


benda berat, serung membungkuk), kongenital,
penyakit neuromuskular, dan idiopatik
Melemahkan saraf yang
memberikan tarikan pada tulang
belakang pada posisi normal

SKOLIOSIS

Deviasi lateral Kelelahan tulang Tulang belakang melekung, dada


korpus spinal dan sendi kanan menonjol dan skapula
tampak tinggi sebelah
5
Derajat deviasi Kaku otot
semakin besar Menekan area
Gangguan citra
paru
Menghambat tubuh
Nyeri
untuk bergerak Menghambat
pergerakan rusuk dan
paru
Gangguan
mobilitas
fisik Ekspansi paru

Dispnea

Gangguan pola nafas


tidak efektif

6. Pemeriksaan diagnostik dan Medis

Menurut Muscari (2005), temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium pada skoliosis
dapat dilakukan dengan cara :

a. Pemeriksaan radiografik menyatakan derajat dan lokasi lekukan atau pembekokan


b. Pemindaian MRI digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan patologi intraspinal
atau proses penyakit lain yang dapat menyebabkan skoliosis.
Menurut Suratum, dkk (2008) pemeriksaan diagnostik untuk menetapkan skoliosis
adalah dengan :
a. Mielografi untuk melihat kondisi kolumna vertebralis dan rongga intervertebra, saraf
spinal dan pembuluh darah.
b. Computed tomography untuk mendeteksi masalah muskoloskeletal terutama kolumna
vetebralis
c. X-ray, Sinar-X akan memberikan gambar yang jelas dari tulang-tulang di tulang
belakang anak Anda. Hal ini memungkinkan dokter untuk melihat lokasi yang tepat

6
dari kurva dan untuk mengukur seberapa parah skoliosis. Secara umum, kurva lebih
besar dari 25 dianggap cukup serius untuk memerlukan pengobatan.(AAOS, 2016)

(Kiri) Seorang gadis remaja dengan dada scoliosis idiopatik di sisi kanan. (Tengah)
rib nya menonjol lebih jelas selama "Adam's forward bend test." (Kanan) ini x-ray
tulang dengan jelas menunjukkan kurva dada kanan

Skoliometer ialah sebuah alat buat mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran
dengan skoliometer dikerjakan pada pasien dengan posisi membungkuk, lalu atur posisi
pasien karena posisi ini mau berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai
misalnya kurva dibawah vertebra lumbal mau membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh
dibanding kurva pada thorakal. Lalu letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan
skoliometer tidak ditekan, lalu baca angka tataran kurva.

7. Penatalaksanaan medis

a. Postural Skoliosis dapat diperbaiki dengan latihan postural dan latihan yang
dikombinasi dengan traksi (misalnya traksi kotrel)
b. Skoliosis dengan lengkungan fleksibel (kurang dari 40 derajat dan pasien kooperatif).
Pemasangan brace dikombinasikan dengan latihan cukup untuk memperbaiki kelainan.
c. Pembedahan untuk meluruskan kembali dan menyatukan jika lengkungan lebih dari
40 derajat dan/atau bracing tidak diperlukan biasanya diselesaikan dengan penanaman
tulang dan pemakaian alat atau instrumentasi batang herington, duyer dan luque.

Menurut AAOS (2016), dokter mungkin merekomendasikan operasi jika kurva anak Anda
lebih besar dari 45 -50 atau jika menguatkan tidak berhenti kurva mencapai titik ini.
Kurva parah yang tidak diobati akhirnya bisa memperburuk ke titik dimana akan
mempengaruhi fungsi paru-paru.

7
Sebuah prosedur bedah yang disebut "fusi tulang belakang" secara signifikan akan
meluruskan kurva dan kemudian menyembuhkan tulang belakang bersama-sama sehingga
mereka sembuh menjadi satu, tulang padat. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan
sepenuhnya di bagian tulang belakang yang terkena scoliosis.

Selama prosedur, tulang tulang belakang yang membentuk kurva yang disesuaikan. Potongan
kecil tulang disebut cangkok tulang ditempatkan ke dalam ruang antara tulang untuk
menyatu. Seiring waktu, tulang tumbuh bersama - sama dengan ketika menyembuhkan
Batang logam biasanya digunakan untuk menahan tulang-tulang di tempat sampai fusi terjadi.
Batang yang melekat pada tulang belakang dengan kait, sekrup, dan / atau kawat.
Persis berapa banyak tulang belakang menyatu tergantung pada kurva anak. Hanya tulang
melengkung yang menyatu bersama-sama. Tulang lain dari tulang belakang tetap bisa
bergerak dan membantu dalam gerakan.

X-ray ini menunjukkan dua kurva besar yang memerlukan operasi. (Kanan) Pasien yang sama setelah
operasi untuk memperbaiki belokan.
Pada hari kedua setelah operasi, sebagian besar pasien dapat berjalan tanpa memakai
penjepit. Pulang dari rumah sakit biasanya kurang dari 1 minggu setelah operasi. Kebanyakan
anak dapat kembali ke sekolah dan melanjutkan kegiatan sehari-hari mereka dalam waktu 4
minggu. Hasil jangka panjang fusi tulang belakang sangat sukses dalam menghetikan
pertumbuhan lekukan. Operasi juga dapat meluruskan lekukan secara signifikan, yang
meningkatkan penampilan pasien.

Kebanyakan anak dapat kembali ke kegiatan olahraga dalam 6-9 bulan setelah operasi.
Karena operasi menyebabkan keterbatasan permanen beberapa gerakan tulang, namun
partisipasi dalam olahraga yang kontak seperti sepak bola adalah hati.
Fusi tulang belakang tidak meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan berikutnya

8. Pemeriksaan Keperawatan

8
Cegah trauma fisik dan emosional akibat pemakaian alat penyangga.
o Penyangga Boston dan jaket biasa model khusus (TLSO) merupakandua jenis
alat penyangga yang paling banyak digunakan. Jenis alat penyangga dan
jadwal penggunaannya (antara 16 dan 23 jam per hari) berdasarkan usia anak,
letak kurva, dan kondisi dasar yang menyebabkan kurva.
Evaluasi Penerimaan anak terhadap penggunaan alat penyangga yang diindikasikan
dan program latihan untuk menentukan tingkat gangguan dan kebutuhan untuk
penyuluhan. Latihan tambahan digunakan untuk mencegah atrofi spinal dan otot
abdomen.
Cegah komplikasi akibat pembedahan. Teknik pembedahan terdiri dari penyusunan
kembali dan meluruskan melalui fiksasi internal tersebut mencakup harrington,
dwyer, zielke, luque, cotrel dubouset, isola, dan Texas Scottish Right Hospital
(TSRH).
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi adekuat
Tingkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
Tingkatkan kenyamanan
Beri informasi pada anak dan kelurga mengenai skoliosis dan pengobatannya.
Termaksud informasi lengkapan yang digunakan selama pengobatan.

9. Prognosis

Prognosis tergantung dari penyebab, lokasi dan beratnya skoliosis. Semakin besar
kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa
pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang bisa diatasi dengan penggunaan brace
memiliki prognosis yang baik dan cederung tidak menimbulkan masalah jangka panjang
selain kemungkinan timbulnya sakit punggung dengan bertambahnya usia penderita.

Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik
dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskular memiliki penyakit
lain yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot), karena itu tujuan dari
pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi
yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasari
sehingga penangananya pun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.
(Medicastore, nd)

10. Komplikasi

9
Sistem Pernafasan
Pada skilosis berat, dimana lengkungan lebih dari 70 derajat, iga akan menekan paru-paru
sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. Bengkoknya tulang belakang juga bisa
mengakibatkan volume paru-paru ataupun rongga dada menjadi berkurang karena sebagian
bengkoknya tulang mengambil ruang atau tempat paru-paru.
Sistem Kardiovaskuler
Pada lengkungan yang lebih besar lebih dari 100 derajat, kerusakan bukan hanya pada paru,
namun juga pada jantung. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paru akan
mudah terjadi, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini,
penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
Sistem Musculoskeletal
Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skolisis depan menimbulkan kehilangan densitas
tulang (osteopenia). Terutama pada wanita yang menderi skolisis sejak remaja dan risiko
menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain postur
tubuh jelek, skolisis tingkat ringan dan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia
35 tahun. Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih
dini dibandingkan orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses degenerasi yang lebih
dini. Daerah yang menerima beban yang berlebihan (daerah cekung=concave) akan lebih
cepat mengalami proses degenerasi ini. Pada kenyataan skolisis akan menjadi problem yang
perlu mendapat perhatian di masa yang akan datang.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terganggu karena ruang diperut terdesak tulang, sehingga kerja peristaltik
usus menjadi menurun.
Sistem Neuromuskuler
Berdampak tidak baik pada struktur sekitarnya, salah satunya adalah menekan saraf yang
berseliwer di tulang belakang, gejalanya dapat merusak pegal, kesemutan, sulit bernafas
(karena fungsi paru-paru dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, sudah untuk fokus.
(Anwari, 2014)

Konsep Asuhan Keperawatan

1.PENGKAJIAN
Identitas
Riwayat kesehatan
Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas & kesejajaran. Pertumbuhan tulang yg abnormal dampak tumor
tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi & bagian tubuh yg tak dlm kesejajaran

10
anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang / gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
c. Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, & adanya
benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji sistem otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot & koordinasi, ukuran masing-masing
otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tak teratur dianggap tak normal. Jika salah satu ekstremitas
lebih pendek dari yang lain. Aneka keadaan neurologist yang berhubungan dengan
cara berjalan abnormal (misalnya cara berjalan spastic hemiparesis yaitu stroke, cara
berjalan selangkah-selangkah yang disebut penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar adalah penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit & sirkulasi perifer
Palpasi kulit bisa menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari
lainnya. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu &
waktu pengisian kapiler.

2. Diagnosa keperawatan

a) Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan paru

b) Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral

c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang

d) Gangguan citra tubuh / konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang
miring kelateral

e) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan


3. Intervensi keperawatan

a) Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan paru

Kaji status pernafasan setiap 2 jam


Bantu dan ajarkan pasien melakukan pla nafas yang baik dalam setiap 1 jam

11
Atur posisi tidur semi fowler untuk menaikkan ekspansi paru 1 Kaji tipe,
intensitas & lokasi nyeri

b) Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral

Kaji tipe,intensitas dan lokasi nyeri


Ajarkan relaksasi dan tehnik distraksi dengan cara bermain bersama
Gunakan bantalan untuk menyokong
Angkat bagian tubuh yang sakit untuk memilnimalkan edema,
Ubah posisi anak dengan sering.
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian anti nyeri

c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang

Kaji tingkat mobilitas fisik


Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang
Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif

d) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan


Tingkatkan aktivitas normal sebanyak mungkin dan berikan pengalihan yang
sesuai usia
Anjurkan perawatan diri (misalnya: Tempatkan pakaian dan makanan yang
mudah dijangkau anak) dan beri kontak sosial yang teratur dan akivitas sesuai
usia. Permaian, interaksi sosial yang perawatan diri membantu anak yang
imobilisasi memperoleh harga diri dan kemandirian serta meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang normal
Tingkatkan koping yang efektif dengan mendorong anak mengungkapkan
secara verbal, berikan terapi bermain, dan berikan penyuluhan yang penting
tentang prosedur dan pengobatan
Jelaskan kepada orangtua bahwa anak (usia sekolah) dapat memandang
imobilisasi sebagai hukuman. Anjurkan orangtua untuk mendengarkan dan
memperbaiki pandangan anak yang salah
Beri penyuluhan pada anak dan keluarga tentang imobilisasi

e) Gangguan citra tubuh / konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang
miring kelateral

Anjurkan buat mengungkapkan perasaan & masalahnya


Beri harapan yang realistik & buat sasaran jangka pendek buat memudahkan
pencapaian
Beri dukungan pada pasien dan keluarga.

12
DAFTAR PUSTAKA

AAOS. (2016). Idiopathic Scoliosis in Children and Adolescents. (Online).


http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00353. Diakses 26 Januari 2016

Anwari. (2014). Makalah Kelainan Tulang Belakang. (Online).


http://www.abdansyakuro.com/2014/06/makalah-kelainan-tulang-skoliosis.html.
Diakses 27 Januari 2016

C. Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Daniel S. Wibowo. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia

Guyton, Arthur C. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC


https://www.youtube.com/watch?v=gQTyP9WQj_I
https://www.youtube.com/watch?v=Up0cF__Lbm0
Lau, K,.(2011).Program Pencegahan dan Penyembuhan Skoliosis untuk Anda.
Singapura: ACA

Medicastore. n.d. Skoliosis. (Online). http://medicastore.com/penyakit/960/Skoliosis.html.


Diakses 25 januari 2016

Muscari, M, E,.(2005).Keperawatan pediatrik edisi 3. Jakarta: EGC

Sari., Tirtayasa., & Sugijanto. 2013. Swiss Ball Exercise dan Koreksi Postur Tidak terbukti
Lebih Baik dalam Memperkecil Derajat Skoliosis Idiophatik dari pada Klapp Exercise
dan Koreksi Postur pada Anak Usia 11-13 Tahun. Volume 1, No 2, Hal 27-40.
(Online). http://ojs.unud.ac.id/index.php/sport/article/viewFile/7180/5439/. Diakses
25 Januari 2016

Suratun., Heryati., Manurung., & Raenah. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Tirza Z,Tamin,. (2010). Bahan Mata Ajar Fisioterapi Pediatri.Fisioterapi UI.


Jakarta: Vokasi Kedokteran.

13

Anda mungkin juga menyukai