Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

Halaman
Judul. i

Kata
Pengantar ii

Daftar
Isi. iii

BAB I. PENDAHULUAN
1

1.1 Latar Belakang..


1

1.2
Tujuan. 1

BAB II. DASAR TEORI..


3

2.1
Definisi.. 3

2.2
Etiologi.. 3

2.3
Klasifikasi. 4

2.4 Manifestasi Klinis.


6

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN.. 7


3.1
Pengkajian 7

3.2 Diagnosa Keperawatan.. 8

3.3 Intervensi dan Implementasi.. 10

3.4
Evaluasi. 12

BAB IV. PENUTUP


13

4.1 Kesimpulan..
13

4.2
Saran 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-
anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat
beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin
B12, sampai kelainan hemolitik.

Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan


laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik
didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.

b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.

c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada


pasien anemia.

d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41
% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk.
2001)

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam


1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997)
2.2 Etiologi

Penyebab anemia antara lain:


1. Perdarahan

2. Kekurangan gizi seperti: zat besi, vitamin B12,

dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )

3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.

4. Kelainan darah

5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer,


2001)

2.3 Klasifikasi

Secara patofisiologi anemia terdiri dari:

1. Penurunan produksi: anemia defisiensi, anemia aplastik.

2. Peningkatan penghancuran: anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.

Secara umum anemia dikelompokan menjadi:

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20
mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh
berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita.
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak
disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan
menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula
disebabkan karena:
1). Diet yang tidak mencukupi

2). Absorpsi yang menurun

3). Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui

4). Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah

5). Hemoglobinuria

6). Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

b. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi
seperti infeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ).

2. Anemia makrositik

a.Anemia Pernisiosa

Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12

akibat faktor intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit


herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin
B12.

b.Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi

asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam
folat terdapat dalam daging, susu, dan daundaun yang hijau.
3. Anemia karena perdarahan

a. Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan


penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikitsedikit sehingga tidak diketahui pasien.


Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan
saluran cerna, dan epistaksis.

4. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ),
baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan
membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi,
hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.

5. Anemia aplastik

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.


Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain: pucat,
lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C.
Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada
anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia
pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)

E. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui:


1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 1214 g/dl )

2. Kadar Ht menurun ( normal 37% 41% )

3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )

4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi

5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia


aplastik).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Aktifitas / Istirahat

a). Keletihan, kelemahan, malaise umum.

b). Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja

c). Toleransi terhadap latihan rendah.

d). Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak

2. Sirkulasi

a). Riwayat kehilangan darah kronis,

b). Riwayat endokarditis infektif kronis.

c). Palpitasi.
3. Integritas ego

a). Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan,


misalnya: penolakan tranfusi darah.

4. Eliminasi

a). Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal.

b). Flatulen, sindrom malabsobsi.

c). Hematemesi, melana.

d). Diare atau konstipasi

5. Makanan / cairan

a). Nafsu makan menurun

b). Mual/ muntah

c). Berat badan menurun

6. Nyeri / kenyamanan

a). Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.

7. Pernapasan

a). Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas

8. Seksualitas

a). Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore


b). Menurunnya fungsi seksual

c). Impotent

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen /


nutrisi ke sel.

Ditandai dengan:

a). Palpitasi,

b). kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh,

c). ekstremitas dingin

d). perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat

e). ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi

Tujuan: menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat

2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Ditandai dengan:

a). Kelemahan dan kelelahan

b). Mengeluh penurunan aktifitas /latihan

c). Lebih banyak memerlukan istirahat /tidur

d). Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan darah,


Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk


mencerna, absorbsi makanan

Ditandai dengan:

a). Penurunan berat badan normal

b). Penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut.

c). Nafsu makan menurun, mual

d). Kehilangan tonus otot

Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan.

4. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan,


perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat

Ditandai dengan :

a). Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses

b). Mual, muntah, penurunan nafsu makan

c). Nyeri abdomen

d). Ganguan peristaltic

Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya

5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder yang tidak
adekuat.
Ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala- gejala
yang membuat diagnosa actual

Tujuan: terjadi penurunan resiko infeksi

3.3 Intervensi dan Implementasi

Diagnosa 1

1. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku

2. Beri posisi semi fowler

3. Kaji nyeri dan adanya palpitasi

4. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien

5. Hindari penggunaan penghangat atau air panas

Kolaborasi:

1. Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM

2. Berikan SDM darah lengkap /pocket

3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi

Diagnosa 2

1. Kaji kemampuan aktifitas pasien

2. Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas


3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan

4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi

5. Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk.

Diagnosa 3.

1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

2. Observasi dan catat masukan makanan pasien

3. Timbang berat badan tiap hari

4. Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering

5. Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan

6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik

Kolaborasi:

1. Konsul pada ahli gizi

2. Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen. 3.
Berikan suplemen nutrisi

Diagnosa 4

1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

2. Kaji bunyi usus

3. Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung


4. Hindari makan yang berbentuk gas

5. Kaji kondisi kulit perianal

Kolaborasi

1. Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang

2. Beri laksatif

3. Beri obat anti diare

Diagnosa 5.

1. Tingkatkan cuci tangan dengan baik

2. Pertahan kan tehnik aseptik ketat pada setiap tindakan

3. Bantu perawatan kulit perianal dan oral dengan cermat

4. Batasi pengunjung

Kolaborasi

1. Ambil spesemen untuk kultur

2. Berikan antiseptic topikak, antibiotic sistemik.

3.4 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan


pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999: 28).
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah:

a). Infeksi tidak terjadi.

b). Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c). Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

d). Peningkatan perfusi jaringan.

e). Dapat mempertahankan integritas kulit.

f). Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

g). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda
dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia
dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.

4.2 Saran

Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tandatanda anemia dan


memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

DAFTAR PUSTAKA

<http://www.docstoc.com/docs/6600656/Askep-Anemia> [diakses 12 Januari


2010].

<http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-anemia.html>
[diakses 12 Januari 2010

Anda mungkin juga menyukai