Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut
(OMA) dapat terjadi kare beberapa faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba eustachius
(merupakan penyebab utama darikejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh
pada silia mukosa tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan
bakteri( Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri
piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris).

Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan
OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam
Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalamisekurang-kurangnya satu episode OMA
pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami
satu episode OMA (Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi
penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4
sampai dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar
sepertigakunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke
dokter adalah untuk follow-up

penyakit otitis media tersebut (Teeleet al.,1989).

Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga 62%
anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMAdalam tahun pertama
kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode OMA
ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada
usia 0 sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami kelainan pendengaran pada pasien otitis media

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien dengan otitis media


2. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien dengan otitis media
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien dengan otitis media
4. Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien dengan otitis media
5. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien dengan otitis media

Page | 1
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi

Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut.

2.2 .Klasifikasi OTITIS MEDIA :

1. Otitis media akut adalah sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah. ( Kapita
Selekta Kedokteran, 1999 ) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu.

2. Otitis media sub akut

3. Otitis media kronik adalah infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran
tympani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus-menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau nanah. Biasanya disertai
gangguan pendengaran.

2.3 . Etiologi

Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas dan bakteri


piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus,
haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus
vulgaris, pseudomonas aerugenosa.

Penyebab lainnya yaitu virus. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan
dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-
anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus
(sebanyak 30-40%).

2.4.Manifestasi klinis

1. Otitis media akut :

- gejala diawali dengan infeksi saluran nafas

- Nyeri telinga

- Demam

- Gangguan pendengaran

- Dari pemeriksaan otoskopi gerakan membran timpani


berkurang,cembung,kemerahan,keruh .

2. Otitis media subakut

Page | 2
-efusi 3 minggu 3 bulan

3. Otitis media kronik/menetap

-efusi lebih dari 3 bulan

Gejala klinis dari Otitis Media Akut tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien, yaitu
:

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Terdapat gambaran retraksi membran tympani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah.
Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan
dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.

2. Stadium hiperemesis ( Presupurasi )

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran tympani atau seluruh membran tympani
tampak hiperemesis atau edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih eksudat serosa
sehingga sukar terlihat.

3. Stadium Supurasi

Membran tympani menonjol ke arah telinga luar akibat edemayang hebat pada mukosa
telinga tengan dan hancurnya sel epitel superficial. Serta terbentuknya eksudat purulen di
kavum tympani.Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningakat, sreta nyeri ditelinga
bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang akan terjadi iskemic, tromboplebitis, dan
necrosis mukosa serta sub mukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek
dasn kekuningan pada membran tympani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
4. Stadium Perforasi
Karena pemberian antibiotik yang berlebihan atau virulensi kuman yang tinggi dapat terjadi
ruptur membran tympani dan nanah keluar dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang
semula gelisah menjadi tenaga, suhu badan menurun dan dapat tidur nyenyak

5. Stadium Resolusi
Bila membran tympani tetap utuh, maka perlahan lahan akan normal kembali. Bila terjadi
perforasi maka secret akan berkurang dan mongering. Bila day tahan tubuh baik dan virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitais media akut berubah
menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus
menerus atauhilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik
(OMSK) bila lebih dari 1 1/2 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisi berupa otitis media
serosa bila secret menetap di kavum tympani tanpa perforasi.

Pada anak keluhan utama adalah rasa nyaeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang
tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa idapatkan juga

Page | 3
gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejal
khas otitis media akut adalah suhu yang tinggi (> 39,5 oC ). Gelisah, sulit tidur, tiba-tiba
menjerit saat tidur, diare, kejang dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Setelah
terjadi ruptur membran tympani, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur.

2.5 . Masalah yang lazim muncul

Nyeri pada proses peradangan ditandai dengan edema

Hipertermia

Resiko cidera

Resiko infeksi

Gangguan citra tubuh

Defisien pengetahuan

2.6 Discharge planning

Istirahat yang cukup untuk atasi infeksi

Tidak dianjurkan untuk mengobati sendiri sebelum konsultasi dengan dokter

Liang telinga dapat bersih sendirinya sehingga tidak perlu dibersihkan dengan
katenbuds

Hindari memasukkan apapun ketelinga

Bila kotoran berlebihan konsultasi dengan dokter THT

Jaga telinga tetap kering

Hindari penerbangan saat infeksi

2.7 Patofisiologi

OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek
yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.

Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, terseumbatnya saluran,
dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.

2.8 Komplikasi

1. Sukar menyembuh

2. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang

Page | 4
3. Ketulian sementara atau menetap

4. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut,


kelumpuhan saraf facialis, komplikasi intracranial(meningitis, abses otak), thrombosis sinus
lateralis.

2.9 Tes diagnostic

1. Pada pemeriksaan otoskopik ditemukan ear drum tampak merah dan menggelembung.

2. Spesimen cairan yang keluar dari telinga(dari ear drum yang ruptur)untuk kultur
guna identifikasi pathogen bakteri penyebab.

3. Audiometriuntuk evaluasi adanya tuli konduktif.

4. X-Ray(R)pada area mastoideus.

Page | 5
BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA AKUT

1. PENGKAJIAN :

a. identitas pasien :

Nama : Ny. KS

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : jl.akasia 15 jakarta barat

Pekerjaan : karyawan swasta

Tanggal Masuk RS : 17 September 2016

TanggalPengkajian : 18 September 2016

a.1 identitas penanggung jawab

Nama : TN .AG
Umur : 25 tahun
Status dalam keluarga : Adik kandung

B. Riwayat Keperawatan / Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri di dalam telinga.

2 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien bernama Ny.KS berusia 35 tahun datang ke ruang IGD Rumah Sakit Permata
Medika dengan keluhan nyeri telinga, keluar cairan putih dari telinga kanan yang
disertai dengan demam. Pasien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak, nyeri
dirasakan seperti diremas-remas, nyeri telinga secara terus menerus, skala nyeri 7.

Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan membersihkan telinga menggunakan peniti


setiap hari, ketika sakit pasien hanya memberikan tetes telinga. Keluarga pasien
mengatakan harus berbicara dengan nada tinggi pada klien, karena klien kadang tidak
nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah. Pasien juga mengatakan
cemas apabila harus melakukan operasi. Pasien tampak bingung dan gelisah.

Page | 6
3.Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang dan dua
hari terakhir tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal
dan tidak bau.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti seperti klien
sekarang.

C. pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan Umum

- Keadaan umum : lemah

- Tingkat Kesadaran pasien : sadar.

2. Tanda-tanda vital

- TD : 120/80mmHg

-N : 110x/menit

- RR : 20x/menit

-S : 39C

-BB : 50 kg

- TB : 155 cm

3. Pemeriksaan pada Fisik

a. Kepala : tidak ada benjolan

b. Muka : simetris

c. Mata : konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil mengecil saat


ada cahaya dan melebar saat tidak ada cahaya

d. Hidung : bersih tidak ada kotoran

e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi

f. Telinga : ada cairan berwarna putih kental, ada nyeri tekan, bentuk
simetris, terdapat perforasi pada membran timpani telinga kanan

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan.

h. Dada : Paru : I (simetris),

Page | 7
Pa(tidak ada nyeri tekan),

Pe(normal),

A(vesikuler),

Jantung: tidak ada pembesaran

i. Abdomen : I( simetris),

A(bising usus 12x/menit),

Pa(tidak ada nyeri tekan),

Pe: timpani

j. Ekstermitas : tidak ada kelemahan di ekstermitas

k. Kulit : tampak sawo matang

l. Genealia : tidak terpasang kateter

4. pemeriksaan penunjang

Tes Rine : - (negative)

Tes Weber : lateralisasi ke kanan

Spesimen cairan : berwarna putih kental

ANALISA DATA

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Pasien mengatakan nyeri Ketidak nyamanan
nyeri telinga
DO :
TTV : 120/80mmHg,
N: 110x/menit,
RR: 20x/menit,
S: 39C.

Page | 8
2. DS : pasien mengatakan Penurunan nafsu masuknya Gangguan
pening, mual ,muntah makanan pemenuhan nutrisi
dan menurunnya nafsu
makan
DO :
Berat badan menurun
Badan lemah

3. DS: Pasien mengatakan AncietasProsedur Rasa cemas dan


cemas jika harus pembedahan; miringoplasty khawatir
dilakukan operasi telinga. / mastoidektomi

DO : pasien tampak
bingung dan gelisah

4. DS : pasien mengatakan Kurang pengetahuan


belum mengetahui penyakit dan
penyakitnya dan pengobatan
pengobatannya

DO : pasien bertanya
tanya seputar penyakit
nya dan pengobatannya

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut proses peradangan

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya dan pengobatannya

3. INTERVITAS KEPERAWATAN

1. DX 1: Nyeri akut proses peradangan

tujuan : -rasa nyaman dan nyeri hilang

- suhu tubuh kembali normal

Intervensi :

Kaji lokasi, tipe, durasi, dan frekuensi nyeri.

Page | 9
Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10.

Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.

Kaji kefektifan tindakan penghilang nyeri.

Beri posisi nyaman.

Anjurkan teknik reduksi nyeri dengan kompres dingin, teknik


relaksasi, sentuhan.

Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik.

Anjurkan dukungan keluarga / orang terdekat

2.DX.2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Intervensi :

Kaji status nutrisi, pola makan yang lalu, dan obat-obatan.

Kaji makanan yang lebih disukai, disukai, dan tidak disukai

Menyediakan makanan dalam lingkungan yang tenang dan


menganjurkan klien makan dengan perlahan dan mengunyah dengan
baik.

Beri posisi yang nyaman selama makan.

Anjurkan keluarga, anggota keluarga lain yang terlibat selama makan,


makan dengan klien, membawa makanan dari rumah.

Pelihara lingkungan yang bersih untuk mencegah mual

3.DX. 3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang / hilang

Intervensi :

- Mengatakan hal yang sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai


kemungkinan kemajuan dan fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien
dalam berkomunikasi

- beri informasi

4.DX.4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Page | 10
dan pengobatannya

Tujuan : Klien akan mempunyai pemahaman yang baik tentang pengobatan dan cara
pencegahan Kekambuhan .

Intervensi :

- Ajarkan klien mengganti balutan dan menggunakan antibiotik secara kontinyu sesuai
aturan

- Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana

cara melaporkannya

- Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran

4.IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON


KEPERAWATAN

1 Nyeri akut proses peradangan - Mengkompres dengan air -Nyeri sdikit berkurang
dingin atau panas
- pasien nyeri 8
- Mengkaji skala nyeri
dengan ekspresi wajah - saat nyeri seperti
meringis pada menarik napas
panjang
- mengajarkan teknik
relaksasi - Pasien minum
obat, tampak
- memberian analgetik, dan lebih baik
antibiotik

2. Resiko keseimbangan - Mengkaji status - Pasien mulai


makanan dan pola teratur pola
nutrisi makan makan

- Mengkaji makanan - Nafsu makan


yang disuka ,tidak pasien mulai
disuka dan disarankan lebih baik

3. Ansietas berhubungan mendiskusikan mengenai - Menunjukan


dengan status kesehatan kemungkinan kemajuan dan kepada klien
fungsi pendengarannya bahwa dia dapat

Page | 11
- Memberi informasi berkomunikasi
mengenai status kesehatan dengan baik
tanpa
menggunakan
alat khusus
sehingga dapat
mengurangi rasa
cemasnya.

- Agar klien
menyadari
sumber-sumber
apa saja yang
ada
disekitarannya

4. Kurang pengetahuan tentang - Beritahu komplikasi yang Pemahaman


mungkin timbul dan tentang
Penyakitnya dan pengobatan bagaimana cara komplikasi yang
melaporkannya dapat terjadi
pada klien dapat
- Tekankan hal-hal yang membantu klien
penting yang perlu ditindak dan keluarga
lanjuti / evaluasi pendengaran untuk
melaporkannya
ketenaga
kesehatan

-dapat
mengetahui
perkembangan
penyakit dan
mencegah
terjadinya
kekambuhan

Page | 12
5. EVALUASI

no Tanggal / Diagnosa evaluasi


jam keperawatan

1 18 September Nyeri akut proses S : Pasien mengatakan nyeri pada telinga


2016 ( 08:30 ) peradangan
O : pasien nampak menahan sakit

A :masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Kompres panas di telinga bagian luar ;


untuk mengurangi nyeri.
Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan
telinga (edema)
Ajarkan teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri

2 18 september Resiko keseimbangan S :pasien mengatakan sudah mampu menghabiskan


2016 makanan
nutrisi
O : makanan pasien sudah habis setengah
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

3 18 september Ansietas berhubungan S : pasien mengatakan masih sulit untuk


2016 dengan status berkomunikasi
kesehatan
O : pasien masih terlihat bingung saat
berkomunikasi

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

- Mengatakan hal yang sejujurnya kepada


klien untuk mempertahan kan harapan klien
dalam berkomunikasi
- beri informasi

Page | 13
4 18 september Kurang pengetahuan S : pasien mengatakan masih bingung dengan
2016 tentang komplikasi

Penyakitnya dan O : pasien masih menekan saat telinga sakit


pengobatan
A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan


bagaimana cara melaporkannya

Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak


lanjuti / evaluasi pendengaran

Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga

Page | 14
ASUHAN KEPERAWATAN KRONIK

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2016

Jam pengkajian : 08.30 WIB

1. Identitas

a. Identitas Pasien

1) Nama : Tn. HK

2) Umur : 37 th

3) Jenis kelamin : Laki-laki

4) Alamat : Jalan mata 4 jakarta

5) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

6) Pendidikan : SMP

7) Pekerjaan : Pedagang

8) Agama : Islam

b. Identitas penanggung jawab

1) Nama : Ny. LW

2) Umur : 35 th

3) Jenis kelamin : Perempuan

4) Alamat : Sumber Kidul 2/3 Babakan, Cirebon

5) Suku / bangsa : Jawa / Indonesia


Page | 15
6) Pendidikan : SMP

7) Pekerjaan : Pedagang

8) Agama : Islam

9) Hub. dgn pasien : Istri

2. Keluhan utama

Pasien mengatakan keluar cairan warna kekuning-kuningan pada telinga

kanan dan pasien merasa pendengaran berkurang.

3. Riwayat keperawatan

a. Riwayat keperawatan sekarang

Satu minggu yang lalu, pasien mengatakan telinga keluar cairan warna

kekuning-kuningan. 1 minggu yang lalu pasien membersihkan telinga dengan

menggunakan peniti, karena telinga terasa gatal dan sakit kemudian berwarna

kekuning-kuningan kemudian pasien memeriksakan telinganya di THT

b. Riwayat keperawatan dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah menderita penyakit seperti

ini. Pasien juga tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM, jantung dan

paru-paru.

c. Riwayat keperawatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

keturunan dan menular.

Page | 16
4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Sedang

b. Tingkat kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg S : 37C

N : 88 x/menit RR : 20 x/menit

d. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, bersih, pendek, rapi.

e. Mata : Simetris kanan dan kiri

f. Telinga : Ada cairan warna kekuning-kuningan pada telinga kanan,

berbau, telinga kiri basah, sedikit

g. Mulut : Tidak ada stomatitis, gigi tidak caries

h. Hidung : Tidak ada sekret

i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

j. Dada :

- Paru : I : Simetris kanan dan kiri

P : Fremitus raba kanan = kiri

P : Sonor

A : Vesikuler

- Jantung : I : IC tidak tampak

P : IC kuat angkat

P : Batas jantung tidak melebar


Page | 17
A : Bunyi jantung I, II reguler

- Abdomen : I : Tidak ada lesi

A : Peristaltik usus 12 x/menit

P : Tidak ada nyeri tekan

P : Tympani

k. Ekstremitas : Tidak ada cyanosis, pergerakan bebas atas, bawah

6. Pemeriksaan Penunjang

7. Program terapi

a. Cepro 2 x 500 mg

b. Methyl prod 2 x 500 mg

c. Cholapenikol 3 x 1

d. Amoxcilin 3 x 1

8. Data fokus

a. Data subyektif :

1) Pasien mengatakan telinga kanan keluar cairan warna kekuning-kuningan

2) Pasien mengatakan pendengarannya berkurang

3) Pasien mengatakan merasa malu dengan penyakitnya

b. Data obyektif :

1) Terlihat ada cairan kekuning-kuningan di telinga kanan

2) Pasien nampak berulang kali tanya, jika ditanya

3) Pasien nampak malu saat diperiksa dan ditanya penyebab penyakitnya

4) Nampak ada serumen pada telinga kiri dan kotor

Page | 18
5) Nampak wajah pasien memperhatikan jika ditanya

B. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1. DS : Pasien mengatakan Gangguan telinga Gangguan

pendengarannya berkurang dalam persepsi

sensori
DO: Pasien nampak berulang kali
pendengaran
tanya jika ditanya

Tampak wajah pasien

memperhatikan jika ditanya

2. DS : Pasien mengatakan malu Penyakit OMSK Gangguan

dengan penyakitnya harga diri

rendah
DO: Pasien nampak malu saat

diperiksa dan ditanya

penyebab penyakitnya

C.Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan fungsi pendengaran berhubungan dengan adanya otore.

2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan penyakit OMSK.

D. Intervensi Keperawatan

1. Dx. II

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pendengaran

baik atau normal.

Intervensi :

a. Kaji tingkat kerusakan pendengaran

b. Berikan cara komunikasi yang jelas


Page | 19
c. Lakukan pemeriksaan telinga

d. Kolaborasi dalam pemasangan alat bantu telinga

2. Dx. III

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam menyatakan

pemahaman akan perubahan dan penerimaan terhadap diri sendiri.

Intervensi :

a. Kaji tingkat perasaan penerimaan keadaan pasien.

b. Dorong dan beri dukungan dalam perawatan

c. Bantu pasien dalam mengatasi perubahan

d. Kolaborasi dengan psikiatri dalam program pengobatan

E. Implementasi

Tanggal,
Dx Implementasi Respon
Tanggal/ jam

10 oktober I - Melakukan pemeriksaan pada Pasien kooperatif


2016 telinga

09.00 - Melakukan irigasi pada


telinga
Pasien kooperatif
- mengkaji keadaan umum
dan tanda-tanda vital Keadaan umum baik

TD : 130/90

09.50 II - Mengkaji tingkat perasaan Pasien nampak malu


pasien dengan penyakitnya

Pasien tampak tenang

Page | 20
Tanggal,
Dx Implementasi Respon
Tanggal/ jam

- member support dan


penjelasan tentang
penyakit pasien

F. Evaluasi
Dx Tgl/jam Evaluasi Ttd

I S : Pasien mengatakan pendengaran masih terganggu

O : Pasien nampak masih masih bertanya jika ditanya

A : Masalah gangguan persepsi pendengaran teratasi


sebagian

P : Intervensi dipertahankan

- Lakukan pemeriksaan telinga


- Bantu dalam komunikasi dengan orang lain
-

II S : Pasien mengatakan bisa menerima keadaannya


sekarang ini

O : Pasien nampak menerima keadaanya sekarang

Pasien nampak tenang

A : Masalah gangguan harga diri rendah teratasi

P : Intervensi dihentikan.

Page | 21
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Otitis media adalah infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Yaitu pada ruang di
belakang gendang telinga, di mana terdapat tiga tulang kecil yang menangkap getaran dan
meneruskannya ke telinga bagian dalam. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah radang
telinga tengah.

Otitis media merupakan salah satu penyebab yang paling umum dari sakit telinga. Berikut ini
adalah tanda dan gejala yang bisa terjadi pada anak-anak:

Sering menarik, menggenggam, dan menggaruk telinga.

Mengalami demam.

Tidak mau makan.

Mudah marah atau rewel.

Tidak bereaksi dengan suara lirih atau pelan.

Susah tidur di malam hari.

Penyebab Otitis Media


Sebagian besar kasus otitis media muncul karena terjadinya infeksi akibat virus atau bakteri.
Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya penimbunan mukosa atau lendir di telinga tengah.
Telinga tengah berfungsi menyampaikan suara ke telinga bagian dalam melalui getaran dari
tiga tulang kecil di dalamnya.
Saluran eustachius, yaitu tabung yang berfungsi menyalurkan udara ke dalam telinga bagian
tengah, pada anak-anak berukuran lebih kecil daripada orang dewasa. Karena itulah anak-
anak lebih rentan terhadap infeksi ini dan menjadikan mereka lebih mudah terserang otitis
media.

Pengobatan Otitis Media

Sebagian besar kasus otitis media tidak memerlukan penanganan oleh dokter. Kondisi ini
akan pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Berikut ini beberapa tanda yang perlu
Anda waspadai dan butuh penanganan medis, yaitu:
Gejala tidak membaik dalam waktu tiga hari.

Merasa sangat kesakitan pada bagian telinga.

Terdapat nanah atau cairan keluar dari telinga.

Page | 22
Memiliki kondisi medis bawaan, seperti kistik fibrosis atau penyakit jantung turunan, yang
membuat Anda atau anak-anak lebih rentan mengalami komplikasi.
Pengobatan yang akan diberikan berguna untuk meredakan rasa sakit dan demam yang
mungkin dialami. Obat yang bisa diberikan adalah parasetamol sebagai pereda rasa sakit atau
ibuprofen yang memiliki fungsi sama.
Untuk mengatasi otitis media akibat bakteri, biasanya dokter memberikan antibiotik. Obat ini
akan diberikan jika gejala yang muncul berkelanjutan atau cukup parah.

Pencegahan pada Otitis Media


Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terkena otitis
media:
Jauhkan anak-anak dari lingkungan yang penuh asap atau berada di lingkungan perokok.

Lakukan vaksinasi terbaru pada anak-anak, terutama vaksin pneumokokus dan vaksin
DTP/IPV/Hib.

Utamakan pemberian ASI, bukan susu formula.

Menghindari kontak langsung dengan anak-anak yang sedang sakit atau terserang infeksi.

Jangan memberi makan pada anak saat me reka berbaring.

Setelah anak berusia 6-12 bulan, jangan memberikan dot pada mereka.
Beberapa cara di atas hanya dilakukan untuk mengurangi risiko terkena otitis media karena
tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi telinga tengah

Page | 23
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma hardhi.(2013)aplikasi askep nanda nic noc ,Yogyakarta: mediaction publishing


(jilid 2 .hal : 465)

Wilkinson M. Judith (2008) diagnose keperawatan .jakarta:penerbit buku kedokteran

Page | 24

Anda mungkin juga menyukai