Anda di halaman 1dari 26

PROSES ELIMINASI SISA METABOLISME

DAN HORMON-HORMON YANG TERKAIT


(diajukan untuk memenuhi salah satu mata tugas kuliah ilmu keperawatan dasar 2 )

Nama kelompok :
Desty Aryanti putri
Hanan Adya Maharani
Kurniawati
purwati

UNIVERSITAS BOROBUDUR
JALAN RAYA KALIMALANG NO.1
JAKARTA TIMUR
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Proses
Eliminasi Sisa Metabolisme
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pelajaran Ilmu Dasar Keperawatan di universitas Borobudur.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

jakarta,06 maret 2016

Penulis

2|Pa ge
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4-5

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................


1.2 Tujuan Masalah .............................................................................................
1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 6-24

Proses eliminasi dan sisa metabolism ................................................................. 6-18


Hormon terkait pada eliminasi ........................................................................... 18-
24

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 25

BAB IV DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 26

3|Pa ge
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk
hidup karena manusia memiliki cirri-ciri diantaranya: dapat bernafas,
berkembangbiak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan, dan megeluarkan sisa
metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan
peranan masing-masing organ.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok
yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak
dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti
retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine,
konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan
diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system
pencernaan, ekskresi, dll.
Alam menggunakan spektrum yang beragam molekul sebagai hormon, dan
mengetahui struktur dasar hormon menyampaikan pengetahuan yang cukup
tentang reseptor dan mekanisme tindakan.. Selain itu, struktur sederhana sering
bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan molekul yang sama agonis dan antagonis
yang terapi berharga.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau
bowel (feses).
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara
kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka
sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas.
Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas
klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi.

4|Pa ge
1.2 TUJUAN MASALAH
a. Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi.
b. Mengetahui organ-organ yang berperan dalam eliminasi.
c. Menjelaskan faktor-faktor yang memperngaruhi eliminasi.
d. Mengetahui gangguan/masalah kebutuhan eliminasi urine.
e. Mengetahui tindakan mengatasi masalah eliminasi urine.

1.3 RUMUSAN MASALAH


a. Apa saja system tubuh yang berperan dalam eliminasi urine dan eliminasi alvi
(buang air besar) ?
b. Bagaimana proses berkemih dan proses buang air besar ?
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan defekasi (proses buang
air besar) ?
d. Apa saja gangguan atau masalah kebutuhan eliminasi urine dan eliminasi alvi?
e. Apa saja tindakan untuk mengatasi masalah eliminasi urine dan eliminasi alvi?

5|Pa ge
BAB II
PEMBAHASAN

PROSES ELIMINAS SISA METABOLISME

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa


urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine
adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandungan kemih secara
progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang,
yang kemudian mencetuskan langkah ke dua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi(refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung
nkemih atau jika ini gagal , setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga di hambat atau di timbulkan oleh pusat
korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih di persarafi araf saraf sakral dan Saraf sensori dari kandung
kemih di kirim ke medula spinalis sampai kemudian diteruskan ke pusat miksi
pada susunan saraf pusat.pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk
berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan
spinter eksternal di bawah kontrol kesadaran akan berperan , apakah mau miksi
atau di tahan. Pada saat miksi abdominan berkontraksi meningkatkan kontraksi
otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih
yang di sebut urine residu.
Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu , biasanya
miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur . Normal miksi sehari 5 kali
.Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga di sebut
bowel movemen.Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses ke kolon
sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam rektum di rangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara
kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka
sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai

6|Pa ge
kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas.
Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas
klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi.

2.2 Gangguan Eliminasi

Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak
dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan
sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan
orang-orang disekitarnya.

Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis

Gangguan eliminasi urin

Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami disfungsi eliminasi urin.Biasanya orang yang mengalami
gangguan eliminasi urin akan di lakukan katerisasi urine , yaitu tindakan
memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan
mengeluarkan urine.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :

a. Retensi , yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot
sfingter exsterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis , sering terjadi pada anank-anak , umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebihn dalam semalam.
d. Urgency , adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria , adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .

2.3 Gangguan Eliminasi Fekal

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu


mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar. Mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi
fekal biasanya dilakukan huknah. Baik huknah tinggi maupun huknah rendah.

7|Pa ge
Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan
menggunakan kanul rekti.

2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Eliminasi

Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor tersebut
antara lain:

a. Usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga
berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum
mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem
neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan
mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut. Biasanya terjadi penurunan torus
otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut menyebabkan kesulitan
dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia lanjut berisiko
mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan kontrol
otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.

b. Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan
urine. Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses. Makanan
yang rendah serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai
rektum, sehingga meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat terjadinya
konstipasi. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi.

Di samping itu, pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya,


misalnya jengkol, dapat menghambat proses miksi. Jengkol dapat menghambat
miksi karena kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang
banyak dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan
menyumbat saluran kemih sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu. Selain
itu, urine juga dapat menjadi bau jengkol.

Malnutrisi menjadi dasar terjadinya penurunan tonus otot, sehingga mengurangi


kemampuan seseorang untuk mengeluarkan feses maupun urine. Selain itu, yang
paling penting akibat malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine adalah
menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang pada organ
pencernaan maupun organ perkemihan.

8|Pa ge
c. Cairan
Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila intake cairan tidak
adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan
dari usus besar dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses menjadi
keras, kering, dan sulit melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine,
kurangnya intake cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal untuk
difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat.

d. Latihanfisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot
yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting bagi
defekasi dan miksi. Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik.

e. Strespsikologis
Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika
seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami
diare ataupun beser. Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.

f. Temperatur
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh. Seseorang yang demam akan
mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas
metabolik. Hal tersebut menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga
dampaknya berpotensi terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit.
Selain itu, demam juga dapat memengaruhi terhadap nafsu makan yaitu terjadi
anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan.

2.1 ORGAN YANG BERPERAN DALAM ELIMINASI URINE


a. Ginjal

Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri


atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi
pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.

b. Kandung Kemih
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai
penampung air seni (urine).

9|Pa ge
c. Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.

d. Ureter
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang
menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih.

LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN URINE


Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besat cairan yang bebas
protein dari kapiler glomerolus ke kapsula bowman. Kebanykan zat dalam plasma
difiltrasi secara bebas kecuali protein sehingga filtrate glomerolus dalam kapsula
bowman hamper sama dengan dalam plasma. Cairan diubah oleh reabsorsi air dan
zat terlarut spesifik kembali ke dalam darah atau zat lain dari kapiler peritubulus ke
dalam tubulus.

Faktor yang mempengaruhi filtrasi


Kebanyakan kapiler glomerolus relative impermeable terhadap protein
sehinga cairan hasil filtrasi bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen
selular termasuk sel darah merah. Konsentrasi unsur plasma lainnya termasuk
garam dan molekul organic yang terikat pada protein plasma seperti glukosa dan
asam amino bersifat baik dalam plasma dan fitrasi glomerolus.
a. Aliran darah ginjal
Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradient tekanan yang melintas
pembuluh darah renalis atau perbedaan antara tekanan arteri renalis dan tekanan
hidostatik vena renalis dibagi dengan tahanan pembuluh darah total.

Aliran darag ginjal=Tekanan arteri renalis tekanan vena renalis


Tekanan pembuluh renalis total

b. Tekanan filtrasi
Perubahan tekanan hidrostatik kapiler glomerolus, perubahan tekanan darah
dan konsentrasi arteriola aferen dan eferen.perubahan tekanan hidrostatik kapsula
bowman misalnya obstruksi ureter dan edema ginjal again dalam kapsul.
Perubahan konsentrasi protein plasma dan tekanan koloid osmotic misalnya terjadi
pada dehidrasi dan hipoproteinemia.

c. Luas permukaan filtrasi

10 | P a g e
Luas permukaan filtrasi berkurang akibat dari penyakit yang merusak
glomerolus dan nefrektomi partial sehingga proses filtrasi terganggu dan tidak
berjalan lancer.
d. Permeabilitas membrane filtrasi
Meningkat akibat penyakit ginjal
Proses Absorbsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat, dan ion bikarbonat. Proses ini tejadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorbsi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi
dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorbsi. Kegiatan ini banyak
dipengaruhi oleh hormone-hormone dan zat-zat yang direabssorbsi berubah sesuai
dengan keperluan tubuh setiap saat.
a. Air diabsorbsi dengan jumlah yang banyak.
b. Zat esensial yang mutlak diperlukan misalnya glukosa, NaCI, dan garam-garam
direabsorbsi dengan sempurna kedalam kapiler peritubulas, kecuali kadarnya
melebihi ambang ginjal yaitu batas kadar tertinggi suatu zat dalam darah yang
apabila dilampaui akan menyebabkan ekskresi zat tersebut masuk ke dalam urine.
c. Zat yang sebagian diabsorpsi sel-sel tubulus bila diperlukan misalnya kalium.
d. Zat-zat yang hanya diabsorpsi dalam jumlah kecil dari hasil metabolism
misalnya ureum,fosfat,dan asam urat.
e. Zat yang sama sekali tidak diabsorpsi bahkan tidak dapat disekresi oleh sel
tubulus misalnya kreatinin.
Jumlah total air yang diabsorpsi 120 ml/menit.Sekitar 70-80% diabsorpsi oleh
tubulus proksimal disebut juga reabsorpsi air obligatori,sisanya 20-30% diabsorpsi
secara fakultatif dengan bantuan hormone vasoprovesi yaitu ADH (anti diuretic
hormone) di tubulus distal, sebagaian kecil sisanya diabsorpsi pada duktus
koligentis yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal.

Proses sekresi
Tubulus ginjal dapat menyekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan
filtrasi selama metabolism atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama
metabolism sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.Namun,pH darah dan
cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4 (alkalis).Sel tubuh membentuk
amoniak yang bersenyawa dengan asam kemudian disekresi sebagai ammonium
supaya pH darah dan cairan tubuh tetap alkalis.

11 | P a g e
KARAKTERISTIK URINE

1. Komposisi : terdiri atas 95% air yang mengandung zat terlarut sebagai berikut :
a) Zat buangan nitrogen: meliputi urea dari protein,asam urat dari katabolisme
asam nukleat,dan kreatinin dari proses penyaringan kreatinin fosfat dalam
jaringan otot.
b) Asam hipurat (asam Kristal): produk sampingan pencernaan sayuran dan buah-
buahan.
c) Badan keton (atom karbon):dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah
konstituen(unsure pendukung) normal dalam jumlah kecil.
d) Elektrolit: meliputi ion natrium,klor,kalium,ammonium,sulfat,fosfat,kalium,
dan magnesium.
e) Hormon (catabolic hormone): ada secara normal dalam urine.
f) Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing,pigmen,vitamin,atau enzim sebagai
normal ditemuka dalam jumlah kecil.
g) Konstituen abnormal: meliputi albumin,glukosa,sel darah merah,sejumlah besar
badan keton.Zat kapur yang terbentuk dan mengeras dalam tubulus akan
menjadi batu ginjal (neprolitiasis).
2. Sifat Fisik
a. Warna: kuning pucat,kuning pekat jika kental.Urine segar biasanya jernih dan
menjadi keruh jika didiamkan.
b. Bau: urine memiliki bau yang khas,berbau amoniak jika didiamkan,bervariasi
sesuai dengan makanan yang dimakan.Pada diabetes yang tidak
terkontrol,aseton akan menghasilkan bau manis pada urine.
c. Asiditas (keadaan asam) atau alkalinitas (keadaan alkali):pH urine bervariasi
antara 4,8-7,5 dan biasanya 6,0 tergantung pada diet.Makanan proteintinggi
akan meningkatkan asiditas,sedangkan diet sayuran akan meningkatkan
alkalinitas.
d. Berat jenis urine: Berkisar antara 1,001-1,035 tergantung pada konsentrasi
urine.

Peranan urea. Urea dalam filtrasi glomerulus bergerak keluar tubulus karena
konsentrasinya meningkat oleh pengurangan progresif volume filtrate.Urea bisa
melintasi membran ginjal dengan cara difusi sederhana atau dipermudah.Apabila
cairan urine rendah,maka lebih besar kesempatan urea untuk meninggalkan tubulus
dan hanya 10-20% urea yang difiltrasi diekskresikan (disaring dan dikeluarkan).

12 | P a g e
FISIOLOGI URINARIA

Pada ansa henle, filtrate urine menjadi lebih tinggi konsrntrasinya. Bagian
pers asending berdinding tipis dan cukup permeable. Besama sengan cairan
interstisial yang berkonsentrasi tinggi menyebabkan berosmosis dari filtrate ke
dalam cairan interstisial sehingga membuat fiktrat cukup pekat sampai waktunya
filtrate mencampai ansa pars asending.
Pars asendig berdinding tebal dan secara relatif impermeable terhadap air.
Pers asending ini mengandung ion karier yang secara aktif mentranspor natrium
keluar dari filtrate. Pengeluaran elektrolit tanpa air membuat filtrate lebih encer
dari sebelumnya.
Pada tubulus distal natrium kembali direabsorpsi melalui transport aktif
hydrogen. Sedangkan kalium dan asam urat dapat ditambhkan ke dalam urine
melalui sekresi tubular. Duktus kolegnetis (tubulus kolegentis) menerima isi dari
banyak tubulus distalis dan tidak reabsorpsi atau menyekresi elektrolit. Pada orang
yang hidrasinya baik reabsorpsi air juga tidak terjadi

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE

a. Diet atau asupan


Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk.selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat menyebabkan urin
banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria
dan jumlah pengeluaran urine.
c. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal
ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
d. Stres Psikologi
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
e. Tingkat aktifitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi
sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya
tonus otot vesika urinearia dapt menyebabkan.

13 | P a g e
f. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami
kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol
buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.
g. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur pada pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di
tempat tertentu.
i. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami
kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
j. Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.
k. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari
pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
l. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan.
m. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic ini juga dapat mepengaruhi kebutuhan eliminsi urine,
khusunya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemriksaan
saluran kemih seperti intra venus pylogram (IVP).

2.4 GANGGUAN ATAU MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

a. Retensi urine,merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat


ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
b. Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine.
c. Enuresis, merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna.
d. Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang yang
mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis,

14 | P a g e
kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan
eliminasi terdiri atas : Frekuensi, Urgensi, Disuria, Poliuria, Urinaria
supresi.

2.5 TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI URINE

a. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan


b. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urineal
c. Melakukan kateterisasi

2.6 PENGKAJIAN ELIMINASI URINE

a. Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-
orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan
tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya
berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar
waktu makan.
b. Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi. Usia jumlah atau hari :
- Hari pertama dan kedua dari kehidupan 15-60 ml
- Hari ketiga-kesepuluh dari kehidupan 100-300 ml
- Hari kesepuluh-2 bulan kehidupan 250-400 ml
- Dua bulan-1 tahun kehidupan 400-500 ml
- 1-3 tahun 500-600 ml
- 3-5 tahun 600-700 ml
- 5-8 tahun 700-1000 ml
- 8-14 tahun 800-1400 ml
- 14 tahun-dewasa 1500 ml
- Dewasa tua 1500 ml/kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada
orang dewasa, maka perlu lapor.
c. Warna
Normal urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah warna
urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit.
d. Bau
Normal urine berbau aromatik yang memusingka. Bau yang merupakan indikasi
adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.

15 | P a g e
e. Berat Jenis
Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu
volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat
jenis air suling adalah 1, 009 ml dan normal berat jenis : 1010 1025.
f. Kejernihan
Normal urine terang dan transparan Urine dapat menjadi keruh karena ada mucus
atau pus
g. PH
Normal pH urine sedikit asam (4,5-7,5)
Urine yang telah melewati temperature ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi
alkali karena aktivitas bakteri
Vegetarian urinennya sedikit alkali
h. Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen,
globulin, tidak tersaring melalui ginjal urine
Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapt tersaring urine
adanya protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine
disebut albuminuria.
i. Darah
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
Adanya darah dalam urine disebut hematuria.
j. Glukosa
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat
sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada pasien
DM Adanya gula dalam urine disebut glukosa.

2.7 TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI URINE


a. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
b. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urineal
c. Melakukan kateterisasi

2.8 PROSES BUANG AIR BESAR (DEFEKASI)


Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar. Terdapat dua pusat ang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di
medula dan sumsum tulang belakang. Secara umum, terdapat dua macam terdapat
dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic
dan refleks defekasi parasimpatis.

16 | P a g e
2.9 GANGGUAN ATAU MASALAH ELIMINASI ALVI

a. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras,
serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
b. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus,
mungkin ada rasa mula dan muntah.
c. Inkontinesia usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran
feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang
merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan
gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.
d. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas
berlebihan dalam lambung atau usus.
e. Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena
konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain-lain.
f. Fecal impaction
Fecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal
impaction adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.

2.10 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DEFEKASI

a. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi
yang berbeda.
b. Diet
Diet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat memengaruhinya.
c. Asupan cairan

17 | P a g e
Pemasukana cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras.
Oleh karena itu, proses absopsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses
defekasi.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan
laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
f. Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat
terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan
buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, etika seseorang tersebut buang air
besar di tempat terbuka atau tempat kotor, maka akan mengalami kesulitan dalam
proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-
penyakit tersebut berhubungan langsung dengan system pencernaan, seperti
gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan / keinginan untuk defekasi seperti
nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomio.
i. Kerusakan sensorik dan motoris
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi
karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan
defekasi.

2.11 TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI (Buang Air


Besar)
a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
b. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
c. Memberikan huknah rendah
d. Memberikan huknah tinggi
e. Memberikan gliserin
f. Mengeluarkan feses dengan jari

18 | P a g e
Hormon Yang Terkait Dengan Eliminasi

1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit

Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino.


Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk
mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah
difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat,
maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga
mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk
menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air
bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan
ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun
15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting
dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air
susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.

2. Mineralocorticoids

hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka


mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin,
empedu dan air liur.

Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini.


Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na +
konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi
dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak
lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini
mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron
menjaga keseimbangan elektrolit.

3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron)

disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar
hipofisis. Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat),
ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan
19 | P a g e
senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan
diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses
peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam
metabolisme estrogen.

Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh


plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang
bekerja sebagai sasaran.Progesteron : metabolism progesterone yang utama di
dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks
adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).

4. Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang
menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai
proses fisiologis.
Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin
bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang
ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka
bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme
sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama
bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran
seksual laki-laki, prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject
(alprostadil) sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata peneliti
medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil (sintetik prostaglandin E1) adalah agen
vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot polos corpus cavernosum dan
dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan ereksi."
Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1
endogen, memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan
meningkatkan lendir dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran
darah mukosa.

5. Gukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium (
Frandson, 2003)
20 | P a g e
Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap
ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian
luar (korteks) dan bagian dalam (medula).

Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi
mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan
dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu
untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.

Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang


mengakibatkan denyut jantung meningkat.
Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul
kelelahan, berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen
melanin. Sedangkan hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal
dengan akibat penyakit Sindrom Cushing dengan gejala : badan gemuk, anggota
gerak kurus, wajah seperti bulan purnama, punuk lembu di punggung dan perutnya
menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah, hipertensi dan ketahanan terhadap
stres menurun.

Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :


Bagian Korteks Menghasilkan :
Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison)
Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan
metabolisme protein dan lemak, mengurangi kekebalan.

6. Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan
pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.

Prolaktin terdapat ada sebagian besar hewan termasuk manusia. Prolaktin, hormon
pertumbuhan (Growth Hormone) dan Placental Lactogen (PL atau chorionic
somatomammotropin (CS)), merupakan anggota dari hormon polipeptida
berdasarkan sekuen asam amino yang homolog. Prolactin diproduksi oleh sel yang
terdapat pada anterior pituitary, fungsi utama dari hormon prolaktin yaitu
menginduksi dan pemeliharaan laktasi pada mamalia.

21 | P a g e
Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan
vertebrata, kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior.
Lobus intermediet terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa
hanya merupakan sisa (vestige).

Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam


koordinasi kimia tubuh. Sering disebut nahkoda (master gland), karena banyak
sekresinya mengontrol kelenjar endokrin lainnya.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon
dihasilkan dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin.

a) Sel Somatotropic
Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan
dalam jumlah besar pada sisi/bagian anterior pituitari.
b) Sel lactotropic
Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini
bisa di identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin
adenoma, granula sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat
atau oval. Pada pituitari normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel
somaotropic. Peningkatan ukuran pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan
dengan proliferasi dari laktotropic sel.
c) Struktur Prolaktin
Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dari
hormon polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog.
Struktur prolaktin pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan
ikatan di sulfida (S-S). Pada asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino.
Dengan penambahan ikatan disulfida pada asam amino ke tiga antara Cys-4 dan
Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara
selama kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk
menghambat sekresi susu sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai
efek yang tepat berlawanan, meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini
disekresikan oleh glandula pituitaria ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu terus
meningkat sejak minggu kelima kehamilan sampai kelahiran bayi, saat ini
meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari kadar tidak hamil dan
normal.

Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia,


yang juga mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari
22 | P a g e
pituitaria ibu. Bahkan hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai
bayi lahir. Cairan ini dinamakan kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya
mengandung protein dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir
tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum pembentukannya sekitar
1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya.

Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron


dan estrogen, yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih
dalam uterus dan yang benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan
somatomamotropin korionik manusia.
Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan
progesteron yang disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan
efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu mengambil peranan
alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar mammae mulai menyekresikan
susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar
sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Setiap ibu menyusukan
bayinya isyarat syaraf dari putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora
sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam.
Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode
pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat sebagai
akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu
maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam
beberapa hari. Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika
anak mengisap secara kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu
sangat menurun dalam tujuh sampai sembilan bulan.

7. Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)

Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal
tetapi tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok
menurut aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Dan mineralokortikoid yang
mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan air. Kedua jenis
kortikosteroid tersebut digunakan secara klinis untuk terapi penggantian hormon,
untuk menekan sekresi ACTH, sebagai agen antiradang, dan imunosupresi.
Pada prinsipnya ada tiga mekanisme kerja dari kortikosteroid yang digunakan di
dalam terapi dermatologi :

23 | P a g e
1. Anti Inflamasi
Efek anti inflamasi ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi
baik secara sistemik maupun topikal. Efek anti-inflamasi bekerja dengan cara
mencegah proses marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel
pembuluh darah) dan menghambat proses kemotaksis (migrasi sel-sel radang ke
fokus inflamasi).
Kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi, menurunkan permeabilitas membran
sehingga mengurangi ekstravasasi serum, udem, dan rasa gatal serta dapat juga
menghambat manifestasi inflamasi yang lebih lanjut seperti proliferasi fibroblas,
pengumpulan kolagen, dan pembentukan sikatrik (FKUI)
2. Imunosupresi
Sifat ini melibatkan sifat antiinflamasi karena karena bagian dari respon kekebalan
tubuh. kortikosteroid juga menhambat pembelahan sel-sel linfoid, melisiskan sel
linfosit B dan menghambat kerja limfokin pada sasaran. Oleh sebab itu,
kortikosteroid digunakan untuk mengatasi gejala klinik suatu reaksi
hipersensitivitas tetapi belum dapat dipastikan terapi kortikosteroid mempunyai
efek yabg berarti pada titer antibodi IgG atau IgE yang berperanan pada reaksi
alergi dan autoimun. Sistem komplemen tidak dipengaruhi oleh kortikosteroid
(FKUI).

3. Anti proliferasi
Kortikosteroid mempunyai sifat anti proliferasi dengan menekan pembelahan sel,
menurunkan transkripsi RNA, mengurangi sintesis dan reparasi DNA. Sehingga
pada pemakaian jangka panjang pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis
dan atropi sel serta dapat mengganggu sintesis kolagen sehingga terjadi striae di
kulit.

24 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan
buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang
berperan dalam eliminasi urine adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor
yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal
untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi. Gangguan kebutuhan
eliminasi urine adalah retensi urine, inkontinensia urine dan enuresis. Dan tindakan
untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan urine untuk bahan
pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan katerisasi.
Sedangkan system tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi atau
buang air besar adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan
usus besar. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi terjadi proses defekasi.
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi antara lain: usia, diet, asupan
cairan, aktifitas, gaya hidup dan penyakit. Gangguan eliminasi alvi adalah
konstipasi, diare, kembung dan hemorrhoid. Tindakan untuk mengatasinya adalah
menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan, membantu pasien buang air besar
dengan pispot dan memberikan gliserin.

Hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi :


Hormone anti diuretic (ADH)
Aldosteron
Estrogen
Progesterone
Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)
HORMON PROLAKTIN
Gukokortikoidtid
Prostaglandin

25 | P a g e
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin.(2009).Fisiologi Tubuh Manusia.Jakarta:Salemba Medika


http://putuakfat.blogspot.com/2010/04/eliminasi.html
http://2.bp.blogspot.com/_hFbn3kZ-
qPA/TUN0UtAC6BI/AAAAAAAAAQA/7vmaNz8bU74/s400/ginjal.jpg
http://dokter-herbal.com/wp-content/uploads/2010/09/kankerbuli.jpg
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gray1142.png
http://3.bp.blogspot.com/-
ApGbcUg_x7A/Tf_0DkC9xGI/AAAAAAAAACo/eWkQ2o9JdmU/s1600/89437.j
pg
http://id.wikipedia.org/wiki/Ureter
http://sekolahperawat.files.wordpress.com/2009/02/renal-copy.jpg?w=283&h=300
http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/03/nephron.jpg
Syaifudin, Drs. H. (2006). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Setiawan, Juni. (2010). http://junsasta.blogspot.com/2010/12/hormon.html.
Diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 16.32 WIB.
Armala. (2011) .http://kumpulanpelajarankulia.blogspot.com/2011/08/hormon-
terkait-eliminasi.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 15.56
WIB.

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai