Anda di halaman 1dari 47

Disusun oleh:

Debby N H (5161002)
Fajar R (5161003) PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Shintia L (5161005) NEURO SENSO MOTOR REFLEX
DEVELOPMENT AND
SYNCHRONIZATION DAN DYNAMIC
NEUROMUSCULAR STABILIZATION
PADA ANAK SKOLIOSIS DAN
HEARING IMPAIRMENT DENGAN
COCHLEAR IMPLANT DI YPAC
SURAKARTA
01 Latar Belakang
02
Identifikasi Masalah

03 Rumusan Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
04 Batasan Masalah

05 Tujuan Masalah

06 Manfaat Masalah
01 LATAR BELAKANG

Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang ditandai oleh


lengkungan ke lateral dengan atau tanpa rotasi tulang
belakang Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis
akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”, Skoliosis idiopatik
merupakan yang paling banyak dari jenis skoliosis, tehitung 85% dari
semua kasus skoliosis, 2-3% anak usia antara 10-15 tahun memiliki
scoliosis (Pallealu dkk, 2014).

Insiden skoliosis terjadi pada laki-laki dan wanita, namun


wanita memiliki resiko terjadinya progresifitas 10 kali lebih
besar daripada laki-laki (Horne JP, 2014)
02 IDENTIFIKASI MASALAH

Kondisi umum anak penderita skoliosis dan hearing impairment dengan


cochlear implant menjadi skala prioritas utama dalam penatalaksanaan fisioterapi
dengan mengintegrasikan sensoris pada anak terlebih dahulu menggunakan konsep
neuro senso motor reflex development and synchronization. Permasalahan selanjutnya
adalah memperbaiki postur anak agar nyaman dan tidak mudah lelah, kondisi
tersebut ditingkatkan dengan cara memberikan dynamic neuromuscular stabilization
agar memudahkan anak untuk meningkatkan stabilisasi tubuh.
03 RUMUSAN MASALAH

a. Adakah pengaruh Neuro Senso Motor Reflex Development and Synchronization


terhadap peningkatan sensoris pada anak skoliosis dan Hearing Impairment
di YPAC Surakarta?
b. Adakah pengaruh Dynamic Neuromuscular Stabilization terhadap
peningkatan stabilisasi tubuh pada anak skoliosis di YPAC Surakarta?
04 BATASAN MASALAH

Batasan masalah pada makalah ini adalah Pemberian Neuro Senso Motor Reflex Development
and Synchronization untuk meningkatkan sensoris serta Pemberian Dynamic Neuromuscular
Stabilization untuk meningkatkan stabilisasi tubuh pada anak skoliosis dan hearing
impairment di YPAC Surakarta.
05 TUJUAN MASALAH
a. Untuk mengetahui pengaruh neuro senso motor reflex development and synchronization
terhadap peningkatan sensoris pada anak skoliosis dan hearing impairment di YPAC
Surakarta.
b. Untuk mengetahui adakah pengaruh Dynamic Neuromuscular Stabilization terhadap
peningkatan stabilisasi tubuh pada anak skoliosis di YPAC Surakarta.

06 MANFAAT MASALAH
a. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan acuan atau landasan bagi penulis lain dengan bahasan yang
sama.
b. Manfaat Praktis
Memperluas wawasan pembaca mengenai skoliosis dan hearing impairment dengan
cochlear implant beserta penatalaksanaan fisioterapi yang dapat dilakukan.
ANATOMI TULANG BELAKANG

Tulang belakang adalah susunan


terintegrasi dari jaringan tulang,
ligamen, otot, saraf dan pembuluh
darah yang terbentang mulai dari
dasar tengkorak (basis cranii), leher,
dada, pinggang bawah hingga
panggul dan tulang ekor.
Fungsinya adalah sebagai penopang
tubuh bagian atas serta pelindung
bagi struktur saraf dan pembuluh-
pembuluh darah yang melewatinya
(Shabrina, 2018).
Tulang belakang terdiri dari 4 segmen, yaitu segmen servikal (terdiri dari 7 ruas tulang), segmen torakal
(terdiri dari 12 ruas tulang), segmen lumbal (terdiri dari 5 ruas tulang) serta segmen sakrococygeus
(terdiri dari 9 ruas tulang). Diskus intervertebra terletak mulai dari ruas tulang servikal ke-2 (C2) hingga
ruas tulang sakrum pertama (S1) (Czaprowski D, 2011).
OTOT DAN LIGAMENT TULANG BELAKANG

Di luar susunan tulang


belakang, terdapat ligamen
yang menjaga posisi tulang
belakang agar tetap
kompak dan tempat
melekatnya otot-otot
punggung untuk
pergerakan tubuh kita.
Ligamen dan otot tulang
belakang berfungsi sebagai
koordinator pergerakan
tubuh (Shabrina, 2018).
DEFINISI SKOLIOSIS

Kata skoliosis berasal dari


bahasa Yunani skolios yang
berarti bengkok. Skoliosis
adalah kelainan tulang
belakang yang berupa
lengkungan ke samping/
lateral. Jika dilihat dari
belakang, tulang belakang
pada skoliosis akan berbentuk
seperti huruf “C” atau “S”
(Pallealu dkk, 2014).
KLASIFIKASI SKOLIOSIS

Skoliosis dibagi atas skoliosis fungsional dan


struktural : Skoliosis dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

1. Skoliosis Struktural  Skoliosis


struktural adalah kelainan bawaan (dari 1. Functional
lahir). 2. Neuromuscular
2. Skoliosis Fungsional  Skoliosis 3. Degenerative
fungsional adalah skoliosis yang dapat 4. Lain- lain Ada penyebab-penyebab
dipicu oleh faktor-faktor yang tidak potensial lain dari scoliosis,
berhubungan dengan tulang belakang, termasuk tumor-tumor spine seperti
seperti postur tubuh yang buruk (tidak osteoid osteoma (Murphy K, 2010).
baik) dalam jangka waktu yang lama
(Rossi L, 2014).
ETIOLOGI SKOLIOSIS

Skoliosis struktural disebabkan oleh pertumbuhan


Skoliosis Fungsional disebabkan oleh :
tulang belakang yang tidak normal. Ciri - ciri
1. Membawa tas yang berat pada sebelah bahu saja,
fisiknya adalah sebagai berikut :
postur badan yang tidak bagus.
1. Bahu tidak sama tinggi.
2. Kaki tidak sama panjang.
2. Garis pinggang tidak sama tinggi.
3. Kesakitan, contohnya disebabkan masalah sakit
3. Badan belakang menjadi bongkok sebelah.
yang dirasakan di belakangdan sisi luar paha,
4. Payudara besar sebelah.
betis dan kaki akibat kemerosotan atau kerusakan
5. Sebelah pinggul lebih tinggi.
cakera di antara tulang vertebra dan menekan
6. Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri
saraf (Kuester V, 2012).
(Kuester V, 2012).

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:


1. Kongenital (bawaan)
2. Neuromuskuler
3. Idiopatic
(Setiaty, 2006)
ANATOMI TELINGA
PENGERTIAN HEARING IMPAIRMENT (GANGGUAN PENDENGARAN)

Gangguan pendengaran adalah salah satu


gangguan kesehatan yang umumnya
disebabkan oleh faktor usia atau karena sering
terpapar suara yang nyaring/keras.
Pendengaran bisa dikatakan terganggu jika
sinyal suara gagal mencapai otak. Biasanya
gangguan pendengaran berkembang secara
bertahap, tapi hilangnya pendengaran bisa
muncul tiba-tiba (Willy, 2018).
Etiologi Hearing Impairment (Gangguan Pendengaran)

Faktor usia
Suara yang keras
Infeksi
kotoran
Trauma
Obat-obatan
Penyakit
(Nurin, 2019)
Gejala Hearing Impairment (Gangguan Pendengaran)

 Tidak kaget saat mendengar suara nyaring.


 Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak menoleh ke arah sumber suara.
 Tidak bisa menyebutkan satu kata pun saat berusia satu tahun.
 Menyadari kehadiran seseorang ketika penderita melihatnya, namun acuh saat
penderita dipanggil namanya.
 Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ketika berbicara.
 Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaannya.
 Sering berbicara dengan lantang atau menyetel volume TV keras-keras.
 Memerhatikan orang lain untuk meniru sesuatu yang diperintahkan, karena ia
tidak mendengar sesuatu yang diinstruksikan (Willy, 2018).
Cochlear Implant

Cochlear Implant adalah alat Bantu dengar yang


dipasang didalam rumah siput (Cochlear).
Fungsinya adalah untuk merangsang syaraf
pendenganran secara lan gsung dan menggantikan
sebagian fungsi rumah siput dalam menangkap dan
meneruskan gelombang suara ke otak. Oleh otak,
gelombang listrik ini diterjemahkan sebagai suara
(Prasetya, 2017).
ASSESMENT

Subjektif

Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,


riwayat penyakit dahulu dan riwayat
keluarga kepada keluarga pasien terkait
keadaan pasien.

Objektif

Vital sign, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,


pemeriksaan gerak dasar dan pemeriksaan spesifik.
PEMERIKSAAN 2. Pengukuran Sangkar Thorax
Thorax merupakan rongga yang berbentuk
kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari
1. Pemeriksaan Sensoris
pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih
Sensoris merupakan kemampuan untuk panjang dari pada bagian depan. cara pengukuran
menerima suatu rangsangan yang terdiri dari : thorax terdapat 3 daerah yaitu axilla, costa 4- 5,
a) Visual
b) Auditori xyphoideus.
c) Taste
d) Touch
e) Taktile
f) Smell
g) Proprioceptive
h) Vestibular
3. Pemeriksaan Antropometri
Anthropometri disebut sebagai suatu studi yang menyangkut
pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan yang
menyangkut geometri fisik, massa, kekuatan dan karakteristik tubuh
manusia yang berupa bentuk dan ukuran, Salah satu pengukuran dari
antropometri adalah pengukuran panjang tungkai. (Indrianti, 2010).
4. Sudut Cobb
Derajat Skoliosis :
Sudut Cobb adalah metode 10- 20 : Ringan
pengukuran kurva spinal yang 21- 40 : Sedang
> 41 : Berat
paling banyak digunakan dan
paling akurat (Kartika dkk, 2017).

5. Pemeriksaan Skrinning Perkembangan Bahasa Bicara

Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif


cepat, sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik
tetapi mempunyai risiko tinggi atau dicurigai mempunyai
masalah (Fatwikiningsih, 2014).
6. Speech Banana “Free Fall Test”

Tes pendengaran adalah serangkaian survei dan tes


audiometrik termasuk informasi latar belakang pasien,
pengujian audiometer nada murni dan pengujian bicara
(Haebig, 2013).
7. Otacoustic emissions (OAE)

Otacoustic emissions (OAE) merupakan salah satu jenis tes


pendengaran. Tes ini digunakan untuk memeriksa
gangguan di telinga bagian dalam, khususnya bagian
koklea (rumah siput) (Haebig, 2013).

8. Assesment Diagnostic Worksheet For Hearing Impaired


Child

Assesment ini digunakan untuk anak yang mengalami gangguan


pendengaran (hearing impaired) dan pemeriksaan ini disesuaikan
dengan kemampuan mendengar anak (Fatwikiningsih, 2014). .
MODALITAS TERPILIH

1. Neuro Senso Motor Reflex Development and Synchronization (NSMRD & S)

Pendekatan Neuro Senso Motor Reflex Integration adalah neuro-physiopsychology. Metode


ini dikembangkan oleh Dr. Setviana Masgustova, seorang psikolog dan fisioterapis.
NSMRI berdasarkan pada konsep dan teori refleks integration, dimana sangat penting
memahami perkembangan gerak dasar sebagai pendukung utama neuro-sensory-motor
integration yang akan mempengaruhi pembentukan pola belajar gerak yang bermakna
dan fungsional serta perkembangan pribadi individu (Takarini, 2015).
2. Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS)
Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS) adalah pendekatan manual dan
rehabilitasi untuk mengoptimalkan sistem pergerakan berbasis berdasarkan prinsip
ilmiah kinesiologi perkembangan.
Stabilitas tulang belakang tergantung koordinasi dinamis banyak sinergis dan otot-
otot antagonis untuk kontrol yang tepat dari gerakan sendi yang berlebihan
sementara memungkinkan untuk generasi dari torsi yang diperlukan untuk gerakan
multi-sendi yang diinginkan. Salah satu parameter untuk mempengaruhi mekanika
tulang belakang dan kekakuan adalah tekanan intra- abdomen (Frank C, 2013).
Stabilisasi tulang punggung Latihan stabilisasi tulang punggung dan

dan tekanan intra- abdominal tekanan intra- abdominal fleksi knee 90
dengan menggunakan bola

Pola Berguling Posisi duduk miring


Posisi duduk miring transisi menuju Posisi merangkak
posisi merangkak

Posisi Squat
KERANGKA BERPIKIR
DATA PASIEN

Nama : An. A
Umur : 3 tahun 7 bulan
TTL : Bogor, 24 April 2016
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Karang gondong, Panggung, Boyolali
No. CM : 10.537
Keluhan Utama
Anak berusia 3 tahun 7 bulan sudah bisa
berjalan dengan baik, namun terkadang
terjatuh saat berlari, anak bernafas dengan
mulut, anak belum mampu berbicara dengan
lancar hanya dapat untuk beberapa kata
seperti “mama, m, n”, saat dipanggil anak
jarang merespon karena adanya gangguan
pendengaran.
Riwayat penyakit sekarang
Prenatal :
Ibu mengandung saat umur ± 39 tahun, kehamilan ini merupakan anak ke- 4, saat hamil ibu sering bekerja ke luar negeri, sehingga
kandungan tidak terkontrol dan terkena virus rubella.

Natal :
Ibu melahirkan secara normal dengan usia kandungan 9 bulan, BBL 3,1 kg.

Postnatal :
Anak setelah dilahirkan mengalami jantung bocor, namun tidak melakukan operasi, hanya rawat jalan, kemudian terdapat beberapa
permasalahan, yang pertama adalah adanya tindakan operasi kelamin karena sel telur tidak berada di tempat yang benar, yang kedua
adalah permasalahan pada susunan tulang belakang pada saat di rontgen disarankan menggunakan alat bantu untuk memperbaiki
punggung anak, yang ketiga adanya operasi kecil pada hidung anak karena kotoran yang tidak sedikit, yang keempat adanya
gangguan pendengaran terlihat perbedaan besar kecil bentuk daun telinga diantara kanan dan kiri, sehingga dilakukan operasi untuk
membantu pendengaran anak dan diberikan alat bantu mendengar. Perkembangan anak normal, hanya saja belum dapat berbicara
dengan baik sejak lahir.

Riwayat terapi :
Anak pernah melakukan terapi 1 tahun di jakarta, lalu melakukan Fisioterapi di YPAC mulai 2 tahun yang lalu (fisioterapi seminggu
sekali), dan anak mulai melakukan Terapi Wicara di YPAC pada tanggal 7 mei 2019 (Terapi Wicara setiap hari selama 3 bulan).
Pemeriksaan Vital Sign
Normal
Denyut Nadi : 105x / menit 105x / menit
Pernapasan : 20x / menit 20- 50x / menit
Tinggi Badan : ± 83 cm 79- 99,5 cm
Berat Badan : 13 kg 12- 15,5 kg
Suhu Tubuh : 36C 36C- 37,5C
Lingkar kepala : 49 cm 48- 51,7 cm
INSPEKSI
Kesan Umum
Mulut cenderung terbuka, Anak mampu berlari namun sering jatuh.
Statis (Posisi berdiri)

Kepala dan Neck Side fleksi neck kearah dekstra lebih dominan

Mata Mata nampak strabismus


Trunk Scoliosis kearah sinistra dengan bentuk pola “S”

Abdomen -
Shoulder Dominan protraksi
Elbow -
Wrist -
Finger -
Pelvic Posterior pelvic tilt
Hip Dominan fleksi hip
Knee Dominan fleksi hip
Ankle Dominan inversi
DINAMIS
Posisi supine lying : Side fleksi neck dekstra dominan, maka nampak strabismus, saat
dipanggil terkadang tidak merespon, kaki dekstra lebih panjang daripada sinistra.
Posisi prone lying : Scapula sinistra lebih tinggi daripada dekstra,sangkar thorak sinistra
tampak lebih menonjol.
Posisi duduk : Fleksor trunk dominan, sehingga harus menggunakan alat TLSO (Thoraco
Lumbo Sacral Orthosis).
Posisi gerak : Fleksor trunk lebih dominan dari ekstensornya.

PALPASI
Suhu ekstremitas atas dan bawah sama, terdapat hipotonus (m. Romboideus, m. Upper Trapezius),
terdapat spaseme (m. Upper Trapezius dekstra, m. Latisimus dorsi).

PERKUSI
Dilakukan dengan hammer reflex, untuk mengetahui nilai refleks fisiologi
Biceps : ++ Keterangan :
Triceps : ++
- (areflek)
Pattela : ++ + (hiporeflek)
Achiles : ++ ++ (normal)
Hasil : Terdapat reflex fsiologis pada anak +++(hiperreflek)
PEMERIKSAAN GERAK DASAR
• GERAK AKTIF
• GERAK PASIF

PEMERIKSAAN SPESIFIK
1. Pemeriksaan Sensoris
Visual 1
Keterangan :
Vestibular 1 O : tidak ada respon
Auditori 1 1 : Ada inisiatif
Propioseptif 1 2 : Melakukan respon

Taktil 1
Kesimpulan : semua sistem sensoris anak mengalami gangguan.
Taste 1
Touch 1
2. Pemeriksaan sangkar thorax

3. Pemeriksaan Antropometri Panjang tungkai


Perbedaan panjang tungkai kanan dan kiri yaitu 3 Cm

Tungkai Kanan Tungkai Kiri


37 Cm 36 Cm

4. Pemeriksaan Sudut Cobb


Hasil dari pemeriksaan sudut cobb didapatkan hasil 22
5. Pemeriksaan Skrinning Perkembangan Bahasa Bicara
Perkembangan bahasa bicara anak masih setara dengan anak usia 0-6 bulan.

6. Assesment-Diagnostic Worksheet for Hearing Impaired child

Anak masih pada tahap Assesment prosedur.

Kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas


Anak masih sering melakukakan kegiatan sesuai dengan keinginannya sendiri,
koordinasi dan keseimbangan masih terbatas. Anak rutin dibawa keterapi, jarak
rumah dan tempat terpi lumayan jauh, dan sering diantar nenek ke terapi.

PENEGAKAN DIAGNOSA FISIOTERAPI


RENCANA INTERVENSI

a) Neuro Senso Motor Reflek and Syncronization  Untuk meningkatkan sensoris


 Myofacial release
 Breathing Exercise
 Mobilisasi  Regio trunk
 Patterning (Untuk mengajarkan berjalan yang benar)
 Body Rhythm

b) Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS)


Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS) dilakukan untuk stabilisasi tulang belakang.
EDUKASI

 Keluarga diminta untuk selalu menghabiskan waktu dengan mengajak ngobrol


ditempat yang tenang sesering mungkin.
 Keluarga diminta untuk melatih pola berjalan anak dengan cara membuatkan garis
lurus pada lantai atau membuatkan objek- objek secara bersilangan yang menarik
anak untuk melangkah.
RENCANA EVALUASI
a) Evaluasi sensoris dengan form pemeriksaan sensoris.
b) Evaluasi panjang tungkai dengan pemeriksaan
antropometri.
c) Evaluasi derajat kurva dengan sudut cobb.

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Baik
Quo ad Sanam : Sedang
Quo ad Fungsionam : Sedang
Quo ad Cosmeticam : Sedang

PELAKSANAAN TERAPI
EVALUASI

Kesimpulan  Terdapat
Kesimpulan Terdapat peningkatan pada penurunan selisih panjang tungkai.
sensoris visual, auditori, dan taste.

Kesimpulan  Terdapat penurunan derajat Kesimpulan  Tidak terdapat penurunan selisish


kurva scoliosis. sangkar thorax.
KESIMPULAN
Berdasarkan proses fisioterapi yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan, bahwa:

1. Terdapat peningkatan pada sensoris visual, auditori, dan taste anak setelah pemberian neuro
senso motor reflex development and synchronization.
2. Tidak terdapat penurunan selisih panjang tungkai.
3. Terdapat penurunan derajat kurva scoliosis anak setelah pemberian Dynamic Neuromuscular
Stabilization (DNS).
SARAN
1. Untuk meningkatkan hasil terapi diperlukan suatu kerja sama antar tenaga kesehatan (Fisioterapi,
Terapi Wicara, dan Okupasi Terapi) agar hasil diagnosa dari pasien lebih kuat. Apabila diagnosa medis
sudah kuat, maka untuk intervensi yang akan digunakan untuk meraih tujuan pun akan semakin
maksimal hasilnya. Jika sudah maksimal, maka kesembuhan pasien juga akan semakin baik lagi.
2. Saran bagi keluarga pasien, hendaknya mendukung proses terapi anak. Apabila antara terapis dan
keluarga sudah saling memahami dan dalam satu tujuan yaitu kesembuhan anak, maka hasil yang
didapat juga maksimal.
3. Saran bagi YPAC, selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk setiap pasien dan selalu memantau
perkembangan dan memantau kegiatan anak dirumah dengan memberikan tugas tugas dirumah demi
kesembuhan anak.
4. Saran bagi masyarakat, lebih memperhatikan situasi dan kondisi anak dan mengerti perkembangan dan
pertumbuhan anak yang normal mauapu keterbatasan
Daftar Pustaka
 Amy C. Parera, Lidwina S. Sengkey, Joudy Gessal. (2016). Deteksi dini skoliosis
menggunakan skoliometer . Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1
 Clare Frank, Alena Kobesova, and Pavel Kolar. (2013). Dynamic Neuromuscular
Stabilization & Sports Rehabilitation. The International Journal of Sports Physical
Therapy. Volume 8, Number 1
 Kartika, Elysanti Dwi Martadiani, and Firman Parulian Sitanggang. (2017).
Peranan Radiologi Pada Skoliosis: Pengukuran Dan Klasifikas. Jurnal radiologi
indonesia. Volume 2 Nomor 2, Januari
 J Lucas Koberda dkk. (2016). Masgutova Neurosensorimotor Reflex Integration
(MNRI) Neuromodulation Technique induces Positive Brain Maps (QEEG)
Changes. Journal of Neurology and Neurobiology. Volume 2.4
 Nur Fatwikiningsih. (2014). Peningkatan kemampuan berbahasa
melalui metode berkomunikasi dengan gambar pada anak dengan ciri
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Jurnal Sains Dan
Praktik Psikologi, Volume 2 (3)
 Palealu Jane. (2014). Rehabilitasi Medik Pada Skoliosis. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 8-13
 Rentschler Mary, M.Ed. (2008). The Masgutova Method of Neuro-
Sensory-Motor and Reflex Integration: Key to Health, Development
and Learning.
 Santi Bery Hastuti dkk. (2018). Dynamic Neuromuscular Stabilization
Lebih Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Daripada Balance
Exercise Pada Siswa Usia 9-10 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri 11
Sumerta Denpasar. Volume 6, No.1, Januari 2018: 33-40
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai