Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

Mata Kuliah Keperawatan Perkemihan


Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Infeksi Saluran Perkemihan: Chronic
Pyelonephritis

Dosen Pembimbing :
Ika Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh Kelompok 3
Kelas A2-2015:
1. Sri Wulandari (131511133048)
2. Lely Suryawati (131511133049)
3. Damai Widyandari (131511133054)
4. Bunga Novia Hardiana (131511133057)
5. Heny Oktora Safitri (131511133068)
6. Risniawati (131511133070)
7. Nia Istianah (131511133127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum .Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Infeksi Saluran Perkemihan: Chronic Pyelonephritis”.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya.

Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui dan dapat memberikan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Infeksi Saluran Perkemihan: Chronic
Pyelonephritis. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep.,
Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Perkemihan dan teman-
teman yang telah membantu penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para
pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik
yang dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan. Terima kasih.

Wassalamualaikum .Wr.Wb.

Surabaya, 26 April 2018


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1.Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2.Rumusan masalah ............................................................................................... 1
1.3.Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4.Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Chronic Pyelonephritis ........................................................................ 3
2.2 Klasifikasi Chronic Pyelonephritis .................................................................... 3
2.3 Etiologi Chronic Pyelonephritis ........................................................................ 4
2.4 Patofisiologi Chronic Pyelonephritis ................................................................. 4
2.5 Web Of Causation Chronic Pyelonephritis ........................................................ 5
2.6 Manifestasi Klinis Chronic Pyelonephritis ........................................................ 6
2.7 Komplikasi Chronic Pyelonephritis ................................................................... 6
2.8 Pemeriksaan Penunjang Chronic Pyelonephritis ............................................... 6
2.9 Penatalaksanaan Chronic Pyelonephritis ........................................................... 7
2.10 Pencegahan Chronic Pyelonephritis .................................................................8
2.11 Prognosis Chronic Pyelonephritis.....................................................................8
BAB III Asuhan Keperawatan
3.1.Pengkajian .......................................................................................................... 9
3.2.Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 12
3.3.Intervensi Keperawatan .................................................................................... 12
BAB IV Asuhan Keperawatan Kasus
4.1 Pengkajian ........................................................................................................ 19
4.2 Analisa Data ..................................................................................................... 17
4.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 19
4.4 Intervensi Keperawatan .................................................................................... 19
4.5 Implementasi Keperawatan .............................................................................. 29
4.6 Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 36
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 38

iii
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 39

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi di saluran kemih mulai dari
ginjal sampai uretra. infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih bisa terjadi akibat
adanya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, atau akibat adanya proliferasi dalam
saluran kemih (Corwin, 2009).
Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi dua berdasarkan letak infeksi yaitu infeksi
saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. Infeksi saluran kemih
bagian atas dapat menyebabkan pielonefritis (Davey, 2003).
Pielonefritis merupaka peradangan pada jaringan ginjal dan pelvis ginjal.
Pielonefritis dapat bersifat akut dan kronis. Pielonefritis kronis dapat membentuk jaringan
parut dan obstruksi tubulus yang sehingga berkurangnya kemampuan ginjal untuk
memekatkan urin (Corwin, 2009).
Pada wanita, kejadian pielonefritis bertambah 3-4 kasus per 10.000 populasi setiap
tahunnya dan pada pria bertambah 1-2 kasus per 10.000 populasi per tahun dengan
insidensi wanita berusia muda diikuti dengan lansia. Penyebab dengan Escherichia coli
sebanyak 80% pada wanita dan 70% pada pria dan menurun pada usia lanjut (Czaja et all,
2007).
Jumlah pasien pielonefritis kronik di Indonesia pada tahun 2012 berjumlah 1083
orang. Sedangkan jumlah pasien pielonefritis di Jawa Timur di tahun 2012 adalah
sebanyak 4 orang. (Report of Indonesian Renal Registry, 2012).
Pielonefritis pada ginjal yang mengalami obstruksi adalah tindakan emergency
untuk mencegah untuk mencegah kehilangan substansi ginjal yang irreversible.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas tentang bagaimana cara memberikan
asuhan keperawatan yang baik pada pasien yang mengalami pielonefritis kronik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar mengenai Chronic Pyelonephritis?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Chronic
Pyelonephritis?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan Chronic Pyelonephritis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu untuk:
a. Menjelaskan definisi Chronic Pyelonephritis
b. Menjelaskan klasifikasi Chronic Pyelonephritis
c. Menjelaskan etiologi Chronic Pyelonephritis
d. Menjelaskan patofisiologi Chronic Pyelonephritis
e. Menjelaskan Web of Causation Chronic Pyelonephritis
f. Menjelaskan manifestasi klinis Chronic Pyelonephritis
g. Menjelaskan komplikasi dari Chronic Pyelonephritis
h. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Chronic Pyelonephritis
i. Menjelaskan penatalaksanaan Chronic Pyelonephritis
j. Menjelaskan pencegahan Chronic Pyelonephritis
k. Menjelaskan prognosis Chronic Pyelonephritis
l. Menjelaskan Asuhan keperawatan pada klien dengan post partum blues
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar nantinya sebagai seorang perawat,
mahasiswa mampu melakukan upaya promotif dan preventif terhadap munculnya
Chronic Pyelonephritis, serta mampu melakukan tindakan kuratif dan rehabilitatif pada
klien dengan Chronic Pyelonephritis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Chronic Pyelonephritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan
interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui
uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% -25% curah jantung, bakteri
jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari
3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup
uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir balik (refluks) ke
dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yangmeningkatkan kerentanan ginjal terhadap
infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatikbenigna, dan batu
urinarius merupakan penyebab yang lain.
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang
paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke
pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yangkronis (Tambayong. 2000)
2.2 Klasifikasi Chronic Pyelonephritis
Pyelonefritis menurut Smeltzer (2001) dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Pyelonefritis akut.
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi
yang tidak sempurna atau infeksi baru. 20 % dari infeksi yang berulang terjadi
setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian
bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal
dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi.
2. Pyelonefritis kronik.
Pyelonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor
lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat
merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang
kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang – ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.

3
2.3 Etiologi Chronic Pyelonephritis
Etiologi pyelonefritis kronis menurut Brunner dan Suddarth dalam Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (2013), pielonefritis kronis sering disebabkan
oleh:
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.
2. Obstruksi saluran kemih. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik urine dari kandung kemih kembali ke
dalam ureter hingga ke ginjal.
4. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.

2.4 Patofisiologi Chronic Pyelonephritis


Pielonefritis kronis sering terjadi karena infeksi bakteri, namun juga faktor-faktor
lain seperti refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan. Pielonefritis
kronis merusak jaringan ginjal untuk selamanya (irreversible) akibat inflamasi yang
berulang kali dan timbulnya jaringan parut.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)
merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke
kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh
penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik
pada aliran urine (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik urine
dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui
aliran darah. (Brunner & Suddarth dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, 2013).

4
2.5 WOC (Web of Causation) Chronic Pyelonephritis

Bakteri: Escherichia coli, Obstruksi saluran kemih Refluks urine dari Penurunan imunitas
Klebsielle pneumoniac, kandung kemih
Streptococus fecalis, dll.

Terjadi inflamasi Membawa urine Tubuh rentan


Masuk ke uretra dan bakteri dari terinfeksi
kandung kemih
Kuman menempel kembali ke ginjal
dan berkolonisasi Bakteri berkembang
Terjadi inflamasi
biak

Kuman menetap di
Bakteri resisten dan
dinding saluran
menyebar secara
kemih
ascenden sampai ke
ginjal

PYELONEPHRITIS
KRONIS

Aktivasi makrofag Merusak jaringan ginjal Reaksi inflamasi Gangguan


permanen fungsi ginjal

Makrofag menghasilkan Iritasi saluran


pyrogen endogen Timbul jaringan parut kemih Hematuria,
dysuria, piuria

Ginjal
Melepaskan Gagal ginjal kronis
membengkak MK:
prostaglandin di
Gangguan
hypothalamus
eliminasi
Eritropoetin di ginjal MK: Nyeri kronis urine
menurun
Peningkatan jumlah
prostaglandin
Eritrosit menurun
Angiotensin meningkat
Suhu tubuh meningkat
Pucat, fatigue, malaise,
anemia Retensi natrium
MK: Hipertermia

MK: Intoleransi
Tekanan onkotik
aktivitas
plasma menurun

MK: Hipervolemia Edema Cairan berpindah dari intravaskuler ke jaringan interstisial

5
2.6 Manifestasi Klinis Chronic Pyelonephritis
Manifestasi klinis pielonefritis kronis menurut Brunner & Suddart (2001) biasanya
tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda utama meliputi:
1. Keletihan
2. Sakit kepala
3. Nafsu makan rendah
4. Poliuri
5. Haus yang berlebihan
6. Kehilangan berat badan
7. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif di
ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya.

2.7 Komplikasi Chronic Pyelonephriti


Komplikasi pielonefritis kronis menurut Brunner&Suddarth (2001) antara lain:
1. Mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron
akibat inflamasi kronik dan jaringan parut)
2. Hipertensi
3. Pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea,
yang mengakibatkan terbentuknya batu)

2.8 Pemeriksaan Penunjang Chronic Pyelonephritis


Pemeriksaan penunjang menurut Mark A/ Graber (2006) meliputi:
1. Urinalisis
a) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk pentik adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air
kemih.
b) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Metode tes
a) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase leukosit) dan nitrit (tes griess untuk
pengurangan nitrat).
b) Tes esterase leukosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c) Tes pengurangan nitrat, griess positif jika terdapat bakteria yang mengurangi nitrat
urin normal menjadi nitrit.

6
3. Kultur urin: untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. BUN: pemeriksaan ini dikhususkan untuk memeriksa pielonefritis kronis karena pada
pasien in GFR mengalami penurunan akibat infeksi. Pada pielonefritis kadar BUN akan
meningkat.
5. Laboratorium pielonefritis kronis
- Lekositosis dapat mencapai 40.000/mm3, neurofilia.
- Urin: keruh, proteinuria 1-3 gr/hari, penuh dengan pus dan kuman, terkadang
ditemukan eritrosit.
- Ditemukan bakteriuria patogen bermakna dalam biakan kemih. Dikatakan bakteriuria
bermakna apabila dalam biakan kemih terdapat >105 CFU/ml
6. Pemeriksaan IVP, msistografi dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
7. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi resisten.

2.9 Penatalaksanaan Chronic Pyelonephritis


Pentalaksanaan pyelonefritis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith (2007)
ada 2 yaitu penatalaksanaan non medis dan penatalaksanaan medis. Penatalaksanaan non-medis
sntara lain:
1. Mengurangi demam dan nyeri serta menentukan obat-obatan antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoraxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa
ampicilin, cephelosporin atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
2. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman dan
meningkatkan kapaitas kandung kemih mengandung obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan antivholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-
Banthine).
3. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara
progresif.
4. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan, karena
pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yang
menurunkan semangan klien.
Penatalaksanaan medis meliputi:
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Terapi
kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x sehari ataupun ampisilin 500 mg 4x

7
sehari selama 5 hari. Setelah diberikan terapi antibiotik 4-6 minggu, dilakukan
pemeriksaan urin ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.
2. Pada penyumbatan, kelainan struktural atau batu mungkin perlu dilakukan pembedahan.
3. Apabila pielonefritis kronisnya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan
penatalaksanaan spesifik utnuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
4. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke
belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.

2.10 Pencegahan Chronic Pyelonephritis


Pencegahan pyelonefritis kronis meliputi:
1. Minum banyak air (sekitar 2,5 liter) untuk membantu pengosongan kandung kemih
serta kontaminasi urin.
2. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
3. Banyak istirahat di tempat tidur.
4. Terapi antibiotika.

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah mengalami
infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara membersihkan setelah BAB,
terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang
ke depan. Hal tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu BAB suapay
tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu pemasangan kateter harus
diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.

2.11 Prognosis Chronic Pyelonephritis


Prognosis pielonefritis kronis cukup buruk karena bila diagnosis pielonefritis kronis
terlambat dan kedua ginjal telah menyusut maka pengobatan konservatif semata-mata
untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan). Pengkajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data tentang klien (Fundamental Keperawatan). Pengkajian meliputi anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
1. Anamnesis
 Data demografi
Terdiri atas nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, diagnosa
medis, agama, suku bangsa pasien dan keluarga penanggung jawabnya.
- Usia
Wanita memiliki lapisan pelindung terhadap mikroorganisme yang bersifat
antimikroba yakni adanya pembentukan mucus dependen esterogen yang
membungkus kandung kemih. Proteksi ini menurun pada wanita
menopause yang memiliki kadar esterogen yang berangsur-angsur
berkurang.
- Jenis kelamin
Faktor resiko lebih tinggi pada anak perempuan dan wanita. Hal ini
dikarenakan panjang uretra wanita lebih pendek dari pria sehingga
memungkinkan mikroorganisme masuk dan langsung menginvasi saluran
kemih. Kebiasaan menahan kencing juga lebih banyak dilakukan oleh anak
perempuan dan wanita (terutama wanita hamil dengan relaksasi otot polos
oleh progesterone) dan infeksi yang terjadi atau iritasi kulit lubang uretra
saat melakukan hubungan seksual membuat resiko mengalami infeksi
saluran kemih meningkat
 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering didadapati pada kondisi kronis yaitu, nyeri
kepala, poliuria, haus berlebihan, dan nafsu makan menurun.

9
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat peningkatan suhu tubuh disertai menggigil biasanya dikeluhkan
beberapa hari sebelum klien meminta pertolongan pada tim kesehatan.
Pada klien pielonefritis kronis biasanya didapatkan keluhan nyeri.
Pengkajian keluhan nyeri sebagai berikut :
P : penyebab nyeri pada kostovertebra akibat respon peradangan pada
pileum dan parenkim ginjal.
Q : kualitas nyeri seperti tertusuk – tusuk
R : area nyeri pada panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral, nyeri
di daerah perut dan pinggang.
S : Skala nyeri bervariasi pada rentang sedang sampai berat (3-8)
T : Onset nyeri dimulia bersamaan dengan keluhan timbulnya demam
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya keluhan obstruksi pada
saluran kemih (yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi).
Seperti tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan
diabetes melitus.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau
turunan.
e. Riwayat penggunaan obat
Penting untuk dikaji meliputi riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat. Contohnya penggunaan
antibiotic, antikolinergik, dan antispasmodic.
f. Riwayat pembedahan
Kaji pula apakah ada riwayat pembedahan seperti katerisasi, sistiskopi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan
pemeriksaan kondisi fisik dari pasien dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1) Status Kesehatan Umum
Status kesehatan umum meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan,
berat badan, dan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan B1-B6
 B1 (Breathing)
10
Bila tidak melibatkan infeksi sistemik, pola napas dan jalan napas
dalam kondisi efektif walau secara frekuensi mengalami peningkatan.
 B2 (Blood)
Bila tidakmelibatkan respon sistemik, status kardiovaskuler tidak
mengalami perubahan walau secara frekuensi denyut jantung mengalami
peningkatan. Perfusi perifer dalam batas normal, akral hangat, akral
hangat.
 B3 (Brain)
Pada wajah biasanya tidak didapatkan adanya perubahan konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik, mukosa mulut tidak mengalami
peradangan. Status neurologis tidak mengalami perubahan, tingkat
kesadaran dalam batas normal dimana orientasi (tempat, waktu, orang)
baik.
 B4 (Bladder)
a) Inspeksi
Tidak ada pembesaran pada suprapubis, tidak ada kelaianan
pada genitalia eksterna. Didapatkan disuria, pada pielonefritis yang
mengenai kedua ginjal sering didapatkan penurunan urine output
karena terjadi pe nurunan dari fungsi ginjal.
b) Palpasi
Sering didapatkan distensi kandung kemih. Pada palpasi area
kostovertebra sering didapatkan adanya perasaan tidak nyaman dan
mungkin didapatkan adanya massa dari pembesaran ginjal akibat
infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi pada palpasi ginjal.
c) Perkusi
Perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus nyeri
lokal disertai suatu penjalaran ke nyeri ke pinggang dan perut.
d) Auskultasi
Tidak didapatkan adanya bruit ginjal
 B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual, muntah, serta anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan berat badan terutama pada pielonefritis kronik.
Penurunan peristaltik usus sering didapatkan.

11
 B6 (Bone)
Didapatkan malaise dan adanya kelemahan fisisk secara umum.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1. Kenyamanan Fisik
Nyeri kronis b.d. proses inflamasi dan infeksi pada sistem urinary (00133)
2) Domain 11. Keamanan/Perlindungan
Kelas 6. Termoregulasi
Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi atau infeksi (00007)
3) Domain 3: Eliminasi dan Pertukaran
Kelas 1. Fungsi urinarius
Gangguan eliminasi urine b.d. infeksi saluran kemih (00016)
4) Domain 4. Aktivitas/Istirahat
5) Kelas 4. Respon Kardiovaskular/Pulmonal
Intoleransi aktivitas b.d. immobilitas (00092)
3.3 Intervensi

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Domain 12: Setelah dilakukan tindakan  Pemberian analgesic
kenyamanan keperawatan selama 3 x 24 1. Tentukan lokasi,
Kelas 1 : jam,diharapkan klien dapat karakteristik, kualitas, dan
kenyamanan fisik mengontrol rasa nyeri. Dengan keparahan nyeri sebelum
kriteria hasil: mengobati pasien.
Nyeri kronis b.d  Kontrol Nyeri: 2. Cek perintah pengobatan
infiltrasi tumor - Dapat mengenali kapan meliputi obat, dosis, dan
(00133) nyeri terjadi frekuensi obat analgesik yang
- Dapat menggunakan diresepkan.
tindakan pengurangan 3. Cek adanya riwayat alergi
[nyeri] tanpa analgesik obat.
- Dapat mengenali apa yang 4. Evaluasi kemampuan pasien
terkait dengan gejala nyeri untuk berperan serta dalam
(gejala nyeri abdomen, pemilihan analgetik, rute dan
sakit kepala) dosis, dan keterlibatan pasien,

12
 Tingkat nyeri: sesuai kebutuhan.
1) Tidak ada nyeri yang 5. Monitor tanda vital sebelum
dilaporkan (3-4 hari) dan setelah memberikan
2) Tidak ada ekspresi nyeri analgesik narkotik pada
pada wajah (3-4 hari) pemberian dosis pertama kali
 Tanda-Tanda Vital : atau jika ditemukan tanda-
- Suhu tubuh normal {suhu tanda yang tidak biasanya.
tubuh normal : 36-37,50C 6. Berikan analgesik sesuai
(akan normal kembali pada waktu paruhnya, terutama
waktu 1-2 hari)} pada nyeri yang berat.
- Irama pernafasan normal 7. Dokumentasikan respon
(normal 16-20x/menit) terhadap analgesic dan
- Tekanan darah sisitolik adanya efek samping.
{TD sistolik normal : <120 8. Ajarkan tentang penggunaan
Tekanan darah diastolik analgesic, strategi untuk
{TD diastolik normal : menurunkan efek samping,
<80 dan harapan terkait dengan
- Tekanan nadi normal keterlibatan dalam keputusan
{nadi normal : 60- pengurangan nyeri
100x/menit}  Manajemen nyeri
 Pengetahuan: Manajemen 1. Lakukan pengkajian nyeri
Nyeri: komprehensif yang meliputi
- Mengetahui faktor-faktor lokasi, karakteristik,
penyebab dan faktor yang onset/durasi, frekuensi,
berkontribusi kualitas, intensitas atau
- Dapat menyusun strategi beratnya nyeri dan faktor
pencegahan nyeri pencetus.
2. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai
nyeri.
3. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien

13
(misalnya, tidur, nafsu
amkan, pengertian, perasaan,
hubungan, performa kerja dan
tanggung jawab peran).
4. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri.
5. Berikan informasi mengenai
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur.
6. Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
(misalnya, ketakutan,
kelelahan, keadaan menonton
dan kurang pengetahuan).
7. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri.
8. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat.
9. Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologi (seperti
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif, terapi
music, terapi bermain, terapi

14
aktivitas, akupressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan,
sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri sebelum
nyeri terjadi atau meningkat,
dan bersamaan dengan
tindakan penurun rasa nyeri
lainnya).
 Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernapasan
dengan tepat.
2. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat
jika memungkinkan.
3. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan
sebelum, selama, dan setelah
beraktivitaas dengan tepat.
4. Monitor keberadaan dan
kualitas nadi.
5. Monitor irama dan tekanan
jantung.
6. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital.
2. Domain 11. Setelah dilakukan tindakan  Perawatan Demam
Keamanan/Perlin keperawatan 2x24 jam, suhu 1. Monitor suhu dan tanda-tanda
dungan Kelas 6 klien kembali normal. Dengan vital secara berkala
Termoregulasi kriteria hasil: 2. Monitor warna kulit dan suhu
secara berkala
Hipertermia Termoregulasi

15
b.d.proses a. Tanda-tanda vital, terutama 3. Monitor intake dan output,
inflamasi atau suhu tubuh dalam rentang waspadai kehilangan cairan
infeksi (00007) normal (36,5-37,50C) yang tak disadari
b. Tidak ada peningkatan suhu 4. Dorong konsumsi cairan
kulit 5. Fasilitasi istirahat

Hidrasi  Pengaturan suhu


1. Kolaborasi pemberian
a. Intake cairan adekuat
antipiretik, sesuai kebutuhan
b. Tidak ditemukan tand-tanda
2. Sesuaikan suhu lingkungan
dehidrasi: urine keruh, mata
untuk kebutuhan klien
dan fontanel cekung.

3. Domain 3. Setelah dilakukan tindakan  Perawatan inkontinensia


Eliminasi dan keperawatan selama 3x24 jam, urin
Pertukaran diharapkan gangguan eliminasi 1. Monitor eliminasi urin,
urine klien mulai teratasi. meliputi: frekuensi,
Kelas 1. Fungsi
Dengan kriteria hasil: konsistensi, bau, volume, dan
Urinarius
warna urine
Kontinensia urine (0502)
Gangguan 2. Modifikasi pakaian dan
Eliminasi Urine 1. Klien dapat mengenali lingkungan untuk
b.d infeksi keinginan untuk berkemih mempermudah akses klien ke
saluran kemih 2. Klien dapat memulai dan toilet
(00016) menghentikan aliran urine 3. Batasi intake cairan 2-3 jam
3. Klien dapat berkemih pada sebelum tidur
tempat yang tepat 4. Batasi makanan yang dapat
mengiritasi kandung kemin
Eliminasi urin (0503) (misalnya: soda, kopi, the,
dan coklat)
1. Saat berkemih klien dapat
5. Monitor keefektifan terapi
mengosongkan kandung
pembedahan, obat-obatan,
kemih sepenuhnya
dan perawatan mandiri klien
2. Tidak ada gangguan (nyeri,
rasa terbakar) saat berkemih
 Bantuan berkemih
1. Tetapkan interval untuk jadwal

16
berkemih, berdasarkan pola
pengeluaran urin
2. Tetapkan waktu untuk
memulai dan mengakhiri
berkemih dalam jadwal
bantuan berkemih
3. Berikan privasi pada klien
saat berkemih
4. Berikan umpan balik positif
jika inkontinensia membaik
4. Domain 4. Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas :
Aktivitas/Istirahat keperawatan 3x24 jam, 1. Pertimbangkan kemampuan
. Kelas 4. diharapkan klien dapat klien dalam berpartisipasi
Respons beraktivitas secara maksimal melalui aktivitas spesifik
Kardiovaskular/P dengan kriteria hasil: 2. Berkolaborasi dengan (ahli)
ulmonal, terapis fisik, okupasi dan
Kelelahan: efek yang
Intoleransi terapi rekreasional dalam
mengganggu:
Aktivitas b.d perencanaan dan pemantauan
1. Nafsu makan menurun
imobilitas progam aktivitas, jika
2. Perubahan status nutrisi
(00092) memang diperlukan
3. Gangguan untuk
3. Bantu klien untuk memilih
menikmati pola hidup
aktivitas dan pencapaian
4. Gangguan pada rutinitas
tujuan melalui aktivitas yang
Tingkat kelelahan
konsisten dengan kemampuan
a. Kelelahan
fisik, fisiologis, dan social
b. Kehilangan selera makan
4. Bantu klien dan keluarga
c. Sakit kepala
untuk beradaptasi dengsn
d. kesadaran
lingkungan pada saat
mengakomondasi aktivitas
yang diinginkan
Manajemen energi:
1. Kaji status fisiologi pasien
yang menyebabkan

17
kelelahan sesuai dengan
konteks usia perkembangan
2. Tentukan persepsi
pasien/orang terdekat
dengan pasien mengenai
keterbatasan yang dialami
3. Pilih defisi status fisiologis
(missal, kemoterapi yang
menyebabkan anemia)
sebagai prioritas pertama
4. Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis

18
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS CHRONIC PYELONEPHRITIS

Kasus:
Nn.S berumur 18 tahun sudah 1 hari berada diruang penyakit dalam RS.Mawar.
Ny.S dibawa keluarganya ke rumah sakit UNAIR pada tanggal 1 April 2018 dengan
keluhan nyeri dirasakan sekitar 2 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak
setahun terakhir pada lokasi yang sama namun klien mampu mengatasinya dengan
analgesik. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data Ny. S mengalami disuria.
Disuria juga sudah dialami sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pemeriksaan urin
didapatkan protein +2, Ny. S sering meminta minum karena merasa haus baik siang
maupun malam. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD : 160/100 mmHg, suhu 38,5
0C, Hr 105 x/menit. Lakukan asuhan keperawatan pada Ny.S tersebut. Klien tidak ada
riwayat penyakit dahulu seperti (hipertensi maupun infeksi lain), klien merasakan nyeri
sudah sejak 2 minggu yang lalu dan mengalami disuria sejak 1 minggu yang lalu
sebelum masuk Rumah Sakit. Tanda – tanda Vital TD : 160/100mmhg, Suhu : 38,5 C
dan Nadi : 105 x/menit.

Pada sistem perkemihan didapatkan Inspeksi : Didapatkan disuria, pada


pielonefritis yang mengenai kedua ginjal sering didapatkan penurunan urine output
karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal; Palpasi : Didapatkan perasaan tidak nyaman
nyeri dan mungkin didapatkan adanya massa dari pembesaran ginjal akibat infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi pada palpasi ginjal; Perkusi : perkusi pada sudut
kostovertebra memberikan stimulus nyeri lokal disertai suatu penjalaran ke nyeri ke
pinggang dan perut; Auskultasi : tidak didapatkan adanya bruit ginjal. Hasil
pemeriksaan laboratorium tanggal 2 April 2018 didapatkan Hemoglobin: 12,8 g/dl,
Hematokrit : 33,7 %, Leukosit : 2.740 /mikroL, Trombosit : 146.000/mikroL.

I. Pengkajian

a. Identitas Pasien
Nama : Nn. S
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Surabaya

19
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
MRS : 1 April 2018
No. Registasi : 415xxx
Diagnosa Medis : Pielonefritis Kronis
b. Keluhan utama
Nn. S mengeluh nyeri yang menjalar ke bagian pinggang dan perut, dan mengalami
disuria
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri hilang timbul sejak setahun terakhir pada lokasi sama yang
menjalar ke punggung dan perut. Pada 2 minggu yang lalu pasien merasakan nyeri
dan mengalami disuria sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak terdapat riwayat penyakit terdahului yang berhubungan dengan penyakit saat
ini.
e. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit sama seperti klien

A. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
RR: 22 x/menit
2) B2 (Blood)
TD: 160/100 mmHg, suhu: 38,5oC, nadi: 105 x/menit.
3) B3 (Brain)
Tidak ada keluhan
4) B4 (Bladder)
Didapatkan disuria, pada pielonefritis yang mengenai kedua ginjal sering
didapatkan penurunan urine output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal
5) B5 (Bowel)
Tidak ada.
6) B6 (Bone)
Nn. S nampak lemah dan pucat
B. Pemeriksaan Penunjang

20
Pemeriksaan laboratorium tanggal 2 April 2018 didapatkan Hemoglobin: 12,8 g/dl,
Hematokrit : 33,7 %, Leukosit : 2.740 /mikroL, Trombosit : 146.000/mikroL.

II. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS: Pyelonephritis Nyeri Kronis
- Klien mengeluh nyeri kronis
yang menjalar ke bagian

pinggang dan perut
dengan skala 6 (skala 0- Reaksi inflamasi

10), nyeri hilang timbul ↓


DO:
Iritasi saluran kemih
- Pemeriksaan fisik
didapatkan adanya ↓
massa dari pembesaran
Ginjal membengkak
ginjal akibat infiltrasi

interstisial sel-sel
inflamasi pada palpasi Nyeri kronis
ginjal
Skala nyeri:
P: nyeri disebabkan oleh
adanya massa dari
pembesaran ginjal
Q: nyeri hilang timbul
R: nyeri yang menjalar ke
punggung dan perut
S: nyeri skala 6 (0-10)
T: nyeri dirasakan setahun
terakhir, memberat 2
minggu sebelum ke RS.

2. DS: Pyelonephritis Gangguan eliminasi


kronis urine
- Klien mengalami disuria

21
sejak seminggu yang ↓
lalu sebelum masuk
Reaksi inflamasi
rumah sakit
DO: ↓

- Hasil pemeriksaan urin Gangguan fungsi


didapatkan : ginjal
1. protein +2

2. Hemoglobin: 12,8 g/dl
3. Hematokrit : 33,7 % disuria
4. Leukosit: 2.740 /mikroL

5. Trombosit:
Gangguan eliminasi
146.000/mikroL
urine

3. DS: Pyelonephritis hipertermia


- Klien mengatakan kronis
sering meminta minum

karena merasa haus baik
siang maupun malam Aktivasi makrofag

DO: ↓
0
- Suhu 38,5 C
Makrofag
- Tanda-tanda vital TD
menghasilkan
160/100 mmhg
pyrogen endogen
- Nadi 105 x/menit

Melepaskan
prostaglandin di
hipotalamus

Peningkatan jumlah
prostaglandin

22
Suhu tubuh
meningkat

hipertermia

III. Diagnosa
1. Domain 12 : Kenyamanan, Kelas 1 : Kenyamanan fisik. Nyeri kronis b.d pasca-
trauma karena gangguan (mis., infeksi, inflamasi) (00133)
2. Domain 3 : eliminasi dan pertukaran. Kelas 1 : fungsi urinarius. Gangguan
eliminasi urin b.d infeksi saluran kemih (00016)
3. Domain 11 : keamanan/perlindungan. Kelas 6 : termoregulasi. Hipertermia b.d
peningkatan laju metabolisme (00007)

IV. Intervensi

N Diagnosa NOC NIC


o.
(Nursing Outcomes (Nursing Interventions
Classification) Classification)

1. Domain 12 : Tujuan: setelah dilakukan Managemen nyeri (1400)


Kenyamanan, asuhan keperawatan selama
1. Lakukan pengkajian nyeri
Kelas 1 : 3x24 jam. Diharapkan nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
Kenyamanan dapat berkurang. Dengan
karakteristik, onset/durasi,
fisik. Nyeri kriteria hasil :
frekuensi, kualitas, intensitas atau
kronis b.d
beratnya nyeri dan faktor pencetus.
pasca-trauma
2. Gali pengetahuan dan kepercayaan
karena Kontrol nyeri (1605)
pasien mengenai nyeri.
gangguan (mis., 1. Klien dapat mengenali
3. Tentukan akibat dari pengalaman
infeksi, kapan nyeri terjadi nyeri terhadap kualitas hidup
inflamasi) 2. Klien dapat menggunakan pasien (misalnya, tidur, nafsu
(00133) tindakan pencegahan amkan, pengertian, perasaan,
3. Klien dapat menggunakan hubungan, performa kerja dan

23
tindakan pengurangan tanggung jawab peran).
(nyeri) tanpa analgesik 4. Gali bersama pasien faktor-faktor
4. Klien dapat menggunakan yang dapat menurunkan atau
analgesik yang memperberat nyeri.
direkomendasikan 5. Berikan informasi mengenai nyeri
5. Klien dapat melaporkan seperti penyebab nyeri, berapa
gejala yang tidak terkontrol lama nyeri akan dirasakan, dan
pada profesional kesehatan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur.
6. Kurangi atau eliminasi faktor-
Nyeri: efek yang
faktor yang dapat mencetuskan
mengganggu (2101)
atau meningkatkan nyeri
1. Tidak ada ketidaknyamanan (misalnya, ketakutan, kelelahan,
2. Tidak ada gangguan keadaan menonton dan kurang
eliminasi urin pengetahuan).
3. Tidak ada gangguan 7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
aktivitas fisik nyeri.
8. Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat.
9. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (seperti biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif, terapi music,
terapi bermain, terapi aktivitas,
akupressur, aplikasi panas/dingin
dan pijatan, sebelum, sesudah dan
jika memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri sebelum nyeri
terjadi atau meningkat, dan
bersamaan dengan tindakan
penurun rasa nyeri lainnya).

24
Pemberian analgesik (2210)

1. Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien.
2. Cek perintah pengobatan meliputi
obat, dosis, dan frekuensi obat
analgesik yang diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi obat.
4. Evaluasi kemampuan pasien untuk
berperan serta dalam pemilihan
analgetik, rute dan dosis, dan
keterlibatan pasien, sesuai
kebutuhan.
5. Monitor tanda vital sebelum dan
setelah memberikan analgesik
narkotik pada pemberian dosis
pertama kali atau jika ditemukan
tanda-tanda yang tidak biasanya.
6. Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri
yang berat.
7. Dokumentasikan respon terhadap
analgesic dan adanya efek
samping.
8. Ajarkan tentang penggunaan
analgesic, strategi untuk
menurunkan efek samping, dan
harapan terkait dengan keterlibatan
dalam keputusan pengurangan
nyeri

25
Managemen lingkungan :
kenyamanan (6482)

1. Ciptakan lingkungan yang tenang


2. Sediakan lingkungan yang bersih
dan aman
3. Sesuaikan suhu ruangan yang
paling nyaman bagi klien
4. Posisikan pasien untuk
memfasilitasi kenyamanan
(misalnya., menggunakan prinsip-
prinsip keselarasan tubuh, sokong
dengan bantal, dan imobilitas
bagian tubuh yang nyeri)
2. Domain 3 : Tujuan : setelah dilakukan Bantuan berkemih (0640)
eliminasi dan asuhan keperawatan selama 1. Tetapkan interval untuk jadwal
pertukaran. 3x24 jam. Diharapkan berkemih, berdasarkan pola
Kelas 1 : fungsi eliminasi urin tidak terganggu. pengeluaran urin
urinarius. Dengan kriteria hasil : 2. Tetapkan waktu untuk memulai
Gangguan dan mengakhiri berkemih dalam
eliminasi urin jadwal bantuan berkemih
b.d infeksi Eliminasi urin (0503) 3. Berikan privasi pada klien saat
saluran kemih 1. Pola eliminasi tidak berkemih
(00016) terganggu 4. Berikan umpan balik positif jika

2. Intake cairan tidak inkontinensia membaik

terganggu
3. Jumlah urin tidak terganggu Manajemen Cairan (4120)
4. Tidak ada rasa terbakar saat 1. Jaga intake/asupan yang akurat dan
berkemih catat output (pasien)
5. Dapat mengosongkan 2. Monitor status hidrasi (misalnya.,
kandung kemih sepenuhnya membran mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan darah

Fungsi ginjal (0504) ortostatik)

26
1. Keseimbangan intake dan 3. Monitor hasil laboratorium yang
output selama 24 jam tidak relevan dengan retensi cairan
terganggu (misalnya., peningkatan berat jenis,
2. Tidak ada peningkatan peningkatan BUN, penurunan
protein urin hematokrit, dan peningkatan kadar
osmolalitas urin)
4. Monitor perubahan berat badan
pasien sebelum dan sesudah
dialisis
5. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian.

Monitor cairan (4130)

1. Tentukan jumlah dan jenis


intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
2. Monitor asupan dan pengeluaran
3. Monitor kadar serum dan elektrolit
urin
4. Monitor warna, kuantitas dan berat
jenis urin
5. Berikan cairan dengan tepat
6. Batasi dan alokasikan asupan
cairan
7. Konsultasikan dengan dokter jika
pengeluaran urin kurang dari 0.5
mg/kg/jam atau asupan orang
dewasa kurang dari 2000 dalam 24
jam

27
3. Domain 11: Tujuan: setelah dilakukan Perawatan Demam (3740)
keamanan/perli asuhan keperawatan selama 1. Monitor suhu dan tanda-tanda vital
ndungan. Kelas 2x24 jam. Diharapkan secara berkala
6: hipertermi dapat diatasi. 2. Monitor warna kulit dan suhu
termoregulasi. Dengan kriteria hasil : secara berkala
Hipertermia b.d 3. Monitor intake dan output,
peningkatan laju waspadai kehilangan cairan yang
metabolisme Termoregulasi (0800) tak disadari
(00007) 1. Tanda-tanda vital, terutama 4. Dorong konsumsi cairan
suhu tubuh dalam rentang 5. Fasilitasi istirahat, terapkan
0
normal (36,5-37,5 C) pembatasan aktivitas: jika
2. Tidak ada peningkatan suhu diperlukan
kulit

Monitor tanda-tanda vital (6680)


Tanda-Tanda Vital (0802) 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu,
- Suhu tubuh normal (suhu dan status pernapasan dengan tepat.
0
tubuh normal : 36-37,5 C 2. Monitor tekanan darah setelah
(akan normal kembali pada pasien minum obat jika
waktu 1-2 hari)) memungkinkan.
- Irama pernafasan normal 3. Monitor tekanan darah, denyut
(normal 16-20x/menit) nadi, dan pernapasan sebelum,
- Tekanan darah sistolik (TD selama, dan setelah beraktivitaas
sistolik normal : <120) dengan tepat.
- Tekanan darah diastolik 4. Monitor keberadaan dan kualitas
(TD diastolik normal : <80) nadi.
- Tekanan nadi normal {nadi 5. Monitor irama dan tekanan
normal : 60-100x/menit) jantung.
6. Identifikasi kemungkinan

Hidrasi (0602) penyebab perubahan tanda-tanda


vital.
1. intake cairan tidak
terganggu
2. output urin tidak terganggu Manajemen Cairan (4120)
3. haus tidak ada 1. Jaga intake/asupan yang akurat dan

28
4. peningkatan suhu tubuh catat output (pasien)
tidak ada 2. Monitor status hidrasi (misalnya.,
membran mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan darah
ortostatik)
3. Monitor perubahan berat badan
pasien sebelum dan sesudah
dialisis
4. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian.
5. Berikan cairan dengan tepat.
6. Berikan diuretik yang diresepkan

V. Implementasi

No. DIAGNOSA NIC IMPLEMENTASI

1. Domain 12 : Managemen nyeri (1400) Managemen nyeri (1400)


Kenyamanan,
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Melakukan pengkajian nyeri
Kelas 1 :
komprehensif yang meliputi komprehensif yang meliputi lokasi,
Kenyamanan
lokasi, karakteristik, karakteristik, onset/durasi,
fisik. Nyeri
onset/durasi, frekuensi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
kronis b.d
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
pasca-trauma
beratnya nyeri dan faktor 2. Menggali pengetahuan dan
karena
pencetus. kepercayaan pasien mengenai nyeri.
gangguan
2. Gali pengetahuan dan 3. Menentukan akibat dari
(mis., infeksi,
kepercayaan pasien pengalaman nyeri terhadap kualitas
inflamasi)
mengenai nyeri. hidup pasien (misalnya, tidur, nafsu
(00133)
3. Tentukan akibat dari amkan, pengertian, perasaan,
pengalaman nyeri terhadap hubungan, performa kerja dan
kualitas hidup pasien tanggung jawab peran).
(misalnya, tidur, nafsu 4. Menggali bersama pasien faktor-
amkan, pengertian, faktor yang dapat menurunkan atau

29
perasaan, hubungan, memperberat nyeri.
performa kerja dan 5. Memberikan informasi mengenai
tanggung jawab peran). nyeri seperti penyebab nyeri,
4. Gali bersama pasien faktor- berapa lama nyeri akan dirasakan,
faktor yang dapat dan antisipasi dari
menurunkan atau ketidaknyamanan akibat prosedur.
memperberat nyeri. 6. Mengurangi atau eliminasi faktor-
5. Berikan informasi faktor yang dapat mencetuskan atau
mengenai nyeri seperti meningkatkan nyeri (misalnya,
penyebab nyeri, berapa ketakutan, kelelahan, keadaan
lama nyeri akan dirasakan, menonton dan kurang
dan antisipasi dari pengetahuan).
ketidaknyamanan akibat 7. Mengajarkan prinsip-prinsip
prosedur. manajemen nyeri.
6. Kurangi atau eliminasi 8. Mendorong pasien untuk
faktor-faktor yang dapat memonitor nyeri dan menangani
mencetuskan atau nyerinya dengan tepat.
meningkatkan nyeri 9. Mengajarkan penggunaan teknik
(misalnya, ketakutan, non farmakologi (seperti
kelelahan, keadaan biofeedback, TENS, hypnosis,
menonton dan kurang relaksasi, bimbingan antisipatif,
pengetahuan). terapi music, terapi bermain, terapi
7. Ajarkan prinsip-prinsip aktivitas, akupressur, aplikasi
manajemen nyeri. panas/dingin dan pijatan, sebelum,
8. Dorong pasien untuk sesudah dan jika memungkinkan,
memonitor nyeri dan ketika melakukan aktivitas yang
menangani nyerinya dengan menimbulkan nyeri sebelum nyeri
tepat. terjadi atau meningkat, dan
9. Ajarkan penggunaan teknik bersamaan dengan tindakan
non farmakologi (seperti penurun rasa nyeri lainnya).
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi, Pemberian analgesik (2210)
bimbingan antisipatif, terapi
1. Menentukan lokasi, karakteristik,

30
music, terapi bermain, kualitas, dan keparahan nyeri
terapi aktivitas, akupressur, sebelum mengobati pasien.
aplikasi panas/dingin dan 2. Mengecek perintah pengobatan
pijatan, sebelum, sesudah meliputi obat, dosis, dan frekuensi
dan jika memungkinkan, obat analgesik yang diresepkan.
ketika melakukan aktivitas 3. Mengecek adanya riwayat alergi
yang menimbulkan nyeri obat.
sebelum nyeri terjadi atau 4. Mengevaluasi kemampuan pasien
meningkat, dan bersamaan untuk berperan serta dalam
dengan tindakan penurun pemilihan analgetik, rute dan dosis,
rasa nyeri lainnya). dan keterlibatan pasien, sesuai
kebutuhan.
Pemberian analgesik (2210) 5. Memonitor tanda vital sebelum dan
setelah memberikan analgesik
1. Tentukan lokasi,
narkotik pada pemberian dosis
karakteristik, kualitas, dan
pertama kali atau jika ditemukan
keparahan nyeri sebelum
tanda-tanda yang tidak biasanya.
mengobati pasien.
6. Memberikan analgesik sesuai
2. Cek perintah pengobatan
waktu paruhnya, terutama pada
meliputi obat, dosis, dan
nyeri yang berat.
frekuensi obat analgesik
yang diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi Managemen lingkungan :
obat. kenyamanan (6482)
4. Evaluasi kemampuan
1. Menciptakan lingkungan yang
pasien untuk berperan serta
tenang
dalam pemilihan analgetik,
2. Menyediakan lingkungan yang
rute dan dosis, dan
bersih dan aman
keterlibatan pasien, sesuai
3. Menyesuaikan suhu ruangan yang
kebutuhan.
paling nyaman bagi klien
5. Monitor tanda vital sebelum
4. Memposisikan pasien untuk
dan setelah memberikan
memfasilitasi kenyamanan
analgesik narkotik pada
(misalnya., menggunakan prinsip-
pemberian dosis pertama

31
kali atau jika ditemukan prinsip keselarasan tubuh, sokong
tanda-tanda yang tidak dengan bantal, dan imobilitas
biasanya. bagian tubuh yang nyeri)
6. Berikan analgesik sesuai
waktu paruhnya, terutama
pada nyeri yang berat.
7. Dokumentasikan respon
terhadap analgesic dan
adanya efek samping.
8. Ajarkan tentang
penggunaan analgesic,
strategi untuk menurunkan
efek samping, dan harapan
terkait dengan keterlibatan
dalam keputusan
pengurangan nyeri

Managemen lingkungan :
kenyamanan (6482)

1. Ciptakan lingkungan yang


tenang
2. Sediakan lingkungan yang
bersih dan aman
3. Sesuaikan suhu ruangan
yang paling nyaman bagi
klien
4. Posisikan pasien untuk
memfasilitasi kenyamanan
(misalnya., menggunakan
prinsip-prinsip keselarasan
tubuh, sokong dengan
bantal, dan imobilitas

32
bagian tubuh yang nyeri)
2. Domain 3 : Bantuan berkemih (0640) Bantuan berkemih (0640)
eliminasi dan 1. Tetapkan interval untuk 1. Menetapkan interval untuk jadwal
pertukaran. jadwal berkemih, berkemih, berdasarkan pola
Kelas 1 : berdasarkan pola pengeluaran urin
fungsi pengeluaran urin 2. Menetapkan waktu untuk memulai
urinarius. 2. Tetapkan waktu untuk dan mengakhiri berkemih dalam
Gangguan memulai dan mengakhiri jadwal bantuan berkemih
eliminasi urin berkemih dalam jadwal 3. Memberikan privasi pada klien saat
b.d infeksi bantuan berkemih berkemih
saluran 3. Berikan privasi pada klien 4. Memberikan umpan balik positif
kemih saat berkemih jika inkontinensia membaik
(00016) 4. Berikan umpan balik positif Manajemen Cairan (4120)
jika inkontinensia membaik 1. Menjaga intake/asupan yang akurat
Manajemen Cairan (4120) dan catat output (pasien)
1. Jaga intake/asupan yang 2. Memonitor status hidrasi
akurat dan catat output (misalnya., membran mukosa
(pasien) lembab, denyut nadi adekuat, dan
2. Monitor status hidrasi tekanan darah ortostatik)
(misalnya., membran 3. Memonitor hasil laboratorium yang
mukosa lembab, denyut relevan dengan retensi cairan
nadi adekuat, dan tekanan (misalnya., peningkatan berat jenis,
darah ortostatik) peningkatan BUN, penurunan
3. Monitor hasil laboratorium hematokrit, dan peningkatan kadar
yang relevan dengan retensi osmolalitas urin)
cairan (misalnya., 4. Memonitor makanan/cairan yang
peningkatan berat jenis, dikonsumsi dan hitung asupan
peningkatan BUN, kalori harian.
penurunan hematokrit, dan Monitor cairan (4130)
peningkatan kadar
1. Menentukan jumlah dan jenis
osmolalitas urin)
intake/asupan cairan serta
4. Monitor perubahan berat
kebiasaan eliminasi
badan pasien sebelum dan
2. Memonitor asupan dan pengeluaran

33
sesudah dialisis 3. Memonitor kadar serum dan
5. Monitor makanan/cairan elektrolit urin
yang dikonsumsi dan hitung 4. Memonitor warna, kuantitas dan
asupan kalori harian. berat jenis urin
5. Memberikan cairan dengan tepat
Monitor cairan (4130) 6. Membatasi dan alokasikan asupan
cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
2. Monitor asupan dan
pengeluaran
3. Monitor kadar serum dan
elektrolit urin
4. Monitor warna, kuantitas
dan berat jenis urin
5. Berikan cairan dengan tepat
6. Batasi dan alokasikan
asupan cairan
7. Konsultasikan dengan
dokter jika pengeluaran urin
kurang dari 0.5 mg/kg/jam
atau asupan orang dewasa
kurang dari 2000 dalam 24
jam

3. Domain 11 : Perawatan Demam (3740) Perawatan Demam (3740)


keamanan/perl 1. Monitor suhu dan tanda- 1. Memonitor suhu dan tanda-tanda
indungan. tanda vital secara berkala vital secara berkala
Kelas 6 : 2. Monitor warna kulit dan 2. Memonitor warna kulit dan suhu
termoregulasi. suhu secara berkala secara berkala
Hipertermia 3. Monitor intake dan output, 3. Memonitor intake dan output,
b.d waspadai kehilangan cairan waspadai kehilangan cairan yang
peningkatan yang tak disadari tak disadari

34
laju 4. Dorong konsumsi cairan 4. Mendorong konsumsi cairan
metabolisme 5. Fasilitasi istirahat, terapkan 5. Memfasilitasi istirahat, terapkan
(00007) pembatasan aktivitas: jika pembatasan aktivitas: jika
diperlukan diperlukan

Monitor tanda-tanda vital Monitor tanda-tanda vital (6680)


(6680) 1. Memonitor tekanan darah, nadi,
1. Monitor tekanan darah, suhu, dan status pernapasan dengan
nadi, suhu, dan status tepat.
pernapasan dengan tepat. 2. Memonitor tekanan darah setelah
2. Monitor tekanan darah pasien minum obat jika
setelah pasien minum obat memungkinkan.
jika memungkinkan. 3. Memonitor tekanan darah, denyut
3. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernapasan sebelum,
denyut nadi, dan selama, dan setelah beraktivitaas
pernapasan sebelum, dengan tepat.
selama, dan setelah 4. Memonitor keberadaan dan kualitas
beraktivitaas dengan tepat. nadi.
4. Monitor keberadaan dan 5. Memonitor irama dan tekanan
kualitas nadi. jantung.
5. Monitor irama dan tekanan 6. Mengidentifikasi kemungkinan
jantung. penyebab perubahan tanda-tanda
6. Identifikasi kemungkinan vital.
penyebab perubahan tanda-
tanda vital. Manajemen Cairan (4120)
1. Menjaga intake/asupan yang akurat
Manajemen Cairan (4120) dan catat output (pasien)
1. Jaga intake/asupan yang 2. Memonitor status hidrasi
akurat dan catat output (misalnya., membran mukosa
(pasien) lembab, denyut nadi adekuat, dan
2. Monitor status hidrasi tekanan darah ortostatik)
(misalnya., membran 3. Memonitor perubahan berat badan
mukosa lembab, denyut pasien sebelum dan sesudah dialisis

35
nadi adekuat, dan tekanan 4. Memonitor makanan/cairan yang
darah ortostatik) dikonsumsi dan hitung asupan
3. Monitor perubahan berat kalori harian.
badan pasien sebelum dan 5. Memberikan cairan dengan tepat.
sesudah dialisis 6. Memberikan diuretik yang
4. Monitor makanan/cairan diresepkan
yang dikonsumsi dan hitung
asupan kalori harian.
5. Berikan cairan dengan
tepat.
6. Berikan diuretik yang
diresepkan

VI. Evalusi
1. Domain 12 : Kenyamanan, Kelas 1 : Kenyamanan fisik. Nyeri kronis b.d pasca-
trauma karena gangguan (mis., infeksi, inflamasi) (00133)
S : Klien mengatakan bahwa nyeri dibagian pinggang dan perutnya mulai
berkurang.
O : P: nyeri disebabkan oleh adanya massa dari pembesaran ginjal
Q: nyeri hilang timbul
R: nyeri yang menjalar ke punggung dan perut
S: nyeri skala 4 (0-10)
T: nyeri dirasakan setahun terakhir, mulai berkurang.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no. 7 dan 8

2. Domain 3 : eliminasi dan pertukaran. Kelas 1 : fungsi urinarius. Gangguan


eliminasi urin b.d infeksi saluran kemih (00016)
S : Klien mengatakan bahwa dysuria (rasa terbakar saat berkemih) mulai
berkurang.
O : Hasil pemeriksaan urin didapatkan :
- protein +2
- Hemoglobin: 12,8 g/dl
- Hematokrit : 33,7 %
36
- Leukosit: 2.740 /mikroL
- Trombosit: 146.000/mikroL
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intevensi no. 4 dan 7

3. Domain 11 : keamanan/perlindungan. Kelas 6 : termoregulasi. Hipertermia b.d


peningkatan laju metabolisme (00007)
S : Klien mengatakan bahwa rasa haus mulai berkurang.
O : - Suhu 37,50C
- Tanda-tanda vital TD 130/80 mmhg
- Nadi 90 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

37
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup
uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir baik (refluks) ke dalam
ureter. Obstruksi traktus urinarius yangmeningkatkan kerentanan ginjal terhadap
infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatikbenigna, dan batu
urinarius merupakan penyebab yang lain. Pyelonefritis kronik berasal dari adanya
bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya
renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari
infeksi ginjal yang berulang – ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi
yang gawat. Prognosis pielonefritis kronis cukup buruk karena bila diagnosis
pielonefritis kronis terlambat dan kedua ginjal telah menyusut maka pengobatan
konservatif semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh.
Oleh karena itu, diperlukan penanganan dan asuhan keperawatan yang tepat untuk
menangani klien dengan pielonefritis kronis.

38
Daftar Pustaka

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bahasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). Nursing Diagnoses Definitions and
Classifications (NANDA) 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell.
Moorhead, Sue et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Bulechek, Gloria M. et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Report of Indonesian Renal Registry. 2012.


http://www.indonesianrenalregistry.org/data/5th%20Annual%20Report%20Of%20IR
R%202012.pdf Diakses pada tanggal 26 April 2018 pukul 16.58

39

Anda mungkin juga menyukai