SUHAIDA : NIM.20166524084
POLITEKNIK KESEHATAN
TAHUN 2018
Lembar pengesahan
Dosen Pembimbing
i
VISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
MISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
Regional
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan Makalah
Keperawatan Jiwa yang menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Cemas (Ansietas ) dan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Berduka ( Kehilangan )
Ucapan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah
membimbing kami, serta bantuan dan kerja sama dari semua TIM sehingga
Makalah ini selesai seperti yang telah kita harapkan.
Makalah ini, kami rasa masih banyak terdapat kekurangan, karena itu kritik
serta saran dari para pembaca dan semua pihak, sangat kami harapkan. Semoga
Allah SWT, senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita
semua.Amin.
Kelompok 2
iii
Lembar Pengesahan ..................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................ 1
Pendahuluan .................................................................................................. 1
B.Permasalahan ............................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................... 3
1.Kehilangan ................................................................................................. 3
2.Berduka ...................................................................................................... 6
2.TeoriKubler-Ross ................................................................................... 8
1.Pengkajian .................................................................................................. 12
C.Intervensi ............................................................................................... 13
Pengkajian ..................................................................................................... 17
V.Psikososial ................................................................................................. 19
Penutup.......................................................................................................... 34
BAB V........................................................................................................... 35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
1. Tujuan umum :
disfungsional
1. Tujuan khusus :
TINJAUAN TEORITIS
1. Kehilangan
A. Definisi kehilangan
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
C. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional
yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3.Kehilangan objek eksternal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
D. Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
1. Fase Denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi ” itu tidak mungkin” “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
4. Fase Depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase Acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,
2.Berduka
A. Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada
fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru
telah berkembang.
2.Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a). Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak
mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat
orang lain.
d). Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
3.Teori Martocchio
4.Teori Rando
1.Penghindaran
2.Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan
dirasakan paling akut.
3.Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
kesadaran Marah
Anguish,
disorganization and
Restitusi Tawar-menawar Konfrontasi
despair
in bereavement
Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya
atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin
terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal,
akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat
apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka
pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai
pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain
: menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.
Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek
atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan
beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya
betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai,
maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan
kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia
akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
A. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
C.Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/ Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutikyang mendukung
dalam mengatasi perasaannya.
2. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya.
R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
3. Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.
R/ Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
perasaannya.
4. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi.
R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien,
tetapi tidak terlibat secara emosi.
5. Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari
dirinya.
R/ Meningkatkan harga diri.
6. Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan
aktivitasnya.
R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
7. Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang
R/ Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat
meningkatkan harga diri klien.
Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
Tujuan :
1. Klien merasa harga dirinya naik.
2. Klien mengunakan koping yang adaptif.
3. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
Intervensi
1. Merespon kesadaran diri dengan cara :
- Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
- Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
- Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
R/ Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina hubungan terapeutik
perawat – klien.
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN :
Inisial : Ny/TN………………………………………
Umur : …. tahun
Informan : Tn / Ny……………………………………..
Klien datang di antar oleh keluarga ke rumah sakit jiwa dengan keluhan sejak
seminggu yang lalu klien terlihat murung dan suka menyendiri.Klien tidak mau
makan, minum dan mandi. Klien mulai terlihat seperti itu sejak ibunya meninggal.
Saat Pengkajian :
Keluarga klien mengatakan merasa cemas dengan keadaan klien. Sebelumnya klien
tidak pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang. Keluarga klien
takut dengan kondisi klien saat ini. Klien tampak murung sejak ibunya meninggal.
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya.
b.Tumbuh Kembang
- Lahir sampai preskul
Klien mengatakan selalu bersama-sama dengan ibunya.
- Usia sekolah
Klien mengatakan dulu waktu sekolah klien menjalin hubungan baik dengan
temannya, klien suka bergaul dengan temannya.
- Praremaja sampai remaja
Klien mengatakan saat remaja klien bergaul bersama teman-temannya.
IV.PEMERIKSAAN FISIK
a.Tanda vital
TD : 100/60 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt
b.Ukur
TB : 160 cm
BB : 50 kg
c.Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.
V.PSIKOSOSIAL
a.Konsep diri
- Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan merasa malu bergaul dengan orang lain karena minder dengan
teman-teman di sekitarnya yang masih mempunyai ibu.
- Identitas
Klien mengatakan dirinya adalah seseorang bernama Ny / Tn, yang tinggal bersama
Ayah, kakak dan adiknya.
- Peran
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang anak yang tidak berguna bila tidak
bersama ibunya
.
b.Hubungan Sosial
Klien mengatakan tidak ada keinginan dalam berhubungan dengan orang lain dan
klien mengatakan ingin sendiri saja.
c.Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan dia seorang muslim
Kegiatan ibadah : Klien mengatakan jarang Sholat
VI.STATUS MENTAL
a.Penampilan
Penampilan klien terlihat kotor, terlihat dari pakaian, kuku, gigi dan rambutnya.
b.Pembicaraan
Klien kurang koorperatif saat berbicara.
c.Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, sering murung dan menyediri, klien melakukan kegiatan jika di
motivasi perawat.
d.Alam perasaan
Klien mengatakan sedih , karena merasa tidak berguna jika tidak didampingi oleh
ibunya dan kurang bersemangat.
e.Afek klien
Afek klien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan
perubahan raut muka atau ekspresi wajah.
VIII.MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak
berguna bagi dirinya, keluarga dan orang lain.
IX.ASPEK MEDIS
Terapi Medis :
Kontra indikasi: Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena
alkohol atau obat depresan lainnya
Efek samping: Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional adalah
efek yang lebih umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan katalepsia,
kebingungan, kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan
eksaserbasi gejala psikotik
Efek samping: lesu, ngantuk, hipotensi, mulut kering, amenore pada wanita.
Kontra indikasi: --
Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, semas, konstipasi, retensi
urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
X.ANALISA DATA
RM No. : Ruangan :
- Ds : Gangguan konsep
Klien mengatakan merasa malu diri ; Harga Diri
bergaul dengan orang lain karena Rendah
merasa dirinya tidak berguna
- Do :
- Ds : Defisit Perawatan
Klien mengatakan malas untuk Diri : intoleransi
membersihkan dirinya aktivitas
- Do :
3. Mengevaluasi diri
dengan cara :
- Membantu klien
menerima perasaan
dan pikiran.
- Mengeksplorasi
respon koping adaptif
dan mal adaptif
terhadap masalahnya.
4. Membuat
perencanaan yang
realistik.
- Membantu klien
mengidentifikasi
alternatif pemecahan
masalah.
- Membantu klien
menkonseptualisasikan
tujuan yang realistik.
5. Bertanggung jawab
dalam bertindak.
- Membantu klien
untuk melakukan
tindakan yang penting
untuk merubah respon
maladaptif dan
mempertahankan
respon koping yang
adaptif.
6. Mengobservasi
tingkat depresi.
- Mengamati perilaku
klien.
- Bersama klien
membahas
perasaannya.
7. Membantu klien
mengurangi rasa
bersalah.
- Menghargai perasaan
klien.
- Mengidentifikasi
dukungan yang positif
dengan mengaitkan
terhadap kenyataan.
- Memberikan
kesempatan untuk
menangis dan
mengungkapkan
perasaannya.
- Bersama klien
membahas pikiran
yang selalu timbul.
RM No. : Ruangan :
Evaluasi
Jam
Kegiatan Tgl/bl/th Tgl/bl/th Tgl/bl/th
-Klien Sarapan M M M
-Istirahat M M M
-Kegiatan Rohani M M M
-Makan Siang
-Tidur siang
Keterangan:
M : mandiri
B : bantuan
RM No. : Ruangan :
Tgl/ Dx Ttd/
jam
Kep
Implementasi Evaluasi nama
09.00 Membersihkan
ruangan
-
HDRo Evalusai kegiatan S : Klien mengatakan
sudah bisa
pertama yang telah
SP2 melakukan kegiatan
dilatih dan diberikan kedua (menyapu
dengan benar dan
pujian
bersih)
o Bantu pasien memilih
kegiatan kedua yang
akan dilatih O:
- Klien memasukan
ke dalam jadwal
harian
A : Tujuan tercapai,
klien sudah mampu
menyapu dengan baik
dan optimal
P:
- Pertahankan SP1
- Lanjutkan
intervensi SP2
- Bimbing klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
jadwal
09.00 membersihkan
ruangan lalu
menyapu ruang tidur
dengan sendiri
P:
- Pertahankan
SP1 dan SP2 , serta
tetap awasi kegiatan
pasien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi.
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang
dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal,
kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan
kehidupan/meninggal.
DAFTAR PUSTAKA