Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN

Tumor Intra Abdomen

DISUSUN OLEH :

INNAYAH SALSADILAH HASANUDIN : 01909010027


REZA MEINANDA AKONTALO : 01909010045
RISKA MOKOAGOW : 01909010047
SALSA SASMITA ISMAIL : 01909010048
VICHARDO STEVANNO MANDAGI : 01909010053
VIDE EDEN TOMBENG : 01808010069

KEPERAWATAN A SEMESTER 4

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTA KOTAMOBAGU
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
masih memberikan kami kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperwatan Kanker Buli - buli”
Kami pun menyadari bahwa di dalam Asuhan Keperawatan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan Asuhan Keperawatan yang
akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-
kata yang kurang berkenan bagi pada pembaca.

Kotamobagu, 1 Maret 2021

KELOMPOK VI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...
C. Tujuan ……………………………………………………………
BAB II : Tinjauan Teori.............................................................................................
A. Pengertian…………………………………………………...………….
B. Etiologi…………………………………………………………………
C. Tanda dan Gejala……………………………………………………….
D. Anatomi Dan Fisiologi Organ ……………………………………….
E. Patofisiologi……………………………………………………………..
F. Pathway………………………………………………………………….
G. Komplikasi………………………………………………....................
H. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………….
I. Penatalaksanaan……………………………………………………….
J. Pencegahan……………………………………………………………
K. Pengkajian Keperawatan………………………………………………
L. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul………………………
M. Intervensi…………………………………………………….............
BAB III : Tinjauan Kasus..........................................................................................
BAB IV : PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor adalah kumpulan sel abdormal dalam tubuh yang berbentuk oleh
sel – sel yang tumbuh secara terus – menerus, tidak terbatas dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh
( Kusuma, 2011)
Tumor Intra Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang
disebabkan oleh neoplasma dan infeksi yang berada di abdomen berupa
massa abnormal di sel – sel yang berpoliferasi yang bersifat autonomy
(tidak terkontrol), progresif ( tumbuh tidak beraturan), tidak berguna.
Tumor intra abdomen antara lain tumor hepar, tumor limpa , tumor
lambung atau usus halus, tumor kolon, tumor ginjal (hipernefroma), tumor
pankreas.
Kanker atau tumor merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7 %) di
dunia. Di Indonesia prevalensi tumor atau kanker adalah 4,3 per 1000 jiwa
penduduk. Kejadian tumor abdomen memiliki prevalensi cukup tinggi
pada perawatan di rumah sakit. Berdasarkan prevalensi kejadian tumor
abdomen, yang paling sering terjadi pada pasien yaitu menyerang bagian
usus, (tumor kolon ), kemudian pada limfe dan sedikit terjadi pada
pankreas.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari tumor intra abdomen ?
b. Apa etiologi dari tumor intra abdomen ?
c. Apa saja tanda dan gejala dari tumor intra abdomen ?
d. Apa saja anatomi fisiologi dari tumor intra abdomen ?
e. Bagaimana patofisiologi dari tumor intra abdomen ?
f. Bagaiamana pathway dari tumor intra abdomen ?
g. Apa saja komplikasi dari tumor intra abdomen ?
h. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari tumor intra abdomen ?
i. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor intra abdomen ?
j. Bagaimana pencegahan dari tumor intra abdomen ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengetian dari tumor intra abdomen
b. Untuk mengetahui etiologi dari tumor intra abdomen
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari tumor intra abdomen
d. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari tumor intra abdomen
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari tumor intra abdomen
f. Untuk mengetahui pathway dari tumor intra abdomen
g. Untuk mengetahui komplikasi dari tumor intra abdomen
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari tumor intra abdomen
i. Untuk mengetahui pentanalaksanaan dari tumor intra abdomen
j. Untuk mengetahui pencegahan dari tumor intra abdomen
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh.
Tumor intra abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan
yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan
sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat
meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava
inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur
yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya. Yang termasuk tumor
intra abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa /lien, Tumor
lambung/usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor
pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal) (Smelstzer &
Suzanne C, 2001).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan
dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuan
mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain
:
1) Karsinogen
2) Hormone
3) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan
makanan yang kurang berserat
4) Parasite
Parasite schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler
5) Genetic
6) Infeksi , trauma , hipersensitivitas terhadap obat - obatan
C. Tanda dan Gejala
a. Hyperplasia
b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
c. Kadang tampak hipervaskulari di sekitar tumor
d. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi
e. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa
f. Konstipasi
g. Nyeri
h. Anoreksia, mual dan lesu
i. Penurunan berat badan
j. pendarahan
D. Anatomi dan Fisiologi
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan
meluas dari atas dari diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian yaitu upper abdomen dan lower abdomen.
Batas-batas rongga abdomen adalah dibagian atas diafragma, di bagian
bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi
otot abdominal, tulang-tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian
belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum.
Bagian dari rongga abdomen beserta daerah-daerah. Pada bagian upper
abdomen terdapat beberapa organ dintaranya: hati, empedu, lambung,
ginjal, limpa, pancreas dan lainnya (Pearce,1999).
1. Liver atau hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian
teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma.
Hati secara luar dilindungi oleh iga-iga. Hati terbagi dalam dua
belahan utama, kanan dan kiri. Selanjutnya hati dibagi lagi dalam
empat belahan dan setiap belahan atau lobus terdiri atas lobu lus. Hati
mengeluarkan empedu melalui saluran hepatika (duktus hepatikus)
yang keluar dari lobus kanan dan kiri yang kemudian menyatu
membentuk hepatic common duct dan menuju duktus cystikus
kemudia masuk ke kandung empedu. Hati di suplai oleh dua pembuluh
darah yaitu :
a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang
kaya akan nutrisi seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang
larut dalam air dan mineral.
b. Arteri hepatica cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Cabang- cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri
hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hepatosit menyerap
nutrien, oksigen dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam
hepatosit zat racun akan di netralkan sedangkan nutrien akan
ditimbun atau di bentuk zat baru, dimana zat tersebut akan
disekresikan ke peradaran darah tubuh.
Fungsi hati :

 Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi


dalam empedu

 Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen

 Menyiapkan lemak untuk pemecahan terahir asam karbonat


dan air

 Hati merupakan pabrik terbesar dalam tubuh sebagai


pengantar metabolisme
2. Kantung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan
merupakan membrane berotot. Letaknya didalam sebuah lekukan
disebelah permukaan bawah hati, sampai dipinggiran depannya.
Panjangnya delapan sampai dua belas centi meter.Kandung empedu
terbagi dalam sebuah fundus, badan, dan leher.
3. Lambung
Lambung terletak disebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindungi
dibelakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orificium
cardia terletak dibelakang tulang rawan iga ketujuh kiri. Fundus
lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri.
Corpus, bagian terbesar letaknya ditengah. Pylorus, suatu canalis yang
menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat
dengan pylorus disebut antrum pyloricum.
Fungsi lambung :
 Tempat penyimpanan makanan sementara
 Mencampur makanan dengan getah lambung
 Menghancurkan makanan
 Protein diubah jadi pepton
 Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk
keduodenum
 Mengasamkan makanan
4. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang panjangya kira – kira dua setengah
meter dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung
sampai katup ileo – caccal tempat bersambung dengan usus besar.
Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar.
Area permukaan dalam yang luas disepanjang usus halus membantu
absorbs produk – produk pencernaan.
Usus halus dapat dibagi menjadi beberpaa bagian :
 Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya
25 cm dan berliku-liku disekitar caput pancreas.
 Yayunum adalah menempati dua per lima proksimal dari usus
halus. c. Ileum adalah menempati tiga per lima bagian distal
dari usus halus.

5. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah
lumbal di sebelah kana dan sebelah kiri tuang belakang peritoneum.
Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebrae
thoracalis sampai vertebrae lumbalis ketiga. Ginjal kanan lebih rendah
dari ginjal kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan.
Panjang ginjal 6 -7,5 cm. pada orang dewasa berat ginjal kira-kira 140
gram. ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis
dextra, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra.
Fungsi ginjal :
 Mengatur keseimbangan air
 Mengatur konsentrasi garam darah dan keseimbangan asam
basah darah
 Eksresi bahan buangan dan kelebihan garam
6. Limpa
Limpa terletak di region hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen
diantara fundus ventrikuli dan diagfragma
Fungsi limpa :
 Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasul eritrosit dan
limposit
 Seteah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
hemoglobin dan zat besi
7. Pancreas
Pancreas adalah kelenjar majemuk bertandan. Panjangnya kira – kira
15cm, mulai dari duodenum sampai limpa. Pancreas dibagi menjadi 3
bagian yaitu kepala pancreas, yang terletak disebelah rongga kanan
abdomen dan didalam lekukan, badan pancreas, yang terletak
dibelakang lambung dan didepan vertebrae lumbalis pertama ekor
pakreas, adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan menyentuh
limpa.
Fungsi pancreas :
 Fungsi eksokrin, dimana kelenjar eksokrin mengeluarkan
cairan pankreas menuju duktus pakreatikus dan akhirnya ke
duodenum. Sekresi ini penting untuk pencernaan dan absorsi
protein, lemak dan karbohidrat.
 Fungsi endokrin, dimana pancreas bertanggung jawab untuk
produksi serta sekresi glucogan dan insulin, yang terjadi dalam
sel-sel khusus di pulau langerhans.
E. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasi genetic dari seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secar abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan
dalam lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma mendapat energi
terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang,
meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi. Susunan enzim
sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang
membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang
menghasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh
memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi,
antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel
normal dalm mendapatkan bahan-bahan tersebut.
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan
terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi
jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh
darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain
dalam tubuh untuk membentuk metastase penyebaran tumor pada bagian
tubuh yang lain. Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum
seperti yang telah digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal
dengan penyebab tunggal tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit
yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang
berbeda.

F. Pathway

G. Komplikasi
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah 26 sebagai emboli
ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan
kaki, ambulasi dini post operasi.
b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
stapilococus aurens, organisme gram positif. Stapilococus
mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik
dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
d. Ventilasi paru tidak adekuat.
e. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras
Contoh : X – Foto tengkorak, leher, toraks, abdomen, tulang dan
mammografi
b. Radiografi dengan kontras
Contoh : Foto Upper Gr, bronkografi, colon in loop dan kistografi
c. USG
Pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara. Contoh : USG
abdomen, USG urologi, mammosografi
d. CT – SCAN
Contoh : scan kepala, thoraks, abdomen, whole body scan, dll
e. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Merupakan alat scanning yang masih tergolong baru dan pada
umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya dikatakan lebih
baik dari CT
f. RIA ( Radio Immuno Assay )
Untuk mengetahui pertanda tumor ( tumor marker )
I. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya
gasterektoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan
maupun paliasi.Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak
ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau
seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur
kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan
adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.
(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
2. Radioterapi
Penggunaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel – sel
dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA
dan RNA sel. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah
ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spectrum elektromagnetik
3. Kemoterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel
dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA
dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi
adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum
elektromagnetik.
4. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat
untuk kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response
modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi
koloni, interferon, interleukin.
J. Pencegahan
 Berhenti merokok
 Berolahraga secara teratur
 Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang
 Membatasi konsumsi minuman keras
 Meminimalisirkan pajanan senyawa kimia yang mengandung
racun, misalnya dengan menggunakan masker saat berkendara
 Menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin
K. Pengkajian keperawatan
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi dan nyeri pada dada
Kebiasaan : perubahan TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feces,
nyeri pada defekasi. perubahan eliminasi ururnaris, misalnya nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria dan sering berkemih
Tanda : perubahan pada bising usus dan distensi abdomen
e. Makanan / cairan
Gejala : kebiasaan diet yang buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif
bahan pengawet)
Tanda : anoreksia dan mual/muntah
f. Intoleransi makanan
Gejala : perubahan pada berat badan, penurunan berat badan hebat dan
berkurangnya massa otot
Tanda : perubahan pada kelembapan / tugor kulit dan edema
g. Neurosensory
Gejala : pusing dan sinkope
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai berat ( dihubungkan dengan proses
penyakit )
i. Pernafasan
Gejala : merokok ( tembakau, mariyuana, dan hidup dengan seseorang
yang merokok)
Tanda : pemajaman asbes

j. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik dan karsinogen, pemajanan
matahari lama / berlebihan
Tanda : demam, ruam di kulit dan ulserasi
k. Seksualitas
Gejala : masalah sekksualitas misalnya dampak pada hubungan
perubahan pada tingkat kepuasan.
l. Interaksi social
Gejala : ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan
atau bantuan)
L. Diagnosa keperewatan yang mungkin muncul
 Pre operasi
a) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
b) Nyeri akut b.d proses penyakit
 Post Operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d tindakan
pembedahan
b) Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
c) Resiko infeksi b.d adanya luka operasi
d) Gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang tidak adekuat
e) Keruskan integritas kulit / jaringan b.d insisi bedah
M. Intervensi
a) Ansietas / cemas b.d perubahan status kesehatan
Kemungkinan dibuktikan oleh : peningkatan ketegangan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup
Hal yang diharapkan :
 Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurang rasa
takut
 Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat
dapat diatasi
 Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
partisipasi aktif dalam pengaturan obat
Intervensi :
- Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
- Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaannya
- Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien
- Bantu klien / keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan
rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping
- Berikan informasi yang akurat
Rasional :
- Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta
ksalahan konsep tentang diagnosis
- Mebantu klien untuk merasa diterima pada adanya konidisi tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat
- Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak
- Dukungan dan konseling sesering ditolak
- Dukungan dan konseling sesering diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi rasa takut
- Dapat menurunkan ansietas
b) Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Kemungkinan dibuktikan oleh : keluhan nyeri, respon autonomic
gelisah, perilaku berhati – hati
Hasil yang diharapkan :
 Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
 Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi :
- Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala
- Berikan tindakan kenyamanan dasar, misalnya massage punggung
dan aktifitas hiburan misalnya music
- Dorong penggunaan keterampilan manajement nyeri, misalnya
relaksasi napas dalam
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional :
- Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan /
keefektifan intervensi
- Dapat meningkatkan relaksasi
- Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam
meningkatkan rasa control
- Analgetik dapat menghambat stimulus nyeri
c) Resiko tinggi terhadap diare b.d koping yang tidak adekuat
Tujuan : mempertahankan pola defekasi umum
Intervensi :
- Kaji tingkat usus dan pantau / catat gerakan usus termasuk
frekuensi konsistensi
- Dorong masukan cairan adekuat (2000ml/jam) dan peningkatan
- Berikan makan sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat
(bila tidak dikontraindikasi) dan mempertahankan kebutuhan
protein karbohidrat
- Pastikan diet yang tepat hindari makanan tinggi lemak
- Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
- Pelunak feses, laksatif, enema sesuai indikasi
Rasional :
- Mengidentifikasi masalah, misalnya diare dan konstipasi
- Dapat menurunkan potensial terhadap konstipasi dengan
memperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltic ; dapat
mencegah dehidrasi
- Menurunkan iritasi gaster, penggunaan makanan rendah serat dapat
menurunkan iritabilitas dan memberikan istirahat pada usus bila
ada diare
- Stimulus GI yang dapat meningkatkan
- Ketidakseimbangan prolaktif mencegah komplikasi lanjut pada
klien
d) Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan
aturan pengobatan
Kriteria : klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah
dan HB normal
Intervensi :
- Kaji intake dan output klien
- Timbang berat badan sesaui indikai
- Identifikasi kesukaan / ketidaksukaan diet dari pasien
- Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C
- Berikan cairan IV
- Berikan obat – obatan sesuai indikasi
Rasional :
- Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dan merupakan asupan dalam
tindakan selanjutnya
- Mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan
metabolic
- Meningkatkan kerja sama pasien dengan aturan diet. Protein /
vitamin C adalah contributor utama gunakan pemeliharaan jaringan
dan perbaikan
- Memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit. Kehilangan plasma ;
dapat memperpanjang penyembuhan luka
- Mencegah muntah dan menetralkan atau menurunkan
pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa

e) Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan insisi bedah


Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa komplikasi
Intervensi :
- Pantau tanda – tanda vital, perhatikan demam, periksa luka dengan
sering terhadap bengkak insisi berlebihan
- Bebas insisi selama batuk dan latihan napas. Berikan pengikat atau
penyokon untuk pasien gemuk bila di indikasikan
- Gunakan plester kertas untuk balutan sesuai indikasi
- Tinjau ulang nilai laboratorium terhadap anemia dan penurunan
albumin serum
Rasional :
- Pembentukan hematoma / terjadinya infeksi, yang menunjang
lambatnya pemulihan luka dan meningkatkan resiko pemisahan
luka
- Meminimalkan stress. Jaringan lemak sulit menyatu, dan garis
jahitan lebih mudah terganggu
- Pengantian balutan sering dapat mengakibatkan kerusakan kulit
karena perletakan yang kuat
- Anemia dan pembentukan edema dapat memenuhi pemulihan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Gambaran Kasus Pasien Kelolaan


Pasien bernama Tn. w, umur 18 tahun, pendidikan SMA, beragama kristen
dan berasal dari Toraja, pasien diantarkan oleh keluarganya (kakak dan kedua
orang tua) masuk ke rumah sakit pada tanggal 02 Maret 2019 setelah dengan
keluhan nyeri perut kiri bawah sejak 6 bulan yang lalu, nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan memberat apabila ditekan sehingga pada tanggal 3 Maret
2019 pasien tidak mampu lagi menahan rasa sakit sehingga dirujuk ke rumah
sakit Wahidin Sudirihusodo. Keluhan saat dikaji mengeluh nyeri daerah post
operasi laparotomy eksplorasi dilakukan pada tanggal 5 maret 2019 pukul
20.20 wita selain itu, sesak nafas dan batuk berkurang serta nyeri juga
dirasakan di arae WSD dextra setelah dilakukan chest tube dextra pada tanggal
3 maret 2019. Adanya luka melepuh mulai tampak kering pada sisi leher kiri
dan kanan yang dirasakan awalnya melepuh seperti luka bakar, dialami
sebelum pasien masuk rumah sakit. Adanya juga luka post operasi benjolan
diatas 3 jari prosesus xivoideu. Luka operasi laparatomi saat dikaji tampak
kering, penurunan nafsu makan karena pasien mengalami nyeri perut,
penuruanan berat badan serta adanya cairan yang keluar WSD dextra sinistra.
Tidak ada keluhan muntah, tidak ada keluhan BAB cair, tidak ada keluhan
BAK darah, sulit BAK (-).
Kesadaran composmentis dengan GCS 15, Tn. W mengatakan nyeri
terkontrol saat minum obat (skala 4-5 NRS), tidak ada tanda- tanda infeksi,
tanda-tanda vital; TD 110/70 mmHg, nadi 94x/menit, pernafasan 26x/menit,
suhu 36,7 C. Semua aktivitas perawatan diri pasien dibantu oleh keluarga
pasien. Pasien tampak tenang dan tidak cemas, berbeda dengan keluarga
pasien yang tampak cemas. Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, TB paru, dan tidak ada alergi obat, makanan.

B. Pengkajian
Tanggal Masuk RS : 02 Maret 2019 pukul 07. 29 Wita
Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2019 pukul 09. 00 Wita
Unit perawatan : Bedah Digestiv
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Umur : 18 thn
Tempat/ Tanggal Lahir : Tongga, 24/10/2000
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Kristen
Suku : Toraja
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Desa Kalora Toraja
No. Rekam Medik : 00875558
Diagnosa Medis : Tumor Intra Abdomen
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan utama saat masuk Rumah Sakit
Nyeri perut kiri bawah
b. Keluhan Saat Pengkajian
Keluhan saat ini mengeluh nyeri daerah post operasi laparotomy
eksplorasi dilakukan pada tanggal 5 maret 2019 pukul 20.20 wita
selain itu, sesak nafas dan batuk berkurang serta nyeri juga dirasakan
di arae WSD dextra setelah dilakukan chest tube dextra pada tanggal 3
maret 2019. Adanya luka melepuh mulai tampak kering pada sisi leher
kiri dan kanan yang dirasakan awalnya melepuh seperti luka bakar,
dialami sebelum pasien masuk rumah sakit. Adanya juga luka post
operasi benjolan diatas 3 jari prosesus xivoideu. Luka operasi
lapatomi saat dikaji tampak kering. Chest tube dextra dan sinistra
adanya cairan yang keluar
c. Riwayat Keluhan Utama
Pasien masuk dengan keluhan nyeri perut kiri bawah sejak 6 bulan
yang lalu, nyeri yang dirasakan hilang timbul dan memberat apabila
ditekan. Sehingga pada tanggal 3 Maret 2019 pasien tidak mampu lagi
menahan rasa sakit sehingga dirujuk ke rumah sakit Wahidin
Sudirihusodo. Tidak ada keluhan muntah, tidak ada keluhan BAB
cair, tidak ada keluhan BAK darah, sulit BAK (-), adanya juga
benjolan pada bahu kanan dan kiri seperti melepuh, dan adanya juga
benjolan 3 jari diatas procesus xivoideus dan ketika di sentuh
mengalami nyeri. Terpasang chest tube dextra.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit berarti sejak 6 bulan sebelum
yang membuat pasien masuk RS. Pasien pernah sakit tetapi hanya
rawat jalan atau berobat didokter praktek atau puskesmas setempat.
e. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan sebelumnya yang berarti
f. Riwayat Pembedahan
Pasien tidak memiliki riwayat pembedahan sebelum masuk RS
g. Klien tidak pernah menjalani pembedahan
Sekarang pasien memiliki riwayat pembedahan laparatomi dan chest
tube dextra
h. Riwayat Alergi
Pasien memiliki riwayat alergi sejenis makanan tetapi namun
penyebab pastinya pasien tidak tau karena beberapa hari setelahnya
baru muncul gejala alergi yang timbul di daerah leher kiri dan kanan,
tidak ada riwayat alergi obat-obatan
i. Riwayat Sosial
Pasien saat ini bersekolah di salah satu SMA di Toraja. Dengan
pengaruh interkasi lingkungan sosial pasien riwayat merokok sejak
SMP, riwayat alcohol (-), riwayat narkoba (-).

3. Pengkajian Teori Self-Care Dorothea Orem


a. Universal Self – Care Requisites (Syarat Perawatan Diri Universal)

Kebutuhan Self – Data


Care universal
Neurologi  Status mental/kesadaran :
( √ ) Composmentis ( ) Apatis ( ) somnolen
( ) koma
 GCS : 15 E : 4 M: 6 V: 5
Oksigenasi& Pantau laju dan karakteristik pernapasan:
Cardiovaskuler  Batuk lendir dan sesak nafas berkurang
 Frekuensi napas : 24 x / Mnt
 Irama : (√ ) Reguler ( ) Ireguler
 Bentuk Dada : ( √ ) Normal ( ) Pegeon chest
( ) Barrel Chest ( ) Funnel Chest (√ )Simetris
( ) Asimetris
 Jalan Napas : (√ ) Spontan ( ) Partial
 Pola Napas: ( ) Apnea ( ) Bradipnea
( ) Takipnea ( ) Orthopnea
( ) Kusmaul ( )Hiperapnea
( ) Chyne Stokes
 Bunyi Napas : ( ) Vesikuler ( ) Brokhial
( √) Bronkovesikuler ( - ) Ronkhi (- )Wheezes
( - )Krakels
 Warna Bibir/Mukosa : (√ ) Pink ( ) Pucat
( ) Sianosis
 Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
 Frekuensi nadi : 92 x / mnt
 Kapillary refill : > 2 Detik
 SPO2 99%
 CVP: terpasang CVP
 Bunyi jantung : (√ ) S1 – S2 normal (√ ) Paradoksial
( - ) Gallop ( - ) Murmur

Cairan  Kebiasaan minum : 1000 cc/hari Jenis : air putih dan


jus
 Terpasang IFVD D5% 20 tmp
 Turgor kulit : (√ ) Lembab ( √) Elastis lastis (√ )
kembali dengan cepat setelah dicubit dan dilepaskan
 CRT : > 2 Detik
 Mata cekung : (√) Tidak ( ) Ya
 Edema : ( √ ) Tidak ( ) Ya
 Distensi vena jugularis : Tidak tampak distensi
 Asites : (√ ) Tidak ( ) Ya

Integumen  Pigmentasi kulit : Distribusi merata.


 Kelembaban : (-)
 Teksur : Lunak
 Suhu : Hangat SB : 37oC
Masalah keperawatan : -
Nutrisi  BB: 47 kg TB ; 160 cm
 Lingkar lengan atas : tidak diukur
 BBI = 54 kg
 BBA/BBIx100 = 47/54x100 = 87,03% (status gizi
Kurang)
 Konjungtiva : Tidak ikterus
 Sklera : Tidak anemis
 Pembesaran tyroid (-)
 Abdomen tampak luka bekas operasi dengan tumor
intra abdomen
 Kondisi gigi/gusi : Kesan normal
 Penampilan lidah : Kesan normal
 Bising usus 20x/menit
 Kemampuan mengunyah : Tidak ada gangguan
 Kebiasaan makan : ( tidak teratur)
 Keluhan Saat ini :
(√) Tidak nafsu makan ( ) Mual ( ) Muntah
( ) Sukar / sakit menelan ( ) Nyeri ulu hati (√) Nyeri perut
bekas operasi
(- ) Sakit gigi
 Porsi makan yang dihabiskan : ½ porsi dari 1 porsi
yang diberikan.
 Diet : Bubur biasa, lauk, buah plus susu

Eliminasi BAK
1) Frekuensi berkemih : 4-5 kali/hari
2) Jumlah : ....….....cc (tidak ditakar)
3) Warna urin : kuning
4) Bau : Khas urine / Pesing
5) Keluhan : ( - ) Anuria:.......ml/hr ( - ) Dysuria
( - ) Nocturia (- ) Polyuria ( - ) Inkontenensia
( - ) Rasa Panas (- ) Distensi bladder
BAB
 Keluhan : ( ) Konstipasi ( ) Diare ( ) Hemoroid
 Frekuensi : 1 x/hari
 Konsistensi : lunak
 Warna : Kuning
BAB pasien saat ini tidak teratur karna asupan pasien juga
sangat sedikit.
Masalah keperawatan :-
Aktivitas dan  Kaji tingkat nyeri ( skala nyeri numerik) :
istirahat P : Insisi pembedahan
Q : skala sedang 4-5 (NRS)
R : Daerah abdomen
S : Hilang timbul
T : Tidak menentu
 Aktivitas waktu luang : Bercerita dengan keluarga
 Aktivitas / Hoby : Main futsal
 Kesulitan bergerak : ( ) Tidak (√ )Ya
 Kekuatan otot :
Lengan kanan : 5
Lengan kiri :5
Tungkai kanan : 4
Tungkai kiri :4
 Tonus otot :
Lengan : Kesan menurun
Tungkai : Kesan menurun
 Postur : Tidak ada kelainan postur tubuh
 Tremor : (-)
 Rentang gerak (ROM) :
Lengan : Aktif (pada fleksi, ektensi, abduksi, rotasi)
Tungkai : Pasif (pada fleksi, ektesnsi, abduksi, rotasi)
 Keluhan saat ini :
(- ) Nyeri otot (- ) Kaku otot (√ ) Lemah otot
(- ) Nyeri sendi (- ) bengkak sendi ( -) Inkoordinasi
( -) Parese/Paralisis : di bagian : .
(√ ) Kelelahan (- ) Amputasi (-) Deformitas
 Kaji waktu tidur :
Siang : 2 jam , Malam : 7 – 8 jam
 Tentukan tingkat kebutuhan pasien untuk melakukan
aktivitas (Barthel Index):
( ) mandiri ( ) Ketergantungan ringan
(√) Ketergantungan sedang ( ) Ketergantungan berat
( ) ketergantungan total
 Jenis aktivitas yang perlu dibantu :
 Personal Hygiene
 Makan/minum
 Mobilisasi

Psikologis Kognitif
( - )Tidak ada penurunan signifikan
( -) Kerusakan intelektual sedang
( - ) Kerusakan intelektual berat
( - )Kerusakan intelektual total

Sosial  Kurang berinteraksi dengan lingkungan :


( ) Ya ( √ )Tidak
 Menarik diri dari orang lain :
( )Ya ( √ )Tidak
 Hubungan dengan keluarga : Baik
 Hubungan dengan pasien yang lain : interaksi pasien
dengan pasien lain sekamrnya terbina baik, ditandai
dengan pasien mengenal sesama pasien sekamar.

Pencegahan bahaya Pengaman tempat tidur : ( ) Ada (√)Tidak


bagi kehidupan
manusia
Promosi fungsi dan  Tidak puas dengan lingkungan rumah:
kehidupan manusia ( ) Ya (√ )Tidak
normal  Tergantung pada keluarga :
(√ ) Ya ( ) Tidak
Saat ini keluarga klien yang banyak membantu klien dalam
perawatan di RS termasuk pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yaitu kakak perempuan dan ibu pasien yang sering
menjaga.

Sensori Kaji fungsi penglihatan:


 Oedema palpebra : ( )Ya (√ )Tidak
 Peradangan : ( ) Ya (√ )Tidak
 Konjungtiva : (√)merah muda ( ) pucat
 Sklera : (√ ) Putih ( )Ikterik
 Pupil : (√)isokor ( )anisokor
 Reflex pupil terhadap cahaya :(√) miosis ( ) midriasis
 Reflex kornea : (√ ) Ada ( ) Tidak Ada
 Penglihatan : (√) Jelas ( ) Kabur ( ) Diplopia
 Visus: Tidak dilakukan
 Alat bantu : (- ) SoftLens ( -) Kacamata
 Pergerakan bola mata: ( ) tidak ada gangguan
 Nyeri tekan : ( )Ya (√ )Tidak
 Peningkatan TIO : tidak di kaji
Kaji fungsi pengecapan:
 Keadaan gigi : (√)lengkap ( ) Tidak Lengkap
 Gigi palsu : ( )Ya (√ )Tidak
 Pembengkakan/peradangan gusi : ( )Ya (√ )Tidak
 Lidah kotor : ( )Ya (√ )Tidak
 Bibir : (√ ) Merah muda ( ) Sianosis , (√ ) Basah
( ) Kering (√ ) Lembab
 Mukosa : (√) Kemerahan ( )Pucat
 Peradangan tonsil : ( ) Ya (√ ) Tidak
 Nyeri menelan : ( )Ya (√)Tidak
 Fungsi pengecapan : (√)Baik ( )Tidak

Kaji fungsi penciuman:


 Simetris ki-ka : (√ )Ya ( )Tidak
 Pembengkakan : ( )Ya (√ )Tidak
 Epistaksis : ( ) Ya (√)Tidak
 Septum deviasi : ( )Ya (√ )Tidak
 Nyeri tekan :( ) Ya (√ )Tidak
 Benjolan/tumor : ( )Ya (√ )Tidak
 Mampu membedakan Bau : Ya

Kaji fungsi pendengaran:


 Telinga bagian luar simetris ki-Ka : (√) Ya( )
Tidak
 Kebersihan : (√) Bersih ( ) Serumen ( ) Nanah
 Membran Timfani : (√)Utuh ( ) Tidak
 Nyeri Tekan Mastoid : ( )Ya (√ ) Tidak

Masalah keperawatan :-
b. Developmental Self-Care Requisites (Syarat Perawatan Diri
Perkembangan)

Pemeliharaan Ruangan klien : (√ ) Bersih ( ) Kotor


lingkungan Tempat tidur : ( √) Bersih ( ) Kotor

Pertimbangan Kebisingan: ( ) Ya (√ )Tidak


lingkungan Cahaya: ( √) Baik ( ) Tidak
Lantai : ( ) Licin (√ )Tidak

Pencegahan atau Pengaman tempat tidur : (√ )Ada ( )Tidak ada


penanggulangan Tanda risiko jatuh ( Morse Fall Scale):
kondisi yang ( ) tidak beresiko
mengancam (√) risiko sedang
perkembangan ( ) risiko tinggi
normal

c. Health Deviation Self-Care Requisites (Syarat perawatan diri


Penyimpangan kesehatan )

Kepatuhan terhadap (√) Patuh terhadap instruksi pengobatan


rejimen medis (√) Meminum obat yang diresepkan
(√) Mengikuti terapi yang direncanakan
Kesadaran akan ( √ ) Menerima penyakit
masalah potensial ( ) Tidak menerima penyakit
yang terkait dengan
regimen
Modifikasi Citra ( ) Ada gangguan citra tubuh
diri terhadap ( √) Menerima
perubahan status
kesehatan
Adopsi cara baru (√ ) Mampu beradaptasi
untuk penyesuaian
gaya hidup
Format Orem’s dikutip dari: (AiPPG, 2011; Aligood, 2017)
4. Pengkajian berdasarkan teori Marion Good
Riwayat Pembedahan: tindakan operasi laparatomi dilakukan pada
tanggal 05 Maret 2019 dan pada tanggal 3 Maret 2019 chest tube dextra
sinistra karena adanya efusi pleura.
Kenyamanan: saat dikaji pasien mengatakan nyeri dirasakan pada area
laparatomi dan area chest tube dextra sinistra dan bekas benjolan di area
diatas 2 jari processus xivoideus, wajah pasien nampak meringis bila
ditekan sehingga mempengaruhi aktivitas fisik

Tingkat nyeri berada pada skala 4-5

Obat penghilang nyeri yang Efek samping


digunakan
Golongan Analgesik Sesak napas, irama jantung
melambat, otot kaku, pusing,
- Fentanyl 35 µg/jam/syringe
gangguan penglihatan, mual dan
pump
muntah, gatal, berkeringan, tekanan
darah tinggi
Golongan NSAID

Ketorolac 1 amp/8 jam/intravena Nyeri perut, mual dan muntah,


konstipasi, diare, pusing,
mengantuk

Metamizol 1 gl/8 jam/intravena Pada gastrointestinal (mual, muntah,


diare, tidak nyaman diperut), pada
saraf (kantuk, sakit kepala, mabuk),
pada ginjal perubahan warna urin,
selain itu dapat menyebababkan
ruam kulit, bengkak, nafas pendek,
gatal, keringat dingin.

Mual, sakit perut, reaksi alergi


Paracetamol 1 g/12 jam/intravena
seperti gatal-gatal,ruam dan
bengkak; kehilangan nafsu makan;
warna urin pucat
Asam mefenamat 500 mg/8
jam/oral Pusing, sakit kepala, mulut kering,
dengung telinga, sakit perut, kulit
terasa gatal

5. Terapi

Nama Obat Cara Kerja Indikasi


Ranitidin 50 anthistamin penghambat reseptor menurunkan
mg/12 Histamin H2 yang berperan produksi asam
jam/intravena dalam efek histamine terhadap lambung tersebut
sekresi cairan lambung. dengan cara
memblok langsung
sel penghasil asam
lambung.
Ketorolac 30 NSAID yang dapat menghambat Nyeri akut,
mg/8 sintesa prostaglandin dengan cara penanganan nyeri
jam/intravena menghambat kerja enzym post operatif
cyclooxygenase (COX), COX-1
& COX-2 pada jalur arachidonat
tidak melalui jalur opiat.
Paracetamol NSAID yang dapat menghambat Nyeri akut,
100 g/12 jam/ sintesa prostaglandin dengan cara penanganan nyeri
intravena menghambat kerja enzym post operatif
cyclooxygenase (COX), COX-1
& COX-2 pada jalur arachidonat
tidak melalui jalur opiate
Fentanyl 35 Agonisme reseptor opioid sehingga Menghilangkan nyeri
µg/jam/syringe menekan respon nyeri

pump
Ceftriaxone 1 Golongan sefalosporin generasi Antibiotik
gram/12 ketiga yang dapat menghentikan
jam/intravena pertumbuhan bakteri yang
sensitive

6. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


03/03/2019
WBC 9.27 4.00-10.00 103/µL
HGB 11.9 12.0 – 16.0 g/dl
PLT 534 150-400 103/µL

02/03/2019
11.6 10-14
PT 1.12 -- Detik
INR 29.9 22.0-30.0 --
APTT 69 140 Detik
GDS 17 10-50 mg/dl
Ureum 0.59 L < 1.3, P < 1.1 mg/dl
Kreatinin 22 <38 U/L
SGOT 27 <41 U/L
SGPT 3.6 3.5-5.0 gr/dl
Albumin 139 136-145 mmol/I
Natrium 4.7 3.5-5.1 mmol/I
Kalium 106 97-111 mmol/I
Klorida

7. Analisa Data

NO Data Fokus Etiologi Problem

1 Ds : klien Kontinutitas Nyeri akut


mengatakan nyeri jaringan akibat
pada daerah post tindakan operasi
operasi
Do : klien tampak
meringis

2 Ds : klien kesulitan Kelemahan otot Hambatan


dalam bergerak mobilitas fisik
Do : klien tampak
beraktiftas dibantu
dengan keluarga klien

3 Ds : klien Kurangnya status Ketidakseimbangan


mengatakan tidak ada gizi nutrisi kurang dari
nafsu makan kebutuhan tubuh
Do : klien tampak
hanya menghabikan
½ porsi dari 1 porsi
makan

4 Ds : klien Keruskaan Resiko infeksi


mengatakan bahwa integritas kulit
mempunyai luka
yang awalnya terasa
seperti terbakar
Do : luka klien
tampak mengering

5 Ds : klien Asupan diet Ketidakseimbangan


mengatakan asupan kadar glukosa
pasien sangat sedikit darah
Do : klien tampak
tidak ada nafsu
makan

8. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2) Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d status
gizi kurang
4) Resiko infeksi b.d kerusakan pada integritas kulit
5) Ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d asupan diet
9. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil (NOC) (NIC)

1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain Manajemen :


terputusnya kontinuitas tindakan keperawatan 3 Lakukan pengkajian nyeri
jaringan x 24 jam diharapkan secara komprehensif
Batasan Karakteristik : nyeri terkontrol termasuk lokasi,
1) Laporan secara Kriteria hasil : karateristik, durasi,
verbal maupun 1) Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
non verbal nyeri ( tahu faktor presipitasi
2) Fakta dari penyebab nyeri, 1) Observasi reaksi non
observasi mampu verbal dari ketidak
3) Posisi menggunakan tehnik nyamanan
menghindari nyeri nonfarmokologi 2) Gunakan teknik
4) Gerakkan untuk mengurangi komunikasi terapeutik
melindungi nyeri, mencari untuk mengetahui
5) Tingkah laku bantuan) pengalaman nyeri
tampak berhati – 2) Melaporkan bahwa pasien
hati nyeri berkurang 3) Kaji kultur yang
6) Nyeri dengan mempengaruhi respon
7) Gangguan tidur menggunakan nyeri
8) Terfokus pada diri manajeman nyeri 4) Evaluasi pengalaman
sendiri 3) Mampu mengenali nyeri masa lampau
9) Focus menyempit nyeri (skala, 5) Evaluasi bersama
10) Tingkah laku intensitas, frekunsi pasien dan tim
distraksi dan tanda nyeri kesehatan lain tentang
11) Respon autonomy 4) Menyatakan rasa ketidak efektifan
seperti berkeringat nyaman setelah nyeri control nyeri masa
12) Perubahan otonom berkurang lampau
dalam tonus otot 6) Bantu pasien dan
13) Tingkah laku keluarga untuk
ekspresif mencari dan
14) Perubahan dalam menemukan
nafsu makan dan dukungan
minum 7) Kontrol lingkungan
yang dapat
Faktor yang
mempengaruhi nyeri
berhubungan :
seperti suhu ruangan,
1) Agen injury
pencahayaan dan
( biologi, kimia,
kebisingan
fisik dan psikologis)
8) Kurangi fakfor
presipitasi nyeri
9) Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
10) Berikan analgesic
untuk mengurangi
nyeri
11) Evauasi keefektifan
control nyeri
12) Tingkatkan istirahat

Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karateristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2) Cek instrusi tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3) Cek riwayat alargi
4) Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu
5) Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
6) Tentukan analgesic
pilihan, rute,
pemberian, dan dosis
optimal
7) Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
9) Berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10) Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala

2 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1) Monitoring vital sign


fisik b.d kelemahan otot tindakan keperawatan 3 sebelum atau sesudah
Batasan Karakteristik : x 24 jam diharapkan latihan dan lihat
1) Penurunan waktu kelemahan otot respon pasien saat
reaksi berkurang latihan
2) Kesulitan Kriteria hasil : 2) Konsultasikan dengan
membolak – balik 1) Klien meningkat terapi fisik tentang
posisi dalam aktifitas fisik rencana ambulasi
3) Melakukan 2) Mengerti tujuan dari sesuai dengan
aktifitas lain peningkatan kebutuhan
sebagai pengganti mobilitas 3) Bantu klien untuk
pergerakan 3) Memverbalisasikan menggunakan tongkat
4) Dyspnea setelah perasaan dalam saat berjalan dan
beraktifitas meningkatkan cegah terhadap
5) Perubahan cara kekuatan dan cederah
berjalan kemampuan 4) Kaji kemampuan
6) Gerakan bergetar berpindah pasien dalam
7) Keterbatasan 4) Memperagakan
kemampuan penggunaan alat mobilisasi
melakukan 5) Bantu untuk 5) Latih pasien dalam
keterampilan mobilisasi (walker) pemenuhan
motoric halus kebutuuhan ADLs
8) Keterbatasan secara mandiri sesuai
kemampuan kemampuan
melakukan 6) Dampingi dan bantu
motoric kasar pasien saat mobilisasi
9) Keterbatasan dan bantu penuhi
rentang kebutuhan ADLs ps
pergerakan sendi 7) Berikan alat bantu
10) Tremor akibat jika klien memerlukan
pergerakan 8) Ajarkan pasien
11) Ketidakstabilan bagaimana merubah
postur posisi dan berikan
12) Pergerakan lambat bantuan jika
13) Pergerakan tidak diperlukan
terkoordinasi

Faktor yang
berhubungan :
1) Intoleransi
aktifitas
2) Perubahan
metabolisme
selular
3) Ansietas
4) Gangguan kognitif
5) Konstraktur
6) Fisik tidak bugar
7) Penurunan
ketahanan tubuh
8) Penurunan kendali
otot
9) Penurunan massa
otot
10) Gangguan
musculoskeletal
11) Gangguan
neoromskuler dan
nyeri
12) Agen obat
13) Penurunan
kekuatan otot
14) Kurang
pengetahuan
tentang aktifitas
fisik
15) Keadaan mood
dan depresif
16) Keterlambatan
perkembangan
17) Ketidaknyamanan
18) Disuse atau kaku
sendi
19) Kurang dukungan
lingkungan
20) Program
pembatasan gerak
21) Keenganan
memulai
pergerakan
22) Gaya hidup
monoton
23) Gangguan
sensorik
perseptual

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1) Pertimbangkan


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 3 budaya pasien ketika
kebutuhan tubuh b.d x 24 jam diharapkan mempromosikan
status gizi kurang status gizi meningkat aktifitas perawatan
Batasan Karakteristik : Kriteria hasil : diri
1) Keram abdomen 1) Perawatan diri 2) Menentukan jumlah
2) Nyeri abdomen ostomy : tindakan dan jenis bantuan
3) Menghindari pribadi yang dibutuhkan
makanan mempertahankan 3) Memantau kebersihan
4) Berat badan 20% ostomy untuk kuku, menurut
atau lebih dibawah eliminasi kemampuan
berat badan ideal 2) Perawatan diri : perawatan diri pasien
5) Diare aktifitas kehidupan 4) Menjaga kebersihan
6) Kurang makanan sehari-hari (ADL) ritual
7) Kurang informasi mampu untuk 5) Memfasilitasi
8) Kurang minat melakkan aktifitas pemeliharaan rutin
pada makanan perawatan fisik dan yang biasa pasien
9) Penurunan berat pribadi secara tidur, isyarat sebelum
badan dengan mandiri atau dengan tidur atau alat peraga,
asupan makanan alat bantu dan benda-benda
adekuat 3) Perawatan diri mandi asing
10) Kesalahanan : mampu untuk 6) Mendorong orang tua
konsepsi membersihkan tubuh atau keluarga
11) Kesalahan sendiri secara partisipasi dalam
informasi mandiri dengan atau
12) Membrane tampa alat bantu kebiasaan tidur biasa
mukosa pucat 4) Perawatan diri 7) Memberikan bantuan
13) Ketidak mampuan hygiene : mampu sampai pasien
memakan untuk sepenuhnya dapat
makanan mempertahankan mengasumsikan
14) Tonus otot kebersihan dan perawatan diri
15) Mengeluh penampilan yang
gangguan sensasi rapi secara mandiri
16) Mengeluh asupan dengan atau tampa
makanan kurang alat bantu
dari RDA 5) Perawatan diri
17) Cepat kenyang hygiene oral : mapu
setelah makan untuk merawat mulut
18) Sariawan rongga dan gigi secara
mulut mandiri dengan atau
19) Stetorea tampa alat bantu
20) Kelemahan otot 6) Mampu
penguyah mempertahankan
21) Kelemahan otot mobilitas yang
untuk menelan diperlukan untuk
kekamar mandi dan
Faktor – faktor yang
menyediakan
berhubungan :
perlengkapan mandi
1) Faktor biologis
7) Membersihkan dan
2) Faktor ekonomi
mengeringkan tubuh
3) Ketidakmampuan
8) Mengungkapkan
untuk
secara verbal
mengabsorbsi
kepuasan tentang
nutrisi
kebersihan tubuh dan
4) Ketidakmampuan
hygiene oral
untuk mencerna
makanan
5) Ketidakmampuan
menelan makanan
6) Faktor psikologis

4 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1) Bersihkan lingkungan


kerusakan intergritas tindakan keperawatan 3 setelah dipakai pasien
kulit x 24 jam diharapkan lain
infeksi berlanjut tidak 2) Pertahankan teknik
terjadi isolasi
Kriteria Hasil : 3) Batasi pengunjungan
1) Klien bebas tanda bila perlu
dan gejala infeksi 4) Gunakan sabun anti
2) Mendiskripsikan microbial untuk
proses penularan mencuci tangan
penyakit, faktor yang 5) Cuci tangan setiap
mempengaruhi sebelum dan sesudah
penularan serta melakukan tindakan
penatalaksanaannya. keperawatan
3) Menunjukkan untuk 6) Gunakan baju, sarung
mencegah timbulnya tangan sebagai alat
infeksi pelindung
4) Jumlah leukosit 7) Pertahankan
dalam batas normal lingkungsan aseptic
5) Menunjukkan selama pemasangan
perilaku hidup sehat alat.
8) Berikan terapi
antibiotic bila perlu
9) Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
10) Monitor kerentanan
terhadap infeksi
11) Berikan perawtaan
kulit pada area
epidema

5 Ketidakseimbangan Kriteria hasil : Manajemen hiperglikemia


kadar glukosa darah b.d 1) Kepatuhan :
asupan diet perilaku : diet 1) Memantau kadar
Faktor risiko : sehat glukosa darah,
1) Asupan diet 2) Dapat seperti yang
Pemantuan mengontrol kadar ditunjukkan
glukosa darah glukosa darah 2) Konsultasikan
tidak tepat 3) Dapat dengan dokter jika
2) Stress manajemen dan tanda dan gejala
3) Penambahan mencegah hiperglikemia
berat badan penyakit semakin menetap atau
4) Penurunan berat parah memburuk
badan 4) Mengontrol 3) Mendorong asupan
perilaku berat cairan oral
badan 4) Mengidentifikasi
5) Status nutrisi kemungkinan
adekuat penyebab
hiperglikemia
5) Mendorong
pemantauan diri
kadar glukosa darah
6) Membantu pasien
untuk menafsirkan
kadar glukosa darah
7) Batasi latihan ketika
kadar glukosa darah
adalah > 250 mg /
dl, terutama jika
keton urin yang
hadir
8) Menginstruksikan
orang lain pasien
dan signifikan
terhadap
pencegahan,
pengenalan
manajemen dan
hiperglikemia
9) Membantu pasien
menafsirkan kadar
glukosa darah
10) Tinjau catatan
glukosa darah
dengan pasien atau
keluarga
11) Memfasilitasi
kepatuhan terhadap
diet
12) Uji kadar glukosa
darah anggota
keluarga

10. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Implementasi

1 Nyeri akut b.d terputusnya Pain Manajemen :


kontinuitas jaringan Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
1) Observasi reaksi non verbal dari ketidak
nyamanan
2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
3) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidak efektifan control nyeri
masa lampau
6) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
7) Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
8) Kurangi fakfor presipitasi nyeri
9) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
10) Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
11) Evauasi keefektifan control nyeri
12) Tingkatkan istirahat

Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi, karateristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
2) Cek instrusi tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3) Cek riwayat alargi
4) Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesic ketika pemberian
lebih dari satu
5) Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6) Tentukan analgesic pilihan, rute, pemberian,
dan dosis optimal
7) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8) Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
9) Berikan analgesic tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
10) Evaluasi efektifitas analgesic, tanda dan
gejala

2 Hambatan mobilitas fisik b.d 1) Monitoring vital sign sebelum atau sesudah
kelemahan otot latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2) Konsulasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cederah
4) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
5) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
7) Dampinggi dan bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps
8) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan

3 Ketidakseimbangan nutrisi 1) Pertimbangkan budaya pasien ketika


berkurang dari kebutuhan tubuh mempromosikan aktifitas perawatan diri
b.d status gizi kurang 2) Pertimbangkan usia pasien ketika
mempromosikan aktifitas perawatan diri
3) Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang
dibutuhkan
4) Tempat handuk, sabun, deodorant, alat
pencukur, dan aksesoris lainnya yang
dibutuhkan disamping tempat tidur atau
dikamar mandi
5) Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
(misalnya, deodorant, sikat gigi, sabun mandi,
sampo, )
6) Menyediakan lingkungan yang terapeutik
dengan memastikan hangat, santai,
pengalaman pribadi, dan personal
7) Memfasilitasi gigi pasien menyikat
8) Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai
9) Memantau kebersihan kuku, menurut
kemampuan perawatan diri pasien
10) Menjaga kebersihan ritual
11) Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang biasa
pasien tidur, isyarat sebelum tidur atau alat
peraga, dan benda-benda asing
12) Mendorong orang tua atau keluarga partisipasi
dalam kebiasaan tidur biasa
13) Membrikan bantuan sampai pasien
sepenuhnya dapat mengasumsikan perawatan
diri

4 Resiko infeksi b.d kerusakan pada 1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
integritas kulit lain
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Batasi pengunjungan bila perlu
4) Gunakan sabun anti microbial untuk
mencuci tangan
5) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
6) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
7) Pertahankan lingkungsan aseptic selama
pemasangan alat.
8) Berikan terapi antibiotic bila perlu
9) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan local
10) Monitor kerentanan terhadap infeksi
11) Berikan perawtaan kulit pada area epidema

Ketidakseimbangan kadar glukosa Manajemen hiperglikemia :


darah b.d asupan diet 1) Memantau kadar glukosa darah, seperti
yang ditunjukkan
2) Konsultasikan dengan dokter jika tanda
dan gejala hiperglikemia menetap atau
memburuk
3) Mendorong asupan cairan oral
4) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
5) Mendorong pemantauan diri kadar
glukosa darah
6) Membantu pasien untuk menafsirkan
kadar glukosa darah
7) Batasi latihan ketika kadar glukosa darah
adalah > 250 mg / dl, terutama jika keton
urin yang hadir
8) Menginstruksikan orang lain pasien dan
signifikan terhadap pencegahan,
pengenalan manajemen dan hiperglikemia
9) Membantu pasien menafsirkan kadar
glukosa darah
10) Tinjau catatan glukosa darah dengan
pasien atau keluarga
11) Memfasilitasi kepatuhan terhadap diet
12) Uji kadar glukosa darah anggota keluarga

11. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Evaluas

1 Nyeri akut b.d terputusnya S : - klien mengatakan nyeri pada daerah post
kontinuitas jaringan operasi
 P : Insiasi pembedahan
 Q : skala 4 - 5
 R : daerah abdomen
 S : hilang timbul
 T : tidak menentu
O : pasien tampak meringis
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 94 x/menit
P : 26 x/menit
S : 36,7 C
BB : 47 kg
TB : 160cm
GCS : 15
E:4,M:6,V:5
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2 Hambatan mobilitas fisik b.d S : klien kesulitan dalam bergerak


kelemahan otot
O : pasien tampak lemas
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 94 x/menit
P : 26 x/menit
S : 36,7 C
BB : 47 kg
TB : 160cm
GCS : 15
E:4,M:6,V:5
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang S : klien mengatakan tidak ada nafsu makan


dari kebutuhan tubuh b.d status O : klien tampak tidak menghabiskan porsi
gizi kurang makan
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 94 x/menit
P : 26 x/menit
S : 36,7 C
BB : 47 kg
TB : 160cm
GCS : 15
E:4,M:6,V:5
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

4 Resiko infeksi b.d kerusakan pada S : klien mengatakan bahwa mempunyai luka
integritas kulit yang awalnya terasa seperti terbakar
O : luka klien tampak mengering
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 94 x/menit
P : 26 x/menit
S : 36,7 C
BB : 47 kg
TB : 160cm
GCS : 15
E:4,M:6,V:5
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

5 Ketidakseimbangan kadar glukosa S : klien mengatakan asupan pasien sangat


darah b.d asupan diet sedikit
O : klien tampak tidak ada nafsu makan TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 94 x/menit
P : 26 x/menit
S : 36,7 C
BB : 47 kg
TB : 160cm
GCS : 15
E:4,M:6,V:5
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang

tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan di

sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain :

1) Karsinogen
2) Hormone
3) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan
makanan yang kurang berserat
4) Parasite Parasite schistososma hematobin yang mengakibatkan
karsinoma planoseluler
5) Genetic
6) Infeksi , trauma , hipersensitivitas terhadap obat – obatan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis dan NANDA Nic-Noc. Yogyakarta

http://repository.poltekeskupang.ac.id/519/1/KTI%20YONATAN%20MIHA
%20DIMU.pdf
http://scholar.unand.ac.id/38238/2/BAB%20I_2.pdf
https://docplayer.info/29673461-Laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
klien-dengan-tumor-intra-abdomen-di-bangsal-dahlia-rsud-banyumas.html
http://repository.poltekeskupang.ac.id/519/1/KTI%20YONATAN%20MIHA
%20DIMU.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62462/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=25C93ABF048E6B3422634C6A5948F93A?sequence=4
https://www.halodoc.com/kesehatan/tumor

Anda mungkin juga menyukai