Anda di halaman 1dari 7

KONSEP PERAWATAN LUKA PADA PASIEN KANKER

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif

DISUSUN OLEH :
Dian Hardiyanti N. (P17420613051)
Faradila Santi

(P17420613055)

Luthfi R. P. P.

(P17420613062)

Shinta Nuraini

(P17420613073)

Silvia Rahmawati

(P17420613074)

Zuliyatul Fajriyah

(P17420613077)

PRODI D IV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTARIAN KESEHATAN SEMARANG
2016

A. Definisi Luka Kanker


Luka kanker merupakan luka kronik yang berhubungan dengan kanker stadium lanjut
(Tanjung,dkk., 2007). Hoplamazin (2006) menyebutkan definisi luka kanker sebagai
kerusakan integritas kulit yang disebabkan infiltrasi sel kanker. Luka kanker disebabkan oleh
pertumbuhan sel kanker sampai menembus lapisan dermis dan/atau epidermis kulit, sehingga
menonjol keluar atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Sel kanker yang menonjol keluar
kulit umumnya berupa benjolan yang keras, sukar digerakkan, berbentuk seperti jamur atau
bunga kol, mudah terinfeksi sehingga menyebabkan lendir, cairan dan bau yang tidak sedap
(Diananda, 2009.
Luka kanker terjadi ketika kanker yang tumbuh dibawah kulit merusak lapisan kulit
sehingga terbentuk luka. Seperti pertumbuhan kanker, luka kanker juga akan menyebabkan
penghambatan dan merusak pembuluh darah tipis, dimana daerah tersebut kekurangan
oksigen. Hal ini akan menyebabkan kulit dan jaringan menjadi mati (nekrosis). Selain
jaringan menjadi nekrosis, bakteri atau kuman juga akan mudah menginfeksi luka sehingga
luka akan berbau (Naylor, 2002).
Luka kanker merupakan luka kronik yang sukar sembuh. Luka kronik adalah luka yang
gagal mengalami perbaikan untuk mngembalikan integritas fungsi dan anatomi sesuai dengan
tahap dan waktu yang normal. Seperti luka yang lainnya, luka kanker juga mengalami
tahapan proses penyembuhan luka. Luka kanker ada pada tahap poliferasi yang memanjang
dimana akan terjadi penurunan fibroblast, penurunan produksi kolagen dan berkurangnya
angiogenesis kapiler. Oleh karena itu luka kanker terus ada pada kondisi hipoksia panjang
yang kemudian menjadi nekrotik (Pudner, 1998).
B. Patofisiologi Luka Kanker
Luka kanker berhubungan dengan infiltrasi dan poliferasi sel kanker menuju epidermis
kulit. Tumor ini dapat tumbuh secara cepat lebih kurang 24 jam dengan bentuk seperti
cauliflower (Naylor, 2002). Luka kanker dapat pula berkembang dari tumor local menuju
epithelium (Kalinski,dkk., 2005). Selain itu, luka kanker dapat terjadi akibat metastase kanker
(Sciech, 2002).
Sel kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk dikendalikan. Sel kanker dapat
menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga
sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit . Sel kanker tersebut akan terus
menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang
mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis)
kemudian timbul luka kanker, infiltrasi sel kanker dapat dilihat pada gambar (Naylor, 2003).

Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob
atau anaerob (Bale,dkk., 2004). Cooper dan Grey (2005) menyebutkan bahwa proporsi
bakteri anaerob yang relatif tinggi pada luka kanker. Bakteri anaerob berkolonisasi pada luka
kanker dan melepaskan volatile fatty acid sebagai sisa metabolik yang bertanggung jawab
terhadap malodor dan pembentukan eksudat pada luka kanker (Kalinski,dkk., 2005).
C. Gejala Luka Kanker
Gejala yang sering ditemukan pada luka kanker diantaranya adalah malodor dan eksudat
(Tanjung,dkk., 2007).
1.

Malodor
Malodor merupakan sensasi yang dirasakan reseptor olfactory yang terletak
dibelakang hidung. Produksi odor pada luka kanker selalu dirasakan dan dapat
menstimulasi reflek gag maupun muntah. Malodor pada luka kanker merupakan
sumber bau yang menyengat bagi pasien, keluarga, maupun petugas kesehatan
(Kalinski,dkk., 2005).
Penyebab malodor sebenarnya belum diketahui, namun beberapa hal yang
berkontribusi terhadap malodor sudah menjadi postulat yaitu terjadinya infeksi,
kolonisasi bakteri anaerob, dan nekrosis pada jaringan (Bale,dkk., 2004). Bakteri
anaerob yang berhubungan dengan malodor yaitu: Bacteroides spp, Prevotella spp,
Fusobacterium nucleatum, Clostridium perfringens, dan Anaerobic cocci (Draper,
2005). Volatile fatty acid sebagai hasil akhir metabolisme dari kolonisasi bakteri
anaerob

merupakan

hal

yang

menimbulkan

malodor

pada

luka

kanker

(Kalinski,dkk.,2005)
Pengkajian malodor masih tergolong subyektif karena tergantung dari penilaian
seseorang untuk mengenal bau dengan lebih baik. Menurut Bates-Jensen wound
assessment tool (Bates-Jensen & Sussman, 1998) beberapa kriteria yang dapat
memonitor bau dan dapat membantu dalam pengkajian dan evaluasi perawatan yaitu ;
Bau kuat : bau tercium kuat dalam ruangan (6- 10 langkah dari pasien) dengan balutan
tertutup.Bau sedang : bau tercium kuat dalam ruangan (6-10 langkah dari pasien)
dengan balutan terbuka.Bau ringan : bau tercium bila dekat dengan penderita pada
saat balutan dibuka. Bau tidak ada : bau tidak tercium saat disamping penderita.
Malodor juga dapat diukur menggunakan skor odor dari skala analog visual. Malodor
dari luka kanker pasien diberi skor 0 10 ; 0 = tidak ada bau, 1 4 = bau sedikit
ofensif, 5 8 = bau cukup ofensif , 9 10 = bau sangat ofensif(Kalinski,dkk., 2005)
2. Eksudat

Luka kanker juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan dan tidak terkontrol.
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi faktor permeabilitas vaskular
oleh sel tumor merupakan penyebab pengeluaran eksudat yang berlebihan. Produksi
eksudat juga akan meningkat ketika terjadi infeksi dan rusaknya jaringan karena
protease bakteri (Naylor, 2002).
Eksudat adalah setiap cairan yang merupakan filter dari system peredaran
darah pada daerah peradangan. Komposisinya bervariasi, tetapi umumnya terdiri dari
air dan zat-zat yang terlarut pada cairan sirkulasi utama seperti darah. Dalam hal ini,
darah akan berisi beberapa protein plasma, sel darah putih, trombosit dansel darah
merah (apabila terjadi kasus kerusakan vascular lokal) (Crisp & Taylor, 2001).
Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari
Bates-Jensen wound assessment tool (Bates-Jensen & Sussman, 1998).
Hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar
eksudat. Jumlah eksudat diukur dengan membagi area menjadi 4 bagian.
Kategori pengukuran digambarkan sebagai berikut:
Tidak ada = jaringan luka tampak kering
Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur

pada balutan
Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka,

drainase pada balutan 25%


Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka,

drainase pada balutan >25% s.d. 75%.


Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka,
drainase pada balutan 75%.

D. Penatalaksanaan
Kanker merupakan penyebab dasar dari luka kanker sehingga tindakan medis yang
dilakukan ditujukan untuk mengurangi tumor dan juga mengurangi ukuran luka
kanker dan mengatasi gejala yang muncul. Penatalaksanaan akan tergantung pada

jenis kanker, bagian tubuh yang dipengaruhi dan bagaiman perkembangan kanker
lebih lanjut. Tindakan medis yang umum, antara lain:
Radioterapi; menggunakan high-energy rays yang dapat menghancurkan sel
kanker. Dapat membantu menyusutkan tumor dan mengeringkan cairan luka
yang banyak. Efek sampingnya akan menimbulkan kemerahan sekitar kulit
dan menjadi kering. Gejala tersebut akan hilang setelah beberapa minggu .

Kemoterapi; menggunakan obat anti kanker untuk menghancurkan sel kanker.


Membantu mengurangi ukuran tumor yang menyebabkan luka dan
mengurangi beberapa gejala.

Terapi hormonal; mempengaruhi produksi beberapa hormonal penyebab


kanker, atau menghambat kerja dari hormonal dan membantu memperlambat
pertumbuhan kanker. Terapi ini juga dapat memperbaiki beberapa gejala.

Pembedahan; tergantung ukuran dan posisi tumor, kemungkinan dapat


dipindahkan atau tidak, dapat diambil sebagian atau keseluruhannya dengan
pembedahan. Berisiko terjadinya perdarahan karena sel kanker sering
menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Oleh karena itu pembedahan
memerlukan persiapan yang matang dari tim medis.

Manajemen perawatan pasien dengan luka kanker di fokuskan terutama untuk


mengendalikan gejala yang timbul dan mendukung psikologis dari pasien kanker. Saat
ini, teknik konvensional dalam perawatan luka kanker yang menggunakan kompres
NaCl 0,9% sudah mulai ditinggalkan. Perkembangan terbaru perawatan luka
menggunakan teknik modern dressing yang dapat menciptakan lingkungan luka yang
lembab sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Pada gambar 3 dapat
dilihat bahan balutan modern (modern dressing). Metode TIME (Tissue management,
Infection control, Moist balance, dan Edge advancement) dapat digunakan pada
perawatan luka kanker, hanya saja seorang perawat profesional harus lebih teliti dan
hati-hati terutama dalam manajemen jaringan luka kanker. Manajemen jaringan luka
dapat dilakukan dengan cara pembedahan, CSWD, dan autolitik debridement untuk
dapat menghilangkan slough dan jaringan nekrotik pada luka. Khusus pada perawatan
luka kanker, perawat hanya dapat melakukan manajemen jaringan dengan autolitik
debridment, karena CSWD akan menyebabkan risiko perdarahan dan begitu juga
pembedahan yang memerlukan persiapan khusus di kamar operasi .
Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mengendalikan gejala dalam
perawatan luka kanker:

Eksudat yang berlebihan; dapat digunakan balutan yang menyerap eksudat banyak
seperti hidroselulosa (Aquacel), foam, gammge dan lainnya. Usahakan balutanyang
digunakan tidak melekat pada luka untuk menghindari perdarahan ketika membuka
balutan. Eksudat juga akan menyebabkan kulit sekitar luka lecet, untuk itu dapat
digunakan film barrier atau cream (zink cream atau metcovazin cream dll).

Bau tidak sedap; ditimbulkan akibat infeksi bakteri. Balutan yang dapat digunakan
adalah yang mengandung silver yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri, dan
efektif mengontrol bau. Charcoal dressing (Carboflex dll) juga dapat digunakan untuk
mengontrol bau. Jika bahan yang digunakan terlalu mahal maka dapat digunakan
metode alami menggunakan madu asli atau pasta gula yang dapat mencegah
pertumbuhan bakteri (6). Penggunakan aromaterapi untuk lingkungan sekitar juga
dapat membantu mengendalikan bau tidak sedap dan dapat meningkatkan
kenyamanan pasien.

Nyeri; disebabkan kerusakan saraf akibat kanker atau akibat dressing yang melekat
pada kulit. Obat anti nyeri/ analgetik dapat diberikan sebelum perawatan dan memilih
balutan yang tidak lengket pada luka akan membantu mengurangi nyeri pada pasien
luka kanker.

Perdarahan; diakibatkan oleh sel kanker yang merusak pembuluh darah kapiler.
Memilih balutan/dressing yang tidak melekat pada luka akan mengurangi resiko
perdarahan ketika membuka balutan. Selain itu juga dapat digunakan balutan yang
mengandung kalsium alginat (kaltostat, suprasorb A, seasorb dll) yang dapat
menghentikan perdarahan minor. Jika perdarahan tidak berhenti maka dapat
digunakan adrenalin dan tekan lembut pada daerah yang perdarahan

Gatal; disebakan oleh kulit yang meregang dan ujung saraf yang teriritasi oleh kanker.
Dapat diberikan anti histamin, TENS machine ( membantu merangsang otak
mengeluarkan

endorphin/painkiller),

menghidrasi kulit dan krim mentol.

menggunakan

lembaran

hidrogel

untuk

Gambar

3. Bahan Balutan Modern

Anda mungkin juga menyukai